Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah merupakan bagian penting dari perjalanan sebuah umat, bangsa,
negara, maupun individu. Keberadaan sejarah merupakan bagian dari proses
dari kehidupan itu sendiri. Oleh karena itu tanpa mengetahui sejarah, maka
proses kehidupan tidak akan dapat diketahui. Melalui sejarah pula manusia
dapat mengambil banyak pelajaran dari proses kehidupan suatu umat, bangsa,
negara dan sebagainya.
Termasuk bagian dari sejarah peradaban Islam adalah munculnya Islam di
Asia Tenggara. Islam di negara-negara Asia Tenggara, sangat diperhitungkan
karena jumlah kuantitasnya, hampir seluruh negara yang ada di Asia Tenggara
penduduknya baik mayoritas ataupun minoritas memeluk agama Islam.
Misalnya, Islam menjadi agama resmi negara federasi Malaysia, Kerajaan
Brunei Darussalam, negara Indonesia (Sekitar 90% menganut agama Islam),
Burma (hanya ada sebagian kecil wilayah Republik Filipina, Kerajaan
Muangthai, Kampuchea dan Republik Singapura).
Masuknya Islam di Asia Tenggara merupakan suatu proses yang bisa
dikatakan panjang dan merupakan suatu bukti bahwa Islam demikian kuat
pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat dikawasan ini. Islam Asia Tenggara
mengacu pada Islam di gugusan kepulauan atau benua maritim (nusantara) yang
mencakup tidak hanya kawasan yang sekarang menjadi negara Indonesia, tetapi
juga wilayah Muslim Malaysia, Thailand Selatan (Patani), Singapura, Filipina
Selatan (Moro), dan juga Champa (Kampuchea). Islam Asia Tenggara
(Southeast Asian Islam) sering digunakan secara bergantian dengan 'Islam
Melayu-Indonesia' (Malay-Indonesian Islam).1
Melihat sejarah masa lalu, terlihat bahwa Islam bukanlah agama pertama
yang tumbuh pesat, akan tetapi Islam masuk ke lapisan masyarakat yang waktu
itu telah memiliki peradaban, budaya, dan agama. Namun para penyebar Islam
mampu menkonversikan Islam dengan baik pada masyarakat setempat.
Terbukti banyak dari masyarakat baik lapisan bawah maupun elit yang tertarik
dan memeluk Islam. Penyebaran Islam pun mulai marak dilakukan dengan
berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Asia Tenggara antara abad ke-13 hingga
16 M. Kemudian pada abad berikutnya Bangsa Barat seperti Spanyol dan
Portugis mulai berdatangan ke Asia Tenggara. Kedatangan mereka dipermudah

1
Azyumardi Azra, Islam Nusantara. Link:
http://republika.co.id/berita/kolom/resonansi/15/06/17/nq3f9n-islam-nusantara-1 ( diakses
06 November 2017)
oleh kondisi waktu itu terutama adanya kevakuman kekuasaan dan pertentangan
diantara kerajaan-kerajaan kecil yang saling berebut hegemoni. Pertentangan
inilah yang dimanfaatkan Spanyol dan Portugis. Dengan dalih bersekutu,
mereka mengadu domba diantara kerajaan-kerajaan kecil tersebut untuk saling
bermusuhan sehinggga kerajaan-kerajaan ini runtuh dan diambil oleh mereka.
Pada awal abad ke-20, dunia Islam menghadapi munculnya gerakan
modernisme yang muncul di Timur Tengah dan menyebar ke seluruh dunia
Islam termasuk Asia Tenggara.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai
Islam di Asia Tenggara dari sisi sejarahnya, perkembangan dan kemajuannya
hingga modernisasi Islam di kawasan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas
lebih lanjut, antara lain :
1. Bagaimana sejarah Islam di Asia Tenggara?
2. Bagaimana kemajuan agama Islam di Asia Tenggara?
3. Bagaimana modernisasi Islam di Asia Tenggara?

C. Tujuan Makalah
Berdasarkan pemaparan rumusan masalah diatas, dapat diambil tujuan
makalah ini :
1. Mengetahui sejarah Islam di Asia Tenggara
2. Mengetahui kemajuan agama Islam di Asia Tenggara
3. Mengetahui modernisasi Islam di Asia Tenggara

D. Manfaat Makalah

Makalah ini ditulis dalam rangka mengenal sejarah peradaban Islam di Asia
Tenggara, kemajuan dan modernisasi Islam yang berlangsung di kawasan
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa masuknya Islam ke Asia Tenggara
tidak berlangsung secara serta merta tapi melalui beberapa proses yang panjang
dan melalui beberapa tahapan. Wahyu dan Harjani mengatakan bahwa penetrasi
Islam Asia Tenggara secara kasar dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu;
1. Tahap pertama, dimulai dengan kedatangan Islam yang kemudian
diikuti dengan kemerosotan, akhirnya keruntuhan Kerajaan Majapahit
pada kurun abad keempat belas dan lima belas.
2. Tahap kedua, sejak datang dan mapannya kekuasaan kolonialisme
Belanda di Indonesia, Inggris di semenanjung Malaya dan Spanyol di
Filipina sampai awal abad ke-19.
3. Tahap ketiga, bermula pada abad ke-20 dengan terjadinya liberalisasi
kebijakan pemerintah kolonial terutama di Indonesia.2

A. Sejarah Islam di Asia Tenggara


1. Kedatangan Islam di Asia Tenggara
Sebelum memulai pembahasan, sepertinya perlu dibedakan antara term
“kedatangan Islam”, “penetrasi” (penyebaran) Islam” dan “Islamisasi”.
Kedatangan Islam biasanya dibuktikan dengan melihat peninggalan sejarah
seperti prasasti, batu bertulis, batu nisan dan lain-lain. Dari bukti inilah
kemudian diperkirakan awal kedatangan Islam di suatu tempat tertentu.
Kedatangan Islam di suatu tempat tidak selalu berarti bahwa masyarakat
setempat telah menganut Islam. Konversi Islam suatu masyarakat setempat
seringkali berselang kurang lebih setengah abad dengan kedatangan Islam
itu sendiri. Sedangkan Islamisasi merupakan suatu proses panjang yang
berlangsung selama berabad-abad bahkan sampai sekarang yang selain
mengandung arti upaya pemurnian Islam dari unsur-unsur kepercayaan non-
Islam, serta berusaha agar Islam dilaksanakan dalam berbagai aspek
kehidupan, yang mencakup ritual keagamaan, ekonomi, sosial budaya,
politik, hukum dan pemerintahan.
Masuknya Islam ke berbagai wilayah Asia Tenggara tidak berada
dalam satu waktu yang bersamaan, melainkan berlangsung selama berabad-
abad, dan tidak merata di seluruh tempat. Kondisi wilayah-wilayah Asia
Tenggara pada saat itupun berada dalam situasi politik dan kondisi budaya
yang berbeda-beda.

2
Wahyu Ilahi dan Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, hlm. 155.
Kehadiran Islam di bumi Nusantara khususnya dan Asia Tenggara
umumnya berlangsung secara sistematis, terencana, dan tanpa kekuatan
militer, dibawa oleh para ulama yang memang membawa misi khusus
menyebarkan Islam. Berbeda dengan kedatangan agama Kristen pertama
kali yang dibawa oleh kolonialis, khususnya dari Belanda. Para dai
membawa misi kedamaian, bukan peperangan. Yang dibawa adalah ilmu,
bukan senjata. Toto Suharto mengutip pendapat Arnold yang melukiskan
Islamisasi yang damai sebagai berikut: “Sketsa di atas hanyalah merupakan
bagian kecil daripada sejarah dakwah Islam di kepulauan
Nusantara…Tetapi cukup bukti-bukti yang menunjukkan adanya
pelaksanaan dakwah Islam yang berjalan dengan penuh damai selama 600
tahun terakhir…ajakan dan bujukanlah yang mewarnai gerakan dakwah
itu”.3
Oleh karenanya terjadi perdebatan panjang dan perbedaan dikalangan
para ahli mengenai kedatangan Islam di Asia Tenggara. Setidaknya ada 4
teori mengenai kedatangan Islam di Asia Tenggara 4:
1. Teori Gujarat : Pijnapel (1872 M) adalah orang yang mengemukakan
pertama kali, ini berdasarkan perjalanan Sulaiman, Markopolo dan Ibn
Batutah, dilanjutkan dengan dukungan Snouck Hurgronye dengan
alasan : pertama, kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa
Arab dalam penyebaran agama Islam ke Nusantara; kedua, hubungan
dagang antara Indonesia-India telah lama terjalin; ketiga, Inskripsi tertua
tentang Islam yang terdapat di Sumatra memberikan gambaran
hubungan dagang antara Sumatra dan Gujarat. Sejarawan pendukung
teori ini antara lain Stutterheim, Schriekie, Clifford Geertz, Harry
J.Benda, Arnold dan Morrison.
2. Teori Mekkah : Tahun 1958 M, muncul kritikan terhadap teori
pertama, seperti tokoh Hamka dalam seminar di Medan, tentang
“Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia”, di perkuat seminar
yang sama di Aceh 10-16 Juli 1978 M, yang diikuti oleh Indonesia,
Malaysia, India, Australia dan Prancis. Sejarawan Barat yang
sependapat teori ini adalah Crawfurd, Keyzer, Veth, Niemann dan de
Hollander. Alasan kuat teori ini menurut Hamka adalah bahwa Gujarat
hanya sebagai tempat singgah, sedangkan Mekkah atau Mesir adalah
sebagai tempat pengambilan ajaran Islam. Ia juga mendasarkan bahwa
mazhab terbesar yang dianut sebagian umat Islam Nusantara adalah
Mazhab Syafii dan mazhab yang sama dianut di Mekkah masa itu,
3
Toto Suharto, Gagasan Pendidikan Muhammadiyah dan NU sebagai Potret Pendidikan Islam
Moderat di Indonesia, Jurnal Islamica, Vol. 9, No.1 September 2014, hlm. 82
4
Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah, hlm. 56, Samsul Munir Amin, Sejarah
Peradaban Islam, hlm. 322-323.
alasan ini jarang diungkap sejarawan Barat masa awal. Alasan lain juga
dikemukakan oleh Sayyid Muhammad Naquib al-Attas bahwa sebelum
abad ke-17 M, seluruh literatur keagamaan yang relevan tidak mencatat
satu pengarang pun muslim India atau berasal dari India. Penulis yang
dipandang Barat sebagai berasal dari India terbukti berasal dari Arab
atau Persia. Termasuk penggunaan gelar Syarif, Said, Muhammad,
Maulana juga identik dengan asal Mekah. Kemudian bukti lain adalah
pada tahun 1297 M Gujarat masih berada dibawah naungan kerajaan
Hindu, setahun kemudian baru ditaklukkan tentara muslim.
3. Teori Persia : Teori ini dipelopori oleh Hosein Djajaningrat dari
Indonesia, bahwa Islam yang masuk ke Indonesia berasal dari Persia
abad ke-7 M. Teori ini memfokuskan tinjauannya pada sosio-kultural di
kalangan masyarakat Islam Indonesia yang ada kesamaan dengan di
Persia. Diantaranya adalah perayaan Tabut di beberapa tempat di
Indonesia, dan berkembangnya ajaran Syekh Siti Jenar, ada kesamaan
dengan ajaran Sufi al-Hallaj dari Iran Persia. Hamka menolak teori ini
dengan alasan, bila Islam masuk abad ke-7 M. yang ketika itu kekuasaan
dipimpin Khalifah Umayyah (Arab), sedangkan Persia belum
menduduki kepemimpinan dunia Islam. Dan masuknya Islam dalam
suatu wilayah, biasanya identik langsung berdirinya kekuasaan politik
Islam.
4. Teori Bengal yang dikembangkan oleh Fatimi. Ia mengutip pendapat T.
Peres yang mengemukakan bahwa kebanyakan orang Islam terkemuka
di Pasai adalah orang Bengali atau keturunan mereka. Namun teori ini
tidak dapat diterima karena Mazhab yang dominan di Bengal adalah
Hanafi bukan Syafii seperti di semenanjung dan Nusantara secara
keseluruhan.5

Kapan Islam datang di Asia Tenggara?


Persoalan tentang kapan masuknya Islam ke Nusantara, dalam hal ini
terjadi perbedaan pendapat dikalangan para sejarawan. Hamka, Arnold dan
beberapa tokoh lainnya mengemukakan bahwa Islam sudah datang di
Nusantara sejak abad pertama hijriyah (Abad 7 M). Menurut Hamka, Islam
sudah ada di Nusantara sejak abad ke-7 M atau tahun-tahun awal Hijriah,
dibawa oleh bangsa Arab, khususnya dari Mekkah. Lebih lanjut, Arnold
dalam The Preaching of Islam menyebut bahwa ada seorang pembesar Arab
yang menjadi kepala daerah pendudukan bangsa Arab di Pantai Barat
Sumatera pada 674 M. Sedangkan Snouck Hugronje dan Pijnapel

5
Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara, hlm. 32
mengatakan bahwa Islam dibawa ke Nusantara oleh para pedagang dari
Gujarat pada Abad 13 M.
Sarjana Muslim kontemporer seperti Taufik Abdullah
mengkompromikan pendapat-pendapat di atas dengan menyebutkan
memang benar Islam sudah datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriyah
atau abad ke -7 atau 8 Masehi, tetapi baru dianut oleh para pedagang Timur
Tengah di pelabuhan-pelabuhan. Barulah Islam masuk secara besar-besaran
dan mempunyai kekuatan politik pada abad ke-13 M dengan berdirinya
kerajaan Samudra Pasai. Hal ini terjadi akibat arus balik kehancuran
Baghdad ibukota Abbasiyah oleh Hulagu Khan. Kehancuran Baghdad
menyebabkan pedagang Muslim mengalihkan aktivitas perdagangan ke arah
Asia Selatan, Asia Timur dan Asia Tenggara. Azyumardi Azra juga
menambahkan : “Mungkin benar bahwa Islam sudah diperkenalkan ke dan
ada di Nusantara pada abad-abad pertama Hijriah, sebagaimana
dikemukakan Arnold dan dipegangi banyak sarjana Indonesia-Malaysia,
tetapi hanyalah setelah abad ke 12 pengaruh Islam keliatan lebih nyata,
karena itu, proses Islamisasi nampaknya mengalami akselerasi antara abad
ke-12 dan ke-16”.6
Siapa yang berperan menyebarkan Islam di Asia Tenggara?
Siapa yang memainkan peran penting utama dalam menyebarkan Islam
di Nusantara masjh menjadi perdebatan. Van Leur berpandangan bahwa para
pedagang Arab-lah yang memiliki peran penting dalam menyebarkan Islam
di Indonesia. Sementara Anthony Johns menilai bahwa proses islamisasi
lebih banyak dilakukan oleh agen-agen sufi.7 Menurutnya banyak sumber-
sumber lokal yang mangaitkan pengenalan islam ke wilayah ini dengan guru-
guru pengembara dengan karakteristik sufi yang kental. Para sufi ini telah
berhasil mengislamkan jumlah besar penduduk Nusantara setidaknya sejak
abad ke-13. Faktor utama keberhasilan para guru sufi adalah kemasan yang
atraktif, khususnya pada kemapuannya dalam menekankan kesesuaian Islam
dengan kepercayaan dan praktik keagamaan lokal.
Abdurrahman Mas’ud mengkompromikan dua pendapat ini dengan
menyatakan cukup beralasan bahwa antara saudagar dan sufi terdapat dalam
diri seorang individu. Sunan kudus misalnya, saah seorang dari Walisongo

6
Azyumardi, Azra. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan
XVIII. Hlm 27
7
Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara, Kepustakaan Populer Gramedia
(KPG), Jakarta, 2009, hlm. 28
yang sangat dihormati, seorang alim, sufi sekaligus saudagar yang kaya
raya.8

2. Proses Masuknya Islam di Asia Tenggara


Menurut Uka Tjandra Sasmita9, proses masukya Islam ke Asia Tenggara
yang berkembang ada enam, yaitu:
1. Saluran perdagangan
Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan.
Kesibukan lalu-lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat
pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam
perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia.
Saluran Islamisasi melaui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para
raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka
menjadi pemilik kapal dan saham. Mereka juga berhasil mendirikan masjid dan
mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi
banyak, dan karenanya anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa dan kaya-
kaya. Di beberapa tempat penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai
Bupati Majapahit yang ditempatkan di pesisir Utara Jawa banyak yang masuk
Islam, bukan karena hanya faktor politik dalam negeri yang sedang goyah,
tetapi karena faktor hubungan ekonomi drengan pedagang-pedagang Muslim.
Perekembangan selanjutnya mereka kemudian mengambil alih perdagangan
dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.
2. Saluran perkawinan
Dari sudut ekonomi, pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik
daripada ebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri-
puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum
dikawin mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai
keturunan, lingkungan mereka makin luas, akhirnya timbul kampung-kampung,
daerah-daerah dan kerajaan Muslim. Dalam perkembangan berikutnya, ada pula
wanita Muslim yang dikawini oleh keturunan bangsawan, tentu saja setelah
mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur perkawinan ini jauh lebih
menguntungkan apabila antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan atau
anak raja dan anak adipati, karena raja dan adipati atau bangsawan itu kemudian
turut mempercepat proses Islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara Raden
Rahmat atausunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan
puteri Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa yang mempunyai
keturunan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.

8
Abdurrahman Mas‟ud, Dari Haramain ke Nusantara, Jejak Intelektual Arsitek Pesantren,
Jakarta, Kencana, 2006, hlm. 54
9
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 201-203
3. Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang
bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.
Mereka mahir dalam soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan
menyembuhkan. Diantara mereka juga adayang mengawini puteri-puteri
bangsawan setempat. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada
penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang
sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah
dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran
yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu
adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di
Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih dikembangkan diabad ke-19 M bahkan di
abad ke-20 M ini.
4. Saluran pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok
yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di pesantren
atau pondok itu,calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama.
Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau
berdakwah ketempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang
didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri.
Keluaran pesantren ini banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan
Agama Islam.
5. Saluran kesenian
Saluran Islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan
wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam
mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia
meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat.
Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan
Ramayana, tetapi dalam serita itu di sisipkan ajaran nama-nama pahlawan
Islam. Kesenian-kesenian lainnya juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra
(hikayat, babad dan sebagainya), seni bangunan dan seni ukir.
6. Saluran politik
Awalnya pemerintah kolonial memberikan kemerdekaan kepada umat Islam
untuk melaksanakan ajaran agamanya sepanjang tidak mengganggu kekuasaan
pemerintah Belanda. Sedangkan dalam bidang politik, pemerintah melarang
keras orang Islam membahas hukum Islam baik dari Al-qur’an maupun Sunnah
yang menerangkan tentang politik kenegaraan atau ketatanegaraan. Di Maluku
dan Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk
Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam
di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia
Bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi
kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak
menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.

Untuk lebih memperjelas bagaimana proses masuknya agama Islam di


Asia Tenggara ini, ada 3 teori diharapkan dapat membantu memperjelas tentang
penerimaan Islam yang sebenarnya :

1. Menekankan peran kaum pedagang yang telah melembagakan diri


mereka di beberapa wilayah pesisir lndonesia dan wilayah Asia
Tenggara yang lain yang kemudian melakukan asimilasi dengan jalan
menikah dengan beberapa keluarga penguasa local yang telah
menyumbangkan peran diplomatik dan pengalaman lnternasional
terhadap perusahaan perdagangan para penguasa pesisir. Kelompok
pertama yang memeluk agama lslam adalah dari penguasa lokal yang
berusaha menarik simpati lalu-lintas Muslim dan menjadi persekutuan
dalam bersaing menghadapi pedagang-pedagang Hindu dari Jawa.
Beberapa tokoh di wilayah pesisir tersebut menjadikan konversi ke
agama lslam untuk melegitimasi perlawanan mereka terhadap otoritas
Majapahit dan untuk melepaskan diri dari pemerintahan beberapa
lmperium wilayah tengah Jawa.
2. Menekankan peran kaum misionaris dari Gujarat, Persia dan Arab.
Kedatangan para sufi bukan hanya sebagai guru tetapi sekaligus juga
sebagai pedagang dan politisi yang memasuki lingkungan istana para
penguasa, perkampungan kaum pedagang, dan memasuki
perkampungan di wilayah pedalaman. Mereka mampu
mengkomunikasikan visi agama mereka dalam bentuknya yang sesuai
dengan keyakinan yang telah berkembang di wilayah Asia Tenggara.
Dengan demikian dimungkinkan bahwa masuknya Islam ke Asia
Tenggara agaknya tidak lepas dengan kultur daerah setempat
3. Lebih menekankan makna lslam bagi masyarakat umum dari pada bagi
kalangan elite pemerintah. Islam telah menyumbang sebuah landasan
ldeologis bagi kebijakan individual, bagi solidaritas kaum tani dan
komunitas pedagang dan bagi integrasi kelompok parochial yang lebih
kecil menjadi masyarakat yang lebih besar.
Agaknya ketiga teori tersebut bisa jadi semuanya berlaku, sekalipun
dalam kondisi yang berbeda antara satu daerah dengan yang lainnya. Tidak
terdapat proses tunggal atau sumber tunggal bagi penyebaran lslam di Asia
Tenggara, namun para pedagang dan kaum sufi pengembara, pengaruh para
murid, dan penyebaran berbagai sekolah agaknya merupakan faktor
penyebaran lslam yang sangat penting.
3. Kerajaan Islam di Asia Tenggara
Penyebaran Islam di wilayah Asia Tenggara ditandai dengan berdirinya
kerajaan-kerajaan Islam di kawasan tersebut. Sejarah perkembangan kerajaan
Islam di wilayah Asia Tenggara tidak lepas dari kepentingan perdagangan dan
syiar agama yang dibawa oleh saudagar dan ulama muslim dari Asia Barat.
Malaka sendiri dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Julukan ini diberikan
sebagai jalan lalu lintas antara Asia Timur dan Asia Barat bagi para pedagang
yang hendak keluar masuk Asia Tenggara. Sedangkan Aceh merupakan pintu
masuk para pendatang Islam dari Asia Barat sehingga mendapat julukan
Serambi Mekkah.10
Berikut ini adalah profil beberapa kerajaan Islam yang berkuasa di Asia
Tenggara :
1. Kerajaan Perlak. Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama di
Nusantara. Berdiri pada tahun 840 M (abad ke-9 M). Pada tahun 840 ini,
datanglah rombongan berjumlah 100 orang yang dipimpin oleh Nakhoda
Khalifah. Tujuan mereka adalah berdagang sekaligus berdakwah
menyebarkan agama Islam di Perlak. Pemimpin dan para penduduk Negeri
Perlak pun akhirnya meninggalkan agama lama mereka untuk berpindah ke
agama Islam. Selanjutnya, salah satu anak buah Nakhoda Khalifah, Ali bin
Muhammad bin Ja`far Shadiq dinikahkan dengan Makhdum Tansyuri, adik
dari Syahir Nuwi (adik dari Meurah Perlak). Dari perkawinan mereka inilah
lahir kemudian Alaudin Syed Maulana Abdul Aziz Syah, Sultan pertama
Kerjaan Perlak. Sultan kemudian mengubah ibukota Kerajaan, yang semula
bernama Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah, sebagai penghargaan atas
Nakhoda Khalifah. Kesultanan Perlak kemudian menyatu dengan Kerajaan
Samudera Pasai di bawah kekuasaan sultan Samudera Pasai yang
memerintah pada saat itu, Sultan Malik Al Zahir yang juga merupakan putera
dari al-Malik al-Saleh.
2. Kerajaan Samudera Pasai (abad ke-13) Letak kerajaan ini di Aceh Utara.
Kerajaan ini didirikan oleh Maurah Selu yang diberi gelar Sultan Malikush
Shaleh yang menjadi Sultan pertama Samudera Pasai. Letak Samudera Pasai
sangat strategis sebagai pusat pelayaran dan perdagangan di Nusantara.
Banyak pedagang muslim dari Arab, Cina dan India datang untuk berdagang
dan menyebarkan Islam. Kerajaan ini memperoleh sumber pendapatan yang
besar dari pajak perdagangan dan pelayaran. Samudera Pasai ditaklukkan
Portugis pada 1521. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai dapat diketahui antara

10
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 324-325
lain dengan ditemukannya uang dirham emas dengan tulisan nama sultan
yang memerintah Samudera Pasai.
3. Kerajaan Malaka (abad ke-15) Kerajaan ini terletak di Semenanjung
Malaka. Islam di Malaka berasal dari kerajaan Samudera Pasai. Pendiri
Kerajaan Malaka adalah Paramesywara, seorang pangeran dari Sriwijaya.
Paramesywara menikah dengan putri Sultan Samudera Pasai dan kemudian
masuk Islam. Kerajaan Malaka mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Muzaffar Syah (1445-1459). Kerajaan ini runtuh ketika
Portugis menyerang dan mengalahkan Malaka pada 1511. Peninggalan
sejarah Kerajaan Malaka berupa mata uang yang merupakan peninggalan
dari akhir abad ke-15 dan benteng A'Farmosa yang merupakan bukti
penaklukkan Malaka oleh pasukan Portugis
4. Kerajaan Islam Pattani (abad ke-15). Kehadiran Islam di Pattani dimulai
dengan kedatangan Syekh Said, mubalig dari Pasai, yang berhasil
menyembuhkan raja Pattani bernama Phaya Tu Nakpa yang sedang sakit
parah. Phaya Tu Nakpa (1486-1530) beragama Budha kemudian masuk
Islam dan bergelar Sultan Ismail Syah. Kerajaan Pattani mengalami
kemajuan pesat setelah menjalin hubungan dagang dengan Kerajaan Malaka.
Kerajaan Pattani kemudian menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan,
terutama bagi pedagang dari Cina dan India. Kejayaan Pattani berakhir
setelah dikalahkan Kerajaan Siam dari Bangkok. Peninggalan sejarah Pattani
berupa nisan kubur yang disebut Batu Aceh yang melambangkan kedekatan
hubungan dengan Samudera Pasai.
5. Kerajaan Brunei Darussalam (abad ke-15). Kerajaan Brunei Darussalam
merupakan kerajaan Islam yang terletak di Pulau Kalimantan sebelah utara.
Islam pertama kali masuk ke Brunei pada 977 dibawa saudagar Cina. Raja
Brunei pertama adalah Awang Betatar (1406-1408) yang tertarik masuk
Islam dan mengubah namanya menjadi Sultan Muhammad Syah. Kata
"Darussalam" ditambahkan pada kata "Brunei" pada abad ke-15 untuk
menekankan Islam sebagai agama negara. Kerajaan Brunei Darussalam
berkembang menjadi pusat penyebaran Islam dan perdagangan wilayah
Melayu ketika Kesultanan Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511.
Kerajaan Brunei Darussalam pernah dikuasai Inggris pada 1888, di masa
kepemimpinan Sultan Hasyim Jalilu Ageramaddin, sultan ke-15, namun
dapat meraih kemerdekaannya dari Inggris pada tahun 1983 M.
6. Kerajaan Islam Sulu (abad ke-15). Kerajaan Sulu merupakan kerajaan Islam
yang terletak di Filipina bagian selatan. Islam masuk dan berkembang di Sulu
melalui orang Arab yang melewati jalur perdagangan Malaka dan Filipina.
Pembawa Islam di Sulu adalah Syarif Karim al-Makdum, orang Arab yang
ahli ilmu pengobatan. Abu Bakar, seorang dai dari Arab, menikah dengan
putri dari pangeran Bwansa dan kemudian memerintah di Sulu dengan
mengangkat dirinya sebagai Sultan.
7. Kerajaan Ternate (abad ke-15). Kerajaan Islam terbesar di Maluku adalah
Kerajaan Ternate. Penyebaran Islam di daerah ini dilakukan oleh para ulama
dan pedagang dari Pulau Jawa. Islam menjadi agama kerajaan setelah Sultan
Zainal Abidin memerintah. Kerajaan Ternate menjadi salah satu pusat
penyebaran Islam di kawasan timur Nusantara. Kerajaan Ternate mencapai
kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Babullah. Kerajaan Ternate
bersaing dengan Kerajaan Tidore terutama dalam perdagangan. Kerajaan
Ternate berakhir setelah ditaklukkan oleh VOC (Verenidge Osst-Indische
Compagnie) pada 1660. Peninggalan Kerajaan Ternate antara lain Benteng
Portugis dan bekas istana di Ternate (Maluku Utara).
8. Kerajaan Aceh Darussalam (abad ke-16). Kerajaan Aceh atau Aceh
Darussalam adalah kerajaan Islam yang terletak di Pulau Sumatera bagian
utara. Kerajaan ini didirikan pada 1541 oleh Sultan Ali Mughayat Syah.
Kerajaan Aceh mengantikan peran Kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan
Malaka yang jatuh ke tangan Portugis, terutama dalam perdagangan dan
pelayaran. Kerajaan ini mengalami puncak kejayaan pada masa
kepemimpinan Sultan Iskandar Muda. Kerajaan Aceh akhirnya jatuh ke
dalam kekuasaan pemerintah Hindia Belanda pada 1912. Peninggalan
sejarah Kerajaan Aceh antara lain Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh
dan Cakra Donya, yaitu lonceng hadiah dari kaisar Cina.
9. Kerajaan Demak (abad ke-16). Kerajaan Demak adalah Kerajaan Islam
pertama di Pulau Jawa. Raja Demak pertama adalah Raden Fatah, bupati
Majapahit di Bintoro dan mencapai puncak kejayaan di bawah
kepemimpinan Sultan Trengono. Kerajaan Demak berhasil melebarkan
kekuasaannya sampai ke daerah luar Jawa, seperti Kerajaan Banjar, Kerajaan
Kotawaringin, dan Kerajaan Kutai di Kalimantan. Kerajaan ini mengalami
kemunduran di masa Sunan Prawoto karena beberapa daerah taklukkan
Demak memberontak. Peninggalan Kerajaan Demak yang paling terkenal
adalah Masjid Agung Demak. Ciri khas masjid ini adalah bangunannya
ditopang empat tiang atau saka guru yang dibangun empat orang sunan dari
sembilan wali (Wali Songo), yaitu Sunan Ampel, Sunan Gunung Jati, Sunan
Bonang, dan Sunan Kalijaga.
10. Kerajaan Cirebon (abad ke-16). Kerajaan Cirebon merupakan kerajaan
Islam pertama di Jawa Barat. Kerajaan Cirebon didirikan pada 1450 oleh
Pangeran Walangsungsang. Tokoh yang paling berperan menjadikan
Cirebon sebagai Kerajaan Islam adalah Syarif Hidayatullah. Sepeninggal
Panembahan Girilaya (1650-1662), Kerajaan Cirebon dibagi menjadi dua
oleh kedua anaknya, menjadi Kerajaan Kasepuhan dan Kerajaan Kanoman.
Meskipun tidak mempunyai kekuasaan administratif, Kerajaan Cirebon tetap
bartahan sampai saat ini.
11. Kerajaan Banjar (abad ke-16). Kerajaan Banjar merupakan kerajaan Islam
yang terletak di Pulau Kalimantan bagian selatan. Kerajaan ini pada walnya
bernama Daha, sebuah kerajaan Hindu yang berubah menjadi Kerajaan
Islam. Kerajaan Banjar berdiri pada 1595 dengan penguasa pertama Sultan
Suriansyah. Islam masuk ke wilayah ini tahun 1470, bersamaan dengan
melemahnya kerajaan Maajapahit di Pulau Jawa. Penyebaran Islam secara
luas dilakukan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, seorang ulama yang
menjadi Mufti Besar Kalimantan. Kerajaan Banjar mengalami kemunduran
dengan terjadinya pergolakan masyarakat yang menentang pengangkatan
Pangeran Tamjidillah (1857-1859) sebagai sultan oleh Belanda. Pada 1859-
1905, terjadi perang Banjar yang dipimpin Pangeran Antasari (1809-1862)
melawan Belanda.Akibat dari perang ini, Belanda menghapuskan Kerajaan
Banjar pada 1860. Peninggalan sejarah Kerajaan Banjar dapat dilihat dari
bangunan masjid di Desa Kuin, Banjar Barat (Banjarmasin) yang dibangun
pada masa pemerintahan Sultan Tamjidillah.
12. Kerajaan Banten (abad ke-16). Kerajaan ini adalah kerajaan terbesar di Jawa
Barat. Kerajaan Banten didirikan Sunan Gunung Jati pada 1524. Pada masa
pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin, Islam telah mengalami
perkembangan pesat. Hal ini ditandai dengan berdirinya bangunan masjid
dan pesantren. Kerajaan Banten mencapai masa keemasannya di masa
pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683). Kerajaan ini mengalami
kemunduran setelah terjadi perang melawan Belanda. Peninggalan Kerajaan
Banten berupa Masjid Agung Banten, Menara Banten, Benteng Speelwijk,
dan bekas Keraton Surosowan.
13. Kerajaan Buton (abad ke-16). Kerajaan Buton merupakan kerajaan Islam
yang terletak di Pulau Buton, Sulawesi bagian tenggara. Kerajaan Buton
menjadi kesultanan setelah Halu Oleo, raja ke-6, memeluk agama Islam.
Penyebaran Islam secara luas dilakukan oleh syekh Abdul Wahid bin Syarif
Sulaiman al-Patani, seorang ulama dari Kesultanan Johor. Peninggalan
sejarah Kesultanan Buton berupa Benteng Kraton dan Batupoaro, yaitu batu
tempat berkhalwat (mengasingkan diri) Syekh Abdul Wahid di akhir
keberadaannya di Buton.
14. Kerajaan Goa (abad ke-16). Kerajaan Goa terletak di sebelah selatan Pulau
Sulawesi. Kerajaan Goa berubah menjadi kesultanan pada akhir abad ke-16,
di masa pemerintahan Sultan Alauddin (1593-1639). Pada masa
kepemimpinan Sultan Hasanuddin terjadi perang Makassar (1666-1669)
meawan Belanda. Kerajaan Goa selanjutnya dikuasai oleh Belanda setelah
dipaksa menyerah dan menandatangani Perjanjian Bongaya. Peninggalan
Kerajaan Goa berupa kompleks makam Sultan Goa dan bekas rumah Sultan
Goa terakhir di Makassar (Sulawesi Selatan).
15. Kerajaan Johor (abad ke-16). Kerajaan Johor berdiri setelah Kesultanan
Malaka dikalahkan oleh Portugis. Sultan Alauddin Riayat Syah membangun
Kerajaan Johor pada sekitar tahun 1530-1536. Masa kejayaan kesultanan ini
terjadi pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Riayat Syah II. Kerajaan
Johor memperkuat dirinya dengan mengadakan sebuah aliansi bersama
Kerajaan Riau sehingga disebut Kerajaan Johor-Riau. Kerajaan Johor-Riau
berakhir setelah Raja Haji wafat dan wilayah tersebut dikuasai oleh
Belanda.
16. Kerajaan Kutai (abad ke-16). Kerajaan Kutai terletak di sekitar Sungai
Mahakam, Kalimantan bagian timur. Pada awalnya, Kutai merupakan
kerajaan yang dipengaruhi ajaran Hindu dan Buddha. Islam berkembang
pada masa kepemimpinan Aji Raja Mahkota (1525-1600). Penyebaran
Islam dilakukan oleh seorang mubalig bernama Said Muhammad bin
Abdullah bin Abu Bakar al-Warsak. Kerajaan ini mencapai kejayaannya
pada masa Aji Sultan Muhammad Salehuddin (1780-1850) memerintah.
Kerajaan Kutai mengalami kemunduran setelah Aji Sultan Muhammad
Salehuddin meninggal dunia. Peninggalan sejarah Kerajaan Kutai berupa
makam para sultan di Kutai Lama (dekat Anggana).
17. Kerajaan Pajang (abad ke-16). Kerajaan Pajang merupakan kerajaan Islam
pertama di pedalaman Jawa. Kerajaan ini didirikan oleh Joko Tingkir pada
1546, setelah Trenggono, Sultan Demak, wafat. Joko Tingkir atau Sultan
Adiwijaya membawa pengaruh Islam dari wilayah pesisir ke wilayah
pedalaman Jawa. Kerajaan Pajang hanya bertahan selama 45 tahun karena
dihancurkan oleh Kerajaan Mataram pada 1618. Peninggalan Kerajaan
Pajang berupa makam Pangeran Benowo.
18. Kerajaan Mataram (abad ke-16). Kerajaan Mataram beridiri sejak 1582.
Kerajaan ini berawal dari wilayah Kerajaan Pajang yang dihadiahkan oleh
Sultan Adiwijaya kepada Kiai Ageng Pamanahan. Raja pertama Mataram
adalah Panembahan Senopati (1582-1601). Puncak kekuasaan Kerajaan
Mataram tercapai pada masa kepemimpinan Sultan Agung (1613-1645).
Kerajaan Mataram melemah setelah terjadi perpecahan wilayah akibat
Perjanjian Giyanti serta campur tangan pihak Belanda. Kerajaan Mataram
selanjutnya terbagi menjadi empat wilayah yaitu Kesultanan Yogyakarta,
Pakualaman, Kasunanan Surakarta, dan Mangkunegara. Peninggalan
Kesultanan Mataram antara lain berupa pintu gerbang Masjid Kotagede di
Yogyakarta.
19. Kerajaan Palembang (abad ke-16). Pada awalnya, Kerajaan Palembang
termasuk dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Demak. Raja pertama
sekaligus pendiri Kerajaan ini adalah Ki Gendeng Suro (1539-1572).
Pengetahuan dan keilmuan Islam berkembang pesat dengan hadirnya ulama
Arab yang menetap di Palembang. Kerajaan Palembang menjadi bandar
transit dan ekspor lada karena letaknya yang strategis. Belanda kemudian
menghapuskan Kerajaan Palembang setelah berhasil mengalahkan Sultan
Mahmud Badaruddin. Salah satu peninggalan Palembang adalah Masjid
Agung Palembang yang didirikan pada masa kepemimpinan Sultan Abdur
Rahman.
20. Kerajaan Bima (abad ke-17). Kerajaan Bima adalah kerajaan Islam yang
terletak di Pulau Sumbawa bagian timur. Kerajaan Bima berubah menjadi
kesultanan Islam pada 1620 setelah rajanya, La Ka'i, memeluk agama Islam
dan mengganti namanya menjadi Sultan Abdul Kahir. Pada masa
pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin (1640-1682). Kerajaan Bima
menjadi pusat penyebaran Islam kedua di timur Nusantara setelah
Makassar. Kerajaan Bima berakhir pada 1951, ketika Muhammad
Salahuddin, sultan terakhir, wafat. Peninggalan Kerajaan Bima antara lain
berupa kompleks istana yang dilengkapi dengan pintu lare-lare atau pintu
gerbang kesultanan.
21. Kerajaan Siak Sri Indrapura (abad ke-18). Siak Sri Indrapura adalah sebuah
kesultanan Melayu, didirikan (1723) oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah,
dan penyebab Islam di Sumatera Timur. Pusatnya adalah Desa Buantan,
kemudian pindah ke Siak Sir Indrapura (sekitar 90 km ke timur laut
Pekanbaru).Wilayah kekuasaan Siak Sri Indrapura meliputi Siak Asli, Bukit
Batu, Merbau, Tebing Tinggi, Bangko, Tanah Putih dan Pulau Bengkalis
(Kabupaten Bengkalis); Tapung Kiri dan Tapung Kanan (Kampar);
Pekanbaru; dan sekitarnya. Istana bekas tempat tinggal dan pusat
Kesultanan Siak Sri Indrapura sampai sekarang masih berdiri dengan megah
di pinggir Sungai Siak dan merupakan salah satu objek pariwisata di Riau.

B. Kemajuan Agama Islam di Asia Tenggara


Sebagaimana telah diuraikan di atas, pada term penyebaran Islam di
Asia Tenggara yang tidak terlepas dari kaum pedagang Muslim. Hingga kontrol
ekonomi pun di monopoli oleh mereka. Disamping itu pengaruh ajaran Islam
sendiripun telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan Masyarakat Asia
Tenggara. Islam mentransformasikan budaya masyarakat yang telah di-
Islamkan di kawasan ini, secara bertahap.
Islamisasi dari kawasan Asia Tenggara ini membawa persamaan di
bidang pendidikan. Pendidikan tidak lagi menjadi hak istimewa kaum
bangsawan. Tradisi pendidikan Islam melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
Bahasa-bahasa lokal diperluasnya dengan kosa-kata dan gaya bahasa Arab.
Bahasa Melayu secara khusus dipergunakan sebagai bahasa sehari-hari di Asia
Tenggara dan menjadi media pengajaran agama. Bahasa Melayu juga punya
peran yang penting bagi pemersatu seluruh wilayah itu.
Sejumlah tokoh ulama intelektual terkenal semacam Hamzah Fansuri,
Shamsuddin Pasai, Nuruddin al-Raniri, dan Abdul Rauf al-Singkili muncul.
Tokoh-tokoh ini mempunyai jaringan keilmuan yang kemudian diperkuat dan
diperkaya terutama sejak abad ke-17 oleh tarekat-tarekat tasawwuf yang
berkembang di Nusantara. Karya-karya bermutu di bidang teologi, hukum,
sastra dan sejarah, juga bermunculan. Banyak daerah di wilayah ini seperti
Pasai, Malaka dan Aceh juga Pattani muncul sebagai pusat pengajaran agama
yang menjadi daya tarik para pelajar dari sejumlah penjuru wilayah ini.
Sistem pendidikan Islam kemudian segera di rancang. Dalam banyak
batas, Masjid atau Surau menjadi lembaga pusat pengajaran. Namun beberapa
lembaga seperti pesantren di Jawa dan pondok di Semenanjung Malaya segera
berdiri. Ikatan emosional, spritual, psikologis, dan intelektual dengan kaum
Muslim Timur Tengah pun segera terjalin.
Selain itu, kota sebagai pusat ekonomi mempunyai kemampuan untuk
mendukung kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan Islam secara
politik, lebih – lebih lagi secara finansial. Relatif baiknya keadaan ekonomi
perkotaan memungkinkan terselenggaranya pembangunan masjid dan pusat –
pusat pengajaran Islam, kegiatan – kegiatan islam, dan menimbulkan
kemampuan untuk melakukan perjalanan naik haji atau berkeliling dari suatu
tempat ke tempat lain guna menyebarkan syari’at Islam.
- Indonesia
Islam merupakan agama dengan penganut terbesar di Negara ini selain Kristen,
Katolik, Hindu dan Budha. Kemajuan dan perkembangan Islam di Indonesia
tidak lepas dari peranan Wali Songo yang menyebarkan dakwah Islam di
kawasan Indonesia. Kemajuan Islam di Indonesia dapat dilihat dari adanya
Departemen Agama, Pengadilan Agama, organisasi – organisasi Islam,
Perguruan tinggi Islam dan adanya Pondok Pesantren baik yang tradisional
hingga yang modern.
- Malaysia
Peranan Islam dalam politik lebih menonjol pada tahun 1980an, hal ini ditandai
dengan adanya Partai Islam ( PAS ) yang menyatakan dalam kampanyenya
untuk membentuk Negara Islam. Partai ini mendapatkan mendapatkan
dukungan yang sangat besar di Negara-Negara yang didominasi oleh Islam.
United Malay National Organization (UMNO) yang memimpin Front Nasional
menikmati politik graduasi dan memasukkan secara selektif nilai – nilai islam
ke dalam kebijakan Pemerintah dan menunjang tinggi konstitusi Malaysia.
- Republik Singapura
Singapura adalah Negara dengan jumlah penduduk 2,5juta jiwa yang
multirasial, multilingual dan juga multi agama. Penduduk Islam di Singapura
Cuma sedikit, 16% dari seluru penduduk Singapura. Di Singapura sendiri
terdapat lembaga bernama MUIS yaitu lembaga yang diberi tanggung jawab
untuk mengatur adminstrasi hukum Islam di Singapura, seperti mengumpulkan
zakat, organisasi – organisasi sekolah agama, serta pemberian beasiswa bagi
pelajar Muslim.
- Republik Filipina
Filipina adalah Negara kepulauan dengan 7107 pulau dan penduduknya
berjumlah sekitar 47 juta jiwa. Islam telah mempunyai sejarah yang panjang di
Filipina sejak zaman Prakolonial, dan masyarakat Muslim di bagian Selatan
mampu mempertahankan diri dari Penetrasi Spnayol selama 300 tahun. Kaum
Muslim di Filipina yang mendapat pendidikan sekular cenderung mudah
menyatu dengan pemerintah, sedangkan yang tidak menerima pendidikan
sekuler dan hanya mendapatkan pendidikan agama secara tradisional biasanya
tidak menghendaki intergrasi dengan pemerintah Filipina.
- Negara Brunai Darussalam
Situasi politik Negara Brunai sangat tenang, hal ini tampaknya karena Negara
Brunai yang berukuran kecil dengan penduduk 200.000 jiwa dengan kaum
muslim sebagai mayoritas.Sebagai agama yang resmi, Islam mendapatkan
perlindungan di Negara ini. Dominasi keluarga kerajaan di bidang
pemerintahan dan tidak adanya dominasi politik memungkinkan pemerintahan
memberlakukan kebijaksanaan di bidang agama dan kebijaksanaan umum
lainnya tanpa kesulitan.
- Myanmar
Dari segi ukuran , sesuai sensus penduduk tahun 1983, kaum Muslim
merupakan 3,9 dari seluruh penduduk Burma yang berjumlah 35,3 juta jiwa.
Secara geografis masyarakat Muslim terbesar di Burma dan merupakan
masyarakat urban. Mereka biasa dijumpai disebagian kota besar seperti
Mandalay dan Rangoon sangat diwarnai oleh masyarakat Muslim.
- Muangthai
Dari jumlah penduduknya , Islam adalah agama kedua yang cukup penting di
Muangthai . Menurut gambaran resmi , masyarakat Muslim merupakan 4%
dari seluruh penduduk Muangthai yang kini mencapai 50 juta jiwa. Ada juga
yang menunjukan presentasi yang lebih besar. Yang perlu dicatat adalah bahwa
kaum Muslim merupakan kelompok minoritas dalam kerajaan. Dengan
bangkitnya demokrasi di Muangthai tahun 1979 maka masyarakat diberikan
kebebasan menjalankan ibadah, dan pemerintah menyediakan dana untuk
membantu mereka dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan keagamaan.
- Vietnam
Berkembangnya Islam di Vietnam, khusunya pada tahap awal, tidak bisa
dilepaskan dari kehadiran Kerajaan dan etnis Campa, uraian tentang Islam di
Vietnam di awali dengan uraian sejarah Kerajaan Campa Kuno dan Etnis
Campa. Setelah Vietnam memasuki era baru dan politik terbuka, umat Islam
ikut menikmati perubahan politik tersebut, baik secara internal dalam bentuk
semakin terbukanya keagamaan dan semakin pulihnya sosial umat Islam.
- Laos
Kebanyakan masyarakat Muslim di Laos terdiri dari para pedagang keturunan
Arab. Ketika krisis politik di Kamboja berkecamuk, banyak pengungsi Muslim
Campa yang menyebrang ke Laos dan menetap disana. Diperkirakan jumlah
masyarakat Muslim di Laos mencapai 40.000 jiwa.
- Kamboja
Masuk dan berkembangnya Islam di Kamboja tidak dapat dipisahkan dengan
datangnya orang Campa di negeri ini. Hal ini karena orang Campa telah
memeluk agama Islam di negeri asalnya di Vietnam Tengah, sebelum kemudian
menyebarkannya di Kamboja. Setelah Kamboja kejatuhan rezim Pol Pot dan
kemudian diperintah oleh Hun Sen dan Raja Sihanouk, masyarakat Melayu-
Campa atau Khmer Islam kembali merasakan sedikit kemerdekaan
beragama.Masjid difungsikan kembali dan demikian juga madrasah-madrasah.
Kemajuan dan perkembangan Islam di Asia Tenggara ditandai dengan
tersebarnya Islam di seluruh kawasan Asia Tenggara. Sehingga, hampir di
setiap Negara di kawasan Asia Tenggara terdapat umat Muslim.
Pengaruh Islam di Asia Tenggara
Sebelum datangnya Islam, masyarakat Asia Tenggara telah berpegang
pada amalan Hindu, Budha dan roh nenek moyang yang terwujud dalam
kehidupan politik, ekonomi dan social mereka. Namun, setelah Islam masuk,
ada beberapa unsur baru yang diperkenalkan olehnya diantaranya :
a. Sistem Pemerintahan / Politik
- Adanya institusi kesultanan Islam di beberapa Negara.
- Ulama menjadi penasehat bagi Raja/Sultan
- Islam sebagai agama resmi dan mayoritas.
- Undang-undang berlandaskan hukum Islam
- Wujudnya semangat jihad
b. Sistem Pendidikan
- Pendidikan Islam disampaikan kepada semua lapisan masyarakat
- Sekolah, pesantren, madrasah dan masjid sebagai institusi pendidikan
dan basis Islam
c. Cara hidup
- Penggunaan Pakaian yang menutup aurat
- Mengamalkan konsep persaudaraan sesama muslim
- Persamaan taraf sesama manusia
- Sifat tolong-menolong, hormat menghormati, dan amalan bergotong-
royong
d. Bahasa dan Kesusastraan
- Bentuk tulisan Arab-Melayu
- Banyak istilah Arab digunakan dalam bahasa Melayu
- Hasil kesusasteraan Melayu terpengaruh dengan gaya dan tata bahasa
- Bentuk sastra Melayu dipengaruhi bentuk sastra Islam
e. Kesenian
- Seni pada batu nisan dan ukiran kayu
- Seni bangunan Islam mempengaruhi bentuk masjid, kubah, mimbar,
mihrab dan menara azan.
f. Ekonomi
- Terbentuknya institusi ekonomi Islam seperti baitulmal
- Amalan zakat dan sedekah
- Amalan riba, penindasan dan penipuan dilarang dalam perdagangan
C. Modernisasi Islam di Asia Tenggara
Pada awal abad ke-20, dunia Islam menghadapi munculnya gerakan
modernisme. Gerakan modernism Islam pada dasarnya berusaha menyesuaikan
ajaran Islam dengan perkembangan modern. Gerakan ini pertama kali muncul
dan dikembangkan di Timur Tengah tatkala Muhammad Abduh (1905) dan
Muhammad Rosyid Ridho (1935) menyebarkan pemikiran intelektual ini
hingga pertengahan abad ke-20 lalu gerakan ini menyebar ke seluruh penjuru
dunia Islam, termasuk ke Asia Tenggara.11
Pesan modernisasi Islam mulai berada di Asia Tenggara pada tahun-
tahun pertama abad ke-20 yang dibawa oleh kaum intelektual muda muslim
Minang yang saat itu belajar di Mekkah. Mereka membawa ideologi itu dan
membawanya kembali ke Asia Tenggara. Ideologi baru yang mereka bawa
merupakan pemikiran yang merupakan kritikan terhadap praktek animism yang
dijalankan oleh ummat, yang diyakini akan menghambat penerimaan Islam
standar an modernisasinya.
Majalah Al-Manar yang diinisiasi penerbitannya oleh Rasyid Ridho di
Mesir mempengaruhi modernisasi Islam di Asia Tenggara terutama di Melayu-
Indonesia. Dalam konteks media cetak, Al-Manar secara siginifikan tidak hanya
mempengaruhi wacana pembaharuan Islam lewat artikel-artikelnya tetapi yang
juga lebih penting adalah merangsang penerbitan jurnal dengan yang semangat
yang sama di Asia Tenggara sehingga tulisan ini merupakan usaha awal untuk
menggambarkan dan mendiskusikan penyebaran pembaharuan Islam di Asia
Tenggara, terutama di kawasan Melayu-Indonesia melalui perangkat jurnal
yang diterbitkan diwilayah ini terutama al-Imam (Singapura) dan al-Munir
(Padang), serta jurnal-jurnal lainnya. Jurnal-jurnal itu juga menjadi corong
dalam menyebarkan pesan modernism agar dapat dipahami pula oleh ilmuwan
agama lainnya atau ummat muslim yang tertarik akan pandangan itu.12
Tokoh-tokoh modernisasi Islam di Asia Tenggara, diantaranya adalah
Nurcholis Madjid, Hamka, Harun Nasution, Daud Patani, Tok kenali, Sayyid
Syaikh al-Hadi dan Tahir Jalaludin al-Azhari.13

11
Tim Museum Kebangkitan Nasional, KH. Ahmad Dahlan (1868-1923), hlm. 99
12
Ibid, hlm.100
BAB III
PENUTUP
1. Masuknya Islam ke Asia Tenggara
Para ahli berbeda pendapat mengenai dari mana asal penyebaran Islam
di Asia Tenggara. Maka setidaknya ada 3 teori mengenai dari mana
Islam itu dibawa, yaitu ;
- Teori Arab / Mekkah
- Teori Gujarat
- Teori Persia
Demikian pula dengan waktu masuknya Islam ke kawasan Asia
Tenggara, para ahli sejarah pun berbeda pendapat. Ada yang
mengatakan waktunya itu adalah abad ke-1 H/ke-7 M dan ada pula
yang menyebut pada abad ke-13 M. Namun dalam hal ini kami ambil
kesimpulan bahwa agama Islam sudah masuk ke kawasan Asia
Tenggara pada abad ke-1 H/7 M. Kemudian pada abad-13 agama Islam
berkembang pesat.
2. Cara datang dan berkembangnya Islam di Asia Tenggara
Ada beberapa saluran Islamisasi yang berkembang , yaitu :
- Saluran Perdagangan
- Saluran Perkawinan
- Saluran Tasawuf
- Saluran Pendidikan
- Saluran Kesenian
- Saluran Politik
3. Tahapan perkembangan Islam di Asia Tenggara
Ada 3 tahapan mengenai perkembangan Islam di kawasan ini, yaitu :
- Kehadiran para pedagang Muslim (7 - 12 M)
- Terbentuknya Kerajaan Islam (13-16 M)
- Pelembagaan Islam
4. Perkembangan Islam di negara-negara Asia Tenggara ternyata
berbeda, hal itu dikarenakan perbedaaan bentuk budaya, adat, pola
pikir dan perekonomian masing-masing Negara.
5. Modernisasi Islam di Asia Tenggara muncul pada pertengahan abad
ke-20 dengan diterbitkannya beberapa jurnal dan surat kabar seperti
Al-Iman dan Al-Munir.
Daftar Pustaka

Azra Azyumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara


Abad XVII dan XVIII, Prenada Media Grup, 2004
Amin Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, Amzah, 2018
Ilahi Wahyu dan Hefni Harjani, Pengantar Sejarah Dakwah, Prenada Media
Group,2015.
Mas’ud Abdurrahman, Dari Haramain ke Nusantara, Jejak Intelektual Arsitek
Pesantren, Jakarta, Kencana, 2006
Suryanegara Ahmad Mansur, Menemukan Sejarah ; Wacana Pergerakan Islam
di Indonesia, Mizan, 1995
Suharto Toto, Gagasan Pendidikan Muhammadiyah dan NU sebagai Potret
Pendidikan Islam Moderat di Indonesia, Jurnal Islamica, Vol. 9, No.1
September 2014
Tjandrasasmita Uka, Arkeologi Islam Nusantara, Kepustakaan Populer
Gramedia (KPG), Jakarta, 2009
Tim Museum Kebangkitan Nasional, KH. Ahmad Dahlan (1868-1923),
Museum Kebangkitan Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, Raja Grafindo Persada, 1993.

Anda mungkin juga menyukai