Anda di halaman 1dari 24

Sensor dan Transduser

“TERMOKOPEL”

Oleh:
Ella Oktari (1110953008)
Ria Rahmawati S.P. (1110951018)

Dosen:
Mumuh Muharram, MT.

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERESITAS ANDALAS
PADANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masa ke masa
berkembang pesat terutama dibidang otomtisasi. Perkembangan ini tampak
jelas terutama di industri manufaktur, dimana sebelumnya banyak pekerjaan
menggunakan tangan manusia, kemudian beralih menggunakan mesin,
berikutnya dengan electro-mechanic (semi otomatis) dan sekarang sudah
menggunakan robotic (full automatic).
Model apapun yang digunakan dalam sistem otomatisasi industri sangat
tergantung kepada keandalan sistem kendali yang dipakai. Hasil penelitian
menunjukan secanggih apapun sistem kendali yang dipakai akan sangat
tergantung kepada sensor dan transduser yang digunakan.
Sensor dan transudser merupakan peralatan atau komponen yang
mempunyai peranan penting dalam sebuah sistem pengaturan otomatis.
Bisanya besaran masukan pada kebanyakan sistem kendali bukan merupakan
besaran listrik.Umumnya besaran tersebut adalah besaran fisik, kimia, mekanis
dan sebagainya. Untuk merubah ke dalam besaran listrik pada sistem, biasanya
besaran-besaran tersebut diubah terlebih dahulu menjadi suatu sinyal listrik
melalui sebuah alat yang disebut sensor dan transduser.
Salah satu sensor yang umum digunakan adalah sensor suhu. Sensor ini
sangat sering digunakan dalam proses manufaktur terutama yang berkaitan
dengan proses pemanasan maupun pendinginan. Sensor tersebut bertugas
untuk mengetahui kondisi lingkungan atau sebuah sistem yang digunakan
sebagai input agar dapat ditindaklanjuti dalam sebuah proses atau pengendalian
sistem. Beberapa sensor suhu yang umum digunakan antara lain termokopel.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk lebih memahami
tentang sensor termokopel, konstruksi sensor termokopel, operasi sensor
temokopel dan aplikasi dari sensor termokopel

1.3 MANFAAT PENULISAN


 Sebagai Pembelajaran tentang thermocouple bagi mahasiswa
 Mengetahui komponen dan bagian dari thermocouple
 Memahami prinsip kerja thermocouple
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar dan Elemen Penyusun Thermocouple


Berasal dari kata “Thermo” yang berarti energi panas dan “Couple”yang
berarti pertemuan dari dua buah benda. Termokopel adalah perangkat yang terdiri
dari dua konduktor yang berbeda, biasanya paduan-paduan logam (metal alloys)
yang menghasilkan tegangan yang berbanding lurus dengan perbedaan suhu antara
kedua ujung pasangan konduktor.
Pada.dunia elektronika, termokopel adalah sensor suhu.yang.banyak.digun
akan untuk mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan
listrik (voltase). Termokopel yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis
konektor standar yang sama, serta dapat mengukur temperatur dalam jangkauan
suhu yang cukup besar dengan batas kesalahan pengukurankurang dari 1 °C.

.
Gambar 2.1 Diagram skematik thermocouple

Dua termoelemen A dan B dihubungkan dan jika temperatur antara junction


pertama (cold junction) dan kedua (hot junction) berbeda maka akan timbul arus
akibat gaya gerak listrik (EMF).

Gambar 2.4.Pengukuran EMF


Jika cold junction open circuit dan dihubungkan dengan voltmeter dengan
impedansi yang tak terhingga (besar sekali), seperti yang terlihat pada gambar 2,4
maka akan terbaca tegangan pada voltmeter, tegangan tersebut dikenal sebagai
tegangan Seebeck. Jika thermocouple digunakan untuk mengukur temperatur hot
junction maka tegangan Seebeck pada cold junction, hot junction serta temperatur
cold junction harus diketahui terlebih dahulu.
EMF, sebenarnya timbul karena gradien temperatur sepanjang kawat yang
menghubungkan hot junction dan cold junction. Dengan mengasumsikan kawat
thermocouple homogen maka EMF didapat akibat perbedaan temperatur hot
junction dan cold junction.
Hubungan tegangan antara termo elemen A dan B dengan perbedaan
temperatur adalah:
𝐸𝐴𝐵𝑇 = 𝑆𝐴𝐵𝑇 Δ𝑇
Dimana :
EAB(T) adalah tegangan Seebeck
S(T) adalah koefisien Seebeck,
ΔT adalah perbedaan temperatur antara hot junction dengan cold
junction.
BAB III
METODE PENGUKURAN
3.1 Prinsip Kerja Termokopel dan Elemen Penyusun
Termokopel adalah sebuah alat yang dibuat dari dua jenis kawat dari logam
yang berbeda dan disatukan pada salah satu ujungnya. Ujung ini disebut dengan
istilah ‘junction end’ atau ujung sambungan dan dapat disebut juga ujung
pengukuran (T2). Dua kawat tersebut disebut thermoelement yang merupakan kaki-
kaki dari termokopel. Keduanya dibedakan menjadi kaki positif dan kaki negatif.
Kemudian, ujung laun dari masing-masing kawat disebut dengan ‘tail end’ (ujung
ekor) atau ‘reference end’ (T1).
Junction end adalah ujung yang digunakan untuk mengukur panas dari
media yang hendak diukur, misalkan ruangan tungku atau oven dengan suhu 200°C
sedangkan tail end adalah ujung yang kita sambungkan dengan rangkaian
elektronika dan berada pada suhu ruang, katakanlah 28°C. Tail end mempunyai dua
kutub untuk pengukuran, yaitu positif dan negatif. T1 dan T2 adalah suhu masing-
masing pada posisi tail end dan junction end.
Perbedaan suhu antara T1 dan T2 tersebut dapat diukur pada kedua kutup
positif dan negatif. Oleh karena itu termokopel adalah termasuk temperature-
voltage transducer. Termokopel adalah penghasil tegangan yang dapat diukur pada
kedua kutub tail end yang terjadi akibat perbedaan suhu pada T1 dan T2. Jadi
tinggal diukurdengan voltmeter digital.

Besarnya tegangan keluaran pada termokopel ditentukan dengan rumus:

Vout = Vh - Vc

Keterangan :

Vnet = tegangan keluaran thermokopel

Vh = tegangan yang diukur pada suhu tinggi

Vc = tegangan referensi
Tegangannya terlalu kecil sehingga harus diamplify terlebih dulu. Selain itu
nilai yang terbaca oleh voltmeter juga bukan merupakan ekspresi langsung dari
temperature dan masih diperlukan konversi.
Untuk mempermudah konversi maka dapat menggunakan table hubungan
tegangan dengan temperature, sebagai berikut :

Gambar 2.Tabel referensi tegangan ke temperature

Dalam pengukuran tegangan pada termokopel ada beberapa syarat yang


harus terpenuhi agar tegangan yang didapat tidak nol. Adapun syarat-syaratnya
sebagai berikut :
1. Jika kedua kawat atau thermoelement terbuat dari material yang sama
sehingga menyebabkan tidak ada perbedaan suhu diantara kedua ujung
kawat.
2. Suhu T1 sama dengan T2 sehingga menyebabkan termokopel tidak dapat
mengukur suhu ruang karena kedua ujungnya ada pada temperatur yang
relatif sama, yaitu berada pada suhu ruang. Oleh karena itu, kita tiba pada
kondisi ‘tidak mudahnya’ karena pada dasarnya temperatur pada reference
end atau tail end haruslah relatif tetap. Hal yang tidak mungkin tentunya
sehingga ada istilah cold junction compensation untuk menkompensasi
kondisi ini. Sebuah IC seperti misalnya MAX667 bisa dipergunakan untuk
kompensator.
Konstruksi Termokopel

Untuk skonstruksi sederhana termokopel diperlihatkan oleh gamabar dibawah


ini :

Gambar 2.Sirkuit sederhana termokopel

Gambar 2.11 kontruksi dalam Termokopel

Pada konstruksi termokopel terdapat dua buah kawat yang terbuat dari
materail yang berbeda, salah satunya digunakan sebagai measuring junction (hot)
dan reference junction (cold). Pada kawat rerference junction tidak akan mengalami
perubahan dan akan tetap pada suhu reference. Pada pengukuran perbedaan
potensial dari kedua kawat akan menggunakan voltmeter dan sebelumnya akan di
amplify dahulu agar dapat terbaca oleh voltmeter karena tegangan yang dihasilkan
terlalu kecil. Pengukuran panas saluran Thermokopel menghasilkan tegangan yang
lebih besar dari tegangan saluran referensi. Perbedaan antara dua tegangan itu
sebanding dengan perbedaan suhu.

2.4.1 Beberapa jenis thermocouple berdasarkan aplikasi penggunaannya


1. Tipe K (Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al alloy)
Thermocouple untuk tujuan umum. Lebih murah. Tersedia untuk
rentang suhu −200 °C hingga +1200 °C.

Gambar 2.2 NiCr - NiSi (Tipe K)

2. Tipe E (Chromel / Constantan (Cu-Ni alloy))


Tipe E memiliki output yang besar (68 µV/°C) membuatnya cocok
digunakan pada temperature rendah. Properti lainnya tipe E adalah
tipe non magnetik.

Gambar 2.3 NiCr – CuNi (Tipe E)

3. Tipe J (Iron / Constantan)


Rentangnya terbatas (−40 hingga +750 °C) membuatnya kurang
popular disbanding tipe K. Tipe J memiliki sensitivitas sekitar ~52 µV/°C.

Gambar 2.4 Fe - CuNi (Tipe J)

4. Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si alloy))


Stabil dan tahanan yang tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N
cocok untuk pengukuran suhu yang tinggi tanpa platinum. Dapat
mengukur suhu di atas 1200 °C. Sensitifitasnya sekitar 39 µV/°C pada
900 °C, sedikit di bawah tipe K. Tipe N merupakan perbaikan tipe K.

Gambar 2.5 Nicrosil - Nisil (Tipe N)

5. Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh)
Cocok mengukur suhu di atas 1800 °C. Tipe B memberi output yang
sams pada suhu 0 °C hingga 42 °C sehingga tidak dapat dipakai di bawah
suhu 50 °C.
Gambar 2.6 Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh)

6. Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium)


Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. Sensitivitas rendah (10
µV/°C) dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk
tujuan umum.

Gambar 2.7 Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium)

7. Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium)


Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. Sensitivitas rendah (10
µV/°C) dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk
tujuan umum. Karena stabilitasnya yang tinggi. Tipe S digunakan untuk
standar pengukuran titik leleh emas (1064.43 °C).

Gambar 2.8 Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium)

8. Type T (Copper / Constantan)


Cocok untuk pengukuran antara −200 to 350 °C. Konduktor positif
terbuat dari tembaga, dan yang negative terbuat dari constantan. Sering
dipakai sebagai alat pengukur alternative sejak penelitian kawat tembaga.
Type T memiliki sensitifitas ~43 µV/°C.
Gambar 2.9 Type T (Copper / Constantan)
BAB IV
Analisis
4.1 Adapun kelebihan dan kekurangan dari termokopel adalah sebagai berikut :
kelebihan dari termokopel adalah:
a. Mudah dibaca, karena memiliki layar yang tidak mudah keruh dan skala
yang jelas
b. Respon cepat untuk setiap adanya perubahan suhu
c. Akurasi yang tepat dalam pengukuran suhu
d. Baik digunakan untuk pengukuran variasi suhu dengan jarak kurang dari 1
cm
e. Termokopel tidak mudah rusak dan tahan lama

Sementara itu, termokopel juga memiliki kekurangan dalam pemakaiannya, yakni:


a. Kalibrasi yang sulit, saat termokopel dinyalakan, suhu yang tertera adalah
suhu pada ruangan tersebut
b. Hanya dapat digunakan untuk mengukur perbedaan suhu
c. Termokopel membutuhkan perlengkapan tambahan yang harganya
biasanya cukup mahal
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
1. Termokopel suhu paling ekonomis alat ukur yang tersedia dan juga
menyediakan pengukuran suhu tertinggi. Ggl yang mereka hasilkan adalah
independen dari panjang kawat dan diameter, namun kebisingan dapat
menjadi faktor. Termokopel menyediakan jangkauan macam pengukuran
temperatur namun tidak dianjurkan untuk rentang suhu yang sempit atau
pengukuran perbedaan kecil.
2. Untuk pengukuran temperatur kritis, suhu referensi akurat persimpangan
perlu diukur dan kompensasi. Hal ini mungkin mengharuskan penggunaan
suatu RTD.
3. Jika proses pengukuran dapat dilakukan dengan perangkat lain selain
termokopel, maka yang harus dipertimbangkan. Termokopel biaya rendah
dan cocok untuk aplikasi yang memerlukan jangkauan suhu yang besar.
4. Sensor termokopel dapat digunakan sebagai pengukur suhu
5. Sensor termokopel bekerja dengan membandingkan perbedaan potensial
yang terjadi di kedua ujung termoelemen akibat perbedaan panas dikedua
ujungnya.
6. Terdapat beberapa jenis termokopel diantara
a. Tipe E (kromel-konstantan)
b. Tipe J (besi-konstantan)
c. Tipe K (kromel-alumel)
d. Tipe R-S (platinum-platinum rhodium)
e. Tipe T (tembaga-konstantan)
7. Hubungan tegangan antara termoelemen A dan B dengan perbedaan
temperatur adalah:
𝐸𝐴𝐵𝑇 = 𝑆𝐴𝐵𝑇 Δ𝑇
5. Termokopel cocok untuk mengukur rentang suhu yang besar, sampai
2300°C. Mereka kurang cocok untuk aplikasi di mana perbedaan suhu
lebih kecil harus diukur dengan akurasi yang tinggi, misalnya rentang 0 -
100°C dengan 0,1°C akurasi.

5.2 SARAN
Penggunaan termokopel dalam pengukuran suhu yang tinggi sudah
sangat mampu didalam hal instrumentasi terlihat daribanyaknya kelebihan
dari sensor tersebut.
Namun ada pula kekurangan dari termokopel yaitu kalibrasi yang sulit
dan perlengkapan tambahan yang harganya cukup mahal.
DAFTAR PUSTAKA

http://koponkworld.wordpress.com/2010/10/09/prinsip-kerja-termokopel/

http://angahazhari.blogspot.com/2011/10/termokopel.html

http://baskarapunya.blogspot.com/2011/04/instrumentasi-bab-4-
temperature.html#ixzz2vAs9TDKp

http://elektronika-dasar.web.id/komponen/sensor-tranducer/sensor-suhu-rtd-

http://www.momentous-inst.com/news-detail/kelebihan-dan-kekurangan-dari-
termokopel

http://onnyapriyahanda.com/prinsip-kerja-thermocouple/

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18446/3/Chapter%20II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28656/3/Chapter%20II.pdf
LAMPIRAN
TABEL TYPE THERMOCOUPLE

Anda mungkin juga menyukai