Anda di halaman 1dari 16

PENDAPAT /OPINI TERHADAP HAK ASASI

MANUSIA (HAM)
June 11th, 2012 | Author: ratni_itp

HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal
dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai
warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa
membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya. Penegakan hak
asasi manusia (HAM) di Indonesia dinilai masih lemak.

Bahkan dinilai belum sepenuhnya menegakkan hak asasi manusia (HAM) Commition of
Human Right dan UNDP misalnya, menilai Indonesia masuk dalam nengara yang ke-106
dalam menegakkan HAM. Indonesia baru pada peringkat 106 dari negara yang peduli pada
HAM. Bahkan masih lebih baik Vietnam yang berada pada peringkat 104.

Hasil amandemen UUD 1945 memberikan suatu titik terang bahwa Indonesia semakin
memperhatikan dan menjunjung nilai-nilai Hak Asasi Manusia (HAM) yang selama ini
kurang memperoleh perhatian dari Pemerintah. Amandemen kedua bahkan telah menelurkan
satu Bab khusus mengenai Hak Asasi Manusia yaitu pada Bab XA. Apabila kita telaah
menggunakan perbandingan konstitusi dengan negara-negara lain, hal ini merupakan prestasi
tersendiri bagi perjuangan HAM di Indonesia, sebab tidak banyak negara di dunia yang
memasukan bagian khusus dan tersendiri mengenai HAM dalam konstitusinya.

Pemasukan pasal-pasal mengenai HAM sebagai suatu jaminan konstitusi (constitutional


guarantee) ternyata masih menyimpan banyak perdebatan di kalangan akademisi maupun
praktisi HAM. Fokus permasalahan terjadi pada dua pasal yang apabila dibaca secara
sederhana mempunyai pengertian yang saling bertolak belakang, yaitu mengenai ketentuan
terhadap non-derogable rights (Pasal 28I) dan ketentuan mengenai human rights limitation
(Pasal 28J). Benarkah dalam UUD 1945 itu tersendiri terdapat pembatasan atas ketentuan
HAM, termasuk di dalamnya terhadap Pasal 28I yang di akhir kalimatnya berbunyi
”…adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun”?

Hukum Tata Negara haruslah kita artikan sebagai apa pun yang telah disahkan sebagai
konstitusi atau hukum oleh lembaga yang berwenang, terlepas dari soal sesuai dengan teori
tertentu atau tidak, terlepas dari sama atau tidak sama dengan yang berlaku di negara lain,
dan terlepas dari soal sesuai dengan keinginan ideal atau tidak. Inilah yang disebut oleh Prof.
Mahfud M.D sebagai “Politik Hukum” dalam buku terbarunya berjudul “Perdebatan Hukum
Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi”. Hukum Tata Negara Indonesia tidak harus sama
dan tidak pula harus berbeda dengan teori atau dengan yang berlaku di negara lain. Apa yang
ditetapkan secara resmi sebagai hukum tata negara itulah yang berlaku, apa pun penilaian
yang diberikan terhadapnya.

Terlepas dari semua hal tersebut di atas, satu hal yang perlu kita kita garis bawahi di sini
bahwa Konstitusi haruslah dapat mengikuti perkembangan jaman sehingga acapkali ia
dikatakan sebagai a living constitution. Oleh karena itu, konsepsi pembatasan terhadap HAM
pada saat ini dapat saja berubah di masa yang akan datang. Sekarang tinggal bagaimana
mereka yang menginginkan adanya perubahan konstruksi pemikiran ke arah tertentu, dapat
memanfaatkan jalur-jalur konstitusional yang telah tersedia, misalnya dengan menempuh
constitutional amandmend, legislative review, judicial review, constitutional conventions,
judicial jurisprudence, atau pengembangan ilmu hukum sebagai ius comminis opinio
doctorum sekalipun.

Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Hak
asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi
manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran ham di Indonesia memang masih banyak
yang belum terselesaikan / tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia ham di Indonesia
dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh ham di Indonesia adalah Munir yang
tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia.

Belakangan ini muncul pendapat bahwa kekerasan yang terjadi di tanah air perlu diungkap
dengan dua tujuan : (1). agar kejadian itu tidak terulang, (2). terciptanya rekonsiliasi antara
kelompok masyarakat yang menjadi korban dan pelaku kekerasan.

Pengungkapan kebenaran adalah prasyarat rekonsiliasi. Rekonsiliasi berarti mengungkap


kebenaran, mengakui kesalahan dan memaafkan semua itu. Dengan begitu, omong kosong
terjadi rekonsiliasi tanpa mengungkap kebenaran.

Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) bisa saja mengusut pelanggaran HAM sampai ke
zaman penjajahan Belanda. Begitupun kekerasan yang terjadi di zaman pendudukan Jepang,
kekejaman terhadap Romusha, maupun terhadap jugun ianfu, perempuan pribumi yang
menjadi penghibur tentara Jepang. Kasus yang ini merupakan kasus terakhir yang sampai
sekarang belum selesai. Meski begitu, semua itu tidak ada kaitannya dengan rekonsiliasi
nasional yang kita inginkan. ”karena itu saya berpendapat pengususutan itu hendaknya
dilakukan setelah Indonesia merdeka.”

Kini muncul pandangan bahwa periodisasi peristiwa yang harus diselidiki KKR adalah (1). 1
Oktober 1965 sampai Oktober 1999. ”Peristiwa 1 Oktober 1965 itu merupakan simpul
pertama yang menjadi awal segala kekacauan selama ini,”. (2) Ketidakadilan terhadap
kelompok Islam, termasuk Tragedi Tanjung Priok dan Lampung. (3) Kasus HAM
belakangan, mulai dari peristiwa penghilangan mahasiswa. ”Juga termasuk kejahatan HAM
di Aceh, Timtim, dan Papua.”

Seperti diketahui, dalam periodisasi itu (1959-1998) terjadi beberapa peristiwa pelanggaran
berat HAM dalam sejarah Indonesia. Kejadian-kejadian itu antara lain;
a. Ekses demokrasi terpimpin berupa aksi sepihak kelompok kiri dan penangkapan tokoh-
tokoh Masyumi/PSI dengan korban terutama dari pihak Islam.
b. Pembantaian 1965/1966 dengan korban kelompok Komunis.
c. Penahanan politik di kamp pulau Buru (1969-1979) dengan korban kelompok Komunis.
d. Kasus Komando Jihad era 1980-an dengan korban kelompok Islam.
e. Kasus Timor Timur dengan korban warga sipil.
f. Kasus Aceh dengan korban sipil.
g. Kasus Papua dengan korban sipil. h. Penembakan misterius dengan korban preman jalanan.
i. Kasus Tanjung Priok, korban kelompok Islam.
j. Kasus Lampung, korban kelompok Islam.
k. Peristiwa 27 Juli 1996, korban simpatisan/warga PDI Perjuangan
l. Kerusuhan Mei 1998, korban masyarakat luas terutama kaum Tionghoa.
m. Terbunuhnya Ketua Komnas Ham, Munir
Melihat berbagai kerumitan ini, untuk menegakkan keadilan bagi masyarakat, kita memang
kelihatannya harus bersabar untuk menunggu hasil akhir pembahasan RUU KKR oleh para
wakil rakyat di Senayan itu. Apapun sudah selayaknya, semua pihak mendorong agar RUU
itu segera bisa selesai. Dengan begitu harapan akan keadilan, kepuasan, dan mungkin
rekonsiliasi bisa terwujud segera.

Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia :


1. Hak asasi pribadi / personal Right
– Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat
– Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
– Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
– Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan yang
diyakini masing-masing
2. Hak asasi politik / Political Right
– Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
– hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
– Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya
– Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi
3. Hak azasi hukum / Legal Equality Right
– Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
– Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
– Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum
4. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths
– Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
– Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
– Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll
– Hak kebebasan untuk memiliki susuatu
– Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak
5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights
– Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
– Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan penyelidikan
di mata hukum.
6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right
– Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
– Hak mendapatkan pengajaran
– Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat

Posted in Uncategorized
life is choice

 Beranda

Minggu, 30 Juni 2013


PERKEMBANGAN HAM di INDONESIA
Diposting oleh imanuel sebrian dwi saputra di 19.45

PERKEMBANGAN HAM di INDONESIA


1. Perkembangan HAM di indonesia
Menurut teaching human right yang diterbitkan oleh perserikatan bangsa-bangsa (PBB),hak
asasi manusia (HAM) adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia,yang tanpanya manusia
mustahil dapat hidup sebagai manusia.hak hidup misalnya,adalah klaim untuk memperoleh dan
melakukan segala sesuatu yang dapat membuat seseorang tetap hidup.Tanpa hak tersebut
eksistensinya sebagai manusia akan hilang.[1]

Wacana HAM di indonesia telah berlangsung seiring dengan berdirinya Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).Secara garis besar perkembangan pemikiran HAM di indonesia dapat
dibagi ke dalam dua periode,yaitu : sebelum kemerdekaan (1908-1945) dan sesudah
kemerdekaan.[2]

a. Periode sebelum kemerdekaan (1908-1945)

Pemikiran HAM dalam periode sebelum kemerdekaan dapat dijumpai dalam sejarah
kemunculan organisasi pergerakan nasional seperti Boedi Oetomo (1908),Sarekat Islam
(1911),Indische Partij (1912),Partai Komunis Indonesia (1920)Perhimpunan Indonesia (1925),dan
Partai Nasional Indonesia (1927).Lahirnya organisasi pergerakan nasional itu tidak bisa dilepaskan
dari sejarah pelanggaran HAM yang dilakukan oleh penguasa kolonial ,penjajahan,dan pemerasan
hak-hak masyarakat terjajah .puncak perdebatan HAM yang dilonyarkan oleh para tokoh pergerakan
nasional,seperti Soekarno, Agus salim, Mohammad Natsir, Mohammad Yamin, K.H.Mas Mansur, K.H.
Wachid Hasyim, Mr.Maramis, terjadi dalam sidang-sidang BPUPKI.
Dalam sejarah pemikiran HAM di indonesia, Boedi Oetomo mewakali organisasi pergerakan
nasional mula-mula yang menyuarakan kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui
petis-petisi yang ditujukan kepada pemerintah kolonial maupun lewat tulisan di surat kabar.Inti dari
perrjuangan Boedi Oetomo adalah perjuangan akan kebebasan berserikat dan mengeluarkan
pendapat melalui organisasi massa dan konsep perwakilan rakyat.

b. Periode setelah kemerdekaan

Perdebatan tentang HAM terus berlanjut sampai periode pasca kemerdekaan Indonesia: 1945-1950,
1950-1959, 1959-1966, 1966-1998, dan periode HAM Indonesia kontemporer (pasca orde baru).

1. Periode 1945-1950
Pemikiran HAM pada periode awal pasca kemerdekaan masih menekankan pada wacana hak
untuk merdeka, hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan,serta hak
kebebasan untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen.sepanjang periode ini,wacana
HAM bisa dicirikan pada:

a. Bidang sipil politik, melalui:

· UUD 1945 (Pembukaan, pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30, Penjelasan pasal 24 dan 25 )

· Maklumat Pemerintah 01 November 1945

· Maklumat Pemerintah 03 November 1945

· Maklumat Pemerintah 14 November 1945

· KRIS, khususnya Bab V,Pasal 7-33

· KUHP Pasal 99

b.Bidang ekonomi, sosial, dan budaya, melalui:

· UUD 1945 (Pasal 27, Pasal 31, Pasal 33, Pasal 34, Penjelasan Pasal 31-32)

· KRIS Pasal 36-40

2. Periode 1950-1959
Periode 1950-1959 dikenal dengan masa perlementer . Sejarah pemikiran HAM pada masa ini
dicatat sebagai masa yang sangat kondusif bagi sejarah perjalanan HAM di Indonesia.Sejalan dengan
prinsip demokrasi liberal di masa itu, suasana kebebasan mendapat tempat dalam kehidupan politik
nasional.Menurut catatan Bagir Manan, masa gemilang sejarah HAM Indonesia pada masa ini
tercermin pada lima indikator HAM:

1. Munculnya partai-partai politik dengan beragam ideologi.

2. Adanya kebebasan pers.

3. Pelaksanaan pemilihan umum secara aman, bebas, dan demokratis


4. Kontrol parlemen atas eksekutif.

5. perdebatan HAM secara bebas dan demokratis.

Tercatat pada periode ini Indonesia meratifikasi dua konvensi internasional HAM, yaitu :

1. Konvensi Genewa tahun 1949 yang mencakup perlindungan hak bagi korban perang, tawanan
perang, dan perlindungan sipil di waktu perang.

2. Konvensi tentang Hak Politik Perempuan yang mencakup hak perempuan untuk memilih dan dipilih
tanpa perlakuan diskriminasi,serta hak perempuan untuk menempati jabatan publik.

3. Periode 1959-1966

Periode ini merupakan masa berakhirnya Demokrasi Liberar, digantikan oleh sistem Demokrasi
Terpimpin yang terpusat pada kekuasaan Presiden Soekarno.Demokrasi Terpimpin (Guided
Democrary) tidak lain sebagai bentuk penolakan presiden Soekarno terhaddap sistem Demokrasi
Parlementer yang di nilainya sebagai produk barat.Menurut Soekarno Demokrasi Parementer tidak
sesuai dengan karakter bangsa Indonesia yang elah memiliki tradisinya sendiri dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.

Melalui sistem Demokrasi terpimpin kekuasaan terpusat di tangan Presiden. Presiden tidak
dapat di kontrol oleh parlemen, sebaliknya parlemen di kendalikan oleh Presiden. Kekuasaan
Presiden Soekarno bersifat absolut, bahkan di nobatkan sebagai Presiden RI seumur hidup. Akibat
langsung dari model pemerintahan yang sangat individual ini adalah pemasungan hak-hak asasi
warga negara. Semua pandangan politik masyarakat diarahkan harus sejalan dengan kebijakan
pemerintah yang otoriter. Dalam dunia seni, misalnya atas nama pemerintahan Presiden Soekarno
menjadikan Lembaga Kebudayaan Rakyat (lekra) yang berafeliasi kepada PKI sebagai satu-satunya
lembaga seni yang diakui.Sebaliknya, lembaga selain lekra dianggap anti pemerintah atau kontra
revolusi.

4. Periode 1966-1998

Pada mulanya, lahirnya orde baru menjanjikan harapan baru bagi Penegak HAM di Indonesia.
Berbagai seminar tentang HAM dilakukan orde baru.Namun pada kenyataanya, Orde baru telah
menorehkan sejarah hitam pelanggaran HAM di Indonesia.Janji-janji Orde Baru tentang pelaksanaan
HAM di Indonesia mengalami kemunduran amat pesat sejak awal 1970-an hingga 1980-an.

Setelah mendapatkan mandat konstitusional dari sidang MPRS, pemerintah Orde Baru mulai
menunjukkan watak aslinya sebagai kekuasaan yang anti HAM yang di anggapnya sebagai produk
barat.Sikap anti HAM Orde Baru sesungguhnya tidak berbeda dengan argumen yang pernah di
kemukakan Presiden Soekarno ketika menolak prinsip dan praktik Demokrasi Parlementer, yakni
sikap apologis dengan cara mempertentangkan demokrasi dan Prinsip HAM yang lahir di barat
dengan budaya lokal Indonesia. Sama halnya dengan Orde Lama,Orde Baru memandang HAM dan
demokrasi bsebagai produk Barat yang individualistik dan bertentangan dengan prinsip gotong
royong dan kekeluargaan yang dianut oleh bangsa Indonesia.

Di antara butir penolakan pemerintah Orde baru terhadap konsep universal HAM adalah:

a. HAM adalah produk pemikiran Barat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang
tercermin dalam pancasila.

b. Bangsa Indonesia sudah terlebih dahulu mengenal HAM sebagaimana tertuang dalam rumusn UUD
1945 yang lahir lebih lebih dahulu dibandingkan dengan Deklarasi Universal HAM.

c. Isu HAM sering kali digunakan olah negara-negara barat untuk memjokkaan negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia.

Apa yang dikemukakan oleh pemerintah Orde Baru tidak seluruhnya keliru,tetapi juga tidak
semuanya benar.Sikap apriori Orde Baru terhadap HAM Barat ternyatas arat dengan pelanggaran
HAM yang dilakukanya.Pelanggaran HAM Orde Baru dapat dilihat dari kebijakan politik Orde Baru
yang bersifat Sentralistik dan anti segala gerakan politik yang berbeda dengan pemerintah .

5. Periode pasca Orde Baru

Tahun 1998 adalah era paling penting dalam sejarah HAM di indonesia.Lengsernya tampuk
kekuasaan Orde Baru sekaligus menandai berakhirnya rezim militer di Indonesia dan datangnya era
baru demokrasi dan HAM,setelah tiga puluh tahun lebih terpasung di bawah rezim otoriter.Pada
tahun ini Presiden Soeharto digantikan oleh B.J. Habibie yang kala itu menjabat sebagai Wakil
presiden RI.

Pada masa Habibie misalnya, perhatian pemerintah terhadap pelaksanaan HAM mengalami
perkembangan yang sangat signifikan.Lahirnya Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM
merupakan salah satu indikatorkeseriusan pemerintahan era reformasi akan penegakan
HAM.Sejumlah konvensi HAM juga diratifikasi di antaranya:konvensi HAM tentang kebebasan
berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi;konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan
kejam;konvensi penghapusan segala bentuk [3]diskriminasi rasial;konvensi tentang penghapusan
kkerja paksa;konvensi tentang diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan;serta konvensi tentang usia
minimum untuk di perbolehkan bakarja.

Komitmen pemerintah terhadap penegakan HAM juga di tunjukkan dengan pengesahan UU


tentang HAM,pembentukan Kantor Menteri Negara Urusan HAM yang kemudian di gabung dengan
Departeman Hukum dan Perundang-undangan menjadi Departeman Kehakiman dan
HAM,penambahan pasal-pasal khusus tentang HAM dalam amandemen UUD 1945,pengesahan UU
tentang pengadilan HAM.

http://chieva-chiezchua.blogspot.com/2012/06/perkembangan-pemikiran-dan-pelaksanaan.html
FAKTOR PENGHAMBAT PENYELESAIAN KASUS HAM di INDONESIA
1. Ketidaksanggupan pemerintah dalam menyelesaikan kasus HAM di Indonesia.
2. Ketidakinginan pemerintah dalam menyelesaikan kasus HAM di Indonesia.
3. Ketidakberanian pemerintah membuka kasus HAM di Indonesia.
4. Banyaknya pejabat pemerintah yang suka korupsi menjadi salah satu penyebab
Kasus HAM di Indonesia.
5. Banyaknya orang-orang di zaman orde baru yang masih menjabat di pemerintahan sekarang.
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Share this article:

6 komentar:
Endah Kurniawati mengatakan...

terima kasih, sangat bermanfaat ^_^

7 Agustus 2014 05.12

Muhammad Fathurrahman Bangun mengatakan...

ini sangat lah bermanfaat


terimakasih

15 Januari 2016 02.56

Muhammad Fathurrahman Bangun mengatakan...

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

15 Januari 2016 02.56

Della Arsavanhar mengatakan...

MAKASIH EA

10 Februari 2016 23.44

Dasum Hidayat mengatakan...

Terima kasih, bermanfaat

3 Februari 2017 07.36


Fina Rudati mengatakan...

Makasih banyak kak. Bermanfaat sekali 🙂🙂🙂

23 Maret 2017 06.32

Posting Komentar

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Blog Archive
 ► 2015 (2)

 ► 2014 (15)

 ▼ 2013 (8)
o ► November (3)
o ► Oktober (2)
o ▼ Juni (1)
 PERKEMBANGAN HAM di INDONESIA
o ► April (2)

 ► 2012 (15)

About
https://twitter.com/ImanuelCasillas

Blogger news
About
Diberdayakan oleh Blogger.

© 2017 | life is choice | Design by OPINTEMPLATES | Blogger Template by OPin


Alodokter | Informasi Kesehatan Terlengkap dan
Terpercaya
Login | Daftar

 Penyakit A-Z
o Diabetes
o Kolesterol Tinggi
o Kesehatan Mulut
o Herbal
o Diet
o Kecantikan
o Kulit
o Kehamilan
o Bayi
o Mata
 Obat A-Z
 Hidup Sehat
 Keluarga
 Cari Rumah Sakit
 Tanya Dokter

Kesehatan

Memahami Karakteristik Golongan Darah A, B, AB, dan O

Golongan darah tiap individu tidak sama. Perbedaan golongan darah dikelompokkan
kepada tipe A, B, AB, atau O. Status rhesus (Rh) darah pun bisa tergolong negatif atau
positif. Perbedaan-perbedaan tersebut perlu diperhatikan dalam penggunaan darah di
dunia medis.

Baik bagi Anda untuk mengetahui karakteristik tersebut, mengingat darah memiliki peranan
penting pada tubuh.
Golongan darah seseorang ditentukan berdasarkan ada atau tidaknya zat antigen pada sel
darah merah dan plasma darah . Antigen berfungsi seperti tanda pengenalan sel tubuh Anda.
Ini supaya tubuh bisa membedakan sel tubuh sendiri dari sel yang berasal dari luar tubuh.
Jika sel dengan antigen berlawanan masuk ke dalam tubuh, maka sistem kekebalan tubuh
akan mulai perlawanan terhadap sel yang dianggap asing tersebut dan memproduksi antibodi.

Ada dua teknik yang kerap dipakai untuk mengelompokkan darah, yaitu menggunakan sistem
ABO dan rhesus (Rh). Kedua sistem ini bisa sangat membantu jika Anda ingin melakukan
transfusi darah.

Melalui sistem ABO, Anda bisa mengetahui golongan darah Anda, apakah A, B, AB atau O.

 Jika Anda memiliki golongan darah A, maka Anda memiliki antigen A pada sel darah merah
dan memproduksi antibodi untuk melawan sel darah merah dengan antigen B.
 Jika Anda memiliki golongan darah B, maka Anda memiliki antigen B pada sel darah merah
dan memproduksi antibodi A untuk melawan sel darah merah dengan antigen A.
 Jika Anda memiliki golongan darah AB, maka Anda memiliki antigen A dan B pada sel darah
merah. Ini juga berarti Anda tidak memiliki antibodi A dan B pada plasma darah.
 Jika Anda memiliki golongan darah O, maka Anda tidak memiliki antigen A atau B pada sel
darah merah. Ini berarti darah bergolongan O bisa diberikan pada orang dengan golongan
darah apa pun (donor universal). Orang bergolongan darah O memproduksi antibodi A dan B
di plasma darah.

Pemilik golongan darah O bisa mendonorkan darahnya kepada siapa pun, tapi mereka tidak
bisa asal menerima darah. Mereka hanya bisa mendapatkan transfusi darah dari tipe O saja.
Sebaliknya, golongan darah AB tergolong penerima universal. Kalangan ini bisa mendapat
transfusi darah dari jenis A, B, AB, atau O. Namun kalangan ini hanya bisa mendonorkan
darahnya kepada mereka dengan darah jenis AB saja.

Faktor rhesus (Rh) adalah jenis antigen yang ada pada sel darah merah. Jika seseorang
memiliki faktor Rh, maka dia tergolong positif dan jika tidak, negatif.

Kalangan yang memiliki Rh negatif bisa mendonorkan darahnya kepada orang yang memiliki
status Rh negatif dan Rh positif. Pendonor dengan Rh positif hanya bisa memberikan
darahnya kepada orang dengan status Rh positif.

Untuk lebih jelasnya, Anda bisa melihat tabel di bawah ini.

Tabel Kecocokan Sel Darah Merah Pendonor dan Penerima


Penerima Pendonor
O− O+ A− A+ B− B+ AB− AB+
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
O− Cocok
cocok cocok cocok cocok cocok cocok cocok
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
O+ Cocok Cocok
cocok cocok cocok cocok cocok cocok
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
A− Cocok Cocok
cocok cocok cocok cocok cocok cocok
Tidak Tidak Tidak Tidak
A+ Cocok Cocok Cocok Cocok
cocok cocok cocok cocok
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
B− Cocok Cocok
cocok cocok cocok cocok cocok cocok
Tidak Tidak Tidak Tidak
B+ Cocok Cocok Cocok Cocok
cocok cocok cocok cocok
Tidak Tidak Tidak Tidak
AB− Cocok Cocok Cocok Cocok
cocok cocok cocok cocok
AB+ Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok

Selain mendonorkan sel darah merah, transfusi plasma darah juga kerap dilakukan.

Tabel Kecocokan Plasma Darah Pendonor


dan Penerima
Pendonor
Penerima
O A B AB
O Cocok Cocok Cocok Cocok
Tidak Tidak
A Cocok Cocok
cocok cocok
Tidak Tidak
B Cocok Cocok
cocok cocok
Tidak Tidak Tidak
AB Cocok
cocok cocok cocok
Dengan mengetahui karakteristik golongan darah, risiko Anda terkena komplikasi akan
berkurang. Meski jarang terjadi, ketidakcocokan ABO dan Rh pada saat transfusi darah bisa
menyebabkan reaksi serius yang bisa membahayakan nyawa. Mengetahui status Rh darah
juga penting bagi ibu hamil .

Pengaruh Golongan Darah Orang Tua kepada Anak

Golongan darah Anda dan pasangan akan menentukan golongan darah anak. Namun perlu
diingat bahwa golongan darah anak tidak selalu sama persis dengan ayah atau ibu. Ada
beberapa perpaduan golongan darah yang menghasilkan jenis berbeda.

Berikut ini golongan darah yang kemungkinan dimiliki oleh anak Anda.

 Golongan darah O dan O. Jika Anda dan pasangan memiliki golongan darah tersebut, maka
anak Anda akan memiliki golongan darah O.
 Golongan darah O dan A. Jika Anda dan pasangan memiliki golongan darah tersebut, maka
anak Anda akan memiliki golongan darah O atau A.
 Golongan darah O dan B. Jika Anda dan pasangan memiliki golongan darah tersebut, maka
anak Anda akan memiliki golongan darah O atau B.
 Golongan darah A dan A. Jika Anda dan pasangan memiliki golongan darah tersebut, maka
anak Anda akan memiliki golongan darah O atau A.
 Golongan darah A dan B. Jika Anda dan pasangan memiliki golongan darah tersebut, maka
anak Anda akan memiliki golongan darah O, A, B, atau AB.
 Golongan darah B dan B. Jika Anda dan pasangan memiliki golongan darah tersebut, maka
anak Anda akan memiliki golongan darah O atau B.
 Golongan darah AB dan O. Jika Anda dan pasangan memiliki golongan darah tersebut, maka
anak Anda akan memiliki golongan darah A atau B.
 Golongan darah AB dan A. Jika Anda dan pasangan memiliki golongan darah tersebut, maka
anak Anda akan memiliki golongan darah A, B, atau AB.
 Golongan darah AB dan B. Jika Anda dan pasangan memiliki golongan darah tersebut, maka
anak Anda akan memiliki golongan darah A, B, atau AB.
 Golongan darah AB dan AB. Jika Anda dan pasangan memiliki golongan darah tersebut,
maka anak Anda akan memiliki golongan darah A, B, atau AB.

Mengetahui golongan darah juga dapat bermanfaat bagi orang lain, misalnya jika Anda
berniat melakukan donor darah untuk keperluan darurat anggota keluarga atau pasien di
rumah sakit.

Artikel Terkait

Hidup Sehat Hati-Hati Menerapkan Diet Golongan Darah O, A, B, AB


Kesehatan 5 Manfaat Donor Darah yang Bisa Kamu Dapatkan

Kesehatan Tes Golongan Darah Bisa Menyelamatkan Nyawa Anda

Kesehatan Fakta Golongan Darah O yang Penting untuk Diketahui

Ingin bertanya kepada dokter?

Atau ingin berbagi pengalamanmu?

Tanya

Diskusi Terkait

Ingin bertanya kepada dokter? Atau ingin berbagi pengalamanmu?

Tanya Dokter

Tentang golongan darah dan rhesus

By Gihagi

Malam dok Golongan darah saya b- tapi keluarga saya b+ itu kenapa ya? saya anak kedua
dari tiga bersaudara, apa itu tidak

 1 Balasan

2 hari yang lalu

Dijawab oleh Dokter

penjelasan tentang golongan darah

By kalong22

Hai doc .. saya mau tanya .. golongan darah B dengan golongan darah B positive apa itu
sama ?

 1 Balasan

3 hari yang lalu

Dijawab oleh Dokter

Hubungan golongan darah anak dan orang tua

By Akong
Slmt malam dok, jd gini golongan darah Suami B dan golongan Darah Istri O, yg mw sya
tanyakan adalah apakah anaknya bisa

 1 Balasan

14 hari yang lalu

Dijawab oleh Dokter

Lebih Lanjut

 Kesehatan
 Hidup Sehat
 Keluarga





 Tentang Kami
 Apakah anda seorang dokter?
 Advertise with us
 Syarat dan Ketentuan
 Privasi
 Kontak Kami

© 2016 Alodokter.com All Rights Reserved...

Anda mungkin juga menyukai