Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banjir ialah bencana alam yang sering terjadi di banyak kota dalam skala yang
berbeda dimana air dengan jumlah yang berlebih berada di daratan yang biasanya
kering. Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian banjir adalah
berair banyak dan juga deras, kadang-kadang meluap. Hal itu dapat terjadi sebab jumlah
air yang ada di danau, sungai, ataupun daerah aliran air lainnya yang melebihi kapasitas
normal akibat adanya akumulasi air hujan atau pemampatan sehingga menjadi
meluber. Di mata masyarakat, pada umumnya pengertian banjir merupakan hal yang
negatif. Hal ini karena banjir selalu berkaitan dengan hal-hal yang merugikan sehingga
dapat disebut juga bencana alam. Banjir dapat menyebabkan kerusakan parah,
khususnya pada daerah yang padat penduduk yang berada di bantaran sungai atau
daerah-daerah yang terkena banjir periodik.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan dapat diketahui, bahwa


bencana banjir yang sering terjadi dalam suatu wilayah daerah aliran sungai (DAS)
terjadi karena faktor alami, dalam rangka mewujudkan pembanguan yang berkelajutan
dan menghindari dampak bencana lebih luas maka upaya pengelolaan DAS (daerah
aliran sungai). Dengan dasar dan pertimbangan latar belakang yaitu banjir yang sering
merugikan banyak orang dan bagaimana cara menanggulangi bencana tersebut sehingga
tidak banyak korban karena banjir yang datang pada setiap tahunnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Banjir dan Dampak Yang Ditimbulkan

Pengertian banjir merupakan suatu peristiwa yang terjadi saat aliran air yang
berlebihan merendam suatu daratan. Meski kerusakan yang dapat akibatkan bencana
banjir dapat dihindari dengan cara pindah menjauh dari danau, sungai, atau aliran air
lainnya, orang-orang akan tetap menetap serta bekerja dekat daerah-daerah aliran air
tersebut guna mencari nafkah dan juga memanfaatkan biaya murah. Manusia masih
terus menetap di wilayah yang rawan banjir tersebut merupakan sebuah bukti bahwa
nilai menetap di wilayah yang rawan banjir lebih besar dibandingkan dengan biaya
kerusakan akibat bencara banjir periodik. Untuk lebih lengkapnya, berikut macam-
macam banjir.

1) Penyebab Banjir

Saat bencana banjir terjadi, banyak orang yang kehilangan harta benda. Bahkan
hingga menimbulkan korban jiwa. Oleh sebab itu, alangkah baiknya untuk
mengetahui penyebab banjir supaya dapat mengambil langkah tepat guna mencegah
bencana banjir tersebut. Berikut penyebab banjir yang harus Anda ketahui.

 Penebangan hutan liar


Penebangan hutan secara liar yang membuat hutan menjadi gundul merupakan
salah satu penyebab banjir. Hal ini karena, akar pohon memiliki fungsi untuk
menyerap air. Oleh sebab itu, jika banyak pohon yang hilang maka akan dengan
mudah terjadi bencana banjir.
 Buang sampah sembarangan
Penyebab banjir yang satu ini sudah tidak asing lagi. Sampah yang dibuang
sembarang khususnya apabila dibuang di sungai atau aliran air lainnya dapat
menyumbat aliran air tersebut sehingga dapat meluap dan menyebabkan
terjadinya banjir.
 Pemukiman di bantaran sungai atau aliran air
Pemukiman yang didirikan di bantaran sungai mengakibatkan sungai tersebut
rentan terjadi pendangkalan. Pendangkalan yang terjadi di sungai karena
kebiasaan untuk membuang sampah ke sungai serta keadaan tanah di kiri kanan
bangunan tersebut dapat saja ambles dan kemudian menutup sisi sungai. Sehingga
sungai menjadi menyempit dan rawan banjir.
 Dataran rendah
Daerah-daerah yang berada di dataran rendah dapat menyebabkan banjir, hal ini
karena luapan air yang mengalir dari tempat di dataran tinggi ke rendah sehingga
dapat beresiko terkena banjir.
 Curah hujan yang tinggi
Penyebab banjir ini disebabkan karena faktor cuaca. Apabila terdapat daerah yang
memiliki curah hujan tinggi dan terjadi berlarut-larut dalam jangka waktu lama,
memiliki resiko yang besar untuk terjadi banjir terlebih jika berada di dataran
rendah.
 Drainase yang sudah diubah tanpa memperhatikan Amdal
Drainase yang sudah diubah tanpa memperhatikan amdal yang terlebih di
lingkungan perkotaan. Daerah hutan ataupun rawa yang dapat membantu untuk
mencegah atau mengurangi banjir, namun dipakai untuk membangun mall atau
bangunan lainnya sehingga merusak lapisan atmosfer dan akan mudah beresiko
terjadinya banjir.
 Bendungan yang jebol
Bendungan yang jebol adalah salah satu penyebab banjir disekitar lingkungan
yang daerah tersebut kurang terawat serta mudah dirusak kelestariannya, dengan
memanfaatkan sesuatu yang tidak pada tempatnya dan juga hasilnya dapat
berakibat banjir bandang yang sangat merugikan.
 Salah sistem kelola tata ruang
Penyebab banjir yang satu ini dapat mengakibatkan air sulit untuk menyerap serta
alirannya lambat. Sementara air yang datang ke wilayah tersebut jumlahnya akan
lebih banyak dari yang biasanya dialirkan sehingga dapat dengan cepat terjadi
banjir.
 Tsunami
Merupakan jenis banjir air laut yang sangat besar. Tsunami merupakan penyebab
banjir yang sangat merugikan. Tsunami pada umumnya dapat terjadi dikarenakan
pergeseran lapisan lempeng bumi. Tingginya gelombang tsunami dapat dengan
mudah menyapu daerah-daerah yang ada di sekitarnya hingga dapat menimbulkan
banyak kerugian dan korban jiwa.
 Tanah yang sudah tidak dapat menyerap air
Tanah yang sudah tidak dapat untuk menyerap air dapat dikarenakan beberapa
faktor, salah satunya karena tanah tersebut sudah jarang ditemukan lahan hijau
ataupun lahan kosong. Sehingga air tidak terserap ke dalam tanah melainkan
langsung masuk ke sungai, danau, selokan, atau saluran air yang lainnya. Air yang
ada dalam jumlah banyak apabila sudah tidak dapat tertampung oleh saluran air
tersebut dapat menggenang serta menyebabkan banjir.

2) Dampak Yang Ditimbulkan Dari Banjir

Setiap bencana alam pasti menimbulkan kerugian dan dampak di wilayah yang
terkena bencana tersebut, begitu pula dengan banjir. Berikut beberapa akibat banjir
dan cara mengurangi banjir. Dampak Banjir :

1) Menyebarnya berbagai bibit-bibir penyakit.


2) Kehilangan harta benda.
3) Pertanian, tanaman, atau ladang yang rusak.
4) Menimbulkan banyak korban apabila terjadi banjir bandang.
5) Fasilitas umum, sarana dan prasarana yang menjadi rusak.
6) Jarang air karena sebelumnya sudah terkontaminasi dengan banjir.
7) Pohon-pohon yang lama terendam banjir akan mati.
8) Dampaknya dalam jangka panjang, jumlah wisatawan yang datang ke daerah
tersebut akan menurun.
9) Pemulihan kembali wilayah bencana membutuhkan waktu yang lama.
10) Mahalnya biaya untuk membangun sarana dan prasarana yang rusak akibat
banjir.
11) Terjadi kenaikan harga, hal ini karena bahan makanan yang menjadi langka.
B. Banjir Ditinjau Terhadap Aspek Hidrologi

Tinjauan dari aspek hidrologi adalah bahwa kaidah teknis perencanaan sebagai
dasar pembangunan infrastruktur adalah perlu dipahami bahwa penyediaan
infrastruktur, pada prinsipnya didasarkan pada kajian dan kaidah-kaidah teknis
perencanaan dengan mengacu pada standar perencanaan dengan tingkat tertentu, yang
menghasilkan bangunan prasarana dengan kapasitas dan tingkat kemampuan tertentu
pula. Karenanya kemampuan prasarana itu sendiri juga mengandung keterbatasan dan
faktor resiko tertentu. Tidak ada jaminan bahwa suatu prasarana mampu menjamin
seratus persen tuntas dalam penyelesaian masalah alam dan lingkungan yang dinamis
(Siswoko, 2006). Dalam kaitannya dengan rencana pembuatan bangunan air, salah satu
besaran rancangan yang harus didapatkan melalui kegiatan analisis hidrologi adalah
besaran debit banjir rancangan (design flood). Banjir rancangan adalah besarnya debit
banjir yang ditetapkan sebagai dasar penentuan kapasitas bangunan dan untuk
mendimensi bangunan hidraulik (termasuk bangunan di sungai), sedemikian hingga
kerusakan yang dapat ditimbulkan baik langsung maupun tidak langsung oleh banjir
tidak boleh terjadi selama besaran banjir tidak terlampaui (Sri Harto, 1993). Secara
umum banjir rancangan ditetapkan berdasarkan pertimbangan hidro-ekonomi, yaitu
terkait dengan hal-hal berikut ini (Rachmad Jayadi, 2005).

 Urgensi bangunan air terkait dengan resiko kegagalan fungsi bangunan.


 Ekonomi dengan memperhatikan kemampuan penyediaan dana untuk
pembangunan, operasi dan pemeliharaan bangunan air yang dirancang.

C. Banjir Ditinjau Terhadap Aspek Hidrolika

Tinjauan dari aspek hidraulika bahwa untuk menentukan elevasi muka air banjir
rancangan digunakan analisis profil muka air (analisis hidraulik) dengan memakai data
debit yang diambil dari data debit puncak atau data hidrograf debit rancangan yang
diperoleh dari analisis hidrologi dan dengan memakai data geometri penampang sungai
(Mays, 1996). Dalam perkembangannya, alat bantu perhitungan cara penelusuran
hidraulik (analisis elevasi muka air) berupa softwaresofware mulai dipergunakan.
Software yang berbasis penelusuran hidraulika antara lain : HECRAS (Hydrologic
Engineering Center’s River Analysis System) adalah software yang diproduksi oleh US
Army Corps of Engineers- Hydrologic Engineering Center (Anton DPM, 2004).

D. Upaya Penanganan Banjir Dalam Bidang Teknik Sipil

1) Upaya Struktur

Upaya untuk mengatasi masalah banjir sampai tahun 1960-an masih mengendalikan
penanganan secara fisik (struktur) pada sungainya, yaitu dengan melakukan
modifikasinya dan perbaikan terhadap sungai serta pembuatan bangunan-bangunan
pengendalian banjir. Berbagai jenis kegiatan fisik yang dilakukan pada suatu sungai
yaitu dengan membentuk satu sistem pengendalian banjir yang direncanakan
dengan kapasitas dan dimensi tertentu sesuai dengan nilai kelayakannya, sehingga
sistem pengendalian banjir tersebut selalu mendukung keterbatasan.

Berbagai jenis kegiatan yang bersifat struktur tersebut, yang sering dilakukan
adalah bertujuan untuk:

 Mencegah meluapnya air banjir sampai pada tingkat/besaran banjir tertentu


Agar aliran banjir di sungai tidak meluap menggenangi daerah dataran banjir di
sekitar sungai, maka dapat dibangun tanggul banjir berikut bangunan
pelengkapnya untuk mengatasi banjir dengan tingkat/besaran tertentu, misalnya
untuk 5 tahunan, 10 tahunan, 25 tahunan, 50 tahunan, dsb yang didasarkan
pada tingkat kelayakannya. Dengan demikian bangunan tanggul ini hanya
dapat menjarangkan / mengurangi frekuensi terjadinya limpasan banjir, dan
tidak untuk mengamankan daerah dataran banjir terhadap ancaman banjir
secara mutlak. Dengan adanya perubahan watak banjir, tingkat pengendalian
banjir bisa mengalami penurunan meskipun besaran debit banjir yang
dikendalikannya tidak berkurang.
 Merendahkan elevansi muka air banjir di sungai Upaya ini dilakukan agar
aliran banjir tidak menimbulkan limpasan, atau paling tidak untuk mengurangi
tingginya limpasan. Kegiatan fisik yang dilakukan dapat berupa normalisasi
alur, penggalian sudetan, dan pembangunan banjir kanal. Pelaksanaannya perlu
dukungan analisis morfologi sungai, agar didapat rekayasa sungai yang efisien.
Pembangunan banjir kanal bertujuan mengalirkan/memindahkan sebagian
aliran banjir dari sungai langsung masuk ke laut atau ke sungai lain
(interconnection) sehingga debit banjir dan ketinggian/elevasi muka air banjir
pada sungai asli berkurang.
 Memperkecil debit banjir di sungai Upaya ini dicapai antara lain dengan
membangun bendung/waduk, pemanfaatan daerah rendah untuk waduk retensi
banjir, dan pembangunan banjir kanal. Dengan debit banjir yang menjadi lebih
kecil, kemungkinan terjadinya limpasan banjir menjadi lebih kecil pula. Selain
waduk-waduk besar tersebut, waduk-waduk kecil, embung, situ-situ dan waduk
alam yang berupa danau dapat berfungsi pula untuk memperkecil aliran banjir
di sungai. Alur sungai berfungsi sebagai waduk yang panjang, maka dari itu
sungai yang bermeander di bagian hulu dan tengah sangat efektif untuk
memperkecil puncak banjir di bagian hilir, sehingga tidak boleh diganggu.
 Upaya untuk memperkecil debit banjir di sungai dapat dilakukan pula dengan
memperkecil koefisien “run off” antara lain dengan membangun sumur-sumur
rendah resapan dan kolam-kolam penampung air hujan di daerah pemukiman
serta pembangunan sistem dan kolam-kolam penampung air hujan di daerah
pemukiman serta pembangunan sistem drainase berwawasan lingkungan.
Upaya ini sering dianggap sebagai upaya nonstruktur.

Jenis-jenis kegiatan yang bersifat struktur yang diterapkan pada suatu sungai
tersebut diatas bisa merupakan kegiatan gabungan ataupun tunggal, dan
membentuk sistem/pola pengendalian banjir pada sungai yang bersangkutan,
dan pada umumnya spesifik untuk masing-masing sungai dan pada umumnya
selalu berbeda antara sungai satu dengan yang lain.

Pada saat ini selain upaya struktur, di Indonesia telah dilakukan upaya
nonstruktur walaupun masih perlu ditingkatkan, upaya nonstruktur tersebut
antara lain berupa penanganan dan pengaturan daerah aliran sungai bagian hulu
dalam rangka konservasi tanah / pengendalian erosi dan sedimentasi, penataan
ruang, pemberian peringatan dini kepada masyarakat (‘flood forecasting and
early warning system’) dalam rangka evakuasi, penanggulangan banjir (‘flood
fighting’), dan sebagainya.
2) Upaya Nonstruktur

Pada prinsipnya upaya ini bukan merupakan upaya untuk menangani sungai agar
air banjir tidak menggenangi dataran banjir atau agar kemungkinan terjadinya
limpasan berkurang, seperti halnya pada kegiatan struktur, namun berupa upaya
penyesuaian dan pengaturan kegiatan manusia agar harmonis dan serasi dengan
lingkungan/alam sedemikian rupa, sehingga kerugian/bencana yang ditimbulkan
oleh banjir terhadap masyarakat menjadi sekecil mungkin. Dengan demikian upaya
ini berupa rekayasa sosial yang menuntut adanya keserasian/keharmonisan dari
seluruh kegiatan manusia dengan alam/lingkungan hidupnya.

Upaya ini sebenarnya telah dilaksanakan oleh nenek moyang kita sejak dahulu
kala. Sebagai contoh pembangunan rumah tinggal tradisional tipe panggung,
dengan lantai yang tidak langsung berada diatas permukaan tanah. Hal ini
membuktikan bahwa mereka telah pandai dalam membaca dan mengantisipasi
gejala alam, dan telah berusaha menyesuaikan diri serta tidak melawannya.

Upaya nonstruktur perlu dilaksanakan baik pada sungai-sungai yang telah


dilakukan penanganan secara struktur maupun yang belum ditangani.

Beberapa jenis kegiatan yang bersifat nonstruktur antara lain adalah :

 Pengaturan penggunaan lahan di dataran banjir yaitu Pengaturan


penggunaan/pemanfaatan lahan atau penataan ruang di dataran banjir perlu
disesuaikan dengan adanya resiko terjadinya banjir. Upaya ini dirasakan sangat
mendesak, khususnya pada sungai-sungai yang melewati daerah yang potensial
menjadi kawasan perkotaan/pemukiman dan kawasan budidaya lainnya.
 Perkembangan pembangunan di dataran banjir yang berada di daerah
perkotaan, pada umumnya telah banjir sedemikian rupa dan kurang
mempertimbangkan resiko terjadinya banjir. Di beberapa kota telah terdapat
ketentuan tentang peil banjir. Namun pemberian informasi tentang peil banjir
tersebut belum merupakan pemecahan yang benar bila tidak dilengkapi dengan
rencana penataan ruangnya.
 “Flood plain management plan” atau rencana pengelolaan lahan di dataran
banjir adalah merupakan masukan teknis yang sangat penting didalam
penyusunan Perda tentang penataan lahan di dataran banjir sedemikian rupa
sehingga telah menyesuaikan dengan adanya resiko terjadinya banjir, maka
kerugian apabila terjadi banjir akan dapat ditekan serendah-rendahnya.
 Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 1991 tentang Sungai dan Peraturan Menteri
PU No: 63/PRT/1993 tentang garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai,
Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai, telah mengatur penggunaan
lahan di daerah penguasaan sungai termasuk di dataran banjir.Masyarakat yang
akan memanfaatkan dataran banjir untuk berbagai keperluan perlu mendapat
ijin dari yang berwenang sesuai dengan rencana penataan ruang yang berupa
Peraturan Daerah di lokasi yang bersangkutan.

Upaya nonstruktur yang berupa kegiatan di luar sungai untuk mengatasi


masalah banjir di dataran banjir yang telah terlanjur berkembang, relatif lebih
sulit dilaksanakan. Berbagai upaya yang dapat diterapkan antara lain :

 Melindungi bangunan atau komplek/kelompok bangunan tertentu dengan


tanggul keliling dengan elevasi puncak tertentu sehingga genangan banjir di
dataran banjir tidak menggenangi komplek tersebut (flood proofing). Genangan
akibat hujan lokal yang jatuh di dalam komplek perlu pemecahan tersendiri,
antara lain dengan memasang pompa.
 Pemindahan bangunan yang tergenang banjir ke lokasi yang lebih tinggi
sehingga relatif lebih aman terhadap banjir. Upaya ini akan lebih sederhana dan
murah apabila jumlah bangunan yang harus dipindahkan relatif sedikit.
 Melakukan prakiraan dan peringatan dini menjelang terjadinya banjir kepada
masyarakat (“flood forecasting and early warning system”) dalam rangka
melakukan pengungsian/evakuasi. Untuk itu diperlukan
pemantauan/penyediaan data sesaat (real time) yang akurat, mengingat waktu
perjalanan puncak banjir untuk sungai-sungai di Indonesia relatif singkat
(sering hanya beberapa jam).
 Penerapan “Building Codes” Untuk menekan besarnya kerugian akibat banjir,
pembangunan yang “terpaksa” dilakukan di dataran banjir dapat dilaksanakan
dengan memakai konstruksi yang disesuaikan dengan resiko/kemungkinan
terjadinya genangan banjir, sehingga bila terjadi genangan tidak mengalami
kerugian yang berarti.
 Beberapa upaya yang ditempuh antara lain dengan membangun rumah tipe
rumah panggung atau rumah susun, pembangunan jalan dengan perkerasan
beton, dsb. Untuk itu diperlukan pemberian informasi ketinggian genangan
banjir untuk berbagai periode ulang di dataran banjir.

Tata cara membuat bangunan di daerah hulu sungai maupun di daerah dataran
banjir sedang disiapkan. Kecuali memuat persyaratan tentang jenis konstruksi
dan bahan bangunan, perlu memuat persyaratan lain misalnya perbandingan
luas bangunan dengan luas lahan terbuka, standar sumur resapan, dsb.

Penetapan batas sempadan sungai dan penertiban penggunaan lahan di daerah


manfaat sungai

Pada sungai-sungai yang melewati daerah perkotaan batas sempadan sungai


mutlak diperlukan agar sungai tidak semakin menyempit dengan adanya
pemukiman di sepanjang alur sungai, dan sekaligus terjadinya bencana yang
dapat mengancam pemukiman itu sendiri dapat terhindar.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993 telah mengatur tata cara
penetapan sempadan sungai, yang memuat ketentuan pokok dan kriteria
penetapan garis sempadan sungai, serta pemanfaatan daerah sempadan.
Berdasarkan Permen ini, pihak Pemda Tingkat I perlu menyiapkan Peraturan
Daerah (Perda) yang khususnya diperuntukkan pada sungai-sungai di daerah
yang bersangkutan dengan mendapatkan masukan teknis dari pembina sungai.
(Nb : untuk download peraturan menteri No. 63/PRT/1993 bisa klik disini)
 Peran serta swasta dan masyarakat , Dengan keterbatasan yang ada pada
Pemerintah terutama yang menyangkut dana untuk pembangunan prasarana
dan sarana fisik pengendali banjir, maka peran serta swasta dan masyarakat
harus lebih ditingkatkan.
 Agar banjir tidak menimbulkan masalah yang besar pada masyarakat, dan juga
agar masyarakat mengetahui dan menyadari adanya berbagai penyebab
terjadinya masalah yang datangnya sebagian besar dari masyarakat sendiri,
serta menyadari atas segala keterbatasan yang ada pada setiap upaya mengatasi
masalah banjir, maka masyarakat perlu diberi pengertian yang benar. Dengan
mengetahui permasalahan secara benar diharapkan masyarakat dapat
berpartisipasi aktif untuk ikut mengatasi dan menghindarkan timbulnya
masalah.
 Upaya menyadarkan dan menjadikan masyarakat mengerti dan mau
berpartisipasi dalam rangka mengatasi masalah banjir masih perlu ditingkatkan
lewat penyuluhan dengan menggunakan media massa berupa pers, televisi,
radio maupun dari rumah ke rumah oleh petugas RT dan pemuka masyarakat
agar mencintai sungai. Dengan mencintai sungai maka masyarakat tidak akan
merusak sarana yang telah dibangun, mempersempit alur sungai dengan
membangun bangunan liar, mengotori sungai dengan membuang sampah dan
limbah padat dan cair, memanfaatkan sungai tanpa ijin dan sebagainya.
 Kesadaran masyarakat terhadap peraturan yang telah ada baik berupa undang-
undang, peraturan pemerintah dan peraturan daerah yang terkait dengan
masalah ini perlu ditingkatkan lewat penyuluhan hukum, yang diawali dengan
penyuluhan kepada seluruh aparat terkait di daerah. Masalah lain yang juga
perlu mendapat perhatian adalah menyangkut pengawasan dan pemberian
sanksi.
 Seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat di DAS baik di hulu,
tengah dan hilir harus diupayakan agar bersahabat dengan lingkungan,
sehingga tidak menimbulkan perubahan watak banjir yang merugikan, erosi,
dan pencemaran lingkungan. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan
membangun sumur resapan, jalan lingkungan dengan conblok, membangun
kolam-kolam /waduk penampungan air hujan, kolam retensi banjir, dsb.
Cara mengatasi banjir :

1) Menata daerah aliran-aliran air seperti sungai, danau, dan lain sebagainya sesuai
dengan fungsinya.
2) Tidak membuang sampah sembarangan ke danau, sungai, selokan.
3) Tidak membangun rumah ataupun bangunan dibantaran sungai.
4) Lakukan pengerukan sungai.
5) Perlu dilakukan reboisasi atau penghijauan hutan.
6) Sistem pemantau dan peringatan apabila terjadi bencana harus dibangun di daerah
yang rawan banjir.

Keuntungan Datangnya Banjir Banyak yang berpikir bahwa banjir hanya mendatangkan
kerugian dan dampak negatifnya, namun ada juga keuntungan datangnya banjir, antara
lain :

1) Air tanah yang terisi kembali.


2) Di daerah yang kering, kebutuhan air dapat untuk tercukupi.
3) Banjir menambah kandungan pada tanah.
4) Ikan sangat cocok untuk berkembang biak di air banjir.
5) Tambahan kandungan ke danau atau sungai yang pada akhirnya berpengaruh positif
pada industri perikanan.
6) Penyeimbang ekosistem sungai.
7) Air banjir yang melimpah dapat dimanfaatkan oleh berbagai jenis ikan guna
mencari tempat hidup baru.
8) Burung memiliki cadangan makanan melimpah.
BAB III

KESIMPULAN
Dari makalah ini kita bisa simpulkan bahwa penyebab banjir bisa ditinjau dari
segi hidrolika dan segi hidrologi. Dari segi hidrologi, curah hujanlah yang sangat
mempengaruhi. Dan dari segi hidrolika, besar kecilnya ukuran saluran yang sangat
mempengaruhi.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA
http://www.artikelsiana.com/2015/08/pengertian-banjir-penyebab-dampak-cara.html

https://www.ruthjetti.com/2017/03/pengertian-penyebab-akibat-dan-cara.html

https://www.brilio.net/duh/10-bencana-banjir-paling-besar-di-dunia-daratan-seperti-
lautan-1711304.html.

https://www.bing.com/search?q=banjir+ditinjau+dari+aspek+hidrologi&qs=n&form=Q
BRE&sp=-1&pq=banjir+ditinjau+dari+aspek+hidrologi&sc=0-36&sk=&cvid=F97
https://www.bing.com/search?q=banjir+ditinjau+dariaspek+hidrologi&qs=n&form=QB
RE&sp=-1&pq=banjir+ditinjau+d&sc=0-
17&sk=&cvid=302C33E8B2024EEEA442FDE1893D2721201524EC848AE88B73D82
2337393E

https://www.bing.com/search?q=bagaiamana+jika+banjir+ditinjau+dari+aspek+hidrolo
gi&qs=n&form=QBRE&sp=-
1&pq=bagaiamana+jika+banjir+ditinjau+dari+aspek+hidrologi&sc=0-
52&sk=&cvid=2A52A1D4D7F749909C27CBC937ECBF30

https://www.bing.com/search?q=banjir+di+tinjau+dari+aspek+hidrologi&qs=n&form=
QBRE&sp=-1&pq=banjir+di+tinjau&sc=0-
16&sk=&cvid=FEF8BFB00D9C4E77ADDDBBFEB9CA1EE0

Anda mungkin juga menyukai