Edisi Kesatu
Cetakan pertama, September 2011 Cetakan kelima, Juni 2015
Cetakan kedua, April 2012
Cetakan ketiga, Juni 2014
Cetakan keempat, September 2014
338.04
LUB LUBIS, S.B Hari
m Materi pokok kewirausahaan; 1 – 9; EKMA4370/ 3 sks/
S.B Hari Lubis. -- Cet.5; Ed.1 --. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2015.
328 hal; ill; 21 cm
ISBN: 978-979-011-614-6
1. kewirausahaan
I. Judul
iii
Daftar Isi
Kegiatan Belajar 2:
Berbagai Pendekatan dalam Menjelaskan Kewirausahaan ............... 1.15
Latihan …………………………………………............................... 1.26
Rangkuman ………………………………….................................... 1.27
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 1.28
Kegiatan Belajar 2:
Faktor Risiko dalam Kehidupan Entrepreneur .................................. 2.19
Latihan …………………………………………............................... 2.29
Rangkuman ………………………………….................................... 2.30
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 2.32
iv
Kegiatan Belajar 2:
Proses Inovasi ................................................................................... 3.22
Latihan …………………………………………............................... 3.30
Rangkuman ………………………………….................................... 3.31
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 3.31
Kegiatan Belajar 2:
Tempat Menemukan Gagasan Produk/Jasa Baru yang Sesuai Bagi
Usaha Kecil ....................................................................................... 4.22
Latihan …………………………………………............................... 4.34
Rangkuman ………………………………….................................... 4.35
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 4.35
v
Kegiatan Belajar 2:
Ciri-ciri Pengusaha Kecil yang Berhasil ........................................... 5.14
Latihan …………………………………………............................... 5.28
Rangkuman ………………………………….................................... 5.28
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 5.29
Kegiatan Belajar 2:
Pemilihan Alternatif Investasi ............................................................ 6.15
Latihan …………………………………………............................... 6.22
Rangkuman ………………………………….................................... 6.22
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 6.23
vi
Kegiatan Belajar 2:
Tinjauan Mikro: Analisis Terhadap Komunitas ................................ 7.19
Latihan …………………………………………............................... 7.26
Rangkuman ………………………………….................................... 7.26
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 7.27
Kegiatan Belajar 2:
Hal-hal yang Menghambat Riset Pemasaran ..................................... 8.14
Latihan …………………………………………............................... 8.35
Rangkuman ………………………………….................................... 8.36
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 8.37
vii
Kegiatan Belajar 2:
Elemen-elemen yang Terlibat dalam Pengembangan Strategi
Intrapreneurship ................................................................................ 9.15
Latihan …………………………………………............................... 9.31
Rangkuman ………………………………….................................... 9.32
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 9.33
S audara mahasiswa, perlu Anda ketahui bahwa saat ini jumlah penduduk
Indonesia mencapai kurang lebih 238 juta orang dan tingkat
pengangguran mencapai kurang lebih 12,6 juta orang. Pertanyaan untuk Anda
adalah siapakah pihak yang dapat mengurangi jumlah pengangguran tersebut
dengan cara membuka lapangan pekerjaan? Saudara juga mengetahui bahwa
negara kita Indonesia mempunyai sumber kekayaan alam yang melimpah dan
tanahnya dikenal subur. Siapakah yang akan mengembangkannya untuk
kemakmuran bangsa Indonesia? Saudara pasti setuju dengan kami,
jawabannya tidak lain adalah para wirausahawan. Para wirausahawan inilah
yang akan menggerakkan roda perekonomian negara. Merekalah yang
mampu mengenali dan memanfaatkan peluang dan selanjutnya mengubah
peluang tersebut menjadi suatu usaha yang layak dilaksanakan. Berdasarkan
uraian di atas tergambar betapa besar peran para wirausahawan ini. Oleh
karena itulah Buku Materi Pokok (BMP) Kewirausahaan ini hadir di tengah
Saudara.
Mengapa BMP Kewirausahaan ini penting untuk Saudara ketahui?
Begini, Saudara pasti mengetahui bahwa selama 30 tahun masa pemerintah
Orde Baru telah terlahir pengusaha baru yang kemudian dengan cepat
tumbuh menjadi konglomerat yang menguasai hampir semua sektor
perekonomian di Indonesia. Namun ketika krisis ekonomi melanda
Indonesia, banyak di antara para konglomerat tersebut tidak mampu bertahan.
Kendati tidak mudah mencari akar masalah ambruknya para konglomerat
tersebut, namun diduga karena "fondasi" usaha mereka rapuh. Para
konglomerat tersebut pada umumnya tumbuh dan menjadi besar karena
mendapat fasilitas atau kemudahan dari pemerintah. Padahal, wirausaha sejati
tidak seperti itu. Wirausahawan sejati seyogianya merupakan inovator dan
pengembang usaha yang mampu mengenali dan memanfaatkan peluang,
mengubah peluang menjadi sesuatu yang layak dilaksanakan maupun
dipasarkan. Mereka merupakan Wirausahawan juga mampu memberikan
nilai tambah melalui waktu, melalui usaha yang dikeluarkan, melalui uang
atau modal untuk memulai usaha, memanfaatkan keterampilan, bersedia
menanggung risiko jika pasar ternyata penuh dengan persaingan dan
x
P e ta Kom pe t ens i
Kewirausahaan/EKMA4370/3 sks
9. Menjelaskan Intrapreneurship
PENDAHULUA N
Kegiatan Belajar 1
Konsep Kewirausahaan
1
Kuratko, hal. 29
z EKMA4370/MODUL 1 1.5
Mitos 1:
Wirausahawan merupakan orang yang cenderung bertindak dan bukan
pemikir.
Mitos 2:
Kewirausahaan merupakan bakat yang dibawa seseorang sejak lahir.
Selama ini banyak pihak yang lebih percaya bahwa kewirausahaan tidak
bisa diajarkan ataupun dipelajari. Sudah sejak lama masyarakat percaya
bahwa ciri-ciri kewirausahaan dalam diri seseorang merupakan bakat
bawaan yang dibawa sejak lahir. Ciri-ciri ini misalnya, mencakup
agresivitas, berinisiatif, bersemangat, bersedia menanggung risiko,
memiliki kemampuan analisis yang baik, dan terampil dalam
membangun hubungan dengan orang lain. Sekarang ini, kewirausahaan
cenderung dianggap sebagai suatu disiplin ilmu, sehingga mematahkan
mitos itu. Kewirausahaan, seperti juga semua bidang ilmu lainnya,
memiliki model, proses, dan juga berbagai macam studi kasus yang
memungkinkannya untuk dipelajari dan juga diajarkan.
Mitos 3:
Wirausahawan mesti merupakan penemu hal baru (inventor).
Mitos 4:
Wirausahawan cenderung gagal di sekolah maupun dalam pergaulan
sosial.
Mitos 5:
Wirausahawan dipandang memiliki ciri-ciri tertentu.
Mitos 6:
Wirausahawan hanya tertarik pada uang.
Mitos 7:
Keberhasilan wirausahawan tergantung pada nasib baik atau
kemujuran.
Berada di tempat yang tepat pada saat yang tepat memang merupakan
keuntungan bagi seseorang. Tetapi, kemujuran baru akan terwujud
apabila persiapan seseorang sesuai dengan peluang yang ia hadapi.
Apabila ia tidak siap, maka peluang itu akan hilang begitu saja tidak
sempat dimanfaatkan. Karena itu, hanya wirausaha yang memiliki
persiapan yang mencukupi yang akan mampu memanfaatkan peluang,
sehingga kebanyakan orang melihat kejadian ini sebagai suatu
kemujuran. Wirausahawan yang berpeluang untuk berhasil sebenarnya
memang lebih siap menghadapi situasi dan mengubah situasi yang ia
hadapi menjadi keberhasilan. Apa yang sering kali terlihat sebagai
kemujuran sesungguhnya terdiri dari persiapan yang baik, semangat,
keteguhan hati, pemahaman akan permasalahan atau situasi yang
dihadapi, dan juga kecerdikan untuk memunculkan cara yang lebih
cerdas untuk menghadapi situasi ataupun permasalahan tersebut.
Mitos 8:
Ketidaktahuan merupakan berkah bagi wirausahawan.
Mitos 9:
Lebih banyak wirausahawan yang gagal daripada yang berhasil.
Mitos 10:
Wirausahawan adalah pengusaha bersifat untung-untungan.
2
Kuratko, hal. 33
z EKMA4370/MODUL 1 1.11
kegiatan dengan risiko yang sedang ataupun risiko yang bisa dihitung
(calculated risk). Wirausahawan yang sukses biasanya pekerja keras
dengan perencanaan serta persiapan yang matang, dengan maksud
untuk menurunkan risiko, sehingga dengan kemampuan itu
sesungguhnya wirausahawan memiliki kapabilitas untuk mengendalikan
masa depan.
Sepuluh mitos ini perlu dipahami dan perlu dijadikan landasan pemikiran
dalam pembahasan mengenai wirausahawan maupun kewirausahaan.
Kemampuan untuk membedakan mitos dari kenyataan lapangan akan
memberikan peluang untuk mengamati dan menjelaskan berbagai ciri
wirausahawan sesuai kenyataan di lapangan, tanpa diganggu oleh berbagai
kepercayaan yang sesungguhnya tidak terbukti secara ilmiah.
L A TIH A N
RA NGK UMA N
TES FORMATIF 1
Kegiatan Belajar 2
1. Pandangan Makro
Pandangan makro terhadap kewirausahaan menunjukkan adanya
sejumlah faktor yang berkaitan dengan sukses atau gagalnya usaha yang
dijalankan oleh seorang wirausahawan. Faktor-faktor ini mencakup berbagai
proses dari luar (eksternal) yang sering kali berada di luar kendali seorang
wirausahawan. Dalam pandangan bersifat makro ini terdapat tiga pendekatan,
di antaranya adalah sebagai berikut.
1.16 Kewirausahaan z
a. Pendekatan Lingkungan
Pendekatan atau cara pandang ini terutama berkaitan dengan berbagai
faktor dari luar yang berpengaruh terhadap pola hidup seseorang
sehingga menyebabkan dia memiliki potensi ataupun tidak memiliki
potensi untuk menjadi seorang wirausahawan. Faktor-faktor ini bisa
berpengaruh positif maupun negatif terhadap munculnya keinginan
untuk memulai kegiatan sebagai wirausahawan.
Faktor-faktor ini terutama berkaitan dengan keberadaan institusi, nilai-
nilai masyarakat dan adat istiadat, yang secara bersama-sama
membentuk suasana lingkungan sosial dan politis tertentu yang mampu
memberikan pengaruh terhadap pemunculan wirausaha. Atau sebaliknya,
kombinasi tertentu dari keseluruhan faktor-faktor tersebut justru
menghambat munculnya kewirausahaan. Sebagai contoh, karyawan
tingkat menengah yang dalam lingkungan pekerjaannya terbiasa
mendapat kebebasan serta dukungan untuk mengembangkan gagasan
dan merealisasikannya, diizinkan mengembangkan perjanjian (kontrak)
dengan pihak luar, menciptakan dan mencoba gagasan baru, maka
lingkungan kerja semacam itu bisa mendorong munculnya keinginan
untuk memulai usaha sendiri sebagai wirausahawan. Lingkungan sosial
seseorang, lingkungan pertemanan maupun keluarga juga bisa
berpengaruh terhadap munculnya keinginan seseorang untuk memulai
usaha sebagai seorang wirausahawan.
b. Pendekatan Keuangan
Pendekatan ini terutama memfokuskan perhatian pada proses penanaman
dan menumbuhkan modal atau uang. Sebagian pihak memang
memandang kewirausahaan hanya sebagai proses mengembangkan atau
menggandakan uang, sementara pandangan yang lain berpendapat bahwa
proses keuangan ini hanyalah salah satu segmen saja dari kegiatan
kewirausahaan.
c. Pendekatan Perpindahan
Cara pandang ini didasarkan pada fenomena kelompok. Dikatakan
bahwa suasana yang dialami kelompok bisa mendorong ataupun
menghambat munculnya faktor-faktor yang menyebabkan seseorang
menjadi wirausaha. Menurut Ronstadt, seseorang tidak akan terdorong
untuk menjalankan suatu usaha atau menjadi wirausahawan, jika mereka
z EKMA4370/MODUL 1 1.17
3
Ronstadt, dalam Kuratko, hal.35
1.18 Kewirausahaan z
2. Pandangan Mikro
Pandangan mikro terutama membahas faktor-faktor yang khas dari
kewirausahaan, yaitu terutama yang muncul dari dalam diri wirausahawan
sendiri. Dalam pandangan mikro terdapat tiga jenis pendekatan, yaitu sebagai
berikut.
a. Pendekatan Ciri
Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan ciri-ciri umum
wirausahawan yang dianggap berhasil. Pendekatan semacam ini
berusaha mempelajari ciri-ciri umum orang-orang yang berhasil dalam
mengembangkan usaha, sehingga apabila ciri-ciri itu ditiru maka
diharapkan akan dapat meningkatkan peluang para peniru tersebut untuk
juga mencapai keberhasilan dalam menjalankan usaha. Sebagai contoh,
terdapat empat faktor yang biasanya dianggap terdapat dalam diri
wirausahawan yang sukses, yaitu mempunyai keinginan berprestasi
(achievement), kreatif, memiliki keteguhan hati (determinasi) dan
memiliki pemahaman teknis yang memadai.
Pendapat lain menyatakan bahwa latar belakang keluarga dan pola
pendidikan yang dialami juga bisa berpengaruh terhadap keberhasilan
wirausahawan. Sebagian peneliti malah beranggapan bahwa pola
pendidikan tertentu malah bisa menghambat munculnya kewirausahaan,
sementara peneliti yang lain justru mempercayai hal yang sebaliknya.
Pendapat yang lain mengatakan bahwa pola pendidikan tertentu dalam
keluarga dapat mendorong ciri-ciri kewirausahaan tumbuh pada
seseorang sejak dini, dan dapat mengantarkannya menjadi wirausahawan
yang berhasil.
c. Pendekatan Strategis
Pendekatan ini menekankan peran penting proses perencanaan dalam
pengembangan usaha yang sukses. Ronstadt memandang perumusan
strategi sebagai pemanfaatan berbagai elemen yang bersifat unik, seperti
pasar yang unik, karyawan, produk, dan berbagai sumber, yang
seluruhnya unik. Elemen-elemen yang unik ini perlu diidentifikasikan,
dan kemudian dikombinasikan sehingga menjadi usaha yang efektif,
yaitu dalam pengertian sebagai berikut.
1) Pasar yang khas
Strategi dikembangkan melalui identifikasi segmen pasar yang
utama dan memahami celah atau ceruk yang khas yang muncul
karena pengaruh segmen pasar utama, dan memanfaatkan ceruk
pasar yang khas tersebut dalam pengembangan usaha.
2) Tenaga kerja yang khas
Usaha dikembangkan dengan memanfaatkan keterampilan atau
bakat luar biasa yang khas dari tenaga kerja yang dimiliki.
3) Produk yang khas
Usaha dikembangkan berlandaskan inovasi, sehingga produk yang
dihasilkan mampu melampaui produk yang sudah ada di pasar.
4) Sumber yang khas
Berusaha memiliki sumber-sumber yang khas dalam jangka panjang
(seperti air, tanah, bahan baku) dan memanfaatkannya sebagai
tumpuan strategi.
1.20 Kewirausahaan z
Pribadi
Keinginan men-
Pribadi
capai sukses
Kesediaan
Kebebasan
menanggung resiko
mengatur diri
Ketidakpuasan
sendiri
dalam pekerjaan
Toleransi
Kehilangan
terhadap situasi
pekerjaan Sosial Pribadi Organisasi
mendua
Pendidikan Jejaring Kewirausahan Tim
Kesediaan
Agama pergaulan Pemimpin Strategi
menanggung resiko
Jenis Kelamin Kelompok Manajer Struktur
Nilai yang dianut
Keteguhan Orangtua Keteguhan Budaya
Pendidikan
(komitmen) Keluarga (komitmen) Jenis Produk
Pengalaman
Role model Cara pandang
Lingkungan
Peluang Lingkungan Lingkungan
Role model Tingkat Pesaing
Kreatifitas persaingan Pasar/ konsumen
Ketersediaan Pemasok
sumber Pemodal
Inkubasi usaha Bank
Kebijakan Hukum
pemerintah Ketersediaan
sumber
Kebijakan
pemerintah
Gambar 1.1.
Tahapan Pertumbuhan Kewirausahaan
1.22 Kewirausahaan z
Jenis Usaha
yang dijalankan
Inventarisasi:
Corak Kuantitatif Corak
Wirausahawan Kualitatif Lingkungan
Strategis
Etis
Gambar 1.2.
Pendekatan Perspektif Kewirausahaan
z EKMA4370/MODUL 1 1.23
3. Pendekatan Multidimensi
Pendekatan yang lebih rinci melihat kewirausahaan dari berbagai
dimensi. Kewirausahaan dipandang sebagai kerangka multidimensi yang
kompleks yang terutama memperhatikan dimensi individu, lingkungan,
organisasi, dan proses pertumbuhan usaha. Faktor-faktor yang berkaitan
dengan masing-masing dimensi adalah sebagai berikut.
Individu
a. Keinginan mencapai sukses.
b. Kebebasan mengatur diri sendiri.
c. Kesediaan menanggung risiko.
d. Kepuasan kerja.
e. Pengalaman kerja sebelumnya.
f. Kadar kewirausahaan orang tua
g. Umur.
h. Pendidikan.
Lingkungan
a. Ketersediaan modal ventura.
b. Kehadiran wirausahawan berpengalaman.
c. Tenaga kerja yang memiliki keterampilan teknis.
d. Ketersediaan pemasok.
e. Ketersediaan konsumen atau pasar (yang baru).
f. Dukungan kebijakan pemerintah.
g. Kehadiran Perguruan Tinggi.
h. Ketersediaan lahan dan fasilitas.
i. Ketersediaan transportasi.
j. Sikap masyarakat sekitar.
k. Ketersediaan jasa pendukung.
l. Standar hidup masyarakat.
Organisasi
a. Jenis atau corak usaha.
b. Lingkungan kewirausahaan.
c. Partner untuk patungan.
d. Variabel strategis: 1) Ongkos, 2) Diferensiasi, 3) Fokus
e. Ambang persaingan untuk masuk dalam usaha.
1.24 Kewirausahaan z
Proses
1. Menemukan peluang usaha.
2. Mengumpulkan sumber yang diperlukan.
3. Memasarkan produk/jasa.
4. Membuat produk.
5. Mengembangkan organisasi.
6. Menjawab keinginan pemerintah dan masyarakat.
Individu :
Keinginan mencapai sukses
Kebebasan mengatur diri sendiri
Kesediaan menanggung resiko
Kepuasan kerja
Pengalaman kerja sebelumnya
Kadar kewirausahaan orangtua
Umur
Pendidikan
Lingkngan : Organisasi :
Ketersedian modal ventura Keinginan mencapai sukses
Kehadiran wirausahawan berpengalaman Diferensiasi
Tenaga kerja yang memiliki keterampilan teknis Fokus
Ketersediaan pemasok Produk/jasa baru
Ketersediaan konsumen atau pasar (yang baru) Pesaing sejenis
Dukungan kebijakan pemerintah Munculnya franchise
Kehadiran Perguruan Tinggi Transaksi geografis
Ketersediaan lahan dan fasilitas Kelangkaan supply
Ketersediaan transportasi Pemanfaatan sumber yang terbengkalai
Sikap masyarakat sekitar Kontrak dengan konsumen
Ketersediaan jasa pendukung Menjadi sumber ke dua
Standar hidup masyarakat Jonit venture (usaha bersama)
Tingkat Diferensiasi Pekerjaan dan Industri Lisensi
Persentase imigran yang tinggi Melepas Pasar
Daerah perkotaan yang luas Pemisahan Divisi
Ketersediaan sumber keuangan Cenderung memasok pemerintah
Ambang masuk Perubahan Peraturan Pemerintah
Tingkat persaingan
Tekanan produk substitusi
Posisi tawar pembeli
Posisi tawar pemasok
Proses :
Menemukan peluang usaha
Mengumpulkan sumber yang
diperlukan
Memasarkan produk/jasa
Membuat produk
Mengembangkan organisasi
Menjawab keinginan pemerintah
dan masyarakat
Gambar 1.3.
Variabel-variabel yang terlibat dalam Pembentukan Usaha Baru
1.26 Kewirausahaan z
C. INTRAPRENEURSHIP
L A TIH A N
RA NGK UMA N
TES FORMATIF 2
Daftar Pustaka
PENDAHULUA N
negara akan mendapatkan penerimaan pajak sebesar 41 triliun per bulan atau
492 triliun per tahun.
Berdasarkan gambaran di atas, tergambar betapa besar peran para
wirausahawan ini dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara.
Oleh karena itu, dalam Modul 2 ini kami perlu membahas secara khusus
mengenai wirausahawan ini. Setelah mempelajari modul ini, diharapkan
mahasiswa mampu:
1. menjelaskan siapa sebenarnya wirausahawan;
2. menjelaskan sumber Informasi dalam mempelajari kewirausahawan;
3. menjelaskan ciri-ciri wirausahawan;
4. menjelaskan ”sisi gelap” wirausahawan;
5. menjelaskan motivasi wirausahawan.
z EKMA4370/MODUL 2 2.3
Kegiatan Belajar 1
Karakteristik Wirausahawan
A. ENTREPRENEUR (WIRAUSAHAWAN)
Terdapat tiga jenis sumber informasi yang utama dalam usaha untuk
memahami entrepreneurship, yakni berbagai jenis publikasi, baik yang
bersifat populer maupun yang bersifat ilmiah, seperti berikut ini.
1. Jurnal teknis dan profesional.
2. Text book entrepreneurship.
3. Buku-buku tentang entrepreneurship bersifat petunjuk praktis (how-to)
yang ditulis oleh para praktisi yang memang memiliki pengalaman
aktual di lapangan.
4. Biografi atau otobiografi dari para entreprenenur.
5. Surat kabar.
6. Buletin lembaga-lembaga yang kegiatannya berkaitan dengan pembinaan
usaha baru.
7. Proceeding konferensi mengenai entrepreneurship.
8. Berbagai publikasi pemerintah yang relevan.
D. KARAKTERISTIK ENTREPRENEUR
berikut ini.
1. Bertanggung jawab penuh, berhati yang teguh, dan memiliki daya tahan
yang tinggi.
2. Memiliki dorongan yang kuat untuk berhasil maupun untuk tumbuh.
3. Berorientasi pada peluang dan memiliki sasaran yang jelas.
4. Berinisiatif dan bersedia memikul tanggung jawab secara pribadi.
5. Memiliki ketekunan dalam memecahkan masalah.
6. Realistis dan mampu menghargai humor.
7. Mencoba memperoleh umpan balik dan memanfaatkannya.
8. Menginginkan kebebasan mengatur diri sendiri (internal locus of
control).
9. Bersedia menanggung risiko yang terhitung.
10. Tidak mengindahkan status dan tidak tertarik pada kekuasaan.
11. Memiliki integritas dan merupakan seseorang yang bisa dipercaya.
1
John J.Kao, The Entrepreneur, Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice-Hall, 1991,
dalam Kuratko, hal. 97.
z EKMA4370/MODUL 2 2.7
1. Percaya diri.
2. Memiliki daya tahan dan keteguhan hati yang kuat.
3. Penuh energi dan tekun.
4. Memiliki banyak akal.
5. Kemampuan untuk mengambil risiko terhitung.
6. Dinamis dan memiliki kepemimpinan.
7. Optimis.
8. Memiliki dorongan untuk berhasil.
9. Memiliki aneka ragam kemampuan, pemahaman mengenai produk,
pasar, peralatan, dan teknologi.
10. Kreatif.
11. Memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain.
12. Memiliki kemampuan untuk membina hubungan baik dengan pihak lain.
13. Berinisiatif.
14. Fleksibel.
15. Cerdas.
16. Cenderung memiliki sasaran yang jelas.
17. Menanggapi tantangan secara positif.
18. Independen.
19. Menanggapi saran dan kritik secara positif.
20. Pandai memanfaatkan waktu dan efisien.
21. Kemampuan untuk mengambil keputusan secara cepat.
22. Bertanggung jawab.
23. Mampu melihat ke masa depan.
24. Memiliki ketelitian dan pengamatan yang lengkap.
25. Mampu bekerja sama.
26. Kecenderungan pada keuntungan.
27. Kemampuan untuk belajar dari kesalahan.
28. Kemampuan memahami kekuasaan.
2
Kuratko, hal. 98.
2.8 Kewirausahaan z
3
Kuratko, hal. 99.
z EKMA4370/MODUL 2 2.9
berbagai tindakan, para entrepreneur ini selalu mengacu pada tujuan untuk
memanfaatkan peluang. Biasanya mereka menetapkan sasaran yang
cenderung tinggi tetapi masih memungkinkan untuk dicapai, sehingga bisa
menghemat energi, mampu menyeleksi peluang dengan cermat, dan paham
kapan harus mengatakan tidak. Kecenderungan terhadap sasaran juga
membuat mereka mampu menetapkan prioritas, menentukan ukuran
keberhasilan pencapaiannya, sehingga dia dapat mengukur sebaik apa kinerja
yang telah dicapai.
orang, mulai anak sekolah hingga pengusaha. Komputer ini bukan hanya
berfungsi sebagai mesin penghitung, namun juga merupakan bagian dari
kehidupan seseorang dalam belajar maupun berkomunikasi. Memiliki
gambaran atau konsep seperti ini membuat Apple menjadi salah satu pemain
utama dalam industri komputer mikro.
Tidak semua entrepreneur memiliki konsep sejak awal usahanya berdiri.
Beberapa entrepreneur mengembangkan konsep usahanya sambil
menjalankan usahanya menjadi besar.
16. Independen
Keinginan untuk independen merupakan kekuatan di belakang
entrepreneur masa kini. Mereka tidak suka terhadap sistem birokrasi, dan
mempunyai keinginan yang kuat untuk menciptakan sesuatu yang berbeda,
disertai dengan kepribadian yang independen dan selalu mencoba
menyelesaikan tugas dengan cara mereka sendiri. Entrepreneur tidak selalu
menetapkan seluruh keputusan sendiri, mereka sering kali hanya memegang
kewenangan untuk menetapkan keputusan-keputusan yang paling penting.
L A TIH A N
antaranya adalah
a) bertanggung jawab penuh, berhati yang teguh, dan memiliki daya
tahan yang tinggi;
b) memiliki dorongan yang kuat untuk berhasil maupun untuk tumbuh;
c) berorientasi pada peluang dan memiliki sasaran yang jelas;
d) berinisiatif dan bersedia memikul tanggung jawab secara pribadi;
e) memiliki ketekunan dalam memecahkan masalah;
f) realistis dan mampu menghargai humor;
g) mencoba memperoleh umpan balik dan memanfaatkannya;
h) menginginkan kebebasan mengatur diri sendiri (internal locus of
control);
i) bersedia menanggung risiko yang terhitung;
j) tidak mengindahkan status dan tidak tertarik pada kekuasaan;
k) memiliki integritas dan merupakan seseorang yang bisa dipercaya.
4
John J.Kao, The Entrepreneur, Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice-Hall, 1991,
dalam Kuratko, hal. 97.
2.16 Kewirausahaan z
RA NGK UMA N
TES FORMATIF 1
2) Istilah yang lebih tepat untuk generasi abad ke-21 adalah ....
A. G
B. X
C. E
D. XY
Kegiatan Belajar 2
Seperti telah dijelaskan di atas, ternyata ada juga sisi gelap (negatif)
dalam kehidupan para entrepreneur, walaupun yang lebih sering
digambarkan adalah keberhasilan dan pencapaian mereka. Sisi gelap ini
terjadi karena dorongan yang kuat dan penuh energi dari para entrepreneur
dalam menjalankan usahanya, dan ternyata hal ini membawa akibat yang
sifatnya merusak. Dalam mempelajari dua sisi dari kehidupan entrepreneur
ini, Manfred Kets de Vries menunjukkan keberadaan faktor-faktor negatif
yang bisa mempengaruhi perilaku para entrepreneur 5 . Penting bagi para
F F
5
Manfred F.R.Kets de Vries, “The Dark Side of Entrepreneurship”, Harvard Business
Review (Nov, Dec 1985) : 160-167, dalam Kuratko hal. 104.
2.20 Kewirausahaan z
Rendah
Menghindari resiko Menerima resiko
Menginginkan corak Menginginkan corak
kegiatan tertentu kegiatan tertentu
Kuatnya
Keinginan
untuk
Memperoleh
Keuntungan Menghindari resiko Menerima resiko
Menginginkan Menginginkan
keuntungan keuntungan
Tinggi
Gambar 2.1.
6
Tipologi Gaya Entrepreneur F
6
Thomas Monroy and Robert Folger, “A Typlogy of Entrepreneurial Styles: Beyond
Economic Rationality”, Journal of Positive Entreprise IX, no.2 (1993): 64-79, dalam
Kuratko, hal. 105.
z EKMA4370/MODUL 2 2.21
1. Risiko Finansial
Hampir dalam semua perintisan usaha baru, terdapat seseorang yang
mempertaruhkan uangnya, yang mungkin saja akan hilang lenyap
sepenuhnya apabila usaha baru tersebut gagal. Entrepreneur sering kali
dituntut untuk mempertaruhkan kewajiban perusahaan, yang sebenarnya jauh
lebih besar daripada seluruh harta pribadinya, sehingga sebenarnya para
entrepreneur berpeluang menjadi seseorang yang pailit. Karena itu wajar
apabila banyak orang yang tidak bersedia menjadi entrepreneur karena tidak
rela mempertaruhkan harta simpanannya, rumah tinggal, serta uangnya untuk
memulai sebuah usaha baru.
2. Risiko Karier
Calon entrepreneur sering kali mempertanyakan apakah mereka akan
dapat mencari pekerjaan baru atau kembali ke pekerjaan mereka semula
apabila usaha mereka ternyata gagal. Hal ini yang sering kali menjadi
pertimbangan dan hambatan bagi karyawan yang memiliki pekerjaan yang
aman dan bergaji tinggi, untuk menjadi Entrepreneur.
4. Risiko Kejiwaan
Boleh jadi, risiko paling besar bagi entrepreneur adalah dalam aspek
kejiwaan. Uang bisa diganti, rumah baru bisa dibangun, keluarga dan teman-
teman mungkin bisa memaklumi kesibukan seorang entrepreneur. Tetapi,
dampak psikologis entrepreneur yang pernah gagal sering kali tidak bisa
segera disembuhkan, dan akhirnya kebanyakan berakibat buruk.
2.22 Kewirausahaan z
7. Sumber Stress
Boyd dan Gumpert menemukan empat penyebab munculnya stress di
kalangan Etrepreneur, yaitu (1) kesepian, (2) tenggelam dalam pekerjaan,
(3) permasalahan sumber daya manusia, dan (4) keinginan untuk berhasil.
a. Kesepian
Walaupun sehari-hari dikelilingi banyak pihak, tetapi entrepreneur
merasa terisolasi jika merasa bahwa orang sekeliling mereka tidak dapat
dipercaya. Bekerja dalam waktu yang lama membuat para entrepreneur
tidak dapat kenyamanan serta dukungan dari teman-teman maupun dari
keluarga. Mereka juga cenderung jarang terlibat dalam kegiatan sosial,
kecuali apabila berpeluang untuk dimanfaatkan.
8. Menghadapi Stress
Perlu dipahami bahwa tidak semua stress bersifat buruk. Tapi, stress
yang berlebihan dapat mengganggu kehidupan seseorang, juga akan
menurunkan daya tahan tubuh. Jika stress bisa dikendalikan dalam batas-
batas yang wajar, maka efisiensi dan kinerja seseorang akan meningkat.
Boyd dan Gumpert 7 memberikan sumbangan yang berarti mengenai
F F
7
Boyd and Gumpert, “Coping with Entrepreneurial Stress”, dalam Kuratko, hal. 108.
z EKMA4370/MODUL 2 2.25
b. Liburan
Salah satu cara efektif untuk mengatasi stress menurut beberapa orang
entrepreneur adalah dengan berlibur dan melupakan pekerjaan selama
berlibur. Setelah berlibur kita seakan-akan menjadi orang baru.
e. Melakukan Pendelegasian
Implementasi cara mengatasi stress ternyata memerlukan waktu. Karena
itu, entrepreneur perlu melakukan pendelegasian tugas agar ia memiliki
waktu yang memadai untuk mengimplementasikan cara mengatasi
stress. Tetapi, sering kali para entrepreneur tidak bersedia melakukan
pendelegasian karena ia mengira harus sepanjang waktu harus terlibat
dalam kegiatan usaha. Karena itu perlu ditemukan dan dilatih karyawan
yang bisa dipercaya untuk menerima pendelegasian tugas dari
entrepreneur.
C. EGO ENTREPRENEUR
D. MOTIVASI ENTREPRENEUR
Pembanding Manfaat
an hasil / instrinsik /
ekspektasi ekstrinsik
KP LP SP
Keputusan
utk menjadi Strategi Manajemen Hasil yang
atau berlaku Entre- Entre- Dicapai
sebagai En- preneur preneur Perusahaan
trepreneur
LU Gagasan
Persepsi thd
hasil / imple-
mentasi
KP = Karakteristik Pribadi
LP = Lingkungan Pribadi
SP = Sasaran Pribadi
LU = Lingkungan Usaha
Gambar 2.2.
Model Motivasi Entrepreneur
8
Douglas W.Naffziger, Jeffrey S.Hornsby, and Donald F.Kuratko, “A Proposed
Research Model of Entrepreneurial Motivation”, Entrepreneurship Theory and
Practice (spring 1994): 29-42, dalam Kuratko: hal .112
z EKMA4370/MODUL 2 2.29
L A TIH A N
RA NGK UMA N
TES FORMATIF 2
4) Menurut Boyd dan Gumpert, salah satu dari empat penyebab stress di
kalangan Etrepreneur, yaitu ....
A. keluarga
B. anak
C. kesepian
D. pemerintah
Daftar Pustaka
PENDAHULUA N
Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa pada dasarnya manusia itu
menyukai hal-hal yang baru. Dalam konteks produk, manusia menyukai
model baru, teknologi baru, rasa baru, dan sebagainya. Walkman misalnya,
dari segi teknologi bukanlah merupakan teknologi baru, namun hanya
merupakan miniaturisasi dari tape recorder. Namun demikian, penciptaan
walkman mendapatkan sambutan yang luar biasa dari pasar.
Untuk menciptakan produk baru demi memenuhi tuntutan masyarakat,
maka para entrepreneur harus pandai-pandai berinovasi. Inovasi merupakan
kunci dari proses entrepreneurial. Hampir semua peneliti entrepreneurship
sepakat dengan pendapat Peter Drucker mengenai konsep Inovasi.
1
Peter F.Drucker, Innovation and Entrepreneurship (New York, Harper & Row,
1985), hal. 20.
3.2 Kewirausahaan z
Berangkat dari pemikiran di atas, maka dalam Modul 3 ini perlu dibahas
secara khusus bahasan tentang inovasi dan kreativitas dalam kewirausahaan.
Setelah membaca modul ini, diharapkan Anda mampu:
1. menjelaskan peranan inovasi dalam kewirausahaan;
2. menjelaskan peranan kreativitas dalam kewirausahaan;
3. menjelaskan proses kreatif;
4. menjelaskan proses dan sumber inovasi.
z EKMA4370/MODUL 3 3.3
Kegiatan Belajar 1
A. PERAN KREATIVITAS
2
Timothy A.Matherly and Ronald E.Goldsmith, ‘The Two Faces of Creativity’’,
Business Horizons (Sept/Oct, 1985); Bruce G.Whiting, “Creativity and
Entrepreneurship: How Do They Relate?”, Journal of Creative Behavior 22, no.3
(1988): 178-183, dalam Kuratko, hal. 121.
z EKMA4370/MODUL 3 3.5
kadang-kadang kita meniru solusi dari pihak lain, tetapi di kesempatan lain
mungkin saja dicoba untuk merumuskan solusi yang sangat inovatif untuk
menghadapi suatu permasalahan. Tabel 3.1 berikut ini mencoba
membandingkan kedua jenis solusi tersebut, yang disebut sebagai solusi
adaptor, yang merupakan tiruan dari solusi yang sudah biasa dijalankan oleh
pihak lain dan solusi baru yang inovatif.
Tabel 3.1.
Dua Jenis Pendekatan dalam Perumusan Solusi Permasalahan 3 F
3
Michael Kirton, “Adaptors and Innovators: A Description and Measure”, Journal of
Applied Psychology (Oct.1976): 623, dalam Kuratko, hal. 121.
3.6 Kewirausahaan z
Tahapan 1
Akumulasi Pengetahuan
Temuan yang berhasil biasanya didahului oleh proses penjajagan
(investigasi) dan proses pengumpulan informasi. Penjajagan untuk
melakukan pengumpulan informasi dilakukan melalui berbagai jenis
cara, misalnya melalui bahan bacaan, atau dengan melakukan diskusi
dengan pihak-pihak yang sudah berpengalaman di bidang sejenis, atau
kadang-kadang juga dengan mengikuti pertemuan ilmiah di mana
banyak berkumpul ahli-ahli yang memiliki pengetahuan serta
pengalaman yang berkaitan dengan permasalahan. Kadang-kadang juga
diperlukan informasi yang secara langsung maupun yang tidak secara
langsung berkaitan dengan permasalahan yang dipelajari.
Proses penjajagan biasanya memberikan beragam informasi mengenai
permasalahan. Berbagai ragam informasi ini penting bagi para
Entrepreneur, yang memerlukan pemahaman mendasar mengenai
seluruh aspek yang berkaitan dengan pengembangan suatu produk, jasa,
ataupun usaha baru.
Pemahaman tentang latar belakang permasalahan sering kali diperoleh
dari (1) bahan bacaan, (2) kelompok atau asosiasi profesi, (3) mengikuti
pertemuan dan seminar ilmiah, (4) mengunjungi tempat baru,
(5) melakukan diskusi dengan berbagai pihak mengenai permasalahan,
(6) majalah, surat kabar, dan jurnal, yang memuat artikel yang
berkaitan dengan permasalahan, (7) selalu mencatat informasi yang
relevan, dan (8) mencoba mengembangkan dan mempertanyakan,
mempertebal rasa ingin tahu.
Tahapan 2
Proses Inkubasi
Seseorang yang kreatif biasanya membiarkan bawah sadar mereka
memikirkan kumpulan informasi yang sudah mereka peroleh dari
tahapan sebelumnya. Proses inkubasi, atau menetasnya gagasan, sering
kali terjadi pada saat yang tidak diduga, misalnya pada saat mereka
3.8 Kewirausahaan z
Tahapan 3
Memunculkan Gagasan
Tahapan ini sering kali dianggap sebagai periode yang paling
menggairahkan, yaitu tahapan di mana gagasan ataupun jawaban yang
dicari seseorang ternyata bisa muncul. Karena merupakan tahapan di
mana gagasan muncul, maka tahapan ini sering disebut ”tahapan
eureka”. Banyak pihak yang menganggap tahapan ini sebagai satu-
satunya tahapan kreativitas.
Seperti juga pada proses inkubasi, gagasan baru yang bersifat inovatif
sering kali muncul pada saat yang tidak terduga, misalnya pada satu
seseorang sedang mengerjakan kegiatan yang tidak ada kaitannya
dengan permasalahan yang sedang dipikirkan solusinya. Sehingga,
seakan-akan gagasan itu muncul tiba-tiba entah berasal dari mana.
Sering kali, jawaban terhadap sesuatu muncul secara bertahap pada
pikiran seseorang, perlahan tetapi pasti seseorang tersebut sebenarnya
sedang merumuskan jawaban bagi permasalahan yang dihadapi. Oleh
karena itu, sering kali memang sulit untuk menentukan kapan tahapan
inkubasi berakhir dan dilanjutkan dengan mulainya tahapan
memunculkan gagasan.
Untuk mempercepat proses memunculkan gagasan ini, perlu rangsangan
melalui (1) mimpi atau berangan-angan mengenai hasil kegiatan yang
diharapkan, (2) mempraktekkan hobby yang relevan dengan
permasalahan, (3) bekerja dalam lingkungan yang tidak tergesa-gesa,
(4) menempatkan atau menganggap permasalahan bukan sebagai
sesuatu yang paling penting, (5) menyediakan buku catatan dekat
dengan tempat tidur, sehingga bisa segera mencatat gagasan yang
z EKMA4370/MODUL 3 3.9
muncul pada saat tengah malam ataupun saat bangun tidur, dan
(6) sengaja mengambil masa istirahat pada saat sedang sibuk bekerja.
Tahapan 4
Evaluasi dan Implementasi
Tahapan ini sering kali dianggap sebagai tahapan yang paling sulit
dalam sebuah proses kreatif karena untuk melaluinya diperlukan
keberanian yang besar, disiplin diri, dan juga daya tahan yang tangguh.
Entrepreneur yang berhasil biasanya mampu menemukan gagasan yang
memang memungkinkan untuk dikerjakan karena keterampilan yang
dimiliki Entrepreneur tersebut memang memadai untuk mewujudkan
(mengimplementasikan) gagasan tersebut. Akan tetapi, yang lebih
penting bagi Entrepreneur adalah memiliki daya tahan sehingga mereka
tidak menyerah apabila harus berhadapan dengan hambatan bersifat
sementara dalam mewujudkan gagasan. Biasanya, para Entrepreneur
mengalami berulang kali kegagalan sebelum akhirnya berhasil
mewujudkan gagasan mereka. Dalam proses tersebut sering kali
dijumpai Entrepreneur yang akhirnya ternyata mengambil arah yang
sangat berbeda, bahkan berlawanan, dari gagasan mereka semula. Juga
bisa dijumpai Entrepreneur yang menemukan gagasan baru yang lebih
memungkinkan untuk diwujudkan pada saat ia berusaha untuk
mewujudkan gagasan yang lebih awal.
Dengan demikian, salah satu bagian penting dari tahapan ini adalah
penyempurnaan gagasan sehingga berhasil menjadi bentuk atau wujud
akhir. Karena gagasan biasanya muncul dari tahapan sebelumnya dalam
bentuk yang masih kasar, selanjutnya gagasan tersebut perlu diperbaiki,
dan juga diuji, sebelum akhirnya mencapai wujud akhir.
Tahapan 2
Proses
Inkubasi
Tahapan 1 Tahapan 3
Akumulasi Proses Memunculkan
Pengetahuan Kreatif Gagasan
Tahapan 4
Evaluasi dan
Implementas
i
Gambar 3.1.
Proses Berpikir Kreatif
C. MENGEMBANGKAN KREATIFITAS
1. Mengenali Hubungan
Banyak penemuan dan inovasi muncul karena si penemu mampu
mengenali hubungan yang sifatnya baru atau berbeda, antara obyek, proses,
bahan, teknologi, dan orang. Contohnya bisa sangat beragam, misalnya
menggabungkan becak dengan kuda-kudaan mainan anak-anak menjadi
odong-odong, atau menggabungkan motor bakar dengan roda sehingga
tercipta mobil, atau menggabungkan kekuatan air dengan dinamo truk
sehingga tercipta pembangkit listrik tenaga air ukuran kecil.
Untuk memperbaiki kreativitas, akan membantu apabila diciptakan
hubungan antara elemen-elemen, ataupun antara orang-orang di sekeliling
kita dengan cara yang berbeda dari yang biasa. Kegiatan seperti ini perlu
diawali dengan pemahaman atau persepsi terhadap aspek hubungan.
Kemampuan semacam ini dapat dikembangkan dengan memandang sesuatu
ataupun orang sebagai pelengkap atau saling melengkapi dengan sesuatu
ataupun dengan orang lain.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa keberadaan sesuatu ataupun
orang di dunia ini karena ada hubungannya dengan sesuatu ataupun orang
lain. Orang yang kreatif tampaknya memiliki intuisi untuk menyadari
fenomena ini, dan kemampuannya juga berkembang untuk mengenali
hubungan yang berbeda ataupun hubungan yang baru.
Hubungan ini sering kali mendorong munculnya pandangan baru yang
dapat menghasilkan gagasan baru, produk baru, ataupun jasa yang baru. Agar
dapat mengembangkan kemampuan untuk mengenali adanya hubungan yang
baru, perlu dicoba melatih kemampuan memahami hubungan ini.
3. Menggunakan Otak
Sejak tahun 1960an, para ahli kreativitas, inovasi, dan pengembangan
diri, telah menyadari pentingnya mengembangkan keterampilan yang
berkaitan dengan otak kiri dan otak kanan.
Dikatakan bahwa otak kanan membantu seseorang untuk memahami
kesamaan, membayangkan, dan menggabungkan informasi sedangkan otak
kiri membantu kita melakukan analisis, mengungkapkan sesuatu
menggunakan kata-kata, dan menggunakan pendekatan yang rasional dalam
menghadapi permasalahan. Selanjutnya dikatakan bahwa walaupun kedua
bagian otak ini memproses informasi yang berlainan (lihat Tabel 3.2), dan
masing-masing digunakan untuk melakukan kegiatan ataupun keterampilan
yang berbeda, kedua bagian tersebut diintegrasikan melalui sekelompok
serabut syaraf yang disebut corpus callosum. Dengan demikian keberadaan
maupun berfungsinya kedua bagian otak tersebut saling melengkapi satu
sama lain.
Tabel 3.2.
Corak Proses Otak Kiri dan Otak Kanan
4
Doris Shallcross, Anthony M.Gawienowski, “Top Experts Address Issues on
Creativity Gap in Higher Education”, Journal of Creative Behavior 23, no.2 (1989):
75, dalam Kuratko, hal. 131.
3.14 Kewirausahaan z
Tabel 3.3.
Mengembangkan Otak Kiri dan Otak Kanan
b. Mencari Aman
Kebanyakan orang mencoba untuk selalu membuat keputusan yang
benar dan berusaha bertindak tanpa melakukan kesalahan. Karena itu, orang-
orang semacam ini mencoba mengacu kepada rata-rata, kepada stereotip,
ataupun pada teori-teori kemungkinan, sehingga risiko untuk berbuat
kesalahan bisa menjadi minimum. Walaupun strategi seperti ini sering kali
membawa hasil yang baik, ada saat-saat tertentu di mana seorang penemu
harus berani mengambil risiko yang sifatnya terhitung. Risiko terhitung
sering kali membuat si penemu menghadapi kesalahan dan kekeliruan.
Tetapi, orang yang kreatif menganggap kesalahan dan kekeliruan sebagai
bagian dari perjalanan yang harus dilewati, dan ia belajar dari kesalahannya
agar mampu menciptakan hal yang lebih besar.
z EKMA4370/MODUL 3 3.15
c. Berpikir Stereotip
Sangatlah ironis bahwa kebanyakan gambaran yang dibuat orang
didasarkan pada rata-rata ataupun stereotip, dan ternyata banyak keputusan
dibuat berdasarkan dua ukuran tersebut yang dianggap seakan-akan fakta
yang sebenarnya di dunia nyata. Sering kali profil rata-rata ternyata tidak
sesuai dengan individu yang manapun karena komponen-komponen profil
rata-rata itu datang dari individu yang berbeda. Semakin jelas deskripsi
gambaran rata-rata ataupun stereotip, ternyata makin sulit menemukan
individu yang sesuai dengan gambaran tersebut. Karena itu, merencanakan
tindakan berdasarkan gambaran rata-rata ataupun stereotip sebenarnya sama
dengan bertindak menggunakan dasar gambaran yang keliru mengenai
realitas, dan juga membatasi pemahaman tentang besaran aktual dan
kemungkinan-kemungkinan pemanfaatannya. Edward de Bono 5 menyatakan
F F
d. Mengandalkan Kemungkinan
Agar bisa memperoleh rasa aman, banyak orang yang cenderung
mengandalkan teori kemungkinan dalam mengambil keputusan. Tetapi,
terlalu mengandalkan teori kemungkinan dalam pengambilan keputusan bisa
mengganggu realitas dan mencegah seseorang untuk berani menanggung
risiko terhitung yang akan mendorong munculnya kreativitas. Salah satu cara
untuk meningkatkan kapasitas kreatif adalah dengan memandang situasi
kehidupan kita sebagai suatu permainan dengan kemungkinan berhasil
hampir 50%, dan memulai untuk berani menanggung risiko. Berikut ini
disajikan beberapa petunjuk yang dimaksudkan untuk menghilangkan cara
berpikir yang menghambat munculnya kreativitas:
1) Berani mencoba menanggung risiko kecil dalam kehidupan, dan
mencoba untuk mengandalkan intuisi serta dugaan. Selanjutnya,
5
Edward de Bono, Lateral Thinking : Creativity Step by Step (New York, Harper &
Row, 1970), dalam Kuratko, hal. 132.
3.16 Kewirausahaan z
D. IKLIM KREATIF
Kreativitas terutama akan muncul apabila kita berada pada iklim usaha
yang sesuai. Tidak ada satu pun perusahaan yang akan sanggup memiliki
manajer ataupun pemilik yang kreatif apabila iklim yang sesuai juga tidak
dikembangkan dan juga dipelihara. Untuk menumbuhkan kreativitas
diperlukan iklim dengan karakteristik sebagai berikut ini.
1. Perlu dimiliki pimpinan yang bisa dipercaya dan tidak terlalu ketat
dalam mengontrol karyawan.
2. Perlu dimiliki jalur komunikasi yang terbuka antaranggota kelompok
atau perusahaan.
3. Mengembangkan kontak dan juga komunikasi yang intensitasnya
memadai.
4. Senang mencoba gagasan baru.
5. Tidak takut menghadapi akibat negatif apabila melakukan kesalahan.
6. Melakukan seleksi dan promosi karyawan dengan dasar prestasi.
z EKMA4370/MODUL 3 3.17
L A TIH A N
RA NGK UMA N
TES FORMATIF 1
Kegiatan Belajar 2
Proses Inovasi
sehingga calon inovator perlu turun ke lapangan untuk bisa lebih memahami
realitas baik melalui bertanya maupun dengan mendengarkan. Inovator yang
berhasil biasanya menggunakan otak kiri dan otak kanan. Mereka biasa
mengamati angka-angka, mengamati orang-orang di sekelilingnya dan secara
analitis mencoba memunculkan inovasi untuk memenuhi peluang dari apa
yang mereka lihat di sekeliling mereka. Kemudian mereka turun ke lapangan,
memeriksa potensi pasar untuk memperoleh gambaran tentang apa yang
sebenarnya merupakan ekspektasi orang-orang di sekitar mereka, memeriksa
besarnya permintaan, maupun daya belinya.
Inovasi yang paling berhasil biasanya bentuknya sederhana, jelas, dan
terfokus. Inovasi sejenis ini umumnya mengarah pada penggunaan yang juga
jelas, spesifik, dan juga memang dirancang secara cermat. Dalam proses
pengembangannya, inovasi yang berhasil semacam ini biasanya mampu
menciptakan pasar yang baru dan juga konsumen yang baru. Contohnya,
transpor berupa travel antara Jakarta dengan Bandung ditujukan bagi orang-
orang yang ingin bepergian dengan mudah antara kedua kota, dan bisa
berangkat maupun tiba di lokasi yang paling sesuai bagi masing-masing
orang tersebut.
Dalam kenyataannya, Inovasi ternyata cenderung lebih melibatkan
kegiatan kerja daripada kecerdasan si penemu, seperti yang diungkapkan oleh
Thomas Edison yang menganggap bahwa seorang yang jenius sebenarnya
terdiri dari 1% inspirasi ditambah dengan 99% keringat. Selain itu, Edison
juga menyatakan bahwa inovator jarang sekali yang bekerja pada banyak
bidang. Temuan Edison yang begitu beragam ternyata hanya terjadi di bidang
listrik.
6
Peter F.Drucker, “The Discipline of Innovation”, hal.67 dalam Kuratko, hal.134.
z EKMA4370/MODUL 3 3.23
A. JENIS INOVASI
Terdapat empat jenis inovasi, mulai dari produk, proses, ataupun jasa
yang betul-betul merupakan temuan baru hingga modifikasi dari produk,
proses, ataupun jasa yang sudah ada, seperti dijelaskan pada Tabel 3.4 berikut
ini.
1. Invensi (Invention)
Penciptaan produk baru, proses baru, ataupun jasa baru, yang belum
pernah ada sebelumnya ataupun yang belum pernah dicoba.
2. Ekstensi (Extension)
Pengembangan produk, proses, ataupun jasa yang sebenarnya sudah ada
sebelumnya, sehingga diperoleh corak penggunaan atau pemanfaatan dengan
cara baru yang berbeda dari gagasan sebelumnya.
Tabel 3.4.
Jenis Inovasi
Menggabungkan gagasan-
Fred Smith – jasa kurir
gagasan atau faktor-faktor yang
Sintesis sudah ada sebelumnya, menurut
formula baru ataupun untuk
penggunaan baru.
3.24 Kewirausahaan z
3. Duplikasi (Duplication)
Mengulangi atau mereplikasi munculnya produk, proses, ataupun jasa
yang sudah ada, tetapi dengan corak pengulangan yang tidak semata-mata
meniru, melainkan dengan menambahkan sentuhan kreatif tertentu untuk
memperbaiki gagasan lama, dalam rangka memenangkan persaingan.
4. Sintesis (Synthesis)
Menggabungkan gagasan-gagasan atau faktor-faktor yang sebelumnya
sudah ada dengan cara baru sehingga muncul pemanfaatan produk, proses,
atau jasa secara berbeda ataupun baru.
B. SUMBER INOVASI
2. Kesenjangan
Kesenjangan terjadi apabila terdapat ketidaksesuaian antara harapan
dengan kenyataan. Banyak pencetus gagasan baru ternyata mendapat ilham
dari kesenjangan semacam ini.
3. Menjawab Kebutuhan
Muncul kebutuhan khusus yang menyebabkan si Entrepreneur perlu
berinovasi untuk menjawab kebutuhan khusus tersebut, seperti munculnya
makanan kesehatan
z EKMA4370/MODUL 3 3.25
5. Perubahan Demografi
Perubahan populasi, seperti umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, sebaran
secara geografis, dsb. juga bisa memunculkan peluang. Sebagai contoh,
apabila usia rata-rata populasi meningkat, yang berarti peluang hidup menjadi
lebih besar, maka permintaan terhadap industri perawatan kesehatan juga
akan menjadi lebih besar.
6. Perubahan Persepsi
Perubahan juga bisa terjadi pada persepsi masyarakat tentang sesuatu
hal, baik berupa pandangan maupun mengenai keadaan. Walaupun tidak
tampak secara langsung, tetapi berubahnya persepsi masyarakat bisa sangat
berpengaruh terhadap peluang usaha. Contohnya ditunjukkan oleh makin
kuatnya persepsi masyarakat tentang perlunya memiliki badan yang sehat dan
bentuk badan yang proporsional menyebabkan meningkatnya permintaan
terhadap sasana fitness serta makanan-makanan penunjang kesehatan.
Beberapa jenis sumber terjadinya proses inovasi disajikan pada Tabel 3.5
berikut ini.
Tabel 3.5.
Sumber Inovasi
Perubahan Industri dan Pasar Perubahan Perawatan Inap di Rumah sakit menjadi
Perawatan Kesehatan di Rumah
Mitos 1
Inovasi muncul karena direncanakan dan bisa diperkirakan.
Mitos ini muncul karena didasarkan pada konsep lama yang beranggapan
bahwa dalam organisasi inovasi merupakan tugas resmi dari Bagian
Penelitian dan Pengembangan. Sebenarnya, inovasi tidaklah bisa
diperkirakan dan bisa muncul dari siapa pun juga dalam sebuah
organisasi.
z EKMA4370/MODUL 3 3.27
Mitos 2
Spesifikasi teknis suatu inovasi perlu dipersiapkan secara lengkap.
Mitos 3
Kreativitas muncul dari mimpi maupun gagasan yang mengawang-
awang.
Mitos 4
Kegiatan skala besar membuat inovasi yang lebih baik dari kegiatan
skala kecil.
Mitos 5
Teknologi merupakan pendorong Inovasi dan keberhasilan.
D. PRINSIP INOVASI
1. Cenderung bertindak
Inovator haruslah aktif mencari gagasan baru, mencari kesempatan, atau
sumber inovasi.
2. Menyederhanakan produk, jasa, atau proses, dan mudah dipahami
Masyarakat perlu bisa memahami temuan tersebut dengan mudah.
3. Membuat produk, jasa, atau proses berdasarkan kebutuhan konsumen
Inovator perlu selalu mengingat konsumen yang akan menggunakan
temuannya. Semakin kuat kesadaran inovator terhadap kebutuhan
konsumen maka semakin besar peluang bahwa gagasannya akan
diterima dan digunakan oleh masyarakat.
4. Mulai dengan skala kecil
Inovator sebaiknya tidak mengawali proyek atau kegiatannya dalam
skala besar. Sebaiknya, memulai dalam skala kecil, kemudian
membangun dan berusaha mengembangkannya, sehingga pertumbuhan
terencana dan ekspansi bisa terjadi secara benar dan pada waktu yang
tepat.
5. Memiliki rasa optimis bahwa akan berhasil
Inovator sebaiknya optimis bahwa akan berhasil, antara lain dengan
mencari ceruk pasar yang sesuai bagi temuannya.
6. Temuan dicoba, diuji, dan diperbaiki
Inovator harus selalu mengikuti prosedur ”coba, uji, perbaiki” sehingga
produk, jasa, dan proses yang dihasilkan menjadi lebih sempurna.
7. Belajar dari kesalahan
Inovasi tidak menjamin tercapainya keberhasilan. Tetapi, tetapi yang
lebih penting disadari adalah menyadari bahwa kesalahan sering kali
merupakan sumber munculnya inovasi.
8. Memiliki jadwal dan ukuran kemajuan
Inovator perlu memiliki jadwal yang dapat menunjukkan kemajuan yang
telah dicapai. Walaupun kegiatannya tidak memenuhi target jadwal
ataupun lebih cepat dari rencana, memiliki rencana dan jadwal tetap
diperlukan agar ia dapat merencanakan dan mengevaluasi kegiatannya.
9. Memberikan penghargaan untuk kegiatan heroik
Kegiatan inovatif perlu mendapat penghargaan, dan juga memberikan
toleransi tertentu terhadap kegagalan. Toleransi ini sering kali mampu
merangsang munculnya inovasi, yang mampu memberikan cakrawala
baru bagi perusahaan.
z EKMA4370/MODUL 3 3.29
1. Penjaga Gerbang
Inovator sejenis ini mengumpulkan dan menyebarkan informasi
mengenai perubahan atau kemajuan dalam bidang teknis. Mereka tidak
pernah terlambat memahami perkembangan mengenai apa yang terjadi
ataupun tentang gagasan-gagasan baru. Informasi mengenai perkembangan
yang terjadi mereka peroleh lewat hubungan pribadi, pertemuan para ahli,
ataupun dari media massa. Apabila penjaga gerbang ini memperoleh
informasi yang relevan, mereka akan mengirimkan ataupun meneruskan
informasi tersebut kepada pihak ataupun unit yang sesuai agar
ditindaklanjuti.
2. Pengembang Gagasan
Pengembang gagasan biasanya menganalisis informasi tentang teknologi
baru, produk baru, ataupun prosedur yang baru, untuk menemukan gagasan
baru bagi perusahaan. Gagasan baru tersebut mungkin berupa solusi yang
bersifat inovatif terhadap permasalahan yang muncul dalam mengembangkan
produk, dalam pengembangan usaha, ataupun dalam mencari peluang baru
dalam pemasaran produk ataupun jasa.
3. Juara
Para juara merupakan penganjur atau pendorong gagasan baru.
Pemegang peran juara akan berusaha untuk mendapatkan berbagai jenis
sumber yang akan digunakan untuk membuktikan bahwa gagasannya
memang layak dikembangkan. Para juara cenderung mementingkan hasil dan
tidak terlalu peduli risiko dan juga tidak tertarik untuk mempelajari
konsekuensi yang harus dihadapi apabila terjadi kegagalan. Misi utama para
juara adalah untuk menyingkirkan berbagai jenis hambatan terhadap gagasan
baru.
3.30 Kewirausahaan z
4. Project Managers
Seseorang perlu merencanakan anggaran dan jadwal, menyusun laporan
yang memuat informasi tentang kemajuan yang sudah dicapai. Ia juga
mengoordinasikan tenaga kerja dan mengusahakan berbagai peralatan yang
diperlukan maupun berbagai jenis sumber lainnya. Selain itu, ia juga
memantau kemajuan yang berhasil dicapai dan membandingkannya dengan
rencana. Para manajer proyek ini yang mengintegrasikan dan mengelola
pekerjaan, tenaga kerja, yang dibutuhkan untuk mengubah suatu gagasan
menjadi kenyataan.
5. Pelatih
Jenis ini menggambarkan aspek teknis dan aspek hubungan
antarmanusia yang terjadi dalam proses inovasi. Pelatih akan mengusahakan
pelatihan teknis yang berkaitan dengan pengembangan suatu gagasan baru,
dan membantu tenaga kerja agar bisa bekerja sama mengubah gagasan
menjadi kenyataan.
L A TIH A N
RA NGK UMA N
TES FORMATIF 2
5) Ide pendirian rumah jompo merupakan inovasi yang bersumber pada ....
A. kejadian tidak terduga
B. kesenjangan
C. perubahan demografi
D. perubahan persepsi
Daftar Pustaka
Karakteristik Produk/Jasa
yang Sesuai untuk Usaha Kecil
Dr. Ir. S.B. Hari Lubis
PENDAHULUA N
1
Eugene Staley, Richard Morse, Modern Small Industry for Developing Countries,
McGraw-Hill, 1965
2
Staley dan Morse menganggap suatu sektor industri dikuasai oleh perusahaan-
perusahaan industri berukuran kecil apabila lebih dari 50% omzet di sektor itu
dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan industri ukuran kecil.
3
Walaupun penelitian Staley dan Morse khusus dilakukan terhadap sektor industri,
tetapi sifat-sifat produk yang sesuai bagi industri kecil juga sesuai bagi perusahaan
jasa dan usaha kecil pada umumnya.
4.2 Kewirausahaan z
Kegiatan Belajar 1
M ungkin kita semua masih ingat ketika krisis ekonomi yang melanda
negara kita beberapa tahun yang lalu. Ketika itu terjadi gelombang
PHK di mana-mana. Bayangkan, ketika harga barang-barang membumbung
tinggi, justru banyak orang yang mengalami PHK. Untuk mengatasi hal itu,
pada waktu itu banyak orang yang mencoba menjadi wirausaha. Salah satu
fenomena di Jakarta ketika itu adalah banyaknya orang mendirikan kafe
dalam suatu tenda, atau yang populer dengan sebutan ”kafe tenda”. Selain
”kafe tenda”, pada waktu krisis tersebut banyak orang tiba-tiba menekuni
bisnis jangkrik. Saat ini pelatihan beternak jangkrik menjadi marak.
Namun saat ini, kebanyakan usaha-usaha tersebut rontok. Mengapa hal
itu terjadi? Ternyata, usaha kecil itu menuntut beberapa persyaratan atau
karakteristik tertentu. Untuk itulah maka dalam Kegiatan Belajar 1 ini, kami
akan mengulas masalah tersebut.
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa agar sukses dalam usaha kecil,
maka dibutuhkan persyaratan, yakni kesesuaian dalam hal berikut.
1. Kesesuaian antara jenis dan corak produk/jasa yang dihasilkan oleh
Usaha Kecil dengan corak pasar yang membutuhkan produk/jasa jasa
tersebut.
2. Kesesuaian antara pasangan produk/jasa dengan pasarnya terhadap corak
dari pengusaha, yaitu terhadap corak dan keterbatasan kemampuan diri si
pengusaha maupun perusahaannya.
Kasus Roti Bakar berikut ini dimaksudkan untuk lebih memahami jenis
dan corak produk/jasa dan kesesuaiannya terhadap usaha kecil.
Kasus ini memberikan penjelasan bahwa pasar Roti Bakar menjadi jenuh
karena produk semacam itu terlalu mudah ditiru, atau dengan perkataan lain,
4
memiliki “ambang teknologi” yang terlalu rendah . Berdasarkan kasus Roti
F F
4
Secara umum, hambatan untuk “masuk” dalam suatu jenis usaha disebut “barrier to
entry”. Dalam kasus roti bakar, hambatan ini hanya menyangkut aspek teknologi
produksi, sehingga dinamakan “ambang teknologi”.
5
Program Orientasi Industri Kecil dan Menengah di Perguruan Tinggi, Paket 1
Pelatihan IKM untuk Wisudawan Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal Industri
Kecil dan Menengah. Departemen Perindustrian Republik Indonesia dan SBHL
Consulting Bandung, 2007.
4.6 Kewirausahaan z
b. Memilih jenis produk tekstil dengan ongkos produksi per unit yang
tidak dipengaruhi oleh volume produksi. Dengan demikian, ongkos
produksi per unit di industri besar tidak menjadi lebih rendah karena
memproduksi lebih banyak. Jenis tekstil yang memenuhi kriteria ini
adalah yang proses produksinya banyak dilakukan secara manual.
2. Untuk mempertahankan diri dari persaingan dengan sesama industri
tekstil ukuran kecil, industri kecil tekstil yang sanggup bertahan dan
berkembang memilih jenis tekstil yang proses produksinya memiliki
tingkat kesulitan (ambang teknologi) yang cukup tinggi, sehingga tidak
semua industri kecil tekstil mampu membuat produk sejenis itu.
Jika kita menyimak Kasus Roti Bakar di atas dengan seksama maka kita
akan menemukan bahwa salah satu karakteristik produk/jasa yang mampu
memberikan perlindungan, agar para pesaing tidak mudah masuk, yaitu
ambang teknologi atau tingkat kesulitan untuk membuat produk atau jasa.
Sedangkan berdasarkan pembahasan terhadap Industri Kecil Tekstil di
atas kita akan menemukan dua kriteria atau karakteristik lainnya, yaitu
a. besarnya permintaan terhadap produk atau jasa, dan
b. hubungan antara ongkos produksi per unit dengan volume produksi.
6 7
Setelah mengamati data industri di negaranya , Staley dan Morse
F F F F
merasa heran karena dalam sistem ekonomi yang bebas seperti di Amerika
Serikat, ternyata terdapat beberapa sektor industri yang dikuasai atau
6
Eugene Staley, Richard Morse, Modern Small Industry for Developing Countries,
McGraw-Hill, 1965.
7
Eugene Staley, Richard Morse, Modern Small Industry for Developing Countries,
McGraw-Hill, 1965.
z EKMA4370/MODUL 4 4.7
8
didominasi oleh industri ukuran kecil . Setelah mempelajari ciri-ciri dari
F F
Sepuluh faktor yang sesuai bagi perusahaan industri kecil terdiri dari
faktor-faktor sebagai berikut.
1. Hubungan antara aspek fisik dengan aspek engineering.
2. Produk yang memerlukan tingkat keterampilan dan ketelitian yang
tinggi.
3. Produk massal komponen-komponen khusus, atau produk akhir yang
bersifat khusus.
4. Produk yang dibuat dalam jumlah kecil.
5. Produk yang dipengaruhi oleh lokasi dan ongkos transportasi.
6. Produk dengan desain khusus, atau produk yang memerlukan inovasi
tinggi.
7. Hubungan yang dekat antarpersonil dalam industri kecil.
8. Fleksibilitas operasi dan ongkos tak langsung yang rendah.
9. Pelayanan yang lebih baik.
10. Respon yang cepat terhadap perkembangan/perubahan.
8
Staley dan Morse menganggap suatu sektor industri dikuasai oleh perusahaan-
perusahaan industri berukuran kecil apabila lebih dari 50% omzet di sektor itu
dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan industri ukuran kecil.
9
Walaupun penelitian Staley dan Morse khusus dilakukan terhadap sektor industri,
tetapi sifat-sifat produk yang sesuai bagi industri kecil juga sesuai bagi perusahaan
jasa dan usaha kecil pada umumnya.
4.8 Kewirausahaan z
10
3) laboratorium klinis untuk pemeriksaan kesehatan ; F F
4) reparasi kamera;
10
Agar ukuran perusahaan bisa menjadi besar, sementara pada setiap lokasi hanya mampu “menyerap”
laboratorium klinis berukuran kecil maka berkembang usaha yang dilakukan dengan cara yang
dinamakan sebagai “multi-plant”, yakni perusahaan dibangun di mana-mana tetapi di setiap lokasi
tetap dalam skala kecil.
z EKMA4370/MODUL 4 4.15
4) sepatu;
5) barang-barang mode.
b. Industri yang melayani pasar ukuran kecil
Produk yang dihasilkan industri semacam ini ditandai oleh volume
permintaan yang kecil terhadap setiap jenis produk. Karena itu,
setiap jenis produk hanya bisa menghasilkan nilai keuntungan dan
pemasukan uang yang relatif kecil sehingga tidak cukup menarik
bagi industri berukuran besar dan hanya sesuai diusahakan oleh
industri berukuran kecil.
Contoh produk sejenis ini:
1) tenda;
2) jok mobil.
Dari ketiga aspek yang berpengaruh tersebut (lokasi, pasar dan proses),
penelitian Staley dan Morse menemukan bahwa di Amerika aspek lokasi
merupakan aspek yang paling terasa pengaruhnya. Penelitian mereka
menemukan bahwa industri kecil terutama unggul pada jenis usaha berikut:
1. industri kecil yang melayani pasar lokal;
2. industri kecil yang memenuhi permintaan jasa dari konsumen lokal;
3. industri kecil yang memproses bahan baku yang lokasinya tersebar.
L A TIH A N
RA NGK UMA N
TES FORMATIF 1
C. pakaian jadi
D. elektronik
Kegiatan Belajar 2
11
Donald M.Dible, Small Business Success Secrets, The Entrepreneur Press, 1980.
z EKMA4370/MODUL 4 4.23
Dible juga menyarankan agar gagasan tentang produk atau jasa baru
yang sesuai bagi usaha kecil dicoba ditemukan melalui penelaahan terhadap
aspek-aspek berikut.
1. Nostalgia
Kenangan terhadap masa lalu sering kali memunculkan keinginan untuk
memiliki barang-barang yang bisa membangkitkan kenangan masa lalu
(nostalgia), seperti munculnya:
a. penggemar mobil tua;
b. penggemar mebel antik;
c. penggemar lagu-lagu lama.
3. Kelangkaan
Kelangkaan akan suatu jenis produk atau jasa tertentu sering kali
menyebabkan peminat terhadap jenis kebutuhan tersebut menjadi meningkat.
Kelangkaan tersebut juga menyebabkan munculnya perantara yang berperan
membantu orang yang membutuhkan pemenuhan kebutuhan yang langka
yaitu:
a. produk adi-busana (haute-couture);
b. perantara pengurusan dokumen-dokumen penting.
4.24 Kewirausahaan z
4. Teknologi Baru
Munculnya jenis teknologi baru sering kali menumbuhkan minat untuk
memahami dan terampil teknologi baru tersebut, sehingga melahirkan
kegiatan-kegiatan seperti:
a. kursus komputer;
b. kursus membuat desain menggunakan komputer (CAD).
5. Polusi
Semakin tercemarnya lingkungan dan bertambahnya jumlah anggota
masyarakat yang menyadari bahaya yang ditimbulkan pencemaran tersebut
terhadap kesehatan menyebabkan munculnya berbagai jenis produk yang
menawarkan peluang untuk menghindari pencemaran, seperti:
a. alat penjernih air;
b. alat daur ulang sampah.
6. Kesehatan
Semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya badan yang
bugar dan terhindar dari penyakit merangsang tumbuhnya berbagai jenis
produk ataupun jasa untuk menjaga kesehatan, seperti:
a. spa;
b. pusat kebugaran.
7. Emansipasi Wanita
Emansipasi wanita menyebabkan proporsi wanita yang meninggalkan
fungsi-fungsi tradisional kaum wanita seperti ibu rumah tangga. Karena itu
muncul berbagai jenis kebutuhan yang dimaksudkan untuk menggantikan
peran kaum wanita di rumah, seperti:
a. tempat penitipan bayi;
b. makanan siap saji.
9. Rekreasi
Pola kerja yang semakin menyita waktu menyebabkan meningkatnya
jumlah orang yang merasa bahwa kebutuhannya akan rekreasi bersama
keluarga menjadi lebih penting, sehingga muncul berbagai jenis usaha
seperti:
a. arung jeram;
b. wisata agro;
c. wisata sejarah.
Berbagai tempat untuk menemukan jenis usaha baru yang diusulkan oleh
Dible ini belum tentu seluruhnya sesuai dengan kondisi Indonesia. Di
samping itu, terdapat kondisi-kondisi khas Indonesia yang mungkin
memunculkan kebutuhan yang tidak dijumpai di negara lain, seperti
bimbingan tes untuk masuk perguruan tinggi, biro jasa untuk membantu
mengurus berbagai jenis perizinan, dan sebagainya.
pasar pasar
lemah PASAR kuat
Usaha Kecil
Usaha Usaha
Sangat Usaha Kumpulan Menengah
Kecil Kecil Usaha dan Besar
individual Kecil
Gambar 4.1.
Koridor yang sesuai bagi usaha kecil
Pemahaman mengenai koridor yang sesuai bagi usaha kecil ini penting
untuk dikuasai. Banyak usaha kecil yang semula berjalan dengan baik,
kemudian mengalami kesulitan karena produk atau jasa yang diusahakan
ternyata (kemudian baru disadari) mempunyai ambang teknologi yang
rendah, sehingga terlalu banyak pihak yang ikut mengusahakannya. Tempat
z EKMA4370/MODUL 4 4.27
yang juga perlu diperhatikan adalah jenis produk atau jasa yang semula
sesuai bagi usaha kecil, tetapi segera menjadi tidak sesuai jika kondisi
berubah (dan menjadi lebih sesuai bagi usaha berukuran besar). Sebagai
contoh, industri tekstil di Indonesia pernah hanya sesuai bagi usaha kecil
pada saat bahan baku masih terbatas, tetapi segera menjadi tidak sesuai
setelah banyak pabrik pemintalan benang tenun.
C. INSTRUMEN ABCDE
Lima karakteristik produk atau jasa ini dalam kenyataan sering kali tidak
berdiri sendiri-sendiri dan kombinasinya diharapkan bisa digunakan untuk
memilih berbagai jenis produk maupun jasa yang layak diusahakan oleh
usaha kecil.
Contoh Penggunaan Instrumen ABCDE
Berikut ini diberikan beberapa contoh penggunaan Instrumen ABCDE
untuk memeriksa kesesuaian jenis produk atau jasa tertentu bagi usaha kecil.
Huruf yang dilingkari pada setiap jenis produk atau jasa menunjukkan
kriteria yang sesuai terhadap sifat-sifat usaha kecil.
z EKMA4370/MODUL 4 4.29
Peti Mati A B C D E
12
Penetapan apakah suatu jenis produk memenuhi atau tidak memenuhi suatu kriteria
sangat tergantung lokasi di mana produk tersebut diusahakan. Dalam contoh ini
dinyatakan peti mati merupakan jenis produk dengan tingkat permintaan pasar yang
rendah. Di daerah tertentu bisa terjadi permintaan pasar terhadap peti mati relatif
tinggi karena masyarakatnya terbiasa memakamkan jenazah menggunakan peti mati.
4.30 Kewirausahaan z
Batu Bata A B C D E
Ember Plastik A B C D E
Penerjemah
Buku Ber- A B C D E
bahasa Inggris
Antar-jemput
A B C D E
anak SD
13
Penetapan antar-jemput anak SD merupakan jenis jasa dengan tingkat permintaan
pasar yang rendah sangat tergantung lokasinya. Di daerah tertentu bisa terjadi
permintaan pasar terhadap jasa antar jemput anak SD relatif tinggi.
z EKMA4370/MODUL 4 4.33
Konsultasi
Statistik untuk A B C D E
Skripsi
L A TIH A N
RA NGK UMA N
TES FORMATIF 2
1) Contoh gagasan bisnis yang diilhami oleh aspek nostalgia adalah ....
A. helm
B. sabuk pengaman pada mobil
C. mobil antik
D. produk adi busana
4.36 Kewirausahaan z
3) Contoh gagasan bisnis yang diilhami oleh aspek kelangkaan adalah ....
A. helm
B. sabuk pengaman pada mobil
C. mobil antik
D. produk adi busana
4) Contoh gagasan bisnis yang diilhami oleh aspek polusi adalah ....
A. penjernih air
B. sabuk pengaman pada mobil
C. mobil antik
D. produk adi busana
5) Contoh gagasan bisnis yang diilhami oleh aspek kesehatan adalah ....
A. helm
B. spa
C. mobil antik
D. produk adi busana
Daftar Pustaka
PENDAHULUA N
Kegiatan Belajar 1
Karakteristik Pengusaha
1
Kemungkinan masih banyak peluang usaha bisa muncul dari perangkat sehari-hari
lainnya seperti kompor gas, pompa air, sumber air, jaringan listrik, dsb., akan tetapi
belum dimanfaatkan karena belum “ditemukan”.
z EKMA4370/MODUL 5 5.3
KASUS ANTENA TV
Satu hari, Monang, pemuda perantau tamatan SMA, yang berasal dari
sebuah kampung kecil di pinggiran Pulau Samosir duduk termenung di
beranda rumah pamannya di Bandung. Sudah empat bulan ia di Bandung,
setelah melalui perjalanan yang melelahkan dari kampungnya, mula-mula
menyeberang danau Toba menuju kota Medan, kemudian naik bus ALS
(Antar Lintas Sumatra) dua hari tiga malam dari Medan menuju Bandung.
Sejak berangkat dia sudah waswas mengenai peluangnya untuk bisa
“maju” di kota Bandung. Waktu ibunya menulis surat kepada pamannya yang
menampungnya sekarang ini, meminta agar bersedia menampung Monang,
surat balasan pamannya tegas-tegas mengatakan “kalau si Monang ke
Bandung, tempat tinggal dan makannya bisa saya tanggung. Tapi, saya tidak
sanggup jika diminta menyekolahkan. Andaikata dia ingin bekerja, harus
cari sendiri. Saya cuma orang kecil di Bandung ini, gaji pas-pasan dan tidak
ada koneksi!”.
Memang benar, Monang juga menyaksikan sendiri sang paman (guru
SMA), dan bibinya (guru SD), hidup sederhana di Bandung. Mereka harus
disiplin sekali mengatur pengeluaran agar setiap bulan bisa membayar
angsuran rumah sederhana yang sekarang mereka tempati. Untung saja
pamannya belum punya anak. Monang segera sadar bahwa memang mustahil
bagi sang paman untuk menyekolahkannya.
Karena itu, Monang juga sadar bahwa ia harus berusaha segera mendapat
penghasilan. Tapi, memang sulit. Sebagai orang baru ia belum punya kenalan
di kota Bandung. Tempat tinggalnya juga agak di pinggir kota, maklum
perumahan sederhana, sehingga sulit buat Monang mencoba “keliling”
mencari peluang, sebab perlu ongkos yang lumayan. Padahal persediaan
uangnya sudah sangat menipis, sisa-sisa bekal yang dibawanya dari
kampung.
Tanpa terasa sudah hampir 4 bulan ia tanpa “kemajuan” di Bandung.
Makin lama ia makin resah. Kehadirannya tentu jadi beban (walaupun paman
dan bibinya tidak pernah mengeluh). Kembali ke kampung juga bukan
pilihan. Mencari pekerjaan juga sulit, hanya berijazah SMA, keterampilan
lain tidak ada, kenalan terbatas, apalagi koneksi. Empat bulan ini ia hanya
bergaul dengan keluarga-keluarga sederhana tetangga pamannya. Monang
cepat populer. Barangkali karena penampilannya lugu, seperti anak SMA,
ramah, dan mungkin karena logat batak-nya yang kental.
5.6 Kewirausahaan z
Monang kemudian menunjukkan rumah yang tiang antena TV-nya patah itu
kepada Ibu Ocid:
Monang : “Bu, lihat rumah itu, tiang antena TV-nya patah. Kasian, pasti
tidak bisa nonton ‘Tersanjung’ nanti malam.
Bu Ocid : (sambil melihat ke arah yang ditunjukkan Monang) “Iya, itu
rumah Bu Yanto. Sudah 3 hari TV mereka tidak ada gambarnya.
Di rumah itu memang tidak ada yang bisa naik ke atap”
Monang : “Kasian ya! Padahal nyuruh saya saja, saya juga lagi nganggur”
Bu Ocid : “Bu Yanto, beli apa? kuenya masih hangat nih, kue lapis, bugis
juga ada. TV-nya sudah nyala Bu? Padahal, Bu Yanto nyuruh
si Monang saja”.
Bu Yanto : “Iya Bu, tidak ada yang bisa naik. Masak mesti saya, badan
sebesar kulkas begini, kalau naik ke atap bisa-bisa rumah
ambruk! Ada keponakan yang mau membetulkan, tapi 2
minggu lagi. Dia lagi sibuk ujian semester. Siapa Bu yang mau
bantu? Orangnya baik?”
Bu Ocid : “Si Monang, Bu. Tuh, yang rumahnya cat hijau, keponakan
Pak Guru. Anaknya baik, rajin, suka ketawa, lucu, kasihan
masih nganggur, padahal jauh-jauh datang dari Sumatra”.
Monang tiba-tiba teringat pada kenalannya, Mang Tatang, tukang rokok yang
berjualan di gerbang kompleks. Kabarnya dia ini dulunya tukang reparasi
pompa air:
Monang : “Bu, kalau urusan pompa air, bagaimana kalau saya
panggilkan saja Mang Tatang? Itu lho Bu, yang jualan rokok
di depan. Kata orang sih dia itu dulunya tukang reparasi
pompa air.
Bu Maman : “Yang hitam, berkumis itu? Jujur atau tidak? Jangan-jangan
siang dia masuk ke rumah Ibu malamnya malah mencuri.”
Monang : “Wah, saya tidak tahu Bu soal kejujurannya. Tapi kata orang
Mang Tatang memang ahlinya pompa air. Saya sering lihat
dia membetulkan pompa air di kiosnya”
Bu Maman : “Tapi, pompa air Ibu perlu cepat diperbaiki. Baru sehari saja
tidak ada air, rasanya sudah sangat susah, tidak bisa mandi,
nyuci, piring juga kotor semua. Tadi pagi, Ibu minta air ke
rumah sebelah. Padahal Ibu lagi repot. Sebentar lagi pergi
arisan, pulangnya ke rumah mertua. Paling-paling nanti sore
baru bisa pulang.
z EKMA4370/MODUL 5 5.9
Paman : “Wah, kau ini, mana ada uangnya Monang, bayar cicilan rumah
saja sudah hampir habis nafas paman”
ooo
Banyak pihak setiap hari melihat dan menggunakan antena TV, tetapi
ternyata sedikit sekali yang mampu melihat peluang usaha, tersembunyi di
dalam perangkat ini. Bahkan Monang dalam kasus yang sudah dibahas
sebelumnya, juga menemukan peluang usaha secara tidak sengaja. Dan
setelah memiliki banyak pengalaman melaksanakan pekerjaan perbaikan dan
perawatan barulah ia menyadari bahwa yang ia tawarkan adalah jasa
perbaikan dan perawatan rumah tinggal.
Di lapangan sering kali dijumpai pengusaha kecil yang berhasil memiliki
pola pengalaman seperti yang dialami oleh Monang, yaitu mengerjakan
sesuatu tanpa pemikiran apapun, tetapi melakukannya dengan sabar, ramah
dan sungguh-sungguh, dan apa yang dikerjakannya itu kemudian ternyata
menjadi sebuah perusahaan yang berhasil.
Bagian ini mencoba untuk menjelaskan ciri-ciri pengusaha kecil yang
berhasil di lapangan, berbeda dengan ciri-ciri teoretis Entrepreneur yang telah
dibahas pada bab QQQ.
2
Kemungkinan masih banyak peluang usaha bisa muncul dari perangkat sehari-hari
lainnya seperti kompor gas, pompa air, sumber air, jaringan listrik, dsb., akan tetapi
belum dimanfaatkan karena belum “ditemukan”.
z EKMA4370/MODUL 5 5.11
L A TIH A N
RA NGK UMA N
TES FORMATIF 1
Kegiatan Belajar 2
bagi siapa pun juga, berbakat ataupun tidak, untuk menjadi pengusaha kecil
yang berhasil.
3
Keberhasilan perusahaan kecil lebih bergantung pada pilihan produk/jasa dibanding
karakteristik pengusahanya. Karena itu, banyak ditemukan perusahaan kecil sukses –
dengan pilihan produk atau jasa yang sesuai bagi usaha kecil - yang dipimpin oleh
pengusaha yang tidak berbakat. Sebaliknya, mungkin sulit untuk menemukan
gabungan pengusaha yang berbakat – dengan pilihan produk atau jasa yang tidak
sesuai bagi usaha kecil - yang perusahaannya bisa berhasil. Pendapat ini masih bisa
diperdebatkan, dan belum pernah diuji kebenarannya secara ilmiah.
z EKMA4370/MODUL 5 5.15
Tepat di pintu masuk, sang dosen masih sempat mendengar obrolan yang
sangat menarik, dari dua orang ibu muda, keduanya mahasiswa program
S-2:
Kedua ibu muda itu tertegun, Ibu B akhirnya menjawab: “Pak, kalau
suami saya, dia paham betul bahwa saya sedang sekolah, dan sedang
sibuk menghadapi ujian, karena dia juga dulu sekolah di sini. Jadi, kalau
saya tidak sempat memasak dengan serius, dia juga bisa memaklumi.
Tapi, ibu mertua menginap sudah 2 hari, mustahil saya suguhi makan
mie instan tiap hari!”
Ibu B malah kemudian menambahkan: “di mana kita bisa memesan
makanan rumah yang bisa diantar? Andaikata ada, ‘kan melayani mertua
jadi mudah!”
ooo
Kasus Ibu Rumah Tangga Sekolah S-2 ini memberikan gambaran bahwa
gagasan mengenai peluang usaha ternyata bisa muncul dari peristiwa yang
kita alami sehari-hari. Secara khusus kasus ini menunjukkan munculnya
peluang usaha, apabila ada pihak yang tidak dapat menjalankan fungsi yang
biasanya ia jalankan. Ibu rumah tangga yang biasanya tinggal di rumah,
menyediakan makan untuk keluarga, meninggalkan fungsi yang biasa ia
jalankan karena menjadi mahasiswa S-2.
Kebutuhan yang mudah terlihat adalah yang bersifat konsumtif, karena
jelas seperti makanan dan pakaian, sehingga merupakan jenis gagasan usaha
yang biasanya muncul pada para pengusaha kecil baru. Karena itu, akan lebih
mudah apabila pengusaha baru mencari gagasan lain di luar jenis usaha yang
bersifat konsumtif. Secara lebih lengkap, peluang usaha bisa muncul dari
berikut ini.
z EKMA4370/MODUL 5 5.17
berikut ini. Kasus ini memberikan gambaran bahwa tanpa disadari seseorang
mungkin sudah berada dalam pasar, dengan daya beli yang kuat dan juga
sudah sangat dikenal, sehingga tinggal memikirkan produk ataupun jasa yang
tepat untuk ditawarkan,
4
Kasus semacam ini dimungkinkan terjadi pada saat bisnis militer masih diizinkan di
Indonesia.
z EKMA4370/MODUL 5 5.23
dapur bukan hal yang luar biasa bagi Ibu Jenderal, bahkan boleh dibilang
bahwa jika ia memasak hasilnya sangat enak.
Pada suatu hari, si Ibu Jenderal sibuk di dapur memasak, karena ia
mendapat giliran menyelenggarakan acara arisan istri-istri tentara.
Undangan yang datang juga tentunya kebanyakan ibu-ibu jenderal, dan
banyak peserta arisan yang pada saat hendak pulang memberikan pujian:
“Jeng, masakannya enaaak sekali!”
ooo
B. ULET/KONSISTEN
pengrajin tenun, sehingga biasanya tidak ada juga kain yang berhasil
dijual. Melanjutkan perjalanan, 30 kilometer kemudian ia sampai di
pinggiran kota Bandung, dan mulailah beberapa gulungan kain berhasil
dijual.
Puluhan tahun kemudian, Haji Soma sudah menjadi pengusaha yang
terbilang paling sukses di daerahnya. Suatu saat ia diwawancarai oleh
seorang peneliti yang ingin mempelajari perjalanan perkembangan para
pengusaha kecil yang berhasil.
L A TIH A N
RA NGK UMA N
TES FORMATIF 2
Daftar Pustaka
PENDAHULUA N
Kegiatan Belajar 1
OUTPUT
EFISIENSI FISIK =
INPUT
MANFAAT (KEUNTUNGAN)
EFISIENSI EKONOMIS =
ONGKOS YANG DIKELUARKAN
Suatu hal yang lazim bahwa sebagian dana investasi dibiayai dari dana
pinjaman. Sebagai konsekuensinya, peminjam harus membayar bunga atas
pinjaman tersebut. Oleh karena itu, dalam investasi, bunga merupakan
ongkos atau sewa atas pemakaian sejumlah uang.
1. Rumus Bunga
Dalam perhitungan investasi, kita mengenal dua macam bunga, yaitu
bunga sederhana dan bunga berbunga (bunga majemuk). Bunga sederhana
merupakan bunga yang dihitung secara linier, tidak ditambahkan ke dana
pokok untuk menghitung perolehan berikutnya. Sedangkan dalam bunga
majemuk, perhitungan besarnya dana pokok berikutnya, sama dengan dana
pokok periode sebelumnya, ditambah jumlah bunga yang diperoleh sampai
pada waktu itu.
Dari perhitungan di atas berarti jika Saudara meminjam uang saat ini,
sebesar Rp1.000,00 dengan bunga 6% per tahun (majemuk), maka setelah
4 tahun besarnya pinjaman menjadi Rp1.000,00(1 + 0,06)4 atau Rp1.262, 48.
Atau jika Saudara meminjam uang saat ini sebesar [ P ] dengan bunga
i% /tahun (majemuk), setelah n tahun maka besarnya pinjaman menjadi
P (1 + i ) .
n
6.6 Kewirausahaan z
F = P (1 + i )
n
dan
F
P=
(1 + i )n
P–F:
U U
F
F = P (1 + i )
n
1. 2. P=
(1 + i )n
P–A:
U U
⎡ i (1+i )n ⎤ ⎡ (1+i )n − 1 ⎤
3. A = P⎢ ⎥ 4. P = A⎢ ⎥
⎢⎣ (1 + i ) − 1 ⎥⎦ ⎢⎣ i (1 + i )n ⎥⎦
n
F–A:
U U
⎡ (1+i )n − 1 ⎤ ⎡ i (1+i )n ⎤
5. F=A⎢ ⎥ 6. A= F⎢ ⎥
⎢⎣ i ⎥⎦ ⎢⎣ (1 + i )n − 1 ⎥⎦
z EKMA4370/MODUL 6 6.7
Fn
P
A1 A2 A3 A4 A5 An- An- An
1 2 3 4 n-1 n
Fn
P
A1 A2 A3 A4 A5 An- An- An
0 1 2 3 4 5 n-2 n-1 n
3. A = P(A/P,i,n) 4. P = A(P/A,i,n)
5. F = A(F/A,i,n) 6. A = F(A/F,i,n)
P = Rp 1.000,00
N = 5 tahun Berapa F (5 tahun kemudian)?
i = 10%/tahun
F = P(F/P,i,n)
= Rp1.000,00 (F/P,10%,5)
= Rp1.000,00 (1,6110) = Rp1.611,00
Contoh-contoh Soal:
1. Jika Anda menabung sebesar Rp5 juta dengan bunga tunggal 8%/tahun.
Harus berapa lama tabungan disimpan agar menjadi Rp6,4 juta?
2. Jika Saudara meminjam dari Bank Rp1 juta saat ini, dan harus dibayar
lunas 5 tahun kemudian. Berapa besar pembayaran jika i = 8%/tahun?
F=?
P = Rp 1juta
0 1 2 3 4 5
z EKMA4370/MODUL 6 6.9
3. Lima tahun lagi si A harus membayar pinjaman uang sebesar Rp1 juta.
Jika i = 8%/tahun, berapa uang yang harus disimpan sekarang agar
pinjaman bisa dilunasi di akhir tahun ke 5?
F = Rp 1 juta
P= ?
0 1 2 3 4 5
4. Angsuran rumah dibayar tiap akhir tahun sebesar Rp1 juta, selama 5
tahun dengan i = 8%/tahun. Berapa yang harus di tabung saat ini agar
angsuran tahunan itu selalu bisa dibayar?
A = Rp 1 juta
P= ?
0 1 2 3 4 5
P = A(P/A, i , n) = 1 juta × (P/A,8%,5)
= 1 juta (3,99270) = Rp 3,9927 juta
5. Simpanan sebesar Rp1 juta saat ini, ternyata menjadi Rp1,5 juta setelah
5 tahun. Berapa besarnya suku bunga?
F = Rp 1,5 juta
i=?
P = Rp 1 juta
0 1 2 3 4 5
P = F (F/P, i, n)
1,5 Juta = Rp 1 juta (F/P, i, 5)
6.10 Kewirausahaan z
Rp 1,5 juta
(F/P, i, 5) = = 1,500
Rp 1 juta
Dilakukan Interpolasi:
9%
i×
?%
8%
1,500 – 1,469
i = 8% + x (9% - 8%)
1,539 – 1,500
0,031
= 8% + x 1% = 8,79%
0.039
Contoh:
a. Pembayaran angsuran tahunan selama 5 tahun, tiap akhir tahun.
b. Angsuran pertama Rp 1 juta, naik Rp 100.000,00 tiap tahun.
z EKMA4370/MODUL 6 6.11
0 1 2 3 4 5
dikonversi menjadi
A2, menggunakan
A Tabel Bunga Gradien
(n=5)
1 1 1 1 1
0 1 2 3 4 5
A total
P
A total = 1,18465 jt
0 1 2 3 4 5
L A TIH A N
RA NGK UMA N
TES FORMATIF 1
Kegiatan Belajar 2
Dalam ilmu akuntansi kita mengenal dua jenis laporan keuangan, yakni
neraca dan laporan rugi-laba. Selain itu, kedua jenis laporan tersebut, para
ahli akuntansi menetapkan laporan Aliran Kas sebagai laporan keuangan
yang ketiga. Aliran kas menggambarkan tentang jumlah dana yang tersedia
setiap saat yang dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan operasional
perusahaan.
Contoh:
PT. KC menyimpan Rp10 juta di bank dengan bunga (tunggal) 7%/tahun.
Simpanan diambil seluruhnya pada akhir tahun ke 4. Dengan demikian aliran
kasnya adalah sebagai berikut.
6.16 Kewirausahaan z
Akhir tahun ke
U Cash Flow PT KC Cash Flow Bank
0 - 10 juta + 10 juta
Contoh:
Misalnya perusahaan harus memilih mesin A atau B dengan kriteria sebagai
berikut.
Mesin A:
P Rp 2 juta
1 2 3 4 5 6 Pengeluaran
Rp 0,45 juta
z EKMA4370/MODUL 6 6.17
PWA = - 2 juta + 0,45 juta (P/A, 8%, 6) + 0,1 juta (P/F, 8%, 6)
= - 2 juta + 0,45 juta (4,623) + 0,1 juta (0,6302)
= 0,14337 juta
Mesin B:
P Rp 3 juta
1 2 3 4 5 6 Pengeluaran
Rp 0,60 juta
PWB = - 3 juta + 0,60 juta (P/A, 8%, 6) + 0,7 juta (P/F, 8%, 6)
= - 2 juta + 0,60 juta (4,623) + 0,7 juta (0,6302)
= 0,21494 juta
Contoh:
1. Sebuah mesin yang berharga Rp10 juta menghasilkan keuntungan
Rp2,374 juta/tahun selama 5 tahun. Berapa RoR?
PENGELUARAN PENERIMA
6.18 Kewirausahaan z
10 juta
(P/A, i, 5) = = 4,2123
2,374
Æ i = 6% Æ RoR = 6%
Tahun
U Alternatif 1 Alternatif 2 Alt.1 – Alt.2
-10 + 15
PW1 = = 50% > MARR
10
-10 + 13
PW2-1 = = 30% > MARR Æ Pilih Mesin 2
10
z EKMA4370/MODUL 6 6.19
Rumus:
P Benefit A Benefit F Benefit
BCR Alt.1 = Alt.1 = Alt.1 = Alt.1
P Cost A Cost F Cost
Proyek yang dipilih adalah proyek dengan BCR terbesar dengan ketentuan
sebagai berikut.
P Benefit
Alt.1
P Cost
P Benefit
Alt.2
P Cost
Contoh:
Suatu proyek membutuhkan investasi senilai Rp60 juta dengan tingkat bunga
9%. Diperkirakan manfaat yang akan diterima selama tiga tahun secara
berturut-turut adalah Rp20 juta, 30 juta dan 45 juta. Apakah proyek tersebut
diterima atau tidak?
Perhitungan:
TAHUN PERHITUNGAN ALIRAN KAS (i = 9%)
0 - Rp60,00 juta
1 20 juta (0,917) = Rp18,34 juta
2 30 juta (0,842) = Rp25,26 juta
3 45 juta (0,772) = Rp34,74 juta
Benefit Rp78,34 juta
78,34 juta
BCR =
60,00 juta
= 1,31
Berdasarkan penghitungan di atas, maka BCR proyek tersebut 1,31. Karena
BCR-nya >1, maka berarti proyek tersebut diterima.
- ROR>MARR - BCR> 1
L A TIH A N
RA NGK UMA N
TES FORMATIF 2
3) Gambaran jumlah dana yang tersedia setiap saat, yang dapat digunakan
untuk membiayai kebutuhan operasional perusahaan disebut ....
A. laporan rugi-laba
B. neraca
C. aliran kas
D. BCR
6.24 Kewirausahaan z
Daftar Pustaka
PENDAHULUA N
Kegiatan Belajar 1
Kekuatan Kekuatan
Sosial Budaya LINGKUNGAN TUGAS Ekonomi
(industri / jenis usaha)
Pemegang
Saham Supplier
LINGKUNGAN
Karyawan/
Pemerintah
INTERNAL
Serikat
y Struktur Pekerja
y Budaya
y Sumber
Kelompok
Kepentingan (LSM) Pesaing
Pemberi Asosiasi
Pinjaman Usaha
Kekuatan Kekuatan
Politik/Hukum Komunitas Teknologi
Gambar 7.1.
Elemen-elemen Lingkungan
7.4 Kewirausahaan z
Lingkungan Ekonomi
Kondisi atau corak dari lingkungan ekonomi sangat besar pengaruhnya
terhadap keberhasilan ataupun kegagalan dari suatu usaha yang baru dimulai.
Akan tetapi, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa para Entrepreneur
pada umumnya hanya menaruh sedikit perhatian terhadap usaha untuk
menelaah, apakah lingkungan ekonomi yang dihadapi sesungguhnya
mendukung ataupun merupakan ancaman terhadap usaha yang dijalankannya.
Di lapangan kerap kali dijumpai pengusaha atau calon pengusaha yang berani
menanamkan modalnya tanpa penelaahan kondisi lingkungan ekonomi secara
memadai. Sesungguhnya, penelaahan yang memadai terhadap kondisi
lingkungan ekonomi, bisa membantu para pengusaha ataupun calon
pengusaha, untuk memahami kondisi yang dihadapi agar tidak terjebak dalam
situasi yang menyulitkan.
Terdapat beberapa pertanyaan penting yang sebaiknya dipelajari apabila
pengusaha atau calon pengusaha bermaksud untuk memulai sebuah usaha
baru, antara lain 1 :
F F
1. Seperti apa kondisi ekonomi negara tempat usaha baru akan dimulai?
2. Seperti apa corak atau kondisi pasar tenaga kerja di mana usaha baru
akan dijalankan?
3. Apakah suku bunga yang berlaku relatif stabil atau selalu mengalami
kenaikan?
4. Berapa banyak perusahaan-perusahaan sejenis telah berdiri dan di
kemudian hari mungkin menjadi saingan?
5. Apakah perusahaan-perusahaan sejenis tersebut berukuran sama, ataukah
bervariasi? Apakah berbeda ukurannya dengan usaha baru yang hendak
dijalankan?
6. Bagaimana penyebaran lokasi perusahaan-perusahaan sejenis yang
berpotensi untuk menjadi saingan? Apakah lokasinya tersebar atau hanya
terkonsentrasi di suatu daerah tertentu?
7. Apakah perusahaan-perusahaan sejenis tersebut cenderung hanya
melayani pasar lokal atau juga melayani daerah lain? Apakah ada
perusahaan sejenis yang melakukan ekspor? Apakah memang terdapat
peluang untuk memasarkan produk yang dihasilkan di pasar luar negeri?
8. Adakah peraturan-peraturan pemerintah yang mungkin berpengaruh
terhadap jenis usaha yang akan dijalankan?
1
Kuratko, hal.192
7.6 Kewirausahaan z
yang akan dijalankan, produk ataupun jasa yang akan dipilih sebagai
keluaran perusahaan, lokasi kegiatan, cara memasarkan produk atau jasa
yang dihasilkan, harga yang hendak ditawarkan, dan berbagai keputusan
mendasar lainnya akan terpengaruh oleh aturan-aturan yang berlaku.
Berbagai contoh di Amerika 2 menunjukkan bahwa aturan-aturan yang
F F
1. Harga
Usaha kecil sering kali terpaksa menaikkan harga jual produk atau jasa
yang dihasilkannya untuk mengimbangi kenaikan ongkos yang terjadi karena
berusaha memenuhi aturan-aturan pemerintah 3 . F F
3. Persaingan Usaha
Aturan-aturan pemerintah yang baru ataupun yang mengalami perubahan
sering lebih terasa dampaknya pada perusahaan-perusahaan berukuran kecil
sehingga cenderung membuat usaha kecil menjadi lemah dalam persaingan,
terutama menghadapi usaha berukuran besar.
4. Pengelolaan
Aturan pemerintah sering kali memaksa usaha berukuran kecil untuk
mengorbankan waktu dengan proporsi yang lebih besar agar dapat memenuhi
berbagai aturan tersebut.
5. Mental
Berbagai jenis kesulitan, kegagalan, penghamburan waktu, dan lain-lain
sering kali membuat pengusaha kecil menjadi lebih mudah frustrasi. Karena
berbagai kelemahan tersebut tidak mengherankan apabila banyak usaha
2
Kuratko, hal.195
3
Di Indonesia sering kali perusahaan terpaksa membaikkan harga untuk
mengimbangi biaya-biaya tidak resmi yang harus dipenuhi oleh perusahaan di
lapangan.
7.8 Kewirausahaan z
Pemasok Pembeli
(supplier) (buyer)
Ketatnya
persaingan
Kekuatan Pemasok : Kekuatan Pembeli :
y Jumlah pemasok ukuran y Jumlah pembeli ukuran
besar besar
y Peran komponen/bahan Ancaman dari y Pentingnya produk/jasa
yang disediakan pemasok produk/jasa bagi pembeli
pengganti
Produk/Jasa
Pengganti
(substitusi)
Gambar 7.2.
Elemen-elemen Utama Struktur Industri (Model 5 Kekuatan Porter)
7.10 Kewirausahaan z
PENGUSAHA PENDATANG
BARU
y Apa yang menjadi hambatan bagi
pengusaha pendatang baru? Faktor-
faktor apa yang bisa mengurangi
hambatan tersebut?
y Perusahaan pendatang baru mana
yang berpotensi untuk maju? Seperti
apa karakteristiknya (ukuran, jumlah,
tingkat pertumbuhan, jenis
konsumennya, dll
y Seperti apa kira-kira strategi bersaing
perusahaan baru? Perubahan apa
yang akan terjadi dalam industri sejenis
yang diakibatkan strategi dari perusa-
haan pendatang baru?
PEMASOK
y Perusahaan mana yang menjadi PESAING PEMBELI
pemasok? Seberapa ukurannya? y Perusahaan mana yang menjadi y Perusahaan mana yang menjadi
Bagaimana tingkat kepadatannya? pesaing utama saat ini. Seperti apa pembeli bagi jenis usaha ini? Seberapa
y Seberapa terkonsentrasi jenis usaha karakteristiknya (ukuran, tingkat kepadatannya?
yang dijalankan? Berapa persen output pertumbuhan, jenis produk/jasa, y Seberapa cepat tumbuhnya
pemasok yang dibeli oleh sekian daerah pemasaran,dll) permintaan secara keseluruhan dan
persen pembeli? y Seperti apa posisi pesaing dalam per segmen? Seberapa besar peluang
y Apakah perusahaan-perusahaan persaingan? untuk menciptakan pasar atau ceruk
sering berganti pemasok? y Apa yang menjadi keunggulan pasar yang baru?
y Berapa persen output pemasok yang (competitive advantage) pesaing? y Apa saja yang menjadi ongkos untuk
dibeli oleh jenis usaha ini? Berapa y Bagaimana cara/strategi bersaing para mengubah pemakaian jenis produk
jumlah perusahaan pemasok? pesaing? Keunggulan apa yang /jasa (swithcing cost). Berapa
y Seberapa besar mutu input dari mereka manfaatkan? besarnya?
pemasok berpengaruh terhadap y Bagaimana corak persaingan? Kejam, y Seberapa sensitif konsumen terhadap
produk/jasa yang dihasilkan? tenang, diam-diam, sopan? perubahan harga tiap jenis
y Berapa besar persentase harga y Bagaimana cara untuk melakukan produk/jasa?
pemasok terhadap ongkos produksi? diferensiasi? y Seberapa besar ancaman backward
y Berapa besar ancaman terjadinya y Seberapa kompetitif jenis usaha yang integration (pembeli membuat sendiri
forward integration (pemasok ikut kita jalankan? Adakah pesaing yang produk/jasa yang dibutuhkan)
membuat produk/jasa) oleh pemasok berusaha mengubah struktur industri? y Seperti apa posisi tawar pembeli
dan seberapa besar peluang pesaing Bagaimana caranya? terhadap usaha yang dijalankan?
melakukan backward integration?
y Seperti apa posisi tawar pemasok
terhadap usaha yang dijalankan?
PRODUK/JASA PENGGANTI
(Substitusi)
y Apa yang menjadi subtitusi produk/jasa
yang dihasilkan?
y Seberapa besar akibat produk/jasa
substitusi terhadap produk yang ada
sekarang?
y Seberapa cepat penetrasi produk/jasa
substitusi?
y Perusahaan mana yang akan
menganggap produk/jasa substitusi
sebagai peluang diversifikasi?
Gambar 7.3.
Petunjuk Penggunaan Model 5 Kekuatan Porter
z EKMA4370/MODUL 7 7.11
3. Pembeli Pemula
Pembeli produk atau jasa yang dihasilkan oleh industri yang baru
tumbuh adalah pembeli pemula. Mereka merupakan pembeli pertama kali.
Karena itu, fungsi marketing bertugas untuk mengusahakan agar pembeli
bersedia mengganti produk atau jasa dengan produk atau jasa yang dihasilkan
perusahaan, atau mengusahakan agar pembeli bersedia mencoba produk
ataupun jasa baru yang dihasilkan perusahaan.
E. HAMBATAN MASUK
Pada industri yang sedang ataupun baru tumbuh sering kali terdapat
hambatan untuk masuk bagi pengusaha pendatang baru. Hambatan yang
sering muncul pada umumnya berkaitan dengan keterbatasan pengusaha baru
pada aspek-aspek berikut ini.
1. Teknologi
Penggunaan teknologi yang sesuai sering kali terasa mahal bagi
pengusaha pendatang baru yang kondisi permodalannya masih terbatas.
2. Jaringan distribusi
Akses terhadap jaringan distribusi yang masih terbatas ataupun sama
sekali belum terbentuk mengakibatkan munculnya kesulitan memasarkan
hasil produksi bagi pengusaha pendatang baru.
3. Bahan baku dan berbagai sumber lainnya
Pengusaha pendatang baru juga hanya memiliki akses yang terbatas
terhadap bahan baku dan sumber-sumber lainnya. Contohnya, sering kali
dialami kesulitan untuk memperoleh tenaga kerja terampil.
4. Pengalaman
Keterbatasan pengalaman sering kali mengakibatkan pengusaha
pendatang baru harus mengeluarkan ongkos-ongkos yang lebih besar
sosial para pemain lama.
5. Risiko
Pengusaha pendatang baru sering kali menghadapi risiko yang lebih
besar karena kurang menguasai dan memahami berbagai aspek yang
dibutuhkan dalam kegiatan usaha.
Berbagai jenis hambatan masuk lainnya disajikan pada Tabel 7.1. Pada
umumnya berbagai jenis hambatan untuk masuk ini akan menjadi lebih
ringan ataupun hilang apabila perusahaan mulai berkembang dan mulai
menimba pengalaman.
F. PERSAINGAN
Hal lain yang juga penting untuk mendapatkan perhatian adalah masalah
persaingan. Analisis terhadap kondisi persaingan yang dihadapi perusahaan
mencakup pengamatan terhadap jumlah pesaing dan juga kekuatan dari
masing-masing pesaing tersebut. Dalam melakukan penelaahan terhadap
z EKMA4370/MODUL 7 7.13
yang lepat dan lengkap terhadap kondisi persaingan merupakan modal yang
penting untuk mengantarkan sebuah usaha yang masih baru menuju
keberhasilan.
Tabel 7.1.
Berbagai Jenis Hambatan dalam Pengembangan Usaha
4
Bandingkan gambaran yang disajikan mengenai unsur-unsur persaingan dengan Instrumen ABCDE yang
telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
7.14 Kewirausahaan z
Pandangan Kemampuan
Pesaing pesaing
Gambar 7.4.
Unsur-unsur dalam Analisis Persaingan
z EKMA4370/MODUL 7 7.15
G. MEMILIH TAHAPAN
L A TIH A N
RA NGK UMA N
TES FORMATIF 1
Kegiatan Belajar 2
Tinjauan Mikro:
Analisis Terhadap Komunitas
A. PENGANTAR
1. Demografi
Memahami demografi lokasi dapat membantu pengusaha atau calon
pengusaha untuk menentukan komposisi ataupun karakteristik konsumen
yang terdapat di lokasi ataupun komunitasnya. Informasi yang dibutuhkan
antara lain mencakup jumlah penduduk, daya beli, tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan, dsb.
Analisis terhadap berbagai jenis informasi ini akan digunakan untuk
menentukan ukuran usaha yang hendak dikembangkan, misalnya disesuaikan
dengan jumlah dan corak penduduk di lokasi ataupun komunitas tersebut,
maupun jumlah perusahaan-perusahaan lain yang sama-sama berusaha di
wilayah itu. Analisis semacam ini diperlukan untuk menetapkan potensi
penjualan dan pertumbuhannya, ketersediaan tenaga kerja, kebutuhan dan
ketertarikan konsumen terhadap produk atau jasa yang akan dihasilkan oleh
perusahaan.
Setiap variabel sesungguhnya saling berkaitan dan juga secara langsung
berkaitan dengan ukuran perusahaan. Sebagai contoh, munculnya perusahaan
baru dapat meningkatkan total jumlah penjualan (omset) dari keseluruhan
perusahaan sejenis di suatu lokasi. Andaikata sebuah perusahaan mebel baru
didirikan berdekatan dengan sebuah perusahaan sejenis yang sudah lama
berdiri maka akan terjadi peningkatan total ketersediaan mebel di lokasi itu.
Pembeli yang datang dari lokasi lain akan membandingkan harga di kedua
toko mebel dan akan tinggal untuk membeli mebel. Penduduk lokal akan
lebih besar kemungkinannya untuk membeli mebel dari lokasi sendiri dan
7.20 Kewirausahaan z
menjadi enggan membeli mebel dari lokasi lain. Fenomena ini terjadi karena
mebel adalah jenis barang yang biasa dibandingkan harga, desain, dan
mutunya oleh calon konsumen, dan kebanyakan calon konsumen biasanya
membandingkan paling sedikit dua toko mebel sebelum memutuskan untuk
membeli.
Karakteristik penting lain dari demografi suatu lokasi adalah tingkat atau
intensitas kegiatan yang bersifat entrepreneur (wirausaha) di lokasi itu, yang
biasanya dibaca dengan memeriksa persentase pengusaha bersifat
entrepreneur (wirausaha) di lokasi tersebut. Antara lain perlu diperoleh
berbagai jenis informasi berikut.
a. Jumlah atau persentase pengusaha yang bersifat entrepreneur
(wirausaha) di suatu lokasi.
b. Jenis usaha yang dijalankan oleh para pengusaha yang bersifat
entrepreneur (wirausaha) tersebut.
c. Corak hubungan para pengusaha dengan pemasok.
d. Corak hubungan para pengusaha dengan bank.
4. Iklim Usaha
Kondisi iklim usaha di suatu lokasi sebenarnya tergambarkan oleh
kondisi dari berbagai faktor yang tersedia di lokasi tersebut, seperti kondisi
sistem transportasi di lokasi itu, kondisi sistem perbankan, ketersediaan jasa
profesional seperti konsultan, kegiatan dasar perekonomian, kecenderungan
pertumbuhan yang terjadi di lokasi itu, dan keajegan pendapatan konsumen.
Kondisi iklim usaha penting untuk dipahami sebelum menetapkan lokasi
tempat sebuah usaha baru hendak didirikan.
1
S.B. Hari Lubis; Caracteristiques des Dirigeants, Degre de Croissance et Types
U
Pasar :
Supplier Lingkungan Saingan/Konsumen
Peralatan Teknologi /Corak Permintaan
PERUSAHAAN
MANUFAKTUR Peralatan Teknologi
Gambar 7.5.
Identifikasi Elemen-elemen Lingkungan Usaha melalui
Proses Operasi suatu Perusahaan Manufaktur
Bahan baku yang digunakan, diperoleh dari supplier bahan baku, yang
merupakan salah satu elemen lingkungan. Proses transformasi memerlukan
adanya peralatan, energi, teknologi, serta tenaga kerja. Peralatan dan energi,
masing-masing diperoleh dari leveransir. Teknologi yang digunakan akan
sangat dipengaruhi oleh cara permintaan pasar, yang juga merupakan salah
satu elemen lingkungan. Pemasaran produk jadi dipengaruhi oleh kondisi
pasar, di mana terdapat saingan maupun konsumen, yang keseluruhannya
merupakan bagian dari lingkungan ekonomi. Keseluruhan proses ini
memerlukan adanya modal, yang cara mendapatkannya tergantung pada
kondisi lingkungan keuangan. Selain itu, organisasi juga beroperasi dalam
kawasan suatu negara, sehingga pemerintah juga merupakan salah satu dari
elemen-elemen lingkungan. Dengan cara yang telah diuraikan ini diharapkan
seluruh elemen lingkungan yang berpengaruh terhadap suatu perusahaan
dapat diidentifikasikan secara lengkap.
Karena itu jumlah dan jenis elemen-elemen lingkungan dari setiap
perusahaan juga akan berbeda, tergantung jenis usaha dan juga dalam
lingkungan seperti apa perusahaan itu berada. Pada Gambar berikut ini
z EKMA4370/MODUL 7 7.23
USAHA SUPPLIER
MEJA
SUPPLIER ALAT-ALAT SUPPLIER SETRIKA
MENJAHIT : GUNTING, LISTRIK
METERAN, DLL.
SUPPLIER SUPPLIER SUPPLIER
ALAT-ALAT MAJALAH SUPPLIER OBAT
TULIS MODE SETRIKA PLITSKERT
Pemasaran Promosi
Tenaga Dana/
Kerja Modal PENJAHIT
PAKAIAN
DARI
PEMESAN PEMESAN MASYARAKAT TABUNGAN PINJAMAN BANK
JAHITAN SENDIRI BANK
Gambar 7.6.
Identifikasi Elemen-elemen Lingkungan bagi Penjahit Pakaian
7.24 Kewirausahaan z
luar negeri karena Indonesia melarang ekspor bahan baku rotan ke luar
negeri. Setelah ekspor bahan baku rotan tidak lagi dilarang, industri rotan
Cirebon segera menjadi lesu. Kondisi ini sesungguhnya menunjukkan bahwa
selama ini, keunggulan tercapai bukan karena kemampuan menghasilkan
produk yang bermutu ataupun desain yang menarik. Pemahaman mengenai
mekanisme keberhasilan bisa menunjukkan bahwa pada saat mengalami
keberhasilan karena pembatasan ekspor bahan baku rotan, seyogianya dicoba
untuk mengembangkan berbagai aspek keunggulan yang lain sehingga
perubahan aturan ekspor tidak menggoyahkan posisi industri rotan Cirebon.
L A TIH A N
RA NGK UMA N
\\ TES FORMATIF 2
Daftar Pustaka
PENDAHULUA N
Peter R.Dickson
Marketing Management
Kegiatan Belajar 1
Tabel 8.1.
2
Berbagai Jenis Kemampuan yang Dimiliki Pengusaha Besar yang Berhasil F
Kemampuan/Keterampilan Pemasaran
No.
yang Dimiliki Pengusaha Besar yang Berhasil
Memiliki cara pandang yang unik terhadap Lingkungan Usaha, yang dimanfaatkan
1. untuk menemukan peluang dari berbagai hal yang tidak bisa dilihat, atau dianggap
memiliki prospek, oleh orang lain.
Mengembangkan strategi pemasaran yang juga unik, dan merupakan hasil dari cara
2. pandang unik yang dimiliki. Mereka menganggap cara-cara lama sebagai suatu
kebiasaan yang perlu diubah.
Berani menanggung risiko, berbeda dari kebanyakan orang. Karena kebanyakan
3. orang pada umumnya tidak memiliki cara pandang yang baik, maka cara pandang
para pengusaha besar yang sukses ini sering kali dianggap keliru.
Terus-menerus memiliki rasa kuatir akan munculnya pihak lain yang mampu
4.
mendahului dirinya di pasar.
5. Sangat kompetitif.
Memikirkan implikasi setiap alternatif strategi, menyaring alternatif strategi
berdasarkan pemahaman mereka tentang berfungsinya pasar, sehingga mampu
6.
menemukan dan menyelesaikan permasalahan yang tidak disadari keberadaannya
oleh orang lain.
Teliti, paham hingga detail permasalahan, dan terus-menerus mencoba menemukan
7. keunggulan dalam aspek kualitas maupun dalam efisiensi ongkos, sekecil apapun.
1
Stephen W McDaniel and A.Parasuraman. “Practical Guidelines for Small Business
Marketing Research”, Journal of Small Business Management (Jan.1986) hal. 1-7,
dalam Kuratko, hal. 222.
2
Peter R.Dickson, Marketing Management (Fort Worth, TX), The Dryden Press,
1994, hal. 8
8.4 Kewirausahaan z
Kemampuan/Keterampilan Pemasaran
No.
yang Dimiliki Pengusaha Besar yang Berhasil
Menjadi ujung tombak perusahaan, menjalankan strategi dengan antusias dan
8.
secara otokratis, mengontrol informasi secara ketat apabila mendelegasikan.
9. Terus-menerus mendorong diri sendiri maupun bawahannya.
Siap menyesuaikan strategi secara cepat dan terus-menerus menyesuaikannya
10. sehingga bisa diimplementasikan, dan memiliki daya tahan yang lebih tinggi
dibanding orang lain.
Memiliki pandangan yang jelas mengenai sasaran, tahapan berikutnya yang dicoba
11. dicapai, memiliki kemampuan melihat ke depan lebih jauh dari rata-rata pandangan
manajer biasa.
Jika data sekunder yang tersedia ternyata tidak mencukupi ataupun tidak
memenuhi syarat untuk digunakan dalam pengambilan keputusan, maka
selanjutnya perlu dikumpulkan data primer. Pengumpulan data primer
biasanya dilakukan dengan menggunakan pengamatan ataupun melalui
bertanya. Pengumpulan data primer melalui pengamatan akan membuat
peneliti terhindar dari hubungan langsung dengan responden, sementara
pengumpulan data primer melalui bertanya akan melibatkan responden
dengan berbagai tingkat keterlibatan tertentu.
Pengamatan merupakan bentuk penelitian yang paling tua, dan bisa
digunakan secara ekonomis. Selain itu, metode pengamatan bisa menghindari
bias, yang mungkin terjadi apabila responden menyadari keterlibatannya,
seperti yang biasa terjadi apabila digunakan metode bertanya. Kelemahan
utama metode pengamatan adalah keterbatasannya, yakni hanya bisa
mengumpulkan data berbentuk deskripsi.
8.6 Kewirausahaan z
Tabel 8.2.
3
Perbedaan Beberapa Teknik Riset F
3
Peter R.Dickson, “Marketing Researcfh and Information Systems”, Marketing Best
Practices (Ft.Worth, TX : Harcourt College Publishers, 2000) hal.114, dalam Kuratko,
hal.224.
8.8 Kewirausahaan z
a. Penjualan (Sales)
1) Apakah Anda memiliki pengetahuan yang lengkap tentang kinerja
pesaing dalam penjualan, baik menurut jenis produk maupun
menurut daerah?
2) Apakah Anda paham jenis produk yang menguntungkan bagi Anda,
dan bagaimana cara mengenali jenis produk yang berpotensi
memberikan keuntungan?
3) Apakah kekuatan perusahaan Anda dalam penjualan memang
dikonsentrasikan pada jenis produk yang paling menguntungkan?
b. Distribusi
1) Jika Anda bermaksud mengusahakan jenis produk baru, apakah
Anda paham secara lengkap tentang sikap distributor dan dealer
terhadap jenis produk baru tersebut?
8.10 Kewirausahaan z
c. Pasar
1) Apakah Anda memahami secara lengkap segala hal yang diperlukan
tentang perbedaan kebiasaan membeli maupun selera menurut
daerah ataupun menurut jenis produk?
2) Apakah Anda memiliki informasi yang memadai tentang merek
(brand), loyalitas konsumen, dan pembelian ulang pada jenis produk
yang Anda usahakan?
3) Apakah Anda bisa memperkirakan pangsa pasar produk yang Anda
hasilkan untuk setiap periode?
d. Iklan
1) Apakah iklan perusahaan Anda mampu mencapai sasaran yang
benar?
2) Apakah iklan perusahaan Anda cukup efektif dibanding iklan yang
dipasang oleh perusahaan pesaing?
3) Apakah alokasi anggaran perusahaan Anda disesuaikan dengan
besarnya keuntungan yang diperoleh menurut jenis produk, menurut
daerah, atau menurut potensi pasar?
e. Produk
1) Apakah perusahaan Anda memiliki metode kuantitatif yang dapat
dipercaya untuk mengukur penerimaan pasar terhadap produk yang
Anda dihasilkan, ataupun terhadap modifikasi produk tersebut?
2) Apakah perusahaan Anda memiliki metode yang meyakinkan untuk
memeriksa efek dari penggunaan kemasan baru ataupun perubahan
kemasan terhadap volume penjualan?
3) Apakah perusahaan Anda memiliki pemahaman yang lengkap
mengenai akibat atau pengaruh dari penurunan ataupun peningkatan
mutu produk terhadap penumbuhan pasar yang baru dan juga
menguntungkan untuk produk yang dihasilkan oleh perusahaan
Anda?
z EKMA4370/MODUL 8 8.11
L A TIH A N
RA NGK UMA N
TES FORMATIF 1
Kegiatan Belajar 2
1. Ongkos
Riset pemasaran bisa menuntut ongkos yang tinggi, sehingga banyak
entrepreneur yang menganggap bahwa kegiatan sejenis ini hanyalah layak
untuk dilaksanakan oleh perusahaan skala besar. Riset pemasaran tingkat
tinggi yang dilaksanakan dengan canggih memang menuntut biaya yang
besar, tetapi sebenarnya tersedia teknik-teknik Riset pemasaran sederhana
dengan biaya rendah sehingga masih dapat ditanggung oleh perusahaan-
perusahaan berukuran kecil.
2. Kerumitan Pelaksanaan
Teknik riset pemasaran tertentu menggunakan tahapan sampling, survey,
dan diakhiri dengan analisa statistik. Kerumitan dalam pelaksanaan Riset
pemasaran, terutama yang berkaitan dengan kegiatan berhitung menggunakan
teknik-teknik statistik membuat entrepreneur enggan melaksanakannya dan
cenderung tidak berminat menggunakannya. Perlu disadari bahwa hal yang
sering perlu mendapat perhatian adalah interpretasi terhadap data yang
berhasil diperoleh. Para entrepreneur sebenarnya dapat meminta bantuan dari
pihak-pihak yang memiliki kompetensi untuk merancang dan mengevaluasi
hasil yang diperoleh, seperti dari ahli riset pemasaran ataupun dari para
pengajar di perguruan tinggi.
z EKMA4370/MODUL 8 8.15
3. Keputusan Strategis
Banyak entrepreneur beranggapan bahwa hanya keputusan-keputusan
strategis yang sangat menentukan yang perlu didukung oleh pelaksanaan riset
pemasaran. Anggapan ini terutama muncul berkaitan dengan permasalahan
tingginya ongkos, dan juga kerumitan pelaksanaan riset pemasaran yang telah
dibahas sebelumnya: hanya keputusan besar yang pantas didukung dengan
biaya yang tinggi, dan kerumitan yang memusingkan. Anggapan semacam ini
muncul karena kesalahan pengertian, mengenai ongkos maupun kerumitan.
Sebenarnya, banyak kegiatan entrepreneur dalam aspek pemasaran yang akan
menjadi ringan dan lebih tepat apabila didasarkan pada hasil riset pemasaran,
yang dapat dipandang sebagai kompensasi tingginya ongkos maupun
kerumitan yang harus dihadapi.
4. Relevansi
Banyak entrepreneur yang beranggapan bahwa informasi yang
dikumpulkan melalui riset pemasaran hanya menghasilkan informasi yang
sudah mereka ketahui, ataupun jenis informasi yang sebenarnya tidak
diperlukan. Riset Pemasaran memang sering kali menghasilkan informasi
yang tidak relevan, akan tetapi fakta di lapangan menunjukkan bahwa Riset
Pemasaran juga banyak menghasilkan informasi yang bermanfaat.
Selain itu, jika informasi yang diperoleh ternyata mengonfirmasi hal-hal
yang sebenarnya sudah diketahui oleh para entrepreneur, maka kondisi ini
menunjukkan bahwa pemahaman tersebut telah teruji, sehingga para
entrepreneur bisa menjadi lebih yakin akan tindakannya.
Berbagai hambatan terhadap pelaksanaan Riset Pemasaran menunjukkan
bahwa hambatan terhadap penggunaannya, terjadi karena salah pengertian
ataupun karena keengganan untuk menanggung biaya pelaksanaan, padahal
sebelumnya telah ditunjukkan bahwa riset pemasaran tidak selalu mahal dan
bisa sangat bermanfaat.
1. Falsafah Pemasaran
Tiga jenis falsafah pemasaran biasanya dianut oleh usaha yang relatif
baru, yaitu pemasaran yang dikendalikan oleh produksi (production driven),
pemasaran yang dikendalikan oleh penjualan (sales driven), dan pemasaran
yang dikendalikan oleh konsumen (consumer driven).
Falsafah pemasaran yang dikendalikan produksi didasarkan pada
anggapan bahwa jika perusahaan mampu melaksanakan kegiatan produksi
secara efisien, maka pemikiran mengenai pemasaran bisa ditetapkan
kemudian. Produksi mendapat perhatian utama dari perusahaan, sementara
perhatian terhadap pemasaran akan mengikuti kondisi yang terjadi pada
produksi. Falsafah pemasaran seperti ini biasanya dijalankan oleh usaha baru
yang menghasilkan keluaran berteknologi tinggi ataupun berteknologi
mutakhir.
Falsafah pemasaran yang dikendalikan penjualan berfokus pada
penjualan dan iklan, yang dimaksudkan untuk membujuk konsumen agar
membeli produk ataupun jasa yang dihasilkan perusahaan. Jika terdapat
persediaan produk atau jasa yang berlebihan, maka biasanya falsafah sejenis
ini yang digunakan, seperti yang biasanya dianut oleh dealer mobil baru.
Falsafah pemasaran yang dikendalikan konsumen biasanya didasarkan
pada studi yang berusaha menemukan preferensi, keinginan, dan kebutuhan
konsumen, sebelum produksi benar-benar dilaksanakan. Dengan demikian
produk atau jasa yang dihasilkan betul-betul disesuaikan dengan konsumen.
Dengan demikian, riset pemasaran memegang peran penting untuk lebih
memahami, di mana dan siapa yang merupakan pasar bagi perusahaan, dan
juga bagaimana strategi yang sesuai untuk memanfaatkan pasar tersebut. Dari
ketiga jenis falsafah pemasaran tersebut, pendekatan yang didasarkan pada
konsumen biasanya merupakan yang paling efektif.
Terdapat tiga jenis faktor utama yang mempengaruhi pilihan falsafah
pemasaran yang dianut oleh sebuah perusahaan:
a. Tekanan Persaingan
Intensitas persaingan sering kali memaksa perusahaan untuk mengadopsi
falsafah baru. Contohnya, persaingan yang kuat akan membuat banyak
entrepreneur mencoba mengembangkan pemasaran yang berorientasi
z EKMA4370/MODUL 8 8.17
Salah satu dari ketiga falsafah pemasaran ini bisa mendorong usaha baru
untuk meraih keberhasilan. Tetapi, penting untuk diperhatikan, bahwa dalam
jangka panjang, falsafah pemasaran yang berorientasi konsumen biasanya
merupakan yang paling berhasil. Pendekatan ini berfokus pada kebutuhan,
preferensi, dan juga kepuasan konsumen, sehingga bisa sesuai bagi pengguna
produk ataupun jasa yang ditawarkan.
2. Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar merupakan proses untuk mengidentifikasikan satu set
sifat atau karakteristik yang dapat membedakan sekelompok konsumen dari
kelompok konsumen lainnya. Contohnya, banyak sekali orang gemar
memakan es krim dan pasar es krim dapat disegmentasikan dengan
membedakannya menurut rasa dan harga. Sebagian orang lebih menyukai es
krim mutu tinggi karena rasanya memang lebih enak, sebagian yang lain
tidak mampu membedakan ramuan es krim mutu tinggi dari es krim mutu
8.18 Kewirausahaan z
Tabel 8.3.
Karakteristik Konsumen
8.20 Kewirausahaan z
Tabel 8.4.
Perubahan Prioritas dan Pembelian dalam Kehidupan Keluarga
a. Convenience Goods
Produk makanan, produk yang dibeli dengan keputusan bersifat impulsif,
produk atau jasa yang dibeli secara darurat. Produk atau jasa sejenis ini
sebenarnya diinginkan oleh konsumen, tetapi konsumen tidak bersedia
meluangkan waktu untuk sengaja berbelanja membeli produk atau jasa
sejenis itu.
b. Shopping Goods
Produk atau jasa yang diperiksa secara cermat oleh konsumen, dan
membandingkan mutu maupun harganya dengan produk atau jasa yang
lain ataupun dengan penjual yang lain.
c. Specialty Goods
Produk atau jasa yang untuk mendapatkannya ataupun untuk
membelinya, konsumen bersedia mengeluarkan usaha khusus.
d. Unsought Goods
Produk atau jasa yang tidak sedang dibutuhkan sehingga tidak sengaja
dicari oleh konsumen, seperti asuransi jiwa, ensiklopedi. Produk atau
jasa sejenis ini biasanya diperkenalkan kepada konsumen melalui
penjelasan secara langsung ataupun dengan peragaan.
e. Produk Baru
Produk atau jasa yang belum dikenal konsumen karena belum
dipromosikan atau diiklankan, sehingga memerlukan waktu sebelum bisa
dipahami, seperti komputer di awal pemunculannya.
Tabel 8.5.
Jenis Produk atau Jasa dan Jenis Pengecer
Tabel 8.6.
Evolusi Fungsi Pemasaran
Perlu dicatat bahwa strategi yang digunakan pada setiap tahapan ternyata
berkaitan erat dengan corak sasaran yang hendak dicapai pada tahapan
tersebut, sebagai berikut.
4
Kuratko, hal.234
z EKMA4370/MODUL 8 8.23
b. Profil Pasar
Pemahaman tentang profil pasar dapat membantu perusahaan untuk
mengidentifikasikan kebutuhan yang muncul di pasar yang dilayani,
tingkat keuntungan yang biasa diperoleh, pasar yang paling potensial dan
yang paling tidak sesuai (inappropriate), dan juga pasar yang di masa
depan akan ditinggalkan oleh konsumennya.
c. Konsumen yang Dilayani dan Konsumen Paling Baik
Memiliki kemampuan mengidentifikasikan konsumen yang sekarang
secara aktual dilayani, akan menunjukkan ke arah mana sebaiknya
sumber-sumber dialokasikan. Memiliki kemampuan mengenali
konsumen paling baik akan menunjukkan segmen pasar yang sebaiknya
diusahakan untuk dimasuki oleh perusahaan.
d. Konsumen Potensial
Mampu mengenali konsumen potensial, baik secara geografis maupun
menurut area yang dilayani, akan meningkatkan kemampuan perusahaan
untuk mengubah konsumen potensial menjadi konsumen yang aktif.
e. Kompetisi (Persaingan)
Kemampuan memahami para pesaing dan corak persaingan akan dapat
memberikan pemahaman kepada perusahaan mengenai perusahaan lain
yang akan masuk di ceruk pasar yang sama.
f. Faktor-faktor Luar
Analisis terhadap berbagai faktor luar akan memberikan gambaran
tentang perubahan kecenderungan demografis, situasi ekonomi,
teknologi, budaya masyarakat, dan juga kebijakan pemerintah. Berbagai
faktor tersebut perlu dikenali oleh perusahaan, dan dipahami
pengaruhnya terhadap corak kebutuhan konsumen dan juga pelayanan
yang diinginkan.
g. Perubahan Peraturan/Hukum
Riset Pemasaran juga mendorong manajemen perusahaan untuk lebih
paham dan lebih waspada terhadap perubahan yang berarti dalam
berbagai aturan pemerintah, seperti mengenai standardisasi dan
peraturan perpajakan.
5
Kuratko, hal. 238
z EKMA4370/MODUL 8 8.27
Langkah 1
Memperkirakan kekuatan dan kelemahan pasar dengan memper-
timbangkan faktor-faktor yang mungkin memberikan sumbangan
pada sisi kompetitif (competitive edge) perusahaan. Perlu
diperhatikan faktor-faktor seperti desain produk, reliabilitas, daya
tahan, perbandingan harga dengan mutu produk, kapasitas dan
batas-batas kapasitas produk, sumber yang dimiliki, dan kebutuhan
akan keahlian khusus 6 .F F
Langkah 2
Mengembangkan sasaran pemasaran dengan gambaran yang jelas
tentang sasaran penjualan jangka pendek dan jangka menengah
untuk mencapai sasaran tersebut. Selanjutnya, dikembangkan
rencana penjualan yang spesifik untuk satu tahun. Sasaran tersebut
perlu dinyatakan dengan jelas, terukur, dan mungkin terjangkau oleh
perusahaan.
Langkah 3
Mengembangkan strategi produk atau jasa. Strategi produk atau jasa
diawali dengan mengidentifikasikan konsumen akhir, pedagang
besar dan pedagang eceran, dan memahami kebutuhan maupun
spesifikasinya. Desain produk, karakteristik, performasi produk,
ongkos dan harga jual produk, perlu disesuaikan terhadap corak
kebutuhannya.
Langkah 4
Mengembangkan strategi pemasaran. Strategi pemasaran dibutuhkan
agar perusahaan mampu mencapai target penjualan jangka pendek
dan jangka menengah ukuran tengah, dan juga memenuhi tujuan
jangka panjangnya. Strategi seyogianya mencakup pemasangan
iklan, kegiatan promosi, pameran, direct mail, dan tele marketing.
Strategi juga mungkin diperlukan untuk meningkatkan kekuatan
tenaga penjualan ataupun juga untuk melaksanakan pemasaran
produk baru. Selain itu juga perlu disiapkan alternatif berupa
rencana cadangan untuk mengantisipasi perubahan teknologi
ataupun inflasi.
6
Bandingkan dengan penggunaan Instrumen ABCDE di bab …
z EKMA4370/MODUL 8 8.29
Langkah 5
Menetapkan struktur harga. Struktur harga akan menentukan jenis
konsumen yang akan menjadi target pemasaran, dan juga jenis serta
mutu produk ataupun jasa yang akan ditawarkan. Banyak
perusahaan yang percaya bahwa dalam persaingan pasar akan
mendikte struktur harga. Tetapi, banyak contoh di lapangan yang
memperlihatkan perusahaan justru berhasil dengan harga jual yang
mahal. Seperti apapun strategi yang dianut, hal penting yang perlu
diperhatikan adalah bahwa harga yang ditawarkan memang wajar.
Karena itu, penetapan harga produk atau jasa baru dilakukan setelah
strategi pemasaran dirumuskan.
6. Evaluasi
Tahapan terakhir yang penting dalam perencanaan pemasaran adalah
evaluasi. Banyak variabel yang bisa mempengaruhi hasil dari perencanaan
pemasaran, sehingga penting dilakukan evaluasi terhadap performasi
perusahaan. Penting sekali dilakukan analisis untuk memahami alasan yang
mendasari ketertarikan ataupun ketidaktertarikan konsumen terhadap produk
atau jasa yang dihasilkan perusahaan, dan juga preferensi dari konsumen
yang ternyata menunjukkan kesetiaannya. Analisis ini bisa dibandingkan
terhadap volume penjualan, omset, ataupun besarnya pangsa pasar. Hanya
melalui analisa semacam ini fleksibilitas dan penyesuaian bisa
dipertimbangkan dalam perencanaan pemasaran.
D. TELEMARKETING
1. Keuntungan
Telemarketing bisa membantu kegiatan pemasaran suatu perusahaan
karena memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Tingkat Penerimaan
Kontak melalui telepon sering kali lebih baik daripada kontak langsung
karena mampu membuat konsumen menjadi kurang tertekan.
b. Impresi
Impresi awal, walaupun sering kali keliru, bisa mempengaruhi
keberhasilan menjual. Telepon hanya memperdengarkan suara penjual
sehingga bisa membatasi impresi yang buruk.
c. Peningkatan frekuensi kontak
Tenaga penjual langsung memang mampu memperoleh rasio prospek
yang lebih tinggi dari jumlah kontak yang dilakukan dibanding kontak
melalui telepon. Tetapi, kontak melalui telepon dapat dilakukan dengan
frekuensi yang lebih tinggi, sehingga secara keseluruhan bisa membawa
hasil yang lebih besar.
d. Jangkauan geografis
Kontak melalui telepon bisa dilakukan dengan jangkauan geografis yang
lebih luas dibanding penjualan secara langsung.
e. Penghematan waktu
Penjualan langsung menghabiskan waktu yang relatif lama untuk
perjalanan dan menunggu waktu untuk bertemu konsumen.
Telemarketing bisa memiliki waktu lebih banyak untuk menjual. Jika
seorang konsumen sedang tidak bisa dihubungi, dengan Telemarketing
perusahaan bisa mengontak yang lain, sehingga waktu tidak terbuang.
f. Umpanbalik segera
Telemarketing merupakan cara yang paling cepat untuk mendapatkan
gambaran tentang strategi penjualan, juga untuk mencoba strategi
penjualan yang baru.
g. Pengendalian yang lebih baik
Tenaga penjual dalam Telemarketing tidak meninggalkan perusahaan
sehingga lebih mudah dikendalikan.
h. Mengurangi pembajakan karyawan
Tenaga penjual dalam Telemarketing jarang meninggalkan perusahaan,
sehingga tidak sering bertemu langsung dengan konsumen ataupun
dengan tenaga penjual dari perusahaan pesaing, sehingga jarang
menerima tawaran untuk pindah kerja.
z EKMA4370/MODUL 8 8.31
2. Kerugian
Walaupun Telemarketing memiliki banyak kelebihan, tetapi para
entrepreneur juga perlu mewaspadai berbagai kekurangannya.
a. Teknik penggunaan yang buruk bisa menggagalkan strategi
Telemarketing, misalnya karena kebiasaan karyawan yang buruk seperti
tidak ramah, tidak jujur, dll. yang sebenarnya bisa dihilangkan melalui
pelatihan.
b. Terjadi persaingan ataupun kerja sama yang buruk antara tenaga
Telemarketing dengan tenaga penjual langsung di lapangan. Karena itu
perlu dikembangkan komunikasi dan koordinasi yang baik antara kedua
kelompok sehingga tidak menimbulkan kekecewaan bagi konsumen.
c. Pekerjaan sebagai tenaga Telemarketing bersifat monoton sehingga
biasanya memiliki turn-over yang tinggi. Pekerjaan menghadapi telepon
juga sering kali dianggap kurang bergengsi. Perlu dirumuskan sistem
pengembangan karier yang baik sehingga tenaga Telemarketing tidak
memandang rendah pekerjaannya.
Tabel 8.7.
7
Penetapan Harga sesuai Tahapan dalam Daur Hidup Produk F
7
Dari Kuratko, hal. 244.
z EKMA4370/MODUL 8 8.35
L A TIH A N
RA NGK UMA N
TES FORMATIF 2
Daftar Pustaka
Intrapreneurship
Dr. Ir. S.B. Hari Lubis
PENDAHULUA N
T idak ada yang lebih sulit untuk diterima ataupun untuk dilakukan selain
memelopori sesuatu yang baru, karena yang baru selalu tidak disukai
oleh pihak yang sudah terlanjur diuntungkan oleh cara lama, dan hanya
didukung setengah hati oleh mereka yang mungkin diuntungkan oleh cara
baru.
Machiavelli
The Prince
Kegiatan Belajar 1
Intrapreneurship
A. DEFINISI
B. MANFAAT INTRAPRENEURSHIP
Tabel 9.1.
1
Sumber Hambatan dan Solusi bagi Munculnya Intrapreneurship F
1
Kuratko, hal.55 Tabel 3.1.
z EKMA4370/MODUL 9 9.7
L A TIH A N
RA NGK UMA N
TES FORMATIF 1
Kegiatan Belajar 2
Tabel 9.2
Tiga Jenis Sasaran dan Program dalam Pengembangan Strategi
Intrapreneurship
SASARAN PROGRAM
Membuat sistem kerja, struktur dan Kurangi birokrasi yang tidak perlu, dorong
pelaksanaan kegiatan tidak menjadi terjadinya komunikasi antar bagian/fungsi.
hambatan bagi terciptanya fleksibilitas serta
tindakan cepat yang dibutuhkan untuk
merangsang munculnya inovasi.
Sediakan rangsangan dan peralatan yang Sediakan dana ventura dalam organisasi
diperlukan untuk kegiatan Intrapreneurship. dan dana khusus untuk pelaksanaan
kegiatan (dana semacam ini disebut
intracapital), sediakan juga waktu khusus
untuk kegiatan Intrapreneurship.
Usahakan agar terjadi sinergi antar bidang Dorong terjadinya kegiatan bersama antar
sehingga bisa ditemukan peluang yang bagian/fungsi, berikan juga kesempatan
muncul dari kombinasi baru. untuk melakukan diskusi dan brainstorming
mengenai gagasan baru
z EKMA4370/MODUL 9 9.17
2
Kuratko, hal. 63
9.18 Kewirausahaan z
Gambar 9.1.
Inovasi Radikal dan Inovasi Bertahap
Tabel 9.3.
Cara Pandang dan Dukungan Terhadap Inovasi
1. Pengantar
Tinjauan terhadap konsep-konsep perilaku, definisi Intrapreneurship dan
konsep-konsep yang terkait.
2. Kreativitas
Berbagai latihan kreativitas untuk mengembangkan atau memperkaya
kreativitas peserta.
3. Intrapreneurship
Tinjauan terhadap berbagai bacaan mengenai Intrapreneurship dan
analisis yang mendalam terhadap beberapa organisasi bersifat Intrapreneur.
4. Inventarisasi Budaya
Inventarisasi budaya kelompok peserta dilakukan untuk
mengembangkan diskusi tentang faktor-faktor pendorong dan penghambat
terhadap perubahan dalam organisasi.
3
Kuratko, hal 65.
9.22 Kewirausahaan z
5. Business Plan
Penjelasan mengenai proses perumusan Business Plan secara lengkap
disertai dengan contoh sebuah business plan yang lengkap.
6. Rencana Tindakan
Peserta kemudian dikelompokkan untuk merumuskan Rencana Tindakan
(Action Plan) untuk mengusahakan terjadinya perubahan di tempat kerja
masing-masing dan dimaksudkan untuk merangsang tumbuhnya
Intrapreneurship.
e. Batas-batas Organisasi
Adanya batas-batas dalam organisasi, baik secara nyata maupun tidak
nyata, akan menghambat anggota organisasi untuk melihat permasalahan
di luar tugasnya. Organisasi perlu mendorong karyawan untuk melihat
organisasi melalui perspektif yang lebih luas. Perlu dihindari keberadaan
Standard Operating Procedure untuk sebagian besar tugas, uraian
jabatan yang sempit, serta standar kinerja yang sifatnya baku.
4
Tim Inovasi ini dinamakan sebagai “Venture Team”
z EKMA4370/MODUL 9 9.25
Intrapreneur tidak harus penemu produk atau jasa baru, tetapi orang
yang mengubah gagasan atau prototipe menjadi produk atau jasa secara nyata
dan menguntungkan. Intrapreneur merupakan orang di belakang munculnya
suatu jenis produk atau jasa. Intrapreneur mengembangkan tim yang
memiliki komitmen serta dorongan yang kuat untuk melihat gagasan mereka
9.26 Kewirausahaan z
Mitos 1:
Motivasi utama para Intrapreneur adalah uang.
Fakta menunjukkan bahwa motivasi utama para Intrapreneur adalah
proses inovasi. Kebebasan dan kemampuan berinovasi merupakan
penggerak utama Intrapreneur, uang hanyalah alat atau lambang
keberhasilan.
9.28 Kewirausahaan z
Mitos 2:
Intrapreneur senang mengambil risiko, mereka penjudi yang suka
bertaruh besar.
Fakta menunjukkan bahwa Intrapreneur lebih tepat dikatakan sebagai
pengambil risiko yang moderat. Memiliki keinginan yang kuat untuk
mencapai tujuannya sehingga lebih menyenangi risiko yang kecil,
terhitung, dan bisa dipahami melalui analisis.
Mitos 3:
Intrapreneur memiliki keterampilan analisis yang memadai, sehingga
cenderung untung-untungan dan pada umumnya bertumpu pada
kemujuran.
Faktanya, Intrapreneur ternyata sangat analitis, walaupun terlihat
seakan-akan bertindak untung-untungan. Sebenarnya mereka
mempersiapkan diri dengan baik, paham tentang inovasi dan mampu
membaca kebutuhan pasar dengan baik.
Mitos 4:
Karena kuatnya dorongan untuk sukses, maka Intrapreneur biasanya
kurang bermoral dan kurang etis, sehingga tidak peduli seperti apa cara
yang digunakan selama bisa mengantarkan mereka menuju
keberhasilan.
Fakta menunjukkan bahwa dalam masyarakat yang kritis dan
berpendidikan, Intrapreneur perlu memegang standar moral serta etika
yang selaras dengan harapan masyarakat agar bisa bertahan hidup.
Mitos 5:
Intrapreneur gemar menumpuk kekuatan (power) dan ingin membangun
kerajaan sendiri.
Fakta menunjukkan bahwa perusahaan bersifat Intrapreneur biasanya
berukuran kecil dan sifatnya konservatif. Mereka lebih tertarik pada
keuntungan dan pertumbuhan dibanding membangun “kerajaan”.
Tumpuan perhatian mereka lebih pada mengerjakan sesuatu dengan
benar daripada mengerjakan sesuatu secara besar-besaran.
Tabel 9.4.
Karakteristik Manajer Tradisional, Entrepreneur, dan Intrapreneur
MANAJER
KARAKTERISTIK ENTREPRENEUR INTRAPRENEUR
TRADISIONAL
Menginginkan promosi Ingin bebas, orientasi pada Ingin bebas dan memiliki
dan imbalan tradisional sasaran, percaya diri, dan akses terhadap berbagai
(yang biasa). memotivasi diri sendiri. sumber organisasi, percaya
Motif utama diri, memotivasi diri sendiri
tetapi juga dipengaruhi
imbalan serta pengakuan
perusahaan.
Dipengaruhi jadwal Menggunakan sasaran Sasaran 3 – 15 tahun,
anggaran, perencanaan pertumbuhan 5 – 10 tahun tergantung jenis usaha,
mingguan, bulanan, tri- sebagai acuan, kemajuan berusaha mematuhi jadwal
Orientasi Waktu
wulan, tahunan dan ter- bertahap. perusahaan maupun yang
hadap jadwal promosi ditetapkan sendiri.
berikutnya
Mendelegasikan Bersedia mengerjakan Bersedia mengerjakan
tindakan, kebanyakan sendiri tugas sehingga sendiri, paham cara
Kecenderungan
tenaga digunakan untuk bawahan merasa ter- mendelegasikan, tapi jika
pola bertindak
melaporkan dan super- ganggu perlu mampu mengerjakan
visi. sendiri.
Manajemen Paham bisnis secara Serupa dengan Entre-
profesional, sering mendalam, memiliki keta- preneur tapi berada dalam
lulusan sekolah bisnis, jaman bisnis lebih dari situasi yang menuntut
menggunakan alat keterampilan politis atau- kemampuan lebih untuk
Keterampilan analisis yang abstrak, pun manajerial, sering kali bisa hidup dalam
manajemen SDM dan terlatih secara teknis, organisasi, memerlukan
keterampilan bermain sering memegang tang- dukungan.
politik. gung jawab tentang untung/
rugi dalam perusahaan.
Menganggap nasibnya Percaya diri, optimis, dan Percaya diri, berani.
ditentukan pihak lain, berani Beberapa sinis terhadap
Sikap terhadap
bisa sangat berambisi sistem, tapi optimis
Keberanian dan
dan keras, tapi bisa terhadap kemampuan diri
Nasib
juga takut kepada ke- untuk menipu sistem.
pemimpinan pihak lain.
Terutama terhadap hal- Terutama terhadap tekno- Meyakinkan pihak dalam
hal yang terjadi dalam logi dan pasar perusahaan perlunya ga-
Fokus Perhatian perusahaan. gasannya dalam melayani
pasar, tapi di luar juga
fokus pada konsumen
Berhati-hati Suka risiko yang moderat, Suka risiko yang moderat,
Sikap terhadap berani berinvestasi besar tidak takut dipecat,
Risiko dan berharap sukses menganggap kecil risiko
pribadi.
Digunakan untuk Menciptakan kebutuhan, Melakukan sendiri riset
membaca permintaan produk sering tidak dapat pasar, menggunakan intuisi
Penggunaan
dan mengarahkan dicoba melalui riset pasar, untuk mengevaluasi pasar
Riset Pasar
konsep perancangan pembeli belum paham seperti entrepreneur.
produk. produk, bicara dengan
9.30 Kewirausahaan z
MANAJER
KARAKTERISTIK ENTREPRENEUR INTRAPRENEUR
TRADISIONAL
konsumen untuk mem-
bentuk pandangan sendiri.
Karakteristik Organisasi
Dukungan manajemen
Kebebasan dalam kerja
Penghargaan dan
dukungan Ketersediaan
Ketersediaan waktu sumber
Batas-batas Organisasi
Keputusan
Kejadian / peristiwa untuk bertindak Business Implementasi
yang mendorong sebagai Plan / Studi gagasan
Intrapreneur Kelayakan
Karakteristik Individu
Kecenderungan dalam
mengambil resiko
Kemampuan
Keinginan untuk otonom mengatasi
Keinginan untuk berhasil hambatan
mencapai sesuatu
Orientasi sasaran
Kebebasan mengatur diri
sendiri
Gambar 9.2.
Model Interaktif munculnya Intrapreneurship 5 F
5
Kuratko hal.73
z EKMA4370/MODUL 9 9.31
L A TIH A N
1) Pada dasarnya ada 6 aspek. Coba simak kembali bacaan tentang materi
tersebut.
2) Ada empat langkah. Coba baca kembali uraian tentang langkah penting
dalam mengembangkan strategi Intrapreneurship.
3) Coba perhatikan Tabel 9.2.
RA NGK UMA N
TES FORMATIF 2
Daftar Pustaka