PNEUMONIA
PNEUMONIA
a. Definisi
Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan
dengan pengisian cairan di dalam alveoli. Hal ini terjadi ini terjadi akibat
adanya infeksi agen atau infeksius adalah adanya kondisi yang mengganggu
tahanan saluran, iritan kimia, dan terapi radiasi. Rencana keperawatan ini
sesuai dengan pneumonia bacterial dan virus, misalnya: pneumococcal
pneumonia, pneumocystis carinni, haemovilus, influenza mioplasma, gram
negative.
b. Epidemiologi
Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun 2006 dalam “Pneumonia: The
Forgotten Killer of Children”, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia
untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta
jiwa. Diperkirakan sekitar separuh dari total kasus kematian pada anak yang
menderita pneumonia di dunia disebabkan oleh bakteri pneumokokus.
Pneumonia (radang paru), salah satu penyakit akibat bakteri
pneumokokus yang menyebabkan lebih dari 2 juta anak balita meninggal.
Pneumonia menjadi penyebab 1 dari 5 kematian pada anak balita.
Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri yang sering menyerang bayi
dan anak-anak di bawah usia 2 tahun. Sejauh ini, pneumonia merupakan
penyebab utama kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita).
c. Etiologi
Bakteri : streptococus pneumoniae, staphylococus aureus
Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus
Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido
mycosis, cryptococosis, pneumocytis carin
Aspirasi : Makanan, cairan, lambung
Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.
Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah: - virus
sinsisial pernafasan - adenovirus - virus parainfluenza dan - virus influenza.
Faktor-faktor risiko terkena pneumonia, antara lain, Infeksi Saluran Nafas
Atas (ISPA), usia lanjut, alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, Umur
dibawah 2 bulan, Jenis kelamin laki-laki , Gizi kurang, Berat badan lahir
rendah, Tidak mendapat ASI memadai, Polusi udara, Kepadatan tempat
tinggal, Imunisasi yang tidak memadai, Membedong bayi, efisiensi vitamin A
dan penyakit kronik menahun.
d. Patofisiologi
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau
kuman di tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui
darah dari luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen
(bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh
manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan
lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan
mukus (lendir) tersebut keluar
e. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas
atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu
tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada,
dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga
hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut,
kurang nafsu makan, dan sakit kepala.
g. Komplikasi
Efusi pleura
Hipoksemia
Pneumonia kronik
Bronkaltasis
Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-
paru yang diserang tidak mengandung udara dan kolaps).
Komplikasi sistemik (meningitis)
h. Penatalaksanaan
Kemoterapi
Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan kuman
penyebab infeksi (hasil kultur sputum dan tes sensitivitas kuman terhadap
antibodi). Bila penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara oral,
sedangkan bila berat diberikan secara parenteral. Apabila terdapat penurunan
fungsi ginjal akibat proses penuaan, maka harus diingat kemungkinan
penggunaan antibiotik tertentu perlu penyesuaian dosis (Harasawa, 1989).
Pengobatan Umum
Terapi Oksigen
Hidrasi Bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat hidrasi dilakukan secara
parenteral
Fisioterapi
Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah untuk
menghindari pneumonia hipografik, kelemahan dan dekubitus.
http://www.e-jurnal.com/2013/09/epidemiologi-penumonia.html