Anda di halaman 1dari 5

Essay Hari/Tanggal: Kamis/4 Januari 2018

Teknologi Pengemasan,
Distribusi, dan Transportasi Dosen : Ir. Sugiarto , MSi.

BIODEGRADABLE

Ronaldo Ary Devid F34160037


Rahma Maulida F34160060
Bening Pratiwi F34160070

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
Assalamu’alaikum wr. wb.

Pengemasan diperkirakan telah ada sejak beberapa ratus tahun sebelum masehi.
Dimulai dengan bahan kemasan yang berasal dari alam seperti dedaunan, kulit binatang
dan tanah liat digunakan sebagai wadah penyimpanan atau pengemasan. Seiring
dengan perkembangan teknologi, pengemasan juga berkembang dengan pesat.
Meskipun kemasan alami masih digunakan, kemasan yang lebih maju (modern) banyak
digunakan secara meluas. Selain plastik, bahan kemasan yang banyak digunakan untuk
produk pangan dan hasil pertanian lainnya diantaranya kertas, aluminium foil, gelas,
logam dan kayu. Diantara bahan kemasan tersebut, plastik merupakan bahan kemasan
yang paling populer dan sangat luas penggunaannya.
Setiap tahun sekitar 100 juta ton plastik kemasan sintetik diproduksi dunia
untuk digunakan di berbagai sektor industri dan kira-kira sebesar itulah sampah plastik
yang dihasilkan setiap tahun. Sementara kebutuhan plastik dalam negeri mencapai 2,3
juta ton. Beberapa tahun belakangan ini muncul prediksi bahwa lautan dunia akan
berisi lebih banyak plastik dibanding ikan pada tahun 2050. Prediksi ini tentu saja mesti
diiringi dorongan untuk peduli lingkungan dengan beralih ke alternatif yang lebih
ramah lingkungan dan berkelanjutan, salah satunya adalah penggunaan
plastik biodegradable (Rosandrani 2016).
Plastik biodegradable adalah plastik yang akan terurai di alam dengan bantuan
mikroorganisme. Bahan baku pembuatan plastik biodegradable bermacam-macam,
contohnya dari bahan petrokimia (poli (ε- kaprolakton) dan PCL), produk tanaman
(pati dan selulosa), dan chitosan dari kulit udang atau cangkang kepiting. Beberapa
contoh yang mewakili polimer plastik biodegradable yang sudah diproduksi oleh skala
industri ialah poli (ε- kaprolakton). PCL adalah polimer hasil sintesis kimia
menggunakan bahan baku minyak bumi. PCL mempunyai biodegradabilitas yang
tinggi, dapat dihidrolisis oleh enzim lipase dan esterase yang tersebar luas pada
tanaman, hewan dan mikroorganisme. Namun titik lelehnya yang rendah, sehingga
menyebabkan bidang aplikasinya menjadi terbatas. Adapun dari umbi-umbian, pati
dapat dihasilkan dari singkong, kentang. Selain dari kedua sumber tersebut, pati juga
dapat dihasilkan dari batang tanaman, seperti pati sagu, dan dari daging buah muda
seperti pisang (Akbar et al. 2013).
Beberapa produk yang dibuat dari material plastik biodegradable yang umum
ditemui antara lain kantong plastik sampah dan peralatan makan sekali pakai. Selain
itu masih banyak produk plastik solid yang dapat digunakan berulang kali namun
dengan material biodegradable seperti piring, gelas, sendok, garpu, dan lain-lain.
Namun penggunaan plastik biodegradable masih sangat jarang menyebabkan
harganya relatif mahal dibanding plastik konvensional. Memang membutuhkan kerja
sama dengan banyak pihak, termasuk kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan
dnegan mengurangi penggunaan plastik konvensional.
Ketersediaan bahan dasarnya di alam sangat melimpah. Bahan yang dapat
diperbarui ini memiliki biodegradabilitas yang tinggi sehingga sangat berpotensi untuk
dijadikan bahan pembuat bioplastik (Stevens 2002). Proses pembuatan plastik
biodegradable berbasis pati ini pun sudah dikembangkan, diantaranya:
a. Mencampur pati dengan plastik konvensional (PE atau PP) dalam jumlah kecil.
b. Mencampur pati dengan turunan hasil samping minyak bumi, seperti PCL, dalam
komposisi yang sama (50%).
c. Menggunakan proses ekstruksi untuk mencampur pati dengan bahan-bahan seperti
protein kedelai, gliserol, alginat, lignin dan sebagainya sebagai plasticizer.

Plastik biodegradable berbasis pati merupakan solusi tepat untuk mengurangi


pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan akibat penggunaan plastik
konvensional. Meskipun demikian, plastik biodegradable yang dikembangkan saat ini
masih mengalami beberapa hambatan dikarenakan bahan baku yang digunakan berasal
dari bahan pangan, seperti jagung dan singkong. Hal tersebut dapat menimbulkan
masalah baru bagi ketahanan pangan. Oleh sebab itu,perlu adanya suatu diversifikasi
bahan baku dalam pembuatan plastik
biodegradable.
Bonggol pisang ( Musa paradisiaca) merupakan potensi bahan baku alternatif
untuk membuat plastik biodegradable berbasais pati. Potensi ini belum dimanfaatkan
secara optimal, padahal bonggol pisang memiliki komponen yangterdiri dari 76% pati,
20% air, dan 4% bahan lainnya (Yuanita 2008). Untuk itu, perlu adanya upaya
pemanfaatan bonggol pisang yang bertujuan mengetahui potensi pati yang terkandung
di dalamnya sebagai bahan baku alternatif plastik biodegradable. Bonggol pisang yang
ketersediaannya melimpah, mempunyai kandungan pati yang dapat dikonversi menjadi
polimer poly-β -hidroksialkanoat (PHA) dengan bantuan mikroorganisme. Polimer
PHA ini selanjutnya akan diproduksi menjadi plastik biodegradable.
Beberapa bakteri yang digunakan dalam menghasilkan PHA, antara lain:
Acetobacter latus, Acetobacter vinelandi, dan pseudomonas olevorans. Bakteri ini
dapat dikulturkan secara efektif untuk menghasilkan polimer PHA. Polimer PHA
dihasilkan pada tahap kultivasi mikroba. Untuk mengambil polimer PHA yang
dihasilkan, selanjutnya dilakukan proses isolasi. Tahap isolasi dapat digunakan melalui
dua cara, yaitu dengan menggunakan pelarut dan tanpa menggunakan pelarut. Setelah
proses isolasi, tahap terakhir adalah proses polimerisasi PHA, yaitu tahap
memproduksi plastik biodegradable dalam bentuk film atau serat.

Berikut adalah kelebihan dari plastik biodegredable :


1. Mudah terurai oleh mikroorganisme di tanah
Masalah sampah plastik semakin rumit dengan sukarnya sampah ini untuk terurai
dalam waktu singkat dan akhirnya hanya akan menimbulkan timbunan sampah yang
menumpuk. Dan munculnya plastik biodegredable ini yang dapat terurai dalam waktu
lebih singkat dari plastik pada umumnya bisa membantu kita mengatasi permasalahan
sampah plastik yang kian menumpuk.

2. Tidak mengandung zat berbahaya pencemar lingkungan.


Plastik konvensional biasanya terbuat dari pengolahan bahan bakar fosil yang
mengandung berbagai zat berbahaya pencemar lingkungan. Semakin menambah daftar
panjang masalah yang disebabkan oleh sampah plastik. Dan plastik biodegredable
terbuat dari bahan – bahan organik yang tidak mengandung zat pencemar lingkungan,
seperti Styrene Tremer, Bisphenol A serta masih banyak lagi peroduk sampingan dari
polystyrene yang biasanya terkandung dalam Plastik Konvensional.

3. Mengurangi permintan bahan bakar fosil.


Seperti yang kita ketahui Plastik yang pada umumnya kita gunakan sehari – hari terbuat
dari pengolahan bahan bakar fosil. Dan pastinya dalam prosesnya
pasti juga akan memerlukan bahan bakar fosil, sehingga bisa disimpulkan plastik
konvensional menggunakan bahan bakar fosil dari mulai bahan baku hingga proses
pembuatannya. Bisa dibayangkan seberapa banyak bahan bakar fosil yang digunakan
di sini. Berbeda dengan plastik biodegredable yang terbuat dari bahan – bahan organik
yang bisa kita dapat dari hewan maupun tumbuhan yang tentunya bisa diperbaharui
dan tentunya lebih ramah lingkungan serta alam pun dapat menguraikannya.

4. Mengurangi volume sampah kota.


Penggunaan plastik yang seperti kebutahan pokok di masa dewasa ini serta masalah
sulit dan butuh waktu lama untuk terurainya sampah Plastik membuat sampah plastik
menggunung serta semakin memperparah masalah yang ditimbulkannya. Dan plastik
biodegredable yang mampu terurai dalam waktu yang lebih singkat dari pada plastik
konvensional mampu mengurangi problem sampah plastik yang ada. Karena bahan
terbuat dari bahan yang dapat diperbaharui, besar harapan saya dan kita semua untuk
mempopulerkan kemasan biodegradable agar menjadi kemasan konvensional dan
dapat mengurangi kerusakan lingkungan seperti yang ditimbulkan kemasan plastik
meskipun kemasan biodegradable masih memiliki kekurangan yaitu:
1. Tidak tahan suhu di atas 85.

2. Tidak membusuk kecuali dibuang


Dengan kata lain proses penguraian masih membutuhkan perlakuan khusus. Bila
mengingat kebiasaan buruk masyarakat pada umumnya yang sulit sekali menerapkan
membuang sampah pada tempatnya, akan memunculkan masalah baru dengan Plastik
Biodegredable ini. Karena dalam proses degredasinya masih memerlukan perlakuan
khusus dengan menguburnya dalam tanah agar mikroorganisme dalm tanah dapat
menuraikannya. Lain cerita bila dibuang begitu saja hanya akan menambah sampah
plastik yang berserakan.
3. Hanya terurai pada suhu 122 derajat fahrenheit atau sekitar 35.

Semoga dengan berkembangnya teknologi dapat memperkecil kekurangan yang


dimiliki plastik biodegredable sehingga kemasan biodegredable dapat memecahkan
permasalahan pencemaran lingkungan. Karena dengan adanya plastik biodegradable,
maka mikroorganisme akan menguraikannya di dalam tanah yang akan meningkatkan
unsur hara di dalamnya sehingga membuat tanah menjadi subur. Oleh karena itu, dalam
upaya untuk mengurangi pencemaran lingkungan yang sebagian besar disebabkan oleh
sampah plastik dan sekaligus mengurangi efek pemanasan global, proses pembuatan
plastik biodegridable dengan teknologi proses sedemikian rupa diharapkan akan
mampu untuk menyelematkan bumi kita dari global warming. Hal ini tentu saja tidak
terlepas dari peran serta pemerintah dan masyarakat secara menyeluruh untuk
mengaplikasikan plastik biodegradable itu sendiri.

Gambar plastik biodegredable

Sumber:

Akbar F, Anita Z, Harahap H. 2013. Pengaruh waktu simpan film plastik biodegradasi dari

pati kulit singkong terhadap sifat mekanikalnya. Jurnal Teknik USU. 2(2).

Rosandrani KN. 2016. Plastik 'biodegradable' adalah suatu kebohongan besar.


http://nationalgeographic.co.id [di unduh 2017 Des 31].

Stevens, E. S. (2002). Green Plastic: Pengantar Ilmu Pengetahuan Baru Plastik


Biodegradable. New Jersey: University Press

Yuanita.2008.Pabrik Sorbitol dari Bonggol Pisang (Musa Paradisiaca)dengan Proses


Hidrogenasi Katalitik . Jurnal Ilmiah Teknik Kimia. ITS. Surabaya(ID).

Anda mungkin juga menyukai