Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

EJAAN BAHASA INDONESIA DAN TANDA BACA BAKU BAHASA


INDONESIA

Disusun Oleh :

Bella Tasya Adhila (21118011)

Sintia Carlin J (21118019)

Fani Frandika (22118001)

Desy Rahmawati (22118017)

Ditulis Untuk Memenuhi Sebagian Tugas

Mata Kuliah Bahasa Indonesia dari Bapak Takbir Frantika, M. Pd

PROGRAM STUDI MANAJEMEN - AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS BATAM

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Ejaan Bahasa Indonesia dan Tanda Baca
Baku Bahasa Indonesia” tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata
kuliah Bahasa Indonesia.Semoga makalah ini dapat berguna untuk mahasiswa pada
umumnya.
Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
saya sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada
intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang
lebih baik lagi.

Batam, Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Batasan Masalah 2

1.4 Manfaat 2

1.5 Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Ejaan Bahasa Indonesia 3

2.2 Tanda Baca Baku Bahasa Indonesia 18

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 23

3.2 Kritik dan Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 25

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Belakangan ini banyak orang Indonesia yang kurang mengetahui bahasanya

sendiri, serta pengetahuan tentang tanda baca. Bukan berarti tidak tahu melainkan

kurang sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada di dalam bahasa Indonesia.Dalam

perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur pelbagai bahasa lain, baik dari

bahasa daerah maupun bahasa asing, seperti Sanskerta, inggris, arab, dan lain-lain.

Berdasarkan taraf integrasinyaunsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat di bagi

atas tiga golongan.

Pertama, unsur-unsur yang sudah lama terserap ke dalam bahasa Indonesia

yang tidak perlu lagi di ubah ejaannya. Misalnya sirsa, iklan, otonomi, dongkrak,

pikir, aki, dan lain-lain.Kedua, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam

bahasa Indonesia, seperti shuttle cock, real estate. Unsur-unsur ini di pakai di dalam

konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Ketiga,

unsur yang pengucapannya dan penulisannya di sesuaikan dengan kaidah bahasa

Indonesia. Dalam hal ini di usahakan agar ejaan bahasa asing hanya di ubah

seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat di bandingkan dengan bentuk

aslinya

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah sebagai berikut :

1. Ejaan Bahasa Indonesia

2. Tanda Baca Baku Bahasa Indonesia


1.3 Batasan Masalah

Batasan-batasan masalah pada penyusunan makalah ini adalah sebagai

berikut:

1. Bentuk penggunaan ejaan dalam bahasa Indonesia

2. Bentuk pengunaan tanda baca baku dalam bahasa Indonesia

1.4 Manfaat

Dengan diselesaikanya makalah ini, dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Dapat menulis karya ilmiah dengan ejaan tanda baca yang benar

2. Dapat menggunakan tanda baca yang sesuai dengan konteks kalimat yang ada

3. Dapat memahami penggunaan tanda baca untuk menulis sebuah karya ilmiah

yang baikdan benar

1.5 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Dapat memahami fungsi dari macam- macam tanda baca yang ada

2. Dapat memahami tata cara dan letak dalam penggunaan tanda baca

3. Dapat membuat sebuah karya tulis dengan tanda baca yang baik dan benar

4. Dapat memahami dan mengembangkan tulisan dengan tanda baca yang baik

dan benar

2
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ejaan Bahasa Indonesia

Pemahaman ejaan merupakan suatu aspek penting dalam mendukung

penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ejaan yang dimuat di dalam

buku ini sengaja kami kutip sebagaimana aturan berbahasa yang terangkum dalam

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang dikeluarkan

ulang pada 2008 oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional melalui

Penerbit Balai Pustaka.

Ejaan adalah keseluruhan peraturan yang melambangkan bunyi ujaran,

pemisahan dan penggabungan kata, penulisan kata, huruf, dan tanda baca.

Perkembangan ejaan di Indonesia diawali dengan ejaan van Ophuijsen. Ejaan van

Ophuijsen ditetapkan sebagai ejaan bahasa Melayu pada 1901. Ciri khas yang

menonjol ialah penggunaan huruf j untuk menuliskan kata-kata yang

menggunakan huruf u, seperti goeroe dan kamoe, serta digunakannya tanda

diakritik dan trema pada kata ma’moer dan do’a. Setelah mengalami

perkembangan, kedudukan ejaan van Ophuijsen tergantikan oleh ejaan Soewandi.

Ejaan Soewandi atau ejaan republik ditetapkan sebagai pengganti ejaan van

Ophuijsen pada 19 Maret 1947. Ciri ejaan republik yang menonjol adalah

penggunaan huruf u untuk menggantikan huruf oe, penggunaan bunyi sentak k

menggantikan tanda diakritik, dan penulisan kata depan di dan awalan di- yang

dirangkaikan dengan kata yang mengikutinya.


2.1.1 Perkembangan dan Ciri-cirinya

Perkembangan ejaan bahasa Indonesia dilaksanakan dalam sembilan

tahun-tahun penting, dapat dikelompokkan menjadi tujuh macam

berdasarkan nama ejaan yang dihasilkan. Ketujuh nama ejaan bahasa

Indonesia tersebut meliputi: (1) Ejaan van Ophuijsen, (2) Ejaan Republik,

(3) Ejaan Pembaharuan, (4) Ejaan Melindo, (5) Ejaan Baru, (6) EYD, dan

(7) PUEBI (Erikha, 2015). Ketujuh nama ejaan tersebut akan dijelaskan

kondisinya dan ciri-ciri khususnya pada bagian berikut.

1. Ejaan van Ophuijsen

Belanda menunjuk seorang ahli bahasa untuk menyusun tata bahasa

baku bahasa Melayu. Linguis tersebut lahir di Batavia bernama A.A.

Fokker. Ia mengusulkan agar ada penyeragaman ejaan bahasa Melayu.

Berdasarkan usulan tersebut, Belanda memilih Charles Adrian van

Ophuijsen atau dikenal dengan nama Ch. A. van Ophuijsen untuk

menyusun tata bahasa baku bahasa Melayu.

Ch. A. van Ophuijsen adalah seorang lelaki yang memiliki kecakapan

bahasa yang ditugasi oleh Belanda untuk menyusun tata bahasa baku

bahasa Melayu. Ia telah meluncurkan tiga buku yang salah satunya

menjadi acuan dalam berbahasa Melayu (Erikha, 2015). Ch. A. van

Ophuijsen lahir di Solok Sumatera Barat tahun 1856. Eyang buyutnya

juga lahir di Solok sehingga ia sangat mengenal bahasa Melayu. Ia juga

memiliki minat mempelajari bahasa-bahasa di Nusantara. Hal ini tampak

dari kesediaannya saat ditugasi pemerintah kolonial menyusun tata bahasa

4
baku bahasa Melayu. Ia meneliti bentuk-bentuk bahasa Melayu.

Kemudian, ia menemukan bahwa bahasa Melayu Riau memiliki kekhasan

dibanding bahasa Melayu di daerah lain. Ia lalu menggunakan bahasa

melayu Riau sebagai acuan baku. Kecakapan berbahasa Ch. A. van

Ophuijsen juga ditampakkan pada buku karyanya yang berjudul Kijkjes

in Het Huiselijk Leven Volkdicht ‘Pengamatan sekilas Kehidupan

Kekeluargaan Suku Batak. Buku tersebut diterbitkan tahun 1879.

2. Ejaan Republik

Setelah mengalami perkembangan, kedudukan Ejaan van Ophuijsen

digantikan oleh Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik. Sebenarnya nama

resminya adalah ejaan Republik, tetapi lebih dikenal dengan ejaan

Soewandi. Ejaan Republik diresmikan sebagai acuan ejaan baku bahasa

Melayu untuk mengurangi pengaruh dominasi Belanda yang diwakili

dalam ejaan van Ophuijsen. Ejaan Republik lebih dikenal dengan nama

Ejaan Soewandi karena menteri yang mengesahkan ejaan Republik

bernama Mr. Soewandi.

Mr. Soewandi adalah ahli hukum dan notaris pertama bumi putera

yang menjabat dalam Kabinet Sjahrir I, Kabinet Sjahrir II, dan Kabinet

Sjahrir III (Opie, 2015). Soewandi memperoleh gelar sarjana hukum dan

ijazah notaris dari sekolah pangreh praja. Soewandi kemudian dicalonkan

menjadi Menteri Kehakiman dalam Kabinet Sjahrir. Pada Kabinet Sjahrir

I (14 November 1945 - 12 Maret 1946) dan Kabinet Sjahrir II (12 Maret

1946 - 22 Juni 1946) Soewandi menjabat sebagai Menteri Kehakiman.

5
3. Ejaan Pembaharuan

Ejaan ini urung diresmikan. Namun, ejaan ini diduga menjadi

pemantik awal diberlakukannya EYD tahun 1972 (Erikha, 2015). Ejaan

Pembaharuan direncanakan untuk memperbarui Ejaan Republik.

Pembaruan ejaan ini dilandasi oleh rasa prihatin Menteri Moehammad

Yamin akan kondisi bahasa Indonesia yang belum memiliki kejatian.

Maka diadakanlah Konggres Bahasa Indonesia Kedua di Medan. Medan

dipilih karena di kota itulah bahasa Indonesia digunakan dengan baik oleh

masyarakat. Pada konggres tersebut diusulkan perubahan ejaan dan perlu

adanya badan yang menyusun peraturan ejaan yang praktis bagi bahasa

Indonesia.

Selanjutnya, dibentuk panitia oleh Menteri Pengajaran, Pendidikan

dan Kebudayaan. Keberadaan panitia tersebut diperkuat dengan surat

keputusan tanggal 19 Juli 1956, nomor 44876/S (Tim Pengembang

Pedoman Bahasa Indonesia, 2016). Panitia tersebut beranggotakan

Profesor Prijono dan E. Katoppo (Admin Padamu, 2016). Panitia tersebut

berhasil merumuskan aturan baru pada tahun 1957. Aturan baru tersebut

tidak diumumkan, tetapi menjadi bahan penyempurnaan pada EYD yang

diresmikan pada tahun 1972.

4. Ejaan Melindo

Ejaan Melindo merupakan bentuk penggabungan aturan penggunaan

huruf Latin di Indonesia dan aturan penggunaan huruf latin oleh

Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1959. Hal ini bermula dari

6
peristiwa Kongres Bahasa Indonesia Kedua yang dilaksanakan tahun

1954 di Medan. Malaysia sebagai salah satu delegasi yang hadir memiliki

keinginan untuk menyatukan ejaan. Keinginan ini semakin kuat sejak

Malaysia merdeka tahun 1957. Kedua pemerintah (Indonesia dan

Malaysia) menandatangani kesepakatan untuk merumuskan aturan ejaan

yang dapat dipakai bersama. Kesepakatan itu terjadi pada tahun 1959.

Akan tetapi, karena terjadi masalah politik antara Indonesia dan

Malaysia pemikiran merumuskan ejaan bersama tidak dapat dilaksanakan.

Situasi politik antara Indonesia dan Malaysia sedang memanas. Indonesia

sedang terpengaruh Moskow-Peking-Pyongyang. Sedangkan Malaysia

sedang condong kepada Inggris. Akhirnya pembahasan Ejaan Melindo

tidak dilanjutkan.

5. Ejaan Baru

Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) menyusun program

pembakuan bahasa Indonesia secara menyeluruh (Tim Pengembang

Pedoman Bahasa Indonesia, 2016). Program tersebut dijalankan oleh

Panitia Ejaan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Program tersebut berisi konsep ejaan yang menjadi awal lahirnya EYD.

Konsep tersebut dikenal dengan nama Ejaan Baru atau Ejaan LBK.

Konsep ejaan ini disahkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,

Sarino Mangunpranoto, pada tahun 1966 dalam surat keputusannya

tanggal 19 September 1967, No. 062/1967. Konsep Ejaan Baru terus

ditanggapi dan dikaji oleh kalangan luas di seluruh tanah air selama

7
beberapa tahun. Menurut Erikha (2015) “pada intinya, hampir tidak ada

perbedaan berarti di antara ejaan LBK dengan EYD, kecuali pada rincian

kaidahkaidah saja”.

6. EYD

Ejaan Yang Disempurnakan atau dikenal dengan EYD mengalami

beberapa perubahan dari masa ke masa, yaitu Yerry Mijianti.

Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia .... Halaman 113 – 126 Volume 3,

No. 1, Februari 2018 122 tahun 1972, tahun 1988, dan tahun 2009 (Tim

Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia, 2016). Masing-masing masa

memiliki ciri khusus. Perkembangan EYD pada ketiga kurun waktu tersebut

akan dijelaskan pada bagian berikut.

Berawal dari Ejaan Baru atau Ejaan LBK sebagai cikal bakal konsep

EYD yang konsepnya diperkenalkan oleh Lembaga Bahasa dan Kesastraan,

konsep EYD terus ditanggapi dan dibahas kalangan luas diseluruh tanah air

selama beberapa tahun.

Konsep EYD akhirnya dilengkapi pada pelaksnaan Seminar Bahasa

Indonesia di Puncak pada tahun 1972. EYD merupakan hasil kinerja panitia

yang diatur dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

tanggal 20 Mei 1972, No. 03/A.I/72. Bertepatan dengan hari Proklamasi

Kemerdekaan tahun itu juga, diresmikanlah aturan ejaan yang baru

berdasarkan keputusan Presiden, No. 57, tahun 1972, dengan nama EYD.

8
7. PUEBI

Penyempurnaan terhadap ejaan bahasa Indonesia dilakukan oleh lembaga

resmi milik pemerintah yaitu Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Usaha tersebut menghasilkan

Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015

tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.Pada tahun 2016

berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Anis

Baswedan, aturan ejaan yang bernama PUEYD diganti dengan nama

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (Tim Pengembang Pedoman

Bahasa Indonesia, 2016). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

selanjutnya dikenal dengan singkatan PUEBI.

2.1.2 Penggunaan Huruf

1. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf-

huruf berikut ini. Cara pelafalan setiap huruf disertakan sebagai berikut.

Huruf Lafal Huruf Lafal Huruf Lafal


Aa a Jj je Ss es
Bb be Kk ka Tt te
Cc ce Ll el Uu u
Dd de Mm em Vv ve
Ee e Nn en Ww we
Ff ef Oo o Xx eks
Gg ge Pp pe Yy ye
Hh ha Qq ki Zz zet
Ii i Rr er

9
2. Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas

huruf a,e,i,o, dan u.

Contoh Penggunaan Dalam Kata


Huruf
Di Awal Di Tengah Di Akhir
Vokal
A Api Padi Lisa
E Enak Petak Sore
Emas Kena Tipe
I Itu Simpan Murni
O Oleh Kota Radio
U Ulang Bumi Ibu
*Dalam pengajaran lafal kata,dapat digunakan tanda aksen jika ejaan

kata menimbulkan keraguan. Misalnya:

Anak-anak bermain di teras (teras).

Upacara itu dihadari pejabat teras pemerintah.

Kami menonton film seri (seri).

Pertandingan itu berakhir seri

3. Huruf Konsonan

Terdapat 21 huruf yang melambangkan konsonan pada bahasa Indonesia.

Huruf-huruf tersebut terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p,

q, r, s, t,v,w,x,y,danz.

Contoh Pemakaian dalam Kata


Huruf Di Awal Di Tengah Di Akhir
Konsonan
B Bahasa Sebut Adab
C Cakap Kaca -
D Dua Ada Abad
F Fakir Kafan Maaf
G Guna Tiga Gudek
H Hari Saham Tuah

10
J Jalan manja Mikraj
K Kami Paksa Politik
-- rakyat Bapak
L Lekas Alas Kesal
M Maka Kami Diam
N Nama Anak Daun
P Pasang Apa Siap
Q Quran Furqan --
R Raih Bara Putar
S Sampai Asli Lemas
T Tali Mata Rapat
V Veriasi Lava --
W Wanita Hawa --
X Xenon -- --
Y Yakin Payung --
Z Zeni Lazim Juz
*Huruf K di sini melambangkan bunyi hamzah khusus untuk nama dan

keperluan ilmu.

4. Huruf Diftong

Pada bahasa Indonesia, terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai,

au, dan oi.

Contoh Penggunaan dalam Kata


Huruf Diftong Di Awal Di Tengah Di Akhir
ai Ai Syaitan pandai
au Aula Saudara Harimau
oi - Boikot Amboi

Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia, terdapat 4 gabungan huruf yang

melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing

gabungan huruf tersebut melambangkan 1 bunyi konsonan.

11
Gabungan Huruf Contoh Penggunaan dalam kata
Konsonan Di Awal Di Tengah Di Akhir
kh Khusus Akhir Tarikh
ng Ngilu Bangun Senang
ny Nyata Hanyut --
sy syarat Isyarat --

2.1.3 Pemenggalan Kata

Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.

a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, maka pemenggalan kata,

dilakukan di antara kedua huruf vokal yang ada.

Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah

Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan

kata tidak dilakukan di antara kedua huruf tersebut.

Misalnya:

au-la bukan a-u-la

sau-da-ra bukan sa-u-da-ra

am-boi bukan am-bo-i

b. Jika di tengah kata terdapat huruf konsonan ( termasuk gabungan huruf

konsonan) di antara dua buah huruf vokal, dengan demikian pemenggalan

kata dilakukan sebelum huruf konsonan.

Misalnya:ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan.

c. Jika ditengah kata terdapat dua buah huruf konsonan yang berurutan, dengan

demikian pemenggalan kata dilakukan di antara kedua huruf konsonan

tersebut. Namun, gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.

12
Misalnya: man-di, som-bong, swas-ta, Ap-ril, bang-sa.

d. Jika ditengah kata terdapat tiga atau lebih huruf konsonan, dengan demikian

pemenggalan kata dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan

huruf konsonan yang kedua.

Misalnya:in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ikh-las

e. Imbuhan pada akhir dan / atau awal kata, termasuk awalan yang mengalami

perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata

dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.

Misalnya:makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu

f. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat

bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan di antara unsur-

unsur tersebut atau pada unsur gabungan tersebut sesuai dengan kaidah

pemenggalan kata pada poin a,b,c, dan d.

Misalnya: bio-grafi atau bi-o-grafi, foto-grafi atau fo-to-gra-fi, kilo-gram

atau ki-lo-gram.

2.1.4 Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring

1. Huruf kapital atau huruf besar

a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada

awal kalimat.

Misalnya:

Dia mengantuk

Apa maksudnya?

13
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dari petikan langsung.

Misalnya:

Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”

Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”

c. Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang

berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti

untuk Tuhan.

Misalnya: Allah, Al-Quran, Alkitab

d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,

keturunan, dan keagamaan yang diikuti dengan nama orang

Misalnya:Sultan Hasanudin, Imam Syafii, Haji Ilham Fauzan.

e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku

bangsa, dan bahasa.

Misalnya: bangsa Indonesia, suku Jawa, bahasa Inggris.

2. Huruf Miring

a. Huruf miring di dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,

majalah, dan surat kabar yang dikutip di dalam tulisan.

Misalnya:

Majalah Bahasa dan Kesusastraan, buku Negarakertagama, surat

kabar Suara Karya.

b. Huruf miring di dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau

mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.

Misalnya:

14
Dia tidak menipu, tetapi ditipu.

Buatlah kalimat dengan kata berlepas tangan\

2.1.5 Singkatan dan Akronim

a. Singkatan ialah bentuk yang di pendekan yang terdiri dari satu huruf atau

lebih. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan,jabatan dan pangkat diikuti

dengan tanda titik

Misalnya :

A,S kramawijaya

M.B.A. Master of business administration

S.K.M (Sarjana Kesehatan Masyarakat)

b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan badan atau

organisasi, serta namadokumen resmi yang terdiri atas huruf awalkata ditulis

dengan huruf kapital dan tidak di ikuti dengantanda titik

Misalnya :

DPR (Dewan Perwakilan Daerah)

PGRI (Persatuan Guru Seluruh Indonesia)

c. Singkatanumum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih di ikuti satu tanda titik

di akhir penyingkatan

Misalnya :

dll(dan lain lain)

dst(dan seterusnya)

d. Lambang kimia singkatan satuan ukuran takaran dan mata uang tidak di

ikutitanda titik.

15
Misalnya :

Pemilu (pemilihan umum)

Rapim (rapat pimpinan)

2.1.6 Angka dan Lambang Bilangan

a. Angka di pakai untuk meyatakan bahwa lambing bilangan atau nomor . di

dalam tulisan lazim digunakan angka arab atau angka romawi

Misalnya:

Angka arab : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,

Angka romawi : I, II, III, IV,V,C(100),D(500),M(1000)

b. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang,berat,luas, dan isi

(ii) satuan waktu (iii), nilai uang,dan (iv) kuantitas

Misalnya:

0,5 sentimeter

Rp 5.000.00

20 menit

50 dolar amerika

c. Angka lazimdi pakai untuk melambangkan nomor jalan rumah,apartemen

atau kamar padapenulisan alamat

Misalnya:

Jalan alamanda 11 no 16B

Kamar 129, sahida inn

d. Angka di gunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci

Misalnya: Dan x pasal 5 halaman 252

16
e. Penulisan lambing bilangan dengan huruf di lakukan sebagai berikut

1. Bilangan Utuh

Misalnya:Dua belas = 12

2. Bilangan Pecahan

Misalnya:Setengah = 1/2

f. Penulisan lambing bilangan tingkat dapat di lakukan dengan cara berikut:

Misalnya:Pakubwono x

g. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara

berikut

Misalnya: Uang 5000an atau uang lima ribuan

h. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dengan dua kata

ditulis dengan hurufkecuali jika beberapa lambang bilangan di pakai secara

berurutan seperti dalam perincian danpemaparan.

Misalnya:

Amir menonton drama itu sampai 3 kali

Ayah memesan tiga ratus ekor ayam

i. Lambang bilangan pada awal kalimat di tulis dengan huruf jika perlu

susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan

dengan satu atau dua kata tidak terdapatpada awal kalimat.

Misalnya:Lima belas orangtewas dalam kecelakan itu.

j. Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian

supaya lebih mudah dibaca.

Misalnya:Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah

17
k. Bilangan tidak perlu di tulis dengan angka dan huruf sekaligus di dalam

dokumen resmi sepertiakta dan kuitansi.

Misalnya;

Kantor kami mempunyai dua puluh pegawai

Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah

l. Jika bilangan dilambangkan dengan angka huruf, maka penulisannya huruf

tepat.

Misalnya: Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp.999.75 (sembilan

ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima persatuan) rupiah .

2.2 Tanda Baca

Tanda baca merupakan unsur yang penting dalam bahasa tulis.Tanda baca

dapat membantu pembaca untuk dapat memahami pikiran penulisnya.Alangkah

sulitnya kita memahami suatu tulisan yang tidak dilengkapi dengan tanda baca.

Pemakaian tanda baca dalam ejaan bahasa Indonesia meliputi pemakaian (1)

tanda titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik koma, (4) tanda titik dua, (5) tanda

hubung, (6) tanda pisah, (7) tanda ellipsis, (8) tanda Tanya, (9) tanda seru, (10)

tanda kurung, (11) tanda kurung siku, (12) tanda petik, (13) tanda apostrof

(penyingkat).

2.2.1 Tanda Titik (.)

a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Misalnya:

Ayahku tinggal di Jakarta.

Biarlah mereka duduk di sana.

18
Dia menanyakan siapa yang akan datang.

Hari ini tanggal 5 Juni 2010.

Marilah kita mengheningkan cipta.

Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.

b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,

ikhtisar, atau daftar.

Misalnya:

III. Departemen Dalam Negeri

A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa

1. Patokan Umum

1.1 Isi Karangan

1.2 Ilustrasi

1.2.1 Gambar Tangan

1.2.2 Tabel

1.2.3 Grafik

Catatan:

Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan

atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam

deretan angka atau huruf.

c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang

menunjukkan waktu.

Misalnya: Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

19
d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang

menunjukkan jangka waktu.

Misalnya:

1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik). 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik).

0.0.30 jam (30 detik)

e. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisannya yang tidak

berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar

pustaka.

Misalnya: Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai

Poestaka.

f. Dalam kaitannya dengan penulisan angka dan bilangan

1. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau

kelipatannya.

Misalnya:

Desa itu berpenduduk 24.200 orang.

Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.

2. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau

kelipatannya yang tidakmenunjukkan jumlah.

Misalnya:

Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.

Lihat halaman 2345 seterusnya.

Nomor gironya 5645678.

20
g. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan

atau kepalailustrasi, tabel, dan sebagainya.

Misalnya:

Acara kunjungan Adam Malik (tanpa titik)

Bentuk dan Kedaulatan (Bab 1 UUD ’45)(tanpa titik)

Salah Asuhan(tanpa titik)

h. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat
atau nama

dan alamat penerima surat.

Misalnya:

Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik)

2.2.2 Tanda Koma

a. Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau

pembilangan.

Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari

kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau

melainkan.

Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan.

c. Dalam kalimat majemuk:

1. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat

jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.

Misalnya: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.

21
2. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk

kalimat jika anak kalimat mengiringi induk kalimat.

Misalnya: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar

kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh

karena itu, jadi, lagi pula,meskipun begitu, akan tetapi.

Misalnya: Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.

2.2.3 Tanda Titik Koma (;)

a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat

yang sejenis dan setara.

Misalnya: Malam akan larut; pekerjaan belum selesai juga

b. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk

memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk.

Misalnya:

Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; ibu sibuk bekerja di dapur; Adik

menghafal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik

mendengarkan siaran “Pilihan Pendengar”.

2.2.4 Tanda Titik Dua (:)

a. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan

pemerian.

Misalnya:

Ketua : Achmad H.

Sekretaris : Alek

22
b. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang

menunjukkan pelakudalam percakapan.

Misalnya:

Ibu : (meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!”

2.2.5 Tanda Hubung (-)

a. Tanda hubung meyambung unsur-unsur kata ulang.

Misalnya: Anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan

b. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-

bagian tanggal.

Misalnya: p-a-n-i-t-i-a

2.2.6 Tanda Pisah (-)

a. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi

penjelasan di luar bangun kalimat.

Misalnya:

Kemerdekaan bangsa itu―saya yakin akan tercapai―diperjuangkanoleh

bangsa itu sendiri.

b. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan oposisi atau keterangan yang

lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

Misalnya:

Rangkaian temuan ini―evolusi, teori kenisbian, dan kini jugapembelahan

atom―telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

2.2.7 Tanda Elipsis (…)

23
a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.

Misalnya: Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.

b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa terdapat bagian yang dihilangkan di

dalam satu kalimat atau naskah.

Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.

2.2.8 Tanda Tanya (?)

a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.

Misalnya: Kapan ia berangkat?

b. Tanda tanya dipakai dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat

yangdisangsikan atau yang kurang dapat membuktikan kebenarannya.

Misalnya:Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?)

2.2.9 Tanda Seru (!)

a. Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan

atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,

ataupun rasa emosi yang kuat.

Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu!

2.2.10 Tanda Kurung ((…))

a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

Misalnya: Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian

Kegiatan) kantor itu.

b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian

integral pokok pembicaraan.

24
Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama yang terkenal di

Bali) ditulis padatahun 1962.

2.2.11 Tanda Kurung Siku ([…])

a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai

koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang

lain. Tanda itu menyatakanbahwa kesalahan atau kekurangan itu memang

terdapat di naskah asli.

Misalnya:Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

b. Tanda kurung siku menapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah

bertandakurung.

2.2.12 Tanda Petik (“…”)

a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan

naskah ataubahan tertulis lain.

Misalnya:“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”

b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai

dalam kalimat.

Misalnya: Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.

2.2.13 Tanda Petik Tunggal (‘…’)

a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

Misalnya: Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”

b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau

ungkapan asing.

Misalnya: feed-back ‘balikan’

25
2.2.14 Tanda Garis Miring (/)

a. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan

penandaanmasa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

Misalnya:

No. 7/PK/1973

Jalan Kramat III/10

Tahun anggaran 1985/1986

b. Tanda gris miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.

Misalnya:Dikirimkan lewat ‘dikirim lewt darat ataudarat/laut lewat laut’

2.2.15 Tanda Penyingkat atau Apostrof

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian

angka tahun.

Misalnya:

Ali ‘kan kusurati. (‘kan = akan)

Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)

1 Januari ’88. (’88 = 1988)

26
23

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Ejaan adalah keseluruhan peraturan yang melambangkan bunyi ujaran,

pemisahan dan penggabungan kata, penulisan kata, huruf, dan tanda baca.

Perkembangan ejaan di Indonesia diawali dengan ejaan van Ophuijsen.

Ejaan van Ophuijsen ditetapkan sebagai ejaan bahasa Melayu pada

1901.Ciri khas yang menonjol ialah penggunaan huruf j untuk menuliskan

kata-kata yang menggunakan huruf u, seperti goeroe dan kamoe, serta

digunakannya tanda diakritik dan trema pada kata ma’moer dan do’a.

Setelah mengalami perkembangan, kedudukan ejaan van Ophuijsen

tergantikan oleh ejaan Soewandi.

3.1.2 Tanda baca merupakan unsur yang penting dalam bahasa tulis. Tanda baca

dapat membantu pembaca untuk dapat memahami pikiran

penulisnya.Alangkah sulitnya kita memahami suatu tulisan yang tidak

dilengkapi dengan tanda baca.Pemakaian tanda baca dalam ejaan bahasa

Indonesia meliputi pemakaian (1) tanda titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik

koma, (4) tanda titik dua, (5) tanda hubung, (6) tanda pisah, (7) tanda

ellipsis, (8) tanda Tanya, (9) tanda seru, (10) tanda kurung, (11) tanda

kurung siku, (12) tanda petik, (13) tanda petik tunggal, (14) tanda garis

miring dan (15) tanda apostrof (penyingkat).


3.2 Kritik dan Saran

Kami sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Mohon

kritik dan sarannya supaya ke depan bisa lebih baik lagi.

24
25

DAFTAR PUSTAKA

Widjono Hs. 2015.Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di


Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo

Ahmad H. P. 2016. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi Substansi Kajian dan
Penerapannya. Jakarta: Erlangga

Mijianti Yerry. 2018. “Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia”. Jurnal Bahasa


Indonesia. 3(1): 115-126
26

PERTANYAAN

1. Apa perbedaan tanda hubung dan tanda pisah? (Siti Fathonah)

2. Apa perbedaan tanda petik dan tanda petik tunggal, dan kapan keduanya

digunakan? (M. Afdal Vitra)

3. Darimana awal mulanya tanda baca? (Feby Suci)

4. Jelaskan sejarah secara rinci tentang perubahan ejaan? (Dyana Oksevira)

5. Apa perbedaan EYD dan EBI dalam segala aspak? (Adinda Sukma)

6. Tips mengingat tanda baca? (Rizki Syahrizal)

7. Siapa yang menciptakan tanda baca Bahasa Indonesia? (Abdul Rasyid)

Anda mungkin juga menyukai