Anda di halaman 1dari 8

Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia

Yang Melimpah
Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia – Bermula dari obrolan ringan
seputar lampu dikantor tempat aku numpang untuk bekerja. Sewaktu pagi
aku temui lampu kantor masih menyala, lalu aku matikan karena sinar
matahari pagi sudah mulai menerangi teras depan kantor (Jogja Web Center).

Dari hal sederhana itu jadi timbul pertanyaan dari dalam benakku, kita hidup
harus hemat energi. Dari pengetahuan yang sudah aku tangkap agar negara
kita tidak boros energi karena cadangan energi listrik yang dimiliki Indonesia
cukup terbatas. Lainnya, aku juga sekilas tahu kalau hasil dari terlalu boros
energi dapat menyebabkan polusi dan pencemaran lingkungan.

Dari situlah awal mulanya, lalu aku bawa hasil pemikiranku itu ke dalam
diskusi kecil bersama rekan kerjaku di kantor yang cukup asik dan punya
pemikiran yang kritis. Rekan kerjaku bernama Iwan Restion
(hanyalewat.com), dia cukup berwawasan soal ini.

Aku tanyakan ke Mas Iwan soal energi listrik di Indonesia ini. Kenapa boros
listrik menyebabkan pencemaran lingkungan, padahal itukan cuma lampu
yang menyala, laptop yang menyala, televisi yang menyala dan lain-lainnya,
kira-kira kenapa?

Kurang lebihnya seperti itu pokok pertanyaan dariku, tujuanku awalnya


untuk memantapkan keingintahuanku soal energi listrik yang kurang baik
pada lingkungan.

Jawaban dari Mas Iwan sama dengan apa yang aku pikirkan sebelumnya,
yang menyebabkan polusi itu bukan karena lampu yang menyala ataupun
komputer yang menyala. Tetapi dari bahan bakar yang digunakan sebagai
pembangkit energi listrik yang saat ini banyak digunakan di Indonesia.

Bahan bakar pembangkit listrik saat ini sebagian besar masih bergantung
kepada batubara, hasil dari fosil makhluk hidup berjuta-juta tahun lalu yang
jumlahnya cukup terbatas. Pembangkit listrik dengan batubara ini bisa
dibilang sangat tidak baik untuk dilakukan.

Alasannya karena terbatasnya sumber bahan bakar fosil selain itu hasil
pembakaran bahan bakar fosil tersebut menimbulkan pencemaran serta emisi
gas rumah kaca yang mempengaruhi iklim global.
Berlanjut ke obrolan yang lebih mendalam, lalu apa energi yang tepat dan
terbaik untuk sumber energi listrik di Indonesia ini? Awalnya jawabanku
adalah energi nuklir, karena tanah negara kita ini melimpah akan kandungan
uranium yang bisa dijadikan pembangkit energi listrik.

Daya tahan uranium dan hasil panas yang dihasilkan lebih baik, keunggulan
lainnya adalah minimnya polusi yang dihasilkan dari pembangkit listrik
tenaga nuklir jika dibandingkan dengan pembangkit tenaga panas dari
batubara. Namun disisi lain nuklir ini cukup beresiko karena radiasi yang
sangat kuat dan mengganggu kesehatan, apalagi kalau meledak cukup
berbahaya bukan?

Ternyata ada jawaban dari Mas Iwan yang lebih mencerahkanku, sumber
energi yang lebih baik dari tenaga nuklir dapat dihasilkan dari panas bumi
(geothermal). Menurut informasi dari penelitian yang beredar, pemanfaatan
energi panas bumi ini cukup ramah lingkungan. Berawal dari rasa
penasaranku terhadap energi panas bumi, informasi ini cukup menarik untuk
aku ulas dalam blog pribadiku, pembahasannya seperti berikut.

Apa itu Energi Panas Bumi (Geothermal)?

Sebelum masuk ke pembahasan yang lebih dalam, mari kita ketahui terlebih
dahulu tentang energi panas bumi. Panas bumi dalam istilah lain sering kita
dengar dengan nama geothermal, dalam bahasa yunani ‘geo‘ artinya bumi
dan ‘therm‘ yang berarti kalor atau panas [1].

Menurut informasi yang bersumber dari id.wikipedia.com, energi panas bumi


merupakan energi berupa panas yang dihasilkan dari dalam kerak bumi.
Semakin kedalam mendekati inti bumi panas yang dihasilkan semakin
bertambah, diperkirakan suhu di dalam inti bumi mencapai 5400 derajat C
[2].

Di dalam kerak bumi ini terdapat magma yang sangat panas, magma tersebut
bisa membuat lapisan bumi di atasnya mengalami peningkatan temperatur.
Ketika lapisan magma ini bersentuhan dengan air maka akan menjadi uap
panas yang bertekanan tinggi.

Diantara bagian aliran magma dan permukaan bumi terdapat penampungan


energi panas yang disebut sebagai reservoir geothermal, proses
terjadinya reservoir geothermal karena adanya batas-batas yang terdiri dari 4
komponen utama yaitu waduk, cairan, batuan penutup, dan sumber panas [3].
Reservoir bertindak sebagai wadah yang terdiri dari cairan panas bumi dan
bisa memiliki bentuk dalam wujud uap maupun air, bisa juga terdapat
keduanya yang kemudian terjebak di bawah permukaan. Penutup dari wadah
tersebut merupakan lapisan kedap air yang berupa batuan dengan bagian
atasnya terdapat waduk berisi air tanah, dengan begitu lapisan dalam kerak
tidak bisa keluar permukaan dan tersimpan didalam bumi.

Peran magma dalam hal ini sebagai dapur yang menjadi sumber panas dan
memanaskan air serta cairan lainnya untuk menghasilkan energi. Seperti
yang kita ketahui, letusan gunung yang dahsyat itu sebenarnya dikarenakan
melimpahnya kandungan air didalam pegunungan tersebut.

Saat terjadi kenaikan volume magma ke wadah (reservoir) di dalam gunung,


tiba-tiba kandungan air yang begitu melimpah tadi berubah menjadi uap
secara mendadak dikarena temperature magma yang sangat panas, uap
tersebut memiliki tekanan yang sangat tinggi dan mengakibatkan letusan
besar pada gunung tersebut.

Aktivitas-aktivitas tektonik di dalam bumi tersebut menghasilkan energi


panas yang disebut sebagai energi panas bumi (geothermal energy). Energi
panas bumi ini bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik dengan
kekuatan yang besar dan diyakini cukup ramah lingkungan.

Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara terbesar pengguna energi listrik


karena jumlah populasi melebihi 250 juta orang, untuk itu permintaan dalam
negeri cukup tinggi. Selain itu, Indonesia juga merupakan produsen energi
terbarukan terbesar di Asia Tenggara. Potensi sumber daya alam cukup
melimpah ruah di negara ini.

Sebagian besar sumber energi pembangkit listrik di Indonesia yang ada saat
ini bisa dibilang kurang ramah lingkungan dan belum terbaharukan. Metode
yang digunakan untuk menghasilkan listrik paling besar di Indonesia masih
menggunakan bahan bakar fosil seperti batubara dan minyak bumi.

Jika energi listrik tidak segera beralih ke sumber energi alternatif yang lebih
efektif dan ramah lingkungan, negara kita akan semakin tertinggal.

Secara geografis, Indonesia terletak di daerah yang dilewati cincin api pasifik
atau biasa disebut “ring of fire” yang mengelilingi Samudra Pasifik.
Meskipun daerah ini rawan akan bencana, sisi baiknya adalah sungguh kaya
akan potensi sumber daya alamnya [3].
Pada daerah yang dilewati cincing api ini terdapat bebatuan melimpah yang
mampu menampung energi panas bumi, energi tersebut dapat digunakan
sebagai energi terbarukan untuk menghasilkan energi listrik.

Untuk memanfaatkan energi panas bumi, perlu adanya pengeboran sumur


jauh ke dalam bumi yang kedalamannya bisa mencapai 4 kilometer. Energi
panas yang diperoleh kemudian dimanfaatkan untuk mengolala air yang
menjadi uap dan cairan panas bertekanan tinggi untuk menggerakan turbin
yang kemudian menghasilkan listrik [3].

Secara teknis, proses pemanasan air oleh geothermal tersebut setelah


dimanfaatkan untuk tenaga penggerak turbin akan diproses kembali dengan
cara didinginkan. Kemudian dialirkan kembali melewati dapur pemanas
untuk di ubah menjadi uap panas kembali, proses ini berlaku seterusnya.

Menurut Herman Darnel Ibrahim dalam acara Organizing Committee World


Geothermal 2010, beliau adalah Vice President International Geothermal
Association. Total potensi panas bumi di dunia mencapai 40.000
GW, sedangkan kebutuhan energi seluruh dunia setara 15.000 GW.

”Potensi geothermal dunia itu setara 40.000 GW sedangkan kebutuhan energi


dunia setara 15.000 GW jadi geothermal sendiri secara teori dapat mengatasi
keperluan energi dunia”, ujar Herman Darnel Ibrahim [4].

Potensi panas bumi yang begitu melimpah ruah dibumi ini belum bisa
dioptimalkan pemanfaatanya, bukan hanya di Indonesia namun juga negara-
negara di dunia.

Di wilayah Indonesia sendiri merupakan gudangnya energi panas bumi,


sumber energi tersebut sangat berpotensi untuk menggantikan energi fosil
yang sudah mulai menipis.

Perimbangan antara energi panas bumi dengan minyak bumi digambarkan


oleh Kepala Badan Geologi, R. Sukhyar. Beliau mengatakan bahwa potensi
panas bumi Indonesia yang mencapai 28,1 GW, jika keseluruhan resources-
nya dipakai akan dapat menggantikkan BBM sekitar 12 milyar barel, untuk
kita ketahui bahwa cadangan minyak bumi Indonesia saat ini sebesar 6
milyar barel [4].

Menurut data PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), Indonesia memiliki


40% dari seluruh potensi panas bumi di dunia. Sumber-sumber tersebut
tersebar di 251 lokasi Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, hingga ujung
barat Papua [1].
Dari 40% potensi energi panas bumi yang ada di Indonesia, pemanfaatan
energi tersebut saat ini baru mencapai 4,2% (1.189 MW), masih berkaitan
dengan peningkatan pemanfaatan panas bumi pemerintah telah
menyusun roadmap pemanfaatan energi panas bumi.

Roadmap tersebut dituangkan dalam Kebijakan Energi Nasional dan


mentargetkan pemanfaatan panas bumi menjadi 5% pada tahun 2025 atau
setara dengan kapasitas PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi)
sebesar 9.500 MW [4].

Salah satu PLTP yang ada saat ini berada di wilayah dataran tinggi Dieng, di
lokasi tersebut terdapat aktivitas tektonik yang cukup aktif yang sudah
diperhitungan, terdapat semburan gas dan uap panas yang melimpah dan
dimanfaatkan untuk penggerak turbin pembangkit energi listrik.

Ketika aku berwisata ke tempat tersebut, aku menyempatkan diri untuk


melihat pipa-pipa baja besar yang mengalirkan uap panas dari energi panas
bumi untuk dialirkan ke turbin-turbin pembangkit.

Kendala – Kendala Pengembangan Energi Panas Bumi

Kendala-kendala utama yang menghalangi pengembangan pemanfaatan


sumber daya energi yang melimpah ini yang paling jelas adalah karena
pertimbangan stabilitas ekonomi, rumitnya birokrasi yang sudah ada di
negeri ini, korupsi yang meraja lela dan kurangnya infrastruktur yang layak.

Adanya kendala-kendala tersebut menjadikan pihak swasta ragu untuk


berinvestasi dalam pembangunan dan pemanfaatan sumber daya tersebut. Hal
yang selalu menjadi faktor paling utama untuk menghalangi investasi
pengembangan geothermal di Indonesia adalah birokrasi dan hukum yang
berlaku di Indonesia sendiri.

Selain itu pemerintah juga kesulitan dalam mengambil langkah, sekitar


42,9% cadangan geothermal di Indonesia terletak di daerah hutan lindung
dan area konservasi, tentu hal ini mustahil untuk dilakukan aktivitas
penambangan [4].

Dulunya aktivitas geothermal yang sudah diatur di dalam UU No. 27 / 2003,


di definisikan sebagai aktivitas pertambangan. Berdasarkan UU No.
41/1999, yang mengimplikasikan bahwa aktivitas pertambangan seperti
itu dilarang untuk dilaksanakan di wilayah hutan lindung dan area
konservasi.
Pada agustus 2014, di periode kedua administrasi Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono hampir selesai, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik
Indonesia mengesahkan UU Geothermal No. 21/2014 (menggantikan UU
No. 27/2003).

Kebijakan baru menurut UU Geothermal No. 21/2014 ini


memisahkan geothermal dari aktivitas-aktivitas pertambangan yang lain
sehingga membuka jalan untuk eksplorasi geothermal di wilayah hutan
lindung dan area konservasi [5].

Pengesahan UU baru terkait geothermal ini merupakan gebrakan yang


penting. Namun UU baru ini masih perlu diatur pelaksanaannya dengan
peraturan-peraturan kementerian yang lain.

Pemerintah Indonesia juga telah melaksanakan berbagai upaya lain untuk


membuat investasi energi panas bumi lebih menarik. Seperti negara jerman
yang mulai meriset energi alternatif yang ramah lingkungan, cukup tertarik
melakukan pengembangan geothermal di Indonesia karena begitu besarnya
potensi.

Menurut berita dari kompas.com, Eddy Pratomo sebagai Duta Besar


Indonesia untuk Jerman mengatakan, riset panas bumi atau geotermalJerman
sangat maju. Namun, negara tersebut terbatas potensinya. Oleh karena itu,
berlimpahnya potensi panas bumi Indonesia mempunyai daya tarik tersendiri
bagi Jerman.

”Sejak tahun 2010 sudah ada rencana-rencana untuk bekerja sama dan
berinvestasi dalam bidang tersebut. Lokasi yang dilirik antara lain Papua dan
Aceh,” kata Eddy seperti dilaporkan wartawan Kompas, Indira Permanasari,
dari Berlin, Jerman [6].

Harapannya di era bapak Jokowi ini, semua usaha perbaikan-perbaikan yang


pernah dilakukan pemerintah sebelumnya bisa dilanjutkan.

Jika pemerintah mau serius mengembangkan potensi ini, tentunya kendala


soal area untuk pembangunan sumber energi panas bumi tidak melulu
dijadikan alasan. Masih banyak lokasi-lokasi yang potensial di Indonesia
yang bisa dikelola dengan baik.

Perlu kita ketahui, fakta bahwa aktivitas-aktivitas tambang geothermalhanya


memberikan dampak kecil terhadap lingkungan, tingkat polusi dan
pencemarannya sangat jauh lebih aman dibandingkan dengan pertambangan
bahan bakar fosil yang berlaku saat ini.
Kendala-kendala lain yang kemungkinan terjadi selain hal yang sudah
disebutkan, pasti akan berpengaruh kepada persepsi masyarakat terhadap
dampak lingkungan mereka dari pengolahan energi panas bumi.

Adanya pihak asing dalam pengelolaan sumber saya alam di Indonesia, juga
bisa menyebabkan penolakan dari masyarakat sekitar yang belum teredukasi
tentang hal ini.

Kendala-kendala dalam pengembangan panas bumi harus terus diminimalkan


sehingga pemanfaatannya dapat lebih dioptimalkan sesuai yang sudah
ditargetkan.

Pemerintah perlu merencanakan lebih detail jika dilakukan pengembangan


dan pemanfaat sumber daya dari energi panas bumi, seperti RUKN (Rencana
Umum Ketenagalistrikan Nasional) agar energi yang dihasilkan benar-benar
bisa terdistribusi merata dan mesejahterakan rakyat.

Semoga saja kekayaan negara kita terjaga dari para mafia berdasi dan
konglomerat-konglomerat swasta yang cuma mementingkan kantong sendiri.

Indonesia Berpeluang Ekspor Energi Listrik

Kebutuhan listrik saat ini menjadi sesuatu yang pokok dan tidak bisa
terpisahkan untuk keberlangsungan hidup era modern ini. Listrik hampir
berperan di semua lini kehidupan serta kebutuhan bisnis, tanpa adanya listrik
kita tidak akan bisa merasakan penerangan dari lampu-lampu listrik,
mudahnya dalam mengakses informasi, mudahnya berkomunikasi hingga
bertransportasi.

Potensi besar yang dimiliki oleh Indonesia ini jika bisa dimanfaatkan dengan
baik, pasti tidak akan kita jumpai yang namanya pemadaman bergilir.
Bahkan, pasokan listrik dalam negeri bisa dioptimalkan lagi untuk dijadikan
sumber energi yang bisa dijual ke negara lain.

Meskipun pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia belum maksimal,


Indonesia termasuk negara penghasil energi listrik dengan
memanfaatkan geothermal peringkat 3 dunia. Dalam hal peringkat bisa
dibilang bagus, namun dalam segi pemenuhan kebutuhan masih jauh dari
kata cukup.

Untuk itu pemerintah harus serius dalam mengoptimalkan potensi energi


terbaharukan yang dimiliki negara, bukannya terus berkutat dengan sesuatu
yang semakin lama semakin menipis bahkan merusak lingkungan.
Pemerintah harus bisa berbenah untuk meminimalisir kendala-kendala yang
bisa menghambat proses pengembangan energi panas bumi, seperti perbaikan
kebijakan yang bisa menguntungkan negara, mesejahterakan rakyat dan
mempermudah masuknya investor untuk ikut mengembangkan energi panas
bumi.

Selain itu perbaikan infrastuktur harus bisa mamadai dan tertata, perhatian
pemerintah tidak boleh luput untuk mengatasi pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab seperti menindak tegas para mafia berdasi.

Perhatian yang bisa jadi masukan adalah kurangnya pengawasan serta jerat
hukum bagi pihak tidak bertanggung jawab yang sering kali melakukan
pencurian dan sabotase listrik.

Jika kita melihat di negara-negara eropa yang memiliki iklim dingin. Di


daerah sana tidak ada yang berani mendekati pembangkit energi listrik
karena beratnya ancaman bagi yang melakukan perusakan, entah disengaja
maupun tidak disengaja.

Melihat pemanfaatan listrik di negara-negara eropa, pasti sangat berbeda


dengan di negara kita. Disini kita ambil contoh negara Jerman, disana sangat
minim sumber daya energi yang bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik,
tetapi di negara Jerman jarang sekali dijumpai bahkan tidak ada yang
namanya listrik padam.

Jerman yang memiliki musim dingin sangat bergantung pada energi listrik,
energi listrik digunakan sebagai penghangat ruangan saat musim dingin.
Kalau saja listrik sampai padam selama satu jam, tidak terbayang berapa
ratus ribu orang yang terancam hidupnya karena suhu dingin yang berlaku
didaerah sana.

Seperti halnya negara-negara maju lainnya, bisa dibilang potensi sumber


energi listriknya masih terbatas. Jika Indonesia memiliki sumber energi
listrik yang melimpah, tentunya bisa di jual ke negara yang bisa menerima
pasokan listrik dari Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai