Anda di halaman 1dari 15

I.

Pendahuluan

Al-Qur’an adalah mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhamamad SAW

melalui malaikat jibril dan berbeda dengan mukjizat para Rosul sebelumnya. Sebab Al-

Qur’an adalah kalam Allah SWT yang keontetikanya mendapatkan penjagaan dari Allah

SWT. Al-Qur’an diturunkan Allah SWT sebagai pedoman hidup manusia menuju jalan

yang lurus.

Dalam prosesnya setiap ayat yang turun Rosululloh langsung menyampaikan

kepada para sahabat untuk menyampaikan lagi kepada sahabat yang lain dan diamalkan.

Rosululloh juga menyuruh para sahabat untuk menghafal dan menuliskan ayat-ayat Al-

Qur’an ke atas benda apa saja yang bisa ditulisi, seperti kulit binatang, pelepah pohon

kurma, tulang-tulang dan lain sebagainya. Namun setelah Rosululloh wafat banyak

penghafal Al-Qur’an yang mati syahid dalam peperangan, sehingga pada masa kholifah

dibentuk Tim penulis Al-Qur’an. Hingga saat ini kita bisa membaca al-Qur’an dengan

mudah. Namun banyak dari pengikut Nabi Muhammad SAW yang tidak mengetahui

bagaimana Al-Qur’an diturunkan ke muka bumi hingga penulisan Al-Qur’an yang kita

ketahui sampai saat ini.

I. Rumusan Masalah

Masalah yang akan diteliti pada makalah ini adalah bagaimana sejarah turunnya Al-

Qur’an, dan penulisan Al-Qur’an pada masa Rosululloh sampai masa Khulafa’ Al

Rasyidin. Masalah yang lain adalah apa yang dimaksud dengan ilmu Rasmul Qur’an.
II. Sejarah Turunya Al- Qur’an

Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam. Umat Islam percaya bahwa al-Qur’an

merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan

bagian dari rukun iman, yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.

Ditinjau dari segi kebahasaan, al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti

“bacaan” atau “sesuatu yang dibaca berulang-ulang”. Kata al-Qur’an adalah bentuk kata

benda (masdar) dari kata kerja qara’a yang artinya membaca. Menurut Prof. Dr. H. Muin

Salim, al-Qur’an adalah firman-firman Allah SWT, yang diwahyukan dengan perantara

malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai peringatan, petunjuk, tununan,

dan hukum bagi kehidupan umat manusia.1

Al-Qur’an yang ada seperti sekarang ini tidaklah turun secara keseluruhan

sekaligus dalam satu kali pewahyuan. Namun Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur

kepada Nabi bertujuan untuk memperbaiki umat manusia, baik berupa penjelasan,

sanggahan terhadap kaum Musyrik, teguran, ancaman, kabar gembira, dan seruan.

Demikian ditegaskan oleh Allah SWT ” kami turunkan wahyu secara terpisah dan

berangsur-angsur untuk mempeteguh hati Muhammad.” Hal ini sangat penting sebagai

dukungan moral, sebab biasanya kondisi Nabi sedang dalam keadaan susah, karena

ejekan, cercaan, dan tantangan, sehingga perlu adanya landasan kuat, agar hati tetap

teguh dan tidak goyah, Kemudian agar mudah di hafal. Ibn Furak menjelaskan secara

perinci “Taurat diturunkan secara sekaligus, karena Nabi yang menerimanya dapat

membaca dan menulis, yaitu Nabi Musa a.s. Adapun Al-Qur’an diturunkan secara

berangsur-angsur dan tidak dapat dapat ditulis sekaligus, karena Nabi yang menerimanya

seorang Nabi yang Ummi, dalam arti tidak dapat membaca dan menulis. Andalan
1
Nasruddin, Sejarah Penulisan Al-Qur’an, (jurnal rihlah vol. II, 1 Mei 2015) hlm 55.

1
kebanyakan orang Arab adalah hafalan. Al-Makki mengatakan turunya Al-Qur’an secara

berangsur-angsur sangat tepat, jika Al-Qur’an diturunkan tidak berangsur-angsur, maka

banyak orang yang lari meninggalkan islam, karena banyaknya larangan dan perintah.

Dengan berangsur-angsur, maka akan terasa ringan dan tidak memberatkan dan mudah

dihafalkan oleh orang-orang mukmin para pengikut Rosululloh SAW.2

Al-Qur’an memuat lebih dari enam ratus ribu ayat yang diturunkan secara

bertahap, ayat demi ayat, selama lebih dari dua puluh tiga tahun. Ayat-ayat tersebut

dihimpun menjadi suwar (surah). Panjang setiap surah al-Qur’an yang semuanya

berjumlah 114 surah sangat beragam. Surah paling pendek adalah al-Kautsar yang terdiri

atas tiga ayat, dan yang terpanjang adalah al-Baqarah yang memuat 286 ayat.3

III. Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Nabi

Proses sejarah al-Qur’an hingga menjadi satu rangkaian mushaf utuh tudak luput

dari tahapan panjang yang mengiringi, yakni terkait pemeliharaan wahyu al-Qur’an.

Pemeliharaan ini dapat dilakukan dengan cara menghafal dan menuliskannya. Pada masa

Nabi Muhammad SAW masih hidup, penulisan Al-Qur’an dalam satu buku komplit

belum merupakan kebutuhan mendesak dan belum ada naskah yang sempurna. Penulisan

Al-Qur’an dalam satu naskah seperti yang ada sekarang baru terealisasikan pada masa

Khulafa’ Al Rasyidin. Namun demikian, keaslian dan keutuhan Al-Qur’an tetap terjaga

dengan baik. Al-Qur’an cukup terjaga keaslian dan keutuhanya melalui hafalan dari nabi

dan dari para sahabat. Mekanisme penjagaan hafalan itu bermula dari hafalan nabi yang

pada tiap bulan Ramadhan selalu dicek ulang oleh malaikat jibril. Kemudian, para

sahabat mengecek kepada Nabi SAW. Jadi, keutuhan Al-Qur’an sangat terjaga. Para

2
Prof. Dr. H. Amroeni Drajat, M.Ag, Ulumul Qur’an : Pengantar Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Depok : Kencana, 2017), hlm.
36
3
Dr. Ingrid Mattason, Ulumul qur’an zaman kita, (Jakarta: Zaman, 2013), hlm. 46

2
huffazh di sekitar nabi sangat banyak. Lain halnya ketika terjadi peperangan yang terjadi

pada masa Khulafa’ al-Rasyidin, maka kebutuhan akan pembukuan Al-Qur’an makin

terasa.4

Meskipun demikian, bukan berarti dengan kuatnya hafalan para sahabat dan

masyarakat Arab masa itu, lantas menjadikan Rasulullah luput akan pentingnya baca-

tulis. Hal ini terbukti pada saat wahyu turun, Rasulullah secara rutin memanggil para

penulis untuk menuliskan wahyu tersebut, termasuk diantaranya Zaid bin Tsabit.

Berdasarkan kebiasaan Rasulullah tersebut, dapat dikatakan bahwa pada masa ini budaya

penulisan al-Qur’an sudah dilakukan bahkan al-Qur’an telah sempurna penulisannya di

zaman ini, meskipun penulisannya masih tercecer dalam berbagai bentuk seperti di kulit

binatang, pelepah kurma, dan kepingan tulang. Namun pada masa ini belum ada upaya

untuk mengkodifikasi al-Qur’an dalam satu mushaf secara utuh, meskipun secara

keseluruhan wahyu tersebut telah tertulis. Hal ini karena :

a. Wahyu masih proses turun berangsur-angsur dan terkadang ayat yang turun

berikutnya menghapus ayat sebelumnya.

b. Belum ada kebutuhan mendesak untuk melakukan upaya tersebut. Sebab

penghafal al-Qur’an masih banyak, tidak adanya fitnah perselisihan tentang

perdebatan perbedaan bahasa, dan sarana tulis menulis masih sangat sulit

hingga kodifikasi al-Qur’an dengan cara menghafal menjadi kunci utama masa

itu.

4
Prof. Dr. H. Amroeni Drajat, M.Ag, Ulumul Qur’an : Pengantar Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Depok : Kencana, 2017), hlm.
37

3
IV. Penulisan Al-Qur’an pada Masa Khulafa’ al-Rasyidin

Pada masa Khalifah Abu Bakar, Khalifah disibukkan oleh para

pembangkang. Dalam penumpasan inilah, banyak sahabat yang menjadi syahid,

terutama mereka yang menyandang gelar sebagai huffazh al-Qur’an. Para

penghafal al-Qur’an semakin menipis jumlahnya akibat peperangan di Yamamah,

para sahabat yang syahid mencapai tujuh puluh orang lebih. Jumlah yang cukup

banyak itu di mata ‘Umar bin Khathab sangat mengkhawatirkan, juga

mencemaskan kelangsungan risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Atas

kegeniusan dan kecermelangan visi ke depannya itu, ‘Umar dengan inisiatifnya

itu kemudian mengusulkan pengumpulan dan pembukuan al-Qur’an kepada Abu

Bakar.5

Awalnya Abu Bakar menolak usulan itu dan keberatan melakukan apa

yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah. Tetapi ‘Umar tetap membujuknya,

sehingga Allah membukakan hati Abu Bakar untuk menerima usulan tersebut,

usaha itu dimulai dengan mengumpulkan para sekertaris Nabi terutama Zaid bi

Tsabit, kemudian mulai mengumpulkan al-Qur’an yang masih berserakan di

pelepah-pelepah kurma, kepingan tulang dan dari hafalan para penghafal al-

Qur’an. Zaid bin Tsabit melakukan tugas mulia dan berat dengan hati-hati

sehingga keautentikan al-Qur’an benar-benar asli dan terjaga. Akhirnya,

tersusunlah mushaf seperti yang ditugaskan oleh Abu Bakar di samping mushaf-

mushaf lain yang bersifat mushaf pribadi seperti mushaf milik ‘Ali, ‘Ubai, dan

5
Ibid., hlm. 38

4
mushaf Ibn Mas’ud, tetapi mushaf-mushaf ini tidak ditulis secara teratur

sebagaimana mushaf Abu Bakar.6

Pasca wafatnya Abu bakar, mushaf terjaga dengan ketat di bawah

tanggung jawab Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua. Pada masa ini al-

Qur’an tinggal melestarikan ke berbagai wilayah. Selain itu Umar juga

diperintahkan untuk menyalin mushaf masa Abu Bakar tersebut ke dalam

lembaran. Setelah serangkaian penulisan selesai, naskah tersebut diserahkan

kepada Hafsah untuk disimpan. Hal ini dengan pertimbangan, selain ia sebagai

istri Rasulullah, ia juga pandai membaca dan menulis.7 Pada masa Umar tidak ada

upaya kodifikasi al-Qur’an sebagaimana pada masa Abu Bakar. Pada masa ini

hanya dilakukan penjagaan, karena al-Qur’an sudah tersebar ke berbagai wilayah.

Sehingga al-Qur’an masa ini mengalami stignasi, artinya tidak ada pembaruan

apapun, baik pengkondifikasian atau pergantian tulisan.

Penyebaran umat islam pada masa ‘Utsman bin ‘Affan semakin meluas.

Terjadi perbedaan cara membaca di daerah-daerah, mereka mengklaim berasal

dari Nabi. Ketika terjadi perang di daerah Armenia dan Azerbaijan dengan

penduduk irak, di antara orang yang ikut bertempur menyerbu kedua daerah itu

adalah Huzaifah bin al-Yaman. Ia menemukan kejanggalan dan kesalahan dalam

membaca al-Qur’an, hal ini sangat memprihatinkan para sahabat. Mereka takut

akan terjadi penyimpangan dalam al-Qur’an. Mereka bersepakat menyelamatkan

umat Islam dengan satu bacaan yang seragam.8

6
Ibid., hlm. 38
7
Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an, (Bandung; Pustaka Setia, 2000), hlm. 45
8
Prof. Dr. H. Amroeni Drajat, M.Ag, Ulumul Qur’an : Pengantar Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Depok : Kencana, 2017), hlm.
39

5
‘Utsman kemudian mengirimkan utusan kepada Hafsah untuk

meminjamkan mushaf Abu Bakar. Kemudian ‘Utsman memanggil Zaid bin

Tsabit, ‘Abd al-Rahman bin Harits bin Hisyam. Lalu memerintahkan mereka agar

menyalin dan memperbanyak mushaf. Dari penggandaan tersebut, mushaf

digandakan sebanyak 5 kali, 4 buah diantaranya dikirim ke berbagai wilayah

Mekkah, Syam (Syiria), Basrah, dan Kuffah, agar ditempat-tempat tersebut

disalin pula dengan mushaf yang sama. Sementara satu buah mushaf, ditinggalkan

di Madinah untuk ‘Utsman sendiri dan yang yang terakhir inilah disebut “Mushaf

al-Imam”. Setelah itu, ‘Utsman memerintahkan untuk mengumpulkan semua

lembaran-lembaran al-Qur’an yang ditulis sebelum pembukuan dan mushaf-

mushaf lain yang tidak sesuai untuk dibakar. Setelah selesai ‘Utsman

mengembalikan mushaf asli kepada hafsah. Akhirnya, ‘Utsman berpidato,

“Ketika terjadi perselisihan di antara sahabat Nabi. Kalian yang ada di

hadapanku telah berselisih paham, dan salah dalam membaca al-Qur’an.

Penduduk daerah yang jauh tentu lebih besar lagi perselisihan dan kesalahannya.

Bersatulah wahai sahabat-sahabat Muhammad, tulislah untuk semua satu mushaf

saja sebagai pedoman. 9 Pidato ‘Utsman ini disepakati oleh seluruh sahabat Nabi,

agar umat Islam bersatu dengan mendomani mushaf yang satu. Dengan demikian,

‘ Utsman dapat dikatakan telah menyatukan umat Islam dari ancaman perpecahan

dan perselisihan. Pada masa ‘Utsman inilah menjadi kondifikasi terakhir umat

Islam dalam penyatuan bacaan. Artinya setelah fase ini tidak ada lagi pembukuan

atau standarisasi berikutnya. Penulisan al-Qur’an di masa ‘Utsma memiliki

manfaat besar, diantaranya:


9
Ibid, hlm. 39.

6
1. Menyatukan kaum muslimin pada satu macam mushaf yang seragam ejaan

tulisannya.

2. Menyatukan bacaan, walaupun masih ada kelainan bacaan, tetapi setidaknya

bacaan itu tidak berlawanan dengan ejaan mushaf-mushaf ‘Utsman.

3. Menyatukan tertib susunan surat-surat menurut urutan seperti yang terlihat

pada mushaf-mushaf sekarang.10

Sehubungan dengan kodifikasi al-Qur’an yang berlangsung sejak masa Abu Bakar

sampai masa ‘Utsman, terdapat beberapa perbedaan diantaranya:

Masa Abu Bakar Masa ‘Utsman bin ‘Affan

Memotivasi penulisannya karena Memotivasi penuisannya karena

adanya kekhawatiran sirnanya al- terjadinya perselisihan cara membaca

Qur’an dengan wafatnya beberapa al-Qur’an. Sehingga menyebabkan

sahabat penghafal al-Qur’an pada timbulnya sikap saling menyalahkan.

perang yamamah

Abu Bakar melakukannya dengan ‘Utsman mengumpulkan al-Qur’an

mengumpulkan-mengumpulkan dengan menyederhanakan tulisan

tulisan al-Qur’an yang masih tercecer mushaf pada satu dialek, yakni dialek

pada pelepah kurma, kulit, tulang dan Quraisy, dengan tujuan mulia yakni

daun mempersatukan kaum muslim dalam

satu mushaf

10
Drs. H. Ahmad Syadali dan Drs. H. Ahmad Rofi’I, Ulumul Quran II (Bandung:CV. Pustaka Setia, 2000), hlm. 25

7
V. Pemeliharaan Al-Qur’an setelah Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan

Dari mushaf yang dikirim ‘Utsman, umat Islam menyalin al-Qur’an untuk mereka

masing-masing secara hati-hati, hemat, dan cermat. Dengan tersebarnya mushaf

tersebut, umat Islam semakin bersungguh-sungguh menghafal al-Qur’an,

metajwidkan hafalan-hafalannya, dan menyalin mushaf-mushafnya.

Terdapat suatu riwayat yang menerangkan bahwa bilangan mushaf yang diangkat

di atas ujung lembing dalam peperangan ‘Ali dengan Mu’awiyah ada tiga ratus buah

banyaknya. Hal ini menunjukkan bahwa penyalinan mushaf sangat pesat dilakukan.

Jadi, sebenarnya tugas pemeliharaan al-Qur’an itu, di samping jaminan langsung dari

Allah SWT. yang akan tetap menjaganya. Maka pemeliharaan juga berlangsung di

tengah-tengah umat Islam akan berlangsung secara otomatis, ketika terjadi satu huruf

pun yang menyimpang dari formula ‘Utsmani, maka akan segera dapat terdeteksi dan

diperbaiki.11

Kronologi penulisan Al-Qur’an

Sekitar Kerasulan Wahyu turun pertama Diteruskan secara lisan


tahun Muhammad kali di Gua Hira’ dan akhirnya secara
610 diteguhkan tertulis
610-632 Nabi Muhammad Wahyu terus turun Disampaikan
SAW di Mekkah melalui berbagai
dan Madinah kesempatan
632 Rasul wafat Wahyu terakhir turun Wahyu wahyu secara
beberapa hari lengkap telah diturunkan,
sebelumnya baik dalam ingatan para

11
Prof. Dr. H. Amroeni Drajat, M.Ag, Ulumul Qur’an : Pengantar Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Depok : Kencana, 2017), hlm.
40-41

8
sahabat maupun tulisan
para sahabat
632-634 Abu Bakar
633 Perang Abu Bakar menyuruh Zaid bin Tsabit menyusun
Yamamah, para Zaid bin Tsabit, seluruh wahyu dalam
huffaz banyak menyiapkan kopi tunggal bentuk Shuhuf, baik
yang tewas, dari semua wahyu yang melalui sumber lisan
sekitar 70 diturunkan. Selama tahun maupun tulisan. Masing-
penghafal al- pertama/kedua setelah masing bagian perlu
Qur’an gugur wafat Rasul seluruh kesaksian dua orang
dalam peperangan wahyu dikumpulkan sahabat yang mengetahui
dalam satu mushaf sehingga dapat dijamin.
634-644 Masa Shuhuf tetap di tangan
Kekhalifahan ‘Umar bin Khattab
‘Umar bin
Khattab
644-656 Masa Shuhuf disimpan oleh
Kekhalifahan hafshah
‘Utsman bin
‘Affan
653 Kampanye Terjadi perbedaan serius Zaid dan 3 orang sahabat
terhadap Armenis antara sesama Muslim menyiapkan kopi dari
dan Azerbaijan tentang cara membaca al- shuhuf. Kopi-kopi tersebut
Qur’an yang benar, lalu dikirim ke berbagai
‘Utsman menugasi Zaid wilayah Muslim, guna
bin Tsabit dan 3 orang menggantikan shuhuf
sahabat mengumpulkan yang sudah beredar di
shuhuf yang disimpan di kawasan tersebut. Shuhuf
tangan hafsah. Beberapa asli dikembalikan kepada
kopi dari seluruh wahyu Hafsah dan ‘Utsman
sudah ada di daerah- sendiri menyimpan sebuah

9
daerah Muslim salinan.

VI. Rasm Al-Qur,an

Kata rasm berasal dari akar kata rasama-yarsumu-rasmun. Secara bahasa berarti

menggambar, atau melukis. Rasm berarti gambar, bentuk, rupa. Rasm al-kitabah

berarti ragam tulisan.12

Secara teoritis ilmu rasm merupakan ilmu yang mempelajari tetang penulisan

mushaf al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafadz-

lafadznya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan.13 Rasm dibagi menjadi 3

macam:

1. Rasm Qiyasi

Rasm qiyasi yaitu cara menuliskan kalimat sesuai dengan

ucapannya dengan memperhatikan waktu memulai dan berhenti pada

kaliamat tersebut. Rasm ini disebut juga rasm Imla’i atau rasm istilahi.

2. Rasm ‘Arudi

Rasm ‘Arudi yaitu cara menuliskan kalimat-kalimat arab disesuaikan

dengan wazan (timbangan) dalam sya’ir-sya’ir Arab. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui “bahr” (macam-macam sya’ir) dari sya’ir yang

dimaksud.

3. Rasm ‘Utsmani

Sebagaimana definisinya telah dijelaskan sebelumnya. Yakni cara

penulisan al-Qur’an yang disepakati oleh Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan

12
Ibid., hlm. 42
13
Drs. H. Ahmad Syadali, M. A dkk., Ulumul Quran II, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2000) hlm. 21

10
pada waktu penulisan mushaf. Kelestarian Rasm Utsmani adalah jaminan

terpeliharanya Al-Qur’an dari perubahan dan pergantian huruf.

VII. Hubungan Rasmul dengan Pemahaman Al-Qur’an

Meskipun mushaf ‘Utsmani dianggap sebagai satu-satunya mushaf yang dijadikan

pegangan bagi umat Islam di seluruh dunia dalam pembacaan al-Qur’an, namun demikian

masih terdapat juga perbedaan dalam pembacaan. Hal ini disebabkan penulisan al-Qur’an

itu sendiri pada waktu itu belum mengenal adanya tanda-tanda titik pada huruf dan belum

ada baris harakat. Bagi para sahabat dan tabi’in memang tidak mempengaruhi pembacaan

al-Qur’an, karena mereka telah fasih dalam pembacaan bahasa Arab. Namun bagi mereka

orang Islam non Arab akan merasa sulit untuk membedakan bacaan-bacaan yang hampir

sama tanpa menggunakan titik perbedaan dan baris harakat.

Dengan demikian hubungan rasmul dengan pemahaman al-Qur’an sangat erat.

Karena semakin lengkap petunjuk yang dapat ditangkap semakin sedikit pula kesulitan

untik mengungkap pengertian-pengertian yang terkandung di dalamnya.14

Untuk mengatasi permasalahan tersebut Abu Aswad Ad-Duali berusaha

menghilangkan kesulitan-kesulitan yang sering dialami oleh orang Islam non Arab dalam

membaca al-Qur’an. Ia memberi tanda-tanda yang diperlukan untuk menolong mereka

dalam membaca ayat-ayat al-Qur’an dengan cara memberikan tinta warna yang berbeda-

beda. Selain itu ia juga memberi tanda fathah dengan titik di atas dan kasrah dengan titik

di bawah serta domah dengan titik di sebelah kiri atas, bacaan tanwin diberi tanda dengan

dua titik. Usaha tersebut dilakukan pada masa bani Umayyah.15

14
Ibid, hlm. 25
15
Ibid, hlm. 26

11
Cara pemberian tanda dengan menggunakan titik terdebut ternyata belum dapat

mengatasi kesulitan yang ada. Hal tersebut dikarenakan terlalu banyaknya titik,

berubahnya warna titik menjadi terlihat serupa juga menyulitkan para pembaca al-

Qur’an.

Kemudian Khalil mengambil inisiatif untuk mengatasi permasalahan tersebut

dengan membuat tanda-tanda baca baru yang lebih praktis. Yaitu, tanda wawu kecil di

atas untuk tanda domah, huruf alif kecil untuk tanda fathah, huruf ya kecil untuk tanda

kasrah, kepala huruf sin untuk tanda syidda, kepala huruf ha untuk tanda sukun, dan

kepala huruf ‘ain untuk tanda hamzah.16

Dengan adanya tanda-tanda baca tersebut sangat menolong seseorang untuk

membaca dan memahami kandungan ayat-ayat al-Qur’an.

16
Ibid, hlm. 26

12
VIII. Kesimpulan

Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi bertujuan untuk

memperbaiki umat manusia, baik berupa penjelasan, sanggahan terhadap kaum Musyrik,

teguran, ancaman, kabar gembira, dan seruan. Pada masa Nabi Muhammad SAW masih

hidup Al-Qur’an terjaga keaslian dan keutuhanya melalui hafalan dari nabi dan dari para

sahabat. Pada masa Khalifah Abu Bakar dibentuklah tim penulis al-Qur’an yang diketuai

oleh Zaid bin Tsabit. Setelah Khalifah Abu Bakar wafat, mushaf tersebut diserahkan

kepada ‘Umar bin Khattab.

Pada masa Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan terjadi perbedaan bacaan al-Qur’an antar

umat Islam, sehingga dibentuklah tim khusus penulisan mushaf al-Qur’an untuk

menyeragamkan bacaan. Penulisan al-Qur’am ini disebut mushaf ‘Utsmani atau Rasmul

‘Utsmani. Hubungan antara rasmul dengan pemahaman al-Qur’an adalah semakin

lengkap petunjuk yang ada maka semakin mudah pula dalam memahami al-Qur’an.

13
DAFTAR PUSTAKA

Syadali, Ahmad. 2000. Ulumul Quran.Bandung: CV. Pustaka Setia.

Drajat, Amroeni. 2017. Ulumul Qur’an pengantar Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Depok:

Kencana

Mattason, Ingrid. 2013. Ulumul Quran Zaman Kita. Jakarta: Zaman

Anwar, Rosihoh. 2000. Ulum al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia

Nasruddin. Sejarah Penulisan Al-Qur’an. jurnal rihlah vol. II, 1 Mei 2015

14

Anda mungkin juga menyukai