Anda di halaman 1dari 6

SOP PERTAHANKAN JALAN NAFAS

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STIKES NANI


HASANUDDIN MAKASSAR T.A 2014/ 2015

SOP MATA KULIAH


SISTEM NEUROBEHAVIOR 1
KOMPETENSI
PERTAHANKAN JALAN NAFAS
PROSEDUR TETAP
Pengertian Tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas
dengan tetap memperhatikan kontrol servikal
Tujuan Membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya
udara ke paru secara normal sehingga menjamin kecukupan
oksigenase tubuh
Indikasi 1. Gangguan ventilasi
 Disfungsi otot-otot pernapasan, kelelahan otot napas
 Kelainan dinding thorax
 Penyakit neuromuskuler yang menyebabkan kelumpuhan
otot napas
 Kekuatan ventilasi yang menurun atau tidal volume rendah
 Peningkatan resistensi atau obstruksi jalan napas
2. Gangguan Oksigenasi
 Hipoksemia yang sukar diatasi, misalnya : edema paru atau
penyakit paru yang lain
 Kerja napas yang berlebihan (frek. Nafas lebih dari 35 x /
menit)
Persiapan Pasien 1. Beritahukan pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Mintakan persetujuan keluarga / informed consent.
3. Berikan support mental.
4. Hisap cairan / sisa makanan dari naso gastric tube.
5. Yakinkan pasien terpasang IV line dan infus menetes dengan
lancar
Persiapan Alat SUCTION / PENGISAPAN :
1. Alat penghisap lendir dengan botol berisi larutan
desinfektan.
2. Kateter penghisap lendir steril.
3. Pinset steril.
4. Sarung tangan steril.
5. Dua kom berisi larutan aquades atau NaCl 0,9 % dan larutan
desinfektan.
6. Kasa steril.
7. Kertas tissue.
8. Stetoskop

PEMASANGAN PIPA OROFARING / NASOFARING :


1. Pipa oro/nasofaring
2. Suction/alat penghisap
3. Kanula dan masker oksigen
4. Ambu bag
5. Pipa endotrakheal dan stylet
6. Pelumas (jelly)
7. Forcep magill
8. Laringoscop (handle dan blade)
9. Obat-obatan sedatif i.v
10. Sarung tangan
11. Plester dan gunting
12. Bantal kecil tebal 10cm (bila tersedia).

INTUBASI TRAKEA :
1. Laryngoscope
2. Endotracheal tube (ETT) sesuai ukuran (Pria : no. 7,7.5, 8 )
(Wanita no. 6.5, 7).
3. Mandrin.
4. Xylocain jelly.
5. Sarung tangan steril.
6. Xylocain spray.
7. Spuit 10 cc.
8. Orofaringeal tube (guedel).
9. Stetoskop
10.Bag Valve Mask (ambubag).
10. Suction kateter.
11. Plester.
12. Gunting.
13. Masker
Prosedur Kerja 1. Lihat, Dengar, Raba ( Look, Listen, Feel )
a.Mengambil posisi di sebelah kanan brancart pasien.
b.Membungkukkan badan dengan wajah kita menghadap ke
arah dada pasien sambil melihat ( Look ) :
 pergerakan dinding dada.
 kesimetrisan naik turunnya dinding dada, dengan
membandingkan pergerakan dinding dada kanan dan kiri
pada saat inspirasi.
 frekwensi cepat / pelan
 nafas dalam / dangkal
 nafas sesak / longgar
 nafas pendek / panjang
 pernafasan cuping hidung ada / tidak
 nafas dengan otot-otot bantu nafas ditandai dengan adanya
retraksi dinding dada
c. Telinga kita dekatkan dengan hidung dan mulut pasien untuk
mendengarkan suara nafas pasien :
 suara tambahan, wheezing, rhonki
 batuk-batuk
 Rasakan hembusan udara di pipi pada saat pasien
mengeluarkan nafas, baik dari hidung ataupun mulut, bila
perlu dekatkan jari kita didepan hidung pasien dan rasakan
adanya hembusan nafas.
 Apabila tidak terdengar suara nafas ataupun hembusan
nafas, maka kemungkinan pasien mengalami sumbatan pada
jalan nafasnya dan harus segera bebaskan jalan nafas pasien.
 Bebaskan jalan nafas dengan :

CHIN LIFT-HEAD TILT adalah sebagai berikut :


1) Posisikan pasien dalam keadaan terletang, letakkan satu
tangan di dahi dan letakkan ujung jari yang lain di bawah
daerah tulang pada bagian tengah rahang bawah pasien.
2) Tengadahkan kepala dengan menekan perlahan dahi pasien.
3) Gunakan ujung jari untuk mengangkat dagu dan menyokong
rahang bagian bawah. Jangan menekan jaringan lunak di
bawah rahang karena dapat menimbulkan obstruksi jalan
nafas.
4) Usahakan mulut untuk tidak menutup. Untuk mendapatkan
pembukaan mulut yang adekuat, gunakan ibu jari untuk
menahan dagu supaya bibir bawah pasien tertarik ke
belakang.
5) Tidak disarankan bila curiga ada patah tulang leher

JAW THRUST pada pasien dengan curiga cedera leher :


1) Ambil posisi di atas kepala pasien, letakkan lengan sejajar
dengan permukaan pasien berbaring
2) Pertahankan dengan hati-hati agar posisi kepala, leher dan
tulang belakang tetap satu garis.
3) Perlahan letakkan tangan pada masing-masing sisi rahang
bawah pasien, pada sudut rahang di bawah telinga.
4) Stabilkan kepala pasien dengan lengan bawah anda
5) Dengan menggunakan jari telunjuk, dorong sudut rahang
bawah pasien ke arah atas dan depan
6) Bila perlu dengan menggunakan ibu jari kita dorong bibir
bawah sedikit ke depan untuk mempertahankan mulut tetap
terbuka
7) Jangan mendongakkan atau memutar kepala pasien

2. Bersihkan jalan nafas dengan cara cross finger atau bila


perlu lakukan penghisapan (suction).
CROSS FINGER :
1) Posisikan kepala pasien miring kurang lebih 45 derajat ke
arah kita
2) Silangkan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang sama
dengan arah berlawanan letakkan pada gigi bagian atas dan
bawah di sudut mulut pasien.
3) Lebarkan/jauhkan jari untuk membuka rahang pasien
4) Usap keluar bila terdapat sisa muntah, darah, gigi, atau
benda asing lainnya yang menyumbat jalan nafas dengan
cara melakukan usapan memutar searah jarum jam kearah
luar
5) Hati-hati jangan sampai mendorong benda asing (sisa
makanan, gigi palsu) masuk lebih jauh ke jalan nafas
SUCTION / PENGISAPAN :
1) Petugas memakai alat pelindung (masker dan sarung tangan
sekali pakai) (lihat SOP memakai masker dan sarung tangan)
2) Menyediakan 1 botol cairan pembilas ( Normal Saline)
3) Menyalakan unit penghisap, tempelkan kateter dan cobalah
untuk menghisap pada baju
4) Posisikan pasien miring ke kanan kurang lebih 30 derajat
sehingga akan membuat sekret bebas mengalir ke mulut saat
dilakukan penghisapan
5) Ukur panjang kateter penghisap. Panjang kateter yang harus
dimasukkan ke dalam mulut pasien sebanding dengan jarak
antara sudut mulut dengan lobulus telinga
6) Perlahan dan tanpa tekanan, masukkan ujung kateter ke
daerah yang perlu dihisap. Saat memasukkan lubang kontrol
pada selang penghisap dibiarkan terbuka (Jika tidak hati-hati
ujung penghisap kaku dapat menyebabkan kerusakan
jaringan dan perdarahan)
7) Setelah masuk, mulai penghisapan dengan meletakkan ibu
jari dan telunjuk tangan kiri pada samping mulut, tutup
lubang kontrol dan hisap sambil perlahan menarik ujung
penghisap dari mulut pasien, gerakkan ujung penghisap dari
satu sisi ke sisi yang lain
8) Jangan pernah melakukan penghisapan lebih 10 detik pada
waktu yang sama, karena suplementasi oksigen atau ventilasi
dihentikan selama penghisapan, sehingga harus
dipertimbangkan untuk mempertahankan oksigenasi pasien
9) Bila terdapat sekret yang pekat dan menyumbat, kita bilas
dengan cairan pembilas dengan cara memasukkan ujung pipa
suction kedalam cairan pembilas dan menutup lubang kontrol
10) Jika ujung pipa penghisap menyebabkan reflek muntah,
segera tarik ujung penghisap dan pindah ke posisi yang lain

3. Apabila jalan nafas masih tersumbat, meskipun sudah kita


lakukan manuver tersebut, maka kita pasang alat bantu
jalan nafas, untuk menjaga lidah menutupi jalan nafas.
- Non invasif, dengan pipa orofaring dan pipa nasofaring
PEMASANGAN PIPA OROFARING :
1) Petugas memakai masker dan sarung tangan sekali pakai
(lihat SOP memakai masker dan sarung tangan)
2) Menempatkan pasien pada posisi terlentang dan
menggunakan teknik chin lift-head tilt / jaw thrust untuk
mempertahankan jalan nafas secara manual
3) Menentukan ukuran pipa yang akan dipakai dengan cara
membentangkan pipa dari sudut mulut penderita ke arah
ujung daun telinga sisi wajah yang sama.l
4) Silangkan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang sama dan
letakkan pada gigi bagian atas dan bawah di sudut mulut
pasien. Lebarkan/jauhkan jari untuk membuka rahang pasien
5) Masukkan pipa secara terbalik (ujung pipa ke langit-langit)
dan jalankan sepanjang dasar mulut pasien, melewati
jaringan lunak menggantung dari belakang (uvula) atau
hingga anda menemukan tahanan melewati palatum mole.
6) Putar pipa 180 dengan hati-hati sehingga ujungnya
mengarah ke bawah ke arah faring pasien
7) Menempatkan pasien non trauma dalam posisi head tilt. Jika
ada kemungkinan cedera spinal, dilakukan stabilisasi leher
dengan collar neck
8) Memeriksa respon pasien setelah pipa terpasang (lihat SOP
pemeriksaan airway)

PEMASANGAN PIPA NASOFARING :


1) Petugas memakai masker dan sarung tangan sekali
pakai(lihat SOP memakai masker dan sarung tangan)
2) Posisi pasien terlentang dan kita gunakan teknik chin lift-
head tilt/jaw thrus untuk mengamankan jalan nafas secara
manual
3) Lubrikasi bagian luar pipa dengan lubrikan berbahan dasar
air sebelum dimasukkan dengan mencelupkan dalam aquades
steril. Bahan seperti jelly dan bahan lain dapat merusak
jaringan yang melapisi rongga hidung dan faring sehingga
meningkatkan resiko infeksi.
4) Ujung hidung didorong dengan hati-hati ke arah atas.
Hampir semua pipa nasofaring dirancang untuk digunakan
pada lubang hidung kanan. Bevel (bagian sudut ujung
selang) harus menghadap dasar lubang hidung atau septum
nasi.
5) Memasukkan pipa ke dalam lubang hidung, majukan terus
hingga bagian pinggir pipa berhenti dan tertahan kuat pada
lubang hidung pasien . Jangan pernah mendorong kuat, jika
sulit untuk memajukan pipa tarik keluar dan coba pada
lubang hidung yang lain

Tehnik invasif dengan Endotracheal Tube


INTUBASI TRAKEA :
1) Menempatkan pasien pada posisi sniffing dengan
meletakkan bantal setinggi kurang lebih 10 cm di oksiput dan
pertahankan kepala tetap ekstensi
2) Melakukan preoksigenasi, yaitu memberi oksigen 100 %
selama minimal 5 menit melalui baging. (lihat SOP bagging)
3) Laringoskop dipegang dengan tangan kiri, kemudian bilah
dimasukkan dari sudut mulut pasien sebelah kanan
menyusuri lidah.Setelah mendekati pangkal lidah,
laringoskop digeserkan ke sebelah kiri sampai berada di garis
tengah dengan menyingkirkan lidah ke sebelah kiri. Jika
menggunakan bilah lengkung (macintosh), maka ujung bilah
ditempatkan di dalam valekula pada pangkal epiglotis,
sedangkan bila mengunakan bilah lurus, maka ujung bilah
ditempatkan di bawah epiglotis secara langsung.
4) Mengangkat epiglotis dengan bilah sehingga terlihat pita
suara. Setelah pita suara terlihat maka tangan kanan
memasukkan ETT ke dalam trakea melalui celah diantara
pita suara. Batas garis hitam pada ETT terletak tepat dibawah
pita suara
5) Mengembangkan balon udara dengan menggunakan spuit 20
atau 10 cc dengan volume secukupnya melalui ujung ETT
sampai tidak terdengar kebocoran di rongga mulut pada saat
dilakukan ventilasi.Melakukan fiksasi dengan plester agar
tidak terdorong atau tercabut
6) Melakukan konfirmasi posisi ETT dengan cara melakukan
auskultasi pada dada kiri , kanan serta lambung. Setelah
suara napas di paru kiri dan kanan sama, lalu dilakukan
fiksasi dengan menggunakan plesterdi wajah atau pipi.
7) Menghubungkan ETT dengan manual baging atau ventilator

Anda mungkin juga menyukai