Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SINTESIS SENYAWA NANO ORGANO-SILIKON UNTUK MEMODIFIKASI


MATERIAL BANGUNAN YANG TAHAN AIR, MENGGUNAKAN ASAM
POLIHETERO SEBAGAI KATALIS YANG RAMAH LINGKUNGAN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia Nano

Disusun oleh:
M. Fauzi Ramadhan 140210160067
Neva Bernadette 140210160071
Syadza Yasmine 140210160073
Faishal Abdul Aziz 140210160085
Anisah Rahmasari 140210160113

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jatinangor, 13 Desember 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
BAB III METODE PERCOBAAN ...................................................................... 7
3.1 Alat dan Bahan .............................................................................................. 7
3.2 Metode Percobaan ......................................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 8
4.1 Pengujian Substrat Material Bangunan .................................................... 9
4.1.1 Uji Pengikatan Air........................................................................... 10
4.1.2 Penentuan Kejenuhan Air pada Batu Bata ...................................... 11
4.1.3 Uji Rilem ......................................................................................... 11
4.1.4 Uji Cuaca......................................................................................... 13
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 14
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Kristalin dari Sebuah Kristal Tunggal Silika (Hurlburt, 1985) ......... 4
Gambar 2. Hasil analisis TEM pada nano organo-silikon dengan katalis (a) Preyssler dan
(b) Keggin ........................................................................................................................... 8
Gambar 3. Perbedaan aktivitas waterproof antara bagian yang dipberi perlakuan dan
tidak dari (a) batu bata dan (b) beton ................................................................................ 10
Gambar 4. Uji Rilem pada sampel beton yang diberi perlakuan (a) dan tidak diberi
perlakuan (b) setelah 20 menit .......................................................................................... 12
Gambar 5. Hasil uji rilem pada material yang diberi perlakuan dan tidak. ..................... 13

DAFTAR TABEL
Tabel 0.1. Perbandingan persentase pengikatan air pada material bangunan yang diberi
perlakuan dan tidak ........................................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelapukan yang disebabkan oleh cuaca adalah faktor kerusakan yang paling
berbahaya untuk bahan bangunan seperti batu bata, beton, mortir, plester, batu,
dll. (Frattolillo et al., 2005). Air yang timbul dari sumber yang berbeda dapat
berinteraksi dengan bahan-bahan ini dan merusak bahan bangunan dapat
menyebabkan pengelupasan kulitdan runtuh. Sebagian besar bahan bangunan,
terutama batu bata, adalah bahan berpori tinggi dan memiliki gugus hidroksil
permukaan. Sifat hidrofilik dari gugus hidroksil dan juga kesamaannya dengan
struktur air, mengarah ke kecenderungan tinggi mereka untuk menyerap air.
Karena itu, mereka mudah basah dan menyerap air di pori-pori mereka (Bellia &
Minichiello, 2003).

Berbagai metode telah digunakan untuk memecahkan masalah ini dan


meningkatkan usia pakai bahan bangunan. Salah satunya adalah aplikasi lapisan
waterproofing pada permukaan eksternal struktur ini. Waterproofing mencegah
air dan garam sehingga mengatasi penyebab korosi, bocor, dan beberapa masalah
lainnya. (Al-Zahrani et al., 2002).

Ada beberapa jenis bahan waterproofing, yang biasanya digunakan untuk


melindungi struktur bahan bangunan, seperti resin epoxy, resin polyurethane,
resin akrilik, dan silane/siloxane (Hop & Miodynski, 1967). Di antara senyawa
yang digunakan ini, silane atau silan / siloxanes sebagai kelas baru produk
waterproofing banyak digunakan (Mehta & Ranka, 1982). Senyawa ini dapat
memodifikasi karakteristik permukaan dari hidrofilik menjadi hidrofobik untuk
memberikan repellency air. Ada beberapa laporan mengenai perawatan berbagai
bahan dengan senyawa nanoorganosilicon untuk membuat mereka menjadi anti
air. Sebagai contoh, halida organo-silikon seperti metil silikon klorida dalam

1
bentuk uap, telah digunakan untuk mengobati berbagai bahan, seperti kertas
(Robbart, 1961).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan dalam latar belakang, masalah yang
akan dibahas, yaitu:
1. Bagaimana cara membuat bahan bangunan menjadi waterproof dengan
nano organo-silikon.
2. Bagaimana kualitas dari bahan bangunan yang sudah di waterproof.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui cara membuat bahan bangunan waterproof dengan nano
organo-silikon.
2. Mengetahui kualitas dari bahan bangunan yang sudah di waterproof.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Nanopartikel didefinisikan sebagai partikulat yang terdispersi atau


partikel- partikel padatan dengan ukuran partikel berkisar 10–100 nm (Abdullah
dkk., 2008). Material nanopartikel telah banyak menarik peneliti karena material
nanopartikel menunjukkan sifat fisika dan kimia yang sangat berbeda dari bulk
materialnya, seperti kekuatan mekanik, elektronik, magnetik, kestabilan termal,
katalitik dan optik. Ada dua hal utama yang membuat nanopartikel berbeda
dengan material sejenis dalam ukuran besar (bulk) yaitu: (a) karena ukurannya
yang kecil, nanopartikel memiliki nilai perbandingan antara luas permukaan dan
volume yang lebih besar jika dibandingkan dengan partikel sejenis dalam ukuran
besar. Ini membuat nanopartikel bersifat lebih reaktif. Reaktivitas material
ditentukan oleh atom - atom di permukaan, karena hanya atom-atom tersebut yang
bersentuhan langsung dengan material lain; (b) ketika ukuran partikel menuju
orde nanometer, hukum fisika yang berlaku lebih didominasi oleh hukum-hukum
fisika kuantum (Abdullah dkk., 2008).
Silika merupakan material yang tersedia di alam dan secara kuantitatif
memiliki jumlah yang melimpah. Silika berada didalam tanah berbentuk silika
larut air (H4SiO4). Silika atau silikon dioksida (SiO2) adalah senyawa yang
terbentuk dari atom silikon dan oksigen. Karena oksigen adalah unsur yang paling
melimpah di kulit bumi, sementara silikon adalah unsur kedua terbanyak, maka
bentuk silika merupakan bentuk yang sangat umum ditemukan di alam. Silika
biasanya diperoleh melalui proses penambangan yang dimulai dari menambang
pasir kuarsa sebagai bahan baku. Pasir kuarsa tersebut kemudian dipisahkan dan
dilakukan proses untuk membuang pengotor, pasir inilah yang kemudian dikenal
dengan pasir silika. Silika yang terdapat pada tumbuhan sebagai diatom dan pada
hewan sebagai radiolarian. Silika yang terakumulasi di dalam makhluk hidup,
baik hewan atau tumbuhan memiliki bentuk amorf, berbeda dengan silika yang

3
tidak berasal dari makhluk hidup seperti batuan dan debu yang memiliki struktur
kristalin (Sapei, 2012).
Bahan baku pembuatan silika gel adalah silika (SiO2). Silika terdapat
dalam mineral seperti kaolin, zeolit, kristobalit dan kuarsa. Kristobalit alam yang
terdapat di 7 Sabang dilaporkan mengandung silika yang sangat tinggi hingga
mencapai 85% serta dapat mengadsorpsi logam berat Cd2+ (Lubis, 2009). Kuarsa
adalah mineral utama dari silika dan dapat dikatakan sebagai sumber utama silika
mineral. Struktur atomik dari kuarsa adalah tetrahedron yang satu atom silikon
dikelilingi empat atom oksigen. Selain itu kaca merupakan bahan yang
mengandung kadar silika cukup tinggi yaitu sebesar 72,4%, sehingga kaca dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif bahan pembuatan silika gel (Rohman,
1996).

Gambar 1. Struktur Kristalin dari Sebuah Kristal Tunggal Silika (Hurlburt, 1985)

SiO2 (silika) material yang berdaya guna tinggi, aplikasinya sangat luas
baik dalam kegiatan industri maupun kehidupan sehari-hari. Salah satunya sebagai
silika gel yaitu untuk mengurangi kelembaban udara. Silika biasanya
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dengan berbagai ukuran tergantung
aplikasi yang dibutuhkan seperti dalam industri ban, karet, gelas, semen,
beton,tekstil, kertas, kosmetik, elektronik, pasta gigi, dan lain-lain. Untuk proses
penghalusan atau memperkecil ukuran dari pasir silika umumnya digunakan
metode milling dan ball mill untuk menghancurkan ukuran pasir silika yang
besar-besar menjadi ukuran yang lebih halus (Im, 2011)
Untuk memperoleh ukuran silika sampai pada ukuran nano/mikrosilika
perlu perlakuan khusus pada prosesnya. Untuk mikrosilika biasanya dapat
diperoleh dengan metode special milling, yaitu metode milling biasa yang sudah

4
dimodifikasi khusus sehingga kemampuan untuk menghancurkannya jauh lebih
efektif, dengan metode ini bahkan dimungkinkan juga memperoleh silika sampai
pada skala nano. Sedangkan untuk nanosilika bisa diperoleh dengan metode-
metode tertentu yang sekarang telah banyak diteliti diantaranya adalah sol-gel
process, gas phase process, chemical precipitation, emulsion techniques, dan
plasma spraying & foging proses (Polimerisasi silika terlarut menjadi organo
silika) (Harsono, H., 2002).

Waterproofing adalah sebuah prosedur yang dilakukan untuk membuat


sebuah objek menjadi tahan atau kedap terhadap air. Sebuah konstruksi bangunan
biasanya menggunakan lapisan waterproof untuk melindungi dan menjaga
ketahanan struktur bangunan tersebut. Ruangan yang umumnya diberi lapisan
waterproof adalah ruangan basement, atap dan area basah lainnya.. Beton
sejatinya tersusun dari material yang tidak kedap air. Beton biasa yang telah keras
menyerupai spons yang padat (berpori) sehingga bersifat absorbtif (mudah
menyerap cairan). 6 – 12 % dari volume beton adalah kapiler dan rongga. Kapiler
kapiler secara aktif “menghisap” kelembaban, atau cairan yang dapat masuk tanpa
perlu adanya tekanan. Asam yang terikut dalam resapan cairan dapat
mengakibatkan korosi pada tulangan beton (kegagalan struktur), serta dapat
menyebabkan beton selalu lembab, sehingga jika terjadi retak, kebocoran tidak
dapat dihindarkan (Hop & Miodynski, 1967).

Ada beberapa jenis bahan waterproofing, yang biasanya digunakan untuk


melindungi struktur bahan bangunan, seperti resin epoxy, resin polyurethane,
resin akrilik, dan silane/siloxane (Hop & Miodynski, 1967). Di antara senyawa
yang digunakan ini, silane atau silan / siloxanes sebagai kelas baru produk
waterproofing banyak digunakan (Mehta & Ranka, 1982). Senyawa ini dapat
memodifikasi karakteristik permukaan dari hidrofilik menjadi hidrofobik untuk
memberikan repellency air. Ada beberapa laporan mengenai perawatan berbagai
bahan dengan senyawa nanoorganosilicon untuk membuat mereka menjadi anti
air. Sebagai contoh, halida organo-silikon seperti metil silikon klorida dalam

5
bentuk uap, telah digunakan untuk mengobati berbagai bahan, seperti kertas
(Robbart, 1961).

6
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat

• TEM (transmission electron microscopy)

3.1.2 Bahan

• H14 [NaP5W30O110] (Preyssler).

• Keggin heteropolyacids, HnXM12O40

• metil trime toxysilane

3.2 Metode Percobaan


Dalam percobaan, metanol dicampur dengan metil trimetoxysilane (2-3%).
Kemudian, heteropolyacid ditambahkan ke larutan dan diaduk hingga larut.
Larutan yang diperoleh disaring dan kemudian sampel bahan bangunan diberikan
larutan yang mengandung alkoxysilane. Bahan-bahan bangunan disemprot atau
disikat dengan bahan nano. Sampel dipanaskan sampai 300 F selama 15 menit
atau didiamkan pada suhu kamar minimal 24 jam. Tetapi dibiarkan pada suhu
ruangan tidak terlalu efisien karena dapat menghilangkan silan karena terjadinya
penguapan

7
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Organo-silikon yang digunakan sebagai sumber senyawa nano untuk


menciptakan material bahan bangunan seperti batu bata, beton dan batuan yang
anti-air disintesis dengan penambahan 3 jenis katalis polihetero asam seperti
H4[SiMo12O40], H3[PW12O40], dan H14[NaP5W30O110]. Struktur permukaan
organo-silikon dianalisis dengan menggunakan TEM. Hasil analisis TEM dapat
ditunjukan sebagai berikut:

Gambar 2. Hasil analisis TEM pada nano organo-silikon dengan katalis (a)
Preyssler dan (b) Keggin

Dapat dilihat dari gambar hasil analisis TEM, produk nano organo-silikon
homogen dan seragam dan rata-rata ukurannya sekitar 60-70 nm. Reaksi
berlangsung sangat cepat karena adanya penambahan katalis. Reaksi yang terjadi
secara umum adalah sebagai berikut:

8
Metil timetoksisisilane bereaksi dengan air dan gugus hidroksil dari
material bangunan untuk menghasilkan polimer silikon. Polimer silikon
merupakan senyawa yang tidak mudah terbakar dan sangat rekat/menempel
dengan material bangunan dan membentuk permukaan hidrofobik yang bersifat
anti-air. Reaksi berlangsung menggunakan pelarut metanol.

Senyawa silane dapat digunakan dan lebih dipilih untuk


menggabungkannya dengan pelarut untuk menciptakan kemampuan coverage
yang optimum dengan limbah yang sedikit. Metanol digunakan dalam penelitian
ini karena produk samping dari polimerisasi hanya berupa metanol, penggunaan
pelarut ini tidak menimbulkan masalah pembuangan untuk material bangunan.
Kecepatan polimerisasi dipengaruhi oleh tipe katalis. Perfomasi katalis heteropoli
asam dibandingkan dengan sam sulfat. Hasil menunjukkan penggunaan katalis
polihetero asam menghasilkan produk yang lebih banyak dan waktu reaksi yang
lebih singkat.

4.1 Pengujian Substrat Material Bangunan


Aktivitas anti-air dari produk nano organo-silikon hasil sintesis dilakukan
dengan beberapa pengujian. Material bahan bangunan yang digunakan berupa
batu bata, beton, dan batuan. Hasil pengujian menunjukkan produk nano organo-
silikon menjadi bagian dari material bangunan dan membuatnya menjadi
waterproof. Ukuran nano dari produk organo-silikon menyebabkan penetrasi ke
dalam pori-pori dan sub-cabang pori pada material bangunan menjadi lebih
mudah dan secara kimiawi bereaksi degan substrat serta menghasilkan tingkat
hidrofobisitas terhadap material bangunan yang diberi perlalkuan. Hasil pengujian
juga menunjukan material nano dapat meresap / berpnetrasi dengan kedalaman 5
mm pada batu bata dan 3 mm pada beton baik melalui penyemprotan atau

9
pengolesan. Dapat dilihat pada gambar 2, bagian dari material bangunan batu bata
maupun beton yang diberi perlakuan dengan nano organo-silikon menunjukkan
sifat anti air, sedangkan yang tidak diberi perlakuan, air dapat meresap ke dalam
pori-pori batu bata dan beton.

Gambar 3. Perbedaan aktivitas waterproof antara bagian yang dipberi perlakuan


dan tidak dari (a) batu bata dan (b) beton

4.1.1 Uji Pengikatan Air


Uji pengikatan air pada material bangunan dilakukan dengan cara
pengeringan di dalam oven terlebih dahulu pada suhu 120oC selama 23
jam kemudian ditimbang sebagai M1. Berikutnya, sampel ditempatkan di
dalam tanki berisi air selama 24 jam. Setelah itu dikeringkan dengan cara
dilap, di rendam kembali dalam air selama 24 jam dan ditimbang sebagai
M2. Persen air yang terikat pada material bangunan dapat ditentukan
dengan persamaan:

Nilai persentase ini dibandingkan antara sampel yang diberi


perlakuan dengan nano organo-silicon dengan yang tidak diberi perlakuan.
Data hasil uji pengikatan air dapat ditunjukan pada Tabel 1. Dari tabel
tersebut, menunjukkan bawa batu bata, beton, dan batuan yang diberi
perlakuan mengalami penurunan pengikatan air berturut-turut sebesar 96,
92.7 dan 91.9%.

10
Building materials Water uptake (%)

Untreated Treated

Brick 23.61 0.95

Concrete 11 0.8

Stone 19 0.19

Tabel 0.1. Perbandingan persentase pengikatan air pada material


bangunan yang diberi perlakuan dan tidak

4.1.2 Penentuan Kejenuhan Air pada Batu Bata


Kejenuhan diartikan sebagai perbandingan volume air terhadap
volume poru batu bata dan dapat dihitung dengan persamaan berikut :

Dimana Vw dan Vv beturut-turut merupakan volume air dan pori.


Hasil eksperimen menunjukan bahwa kejenuhan air menurun dari 56,32%
menjadi 2,26% karena adanya aktivitas anti-air (waterproof). Dengan kata
lain, hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas hidrofobik batu bata
meningkat 96% dengan adanya perlakuan menggunakan material nano-
organik.

4.1.3 Uji Rilem


Uji Rilem menunjukkan aktivitas anti-air yang sangat baik dari
nano organo-silikon hasil sintesis. Tabung Rilem diletakkan pada
pemrukaan 2 material bangunan yang diberi perlakukan dan yang tidak
diberi perlakuan. Air diisi sebanyak 100 mL pada tabung rilem. Penurunan
volume air akibat penetrasi ke dalam pori-pori material diamati selama 20

11
menit. Hasil uji rilem untuk beton dapat ditunjukkan pada gambar 4 dan
untuk batu bata dan batuan ditunjukkan pada gambar 5. Dari gambar
tersebut menunjukkan bahwa volume air uji rilem pada material batu bata,
beton dan batuan yang tidak diberi perlakuan material nano menurun
berturut-turut sekitar 18 mL, 8mL, dan 4.5 mL setelah 20 menit. Namun
pada material yang diberi perlakuan tidak menunjukkan penurunan volume
air pada tabung rilem. Hal ini membuktikan bahwa nano organo-silikon
dapat meningkatkan aktivitas anti-air terhadap material bangunan,
sehingga tidak ada air yang meresap ke dalam pori-pori.

Gambar 4. Uji Rilem pada sampel beton yang diberi perlakuan (a) dan
tidak diberi perlakuan (b) setelah 20 menit

12
Gambar 5. Hasil uji rilem pada material yang diberi perlakuan dan tidak.

4.1.4 Uji Cuaca

Film polimer waterproof tertentu biasanya rusak dibawah sinar


UV, menyebabkan retaknya film yang menyebabkan hilangnya
hidrofobisitas dan sifat anti airnya. Efek cuaca diamati pada material
waterproof. Material bangunan diradiasi dibawah lampu merkuri (125
watt) bertekanan tinggi sebagai sumber cahaya UV pada suhu konstan
25oC selama 21 jam, kemdian dihujani selama 1 jam dan dikeringan pada
suhu 110oC selama 2 jam. Hasil pengujian kemudian diuji rilem kembali
dan hasilnya tetap sama pada uji rilem awal. Hal ini membuktikan bahwa
material bangunan yang telah diberi nano organo-silikon, memiliki
ketahanan terhadap cuaca.

13
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Studi ini melaporkan penggunaan heteropolyamid Kegging dan Preyssler
bersifat non-korosif, stabil, tidak beracun dan ramah lingkungan. katalis ini ramah
lingkungandi sintesis dari bahan nano organo-silikon untuk waterproofing bahan
bangunan. Produk tidak mudah terbakar memiliki mean ukuran 60–70 nm yang
dapat dengan mudah menembus di dalam pori-pori dan sub-cabang dari bahan
bangunan dan menyediakan bahan kimia tingkat molekul hidrofobik. Tes standar
dikonfirmasi aktivitas waterproofing yang sangat baik dari bahan nano yang
disiapkan untuk batu bata, beton dan batu.

14
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. (2008). Review: Sintesis Nanomaterial. Jurnal Nanosains &
Nanoteknologi, 1.
Harsono, H. (2002). Pembuatan Silika Amorf dari Limbah Sekam Padi. Jurnal
Ilmu Dasar, 3(2), 98-103.
Hurlbut, C., & Klein, C. (1985). Manual of Mineralogy (20th ed.). Wiley.
Im, M. (2011). Pembuatan dan Karakterisasi Komposit Membran Peek silika/
Clay untuk Aplikasi Direct Methanol Fuel Cell (DMFC). (Tesis).
Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Lubis, S. (2009). Preparasi Katalis Cu/Silika Gel dari Kristobalit Alam Sabang
serta Uji Aktivitasnya pada Reaksi Dehidrogenasi Etanol. Jurnal Rekayasa
Kimia dan Lingkungan, 7(1), 29-35.
Rohman, A. (1996). Pembuatan Silika Gel untuk Kromatografi Lapis Tipis dari
Botol Bekas. Lembaga Penelitian Universitas Airlangga, 56-57.
Sapei, L., Noeske, R., Strauch, P., & Oskar, P. (2012). Isolation of Mesoporous
Biogenic Silica from the Perennial Plant Equisetum Hyemale. Chemical
Material, 20, 2020-2025.
T. Hop, Z. Miodynski, Build. Sci. 2 (1967) 147–163

E. Robbart, U.S. Patent Office, USA, 2,995,470, 1961.

15

Anda mungkin juga menyukai