I. Definisi
Anisetas adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat
dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis, sedangakan pada gangguan
ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang
disebabkan oleh kecemasan tersebut. (Tomb, 2003)
Kecemasan adalah emosi yang ditandai oleh keadaan tidak menyenangkan dari
gejolak batin, sering disertai dengan perilaku gugup seperti mondar-mandir, keluhan
somatik, dan perenunganKecemasan tidak sama dengan ketakutan, yang merupakan
respons terhadap ancaman langsung yang nyata atau yang dirasakan, sedangkan
kecemasan melibatkan harapan akan ancaman di masa depan. (American Psychiatric
Association, 2013)
IV. Fase
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan, yang
bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami, dan seberapa baik individu
melakukan koping terhadap ansietas. Menurut Peplau (dalam Videbeck, 2008) ada empat
tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
1. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan
perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan
perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah
sebagai berikut:
a. Respons fisik
Ketegangan otot ringan
Sadar akan lingkungan
Rileks atau sedikit gelisah
Penuh perhatian
Rajin
b. Respon kognitif
Lapang persepsi luas
Terlihat tenang, percaya diri
Perasaan gagal sedikit
Waspada dan memperhatikan banyak hal
Mempertimbangkan informasi
Tingkat pembelajaran optimal
c. Respons emosional
Perilaku otomatis
Sedikit tidak sadar
Aktivitas menyendiri
Terstimulasi
Tenang
2. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang benar-
benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut Videbeck (2008),
respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut:
a. Respon fisik
Ketegangan otot sedang
Tanda-tanda vital meningkat
Pupil dilatasi, mulai berkeringat
Sering mondar-mandir, memukul tangan
Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
b. Respons kognitif
Lapang persepsi menurun
Tidak perhatian secara selektif
Fokus terhadap stimulus meningkat
Rentang perhatian menurun
Penyelesaian masalah menurun
Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
c. Respons emosional
Tidak nyaman
Mudah tersinggung
Kepercayaan diri goyah
Tidak sabar
Gembira
3. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan
respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat
adalah sebagai berikut:
a. Respons fisik
Ketegangan otot berat
Hiperventilasi
Kontak mata buruk
Pengeluaran keringat meningkat
Bicara cepat, nada suara tinggi
Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
Rahang menegang, mengertakan gigi
Mondar-mandir, berteriak
Meremas tangan, gemetar
b. Respons kognitif
Lapang persepsi terbatas
Proses berpikir terpecah-pecah
Sulit berpikir
Penyelesaian masalah buruk
Tidak mampu mempertimbangkan informasi
Hanya memerhatikan ancaman
Preokupasi dengan pikiran sendiri
Egosentris
c. Respons emosional
Sangat cemas
Agitasi
Takut
Bingung
Merasa tidak adekuat
Menarik diri
Penyangkalan
Ingin bebas
4. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya
kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Menurut
Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut:
a. Respons fisik
Flight, fight, atau freeze
Ketegangan otot sangat berat
Agitasi motorik kasar
Pupil dilatasi
Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
Tidak dapat tidur
Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
Wajah menyeringai, mulut ternganga
b. Respons kognitif
Persepsi sangat sempit
Pikiran tidak logis, terganggu
Kepribadian kacau
Tidak dapat menyelesaikan masalah
Fokus pada pikiran sendiri
Tidak rasional
Sulit memahami stimulus eksternal
Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
c. Respon emosional
Merasa terbebani
Merasa tidak mampu, tidak berdaya
Lepas kendali
Mengamuk, putus asa
Marah, sangat takut
Mengharapkan hasil yang buruk
Kaget, takut
Lelah
V. Psikopatologi
1. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia (1998) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan
ansietas, di antaranya sebagai berikut.
a. Faktor biologis.
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini membantu
mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama dalam mekanisme
biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin.
Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan
kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.
b. Faktor psikologis
- Pandangan psikoanalitik. Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara antara dua elemen kepribadian—id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau
aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan
fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
- Pandangan interpersonal. Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak
adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan
dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri rendah
terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
- Pandangan perilaku. Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu
yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan
keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa
dengan kehidupan dini dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering
menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.
c. Sosial budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih
dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Faktor
ekonomi dan latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi berikut.
a. Ancaman terhadap integritas fisik, ketegangan yang mengancam integritas fisik
meliputi:
- Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologi sistem imun, regulasi
suhu tubuh, dan perubahan biologis normal.
- Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, dan tidak adekuatnya tempat
tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
- Sumber internal, meliputi kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah,
di tempat kerja, dan penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman
terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
- Sumber eksternal, meliputi kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, dan sosial budaya
3. Sumber Koping
Individu mengatasi ansietas dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan.
4. Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping yaitu
sebagai berikut.
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya
perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan
kebutuhan. Menarik diri untuk memindahkan dari sumber stres. Kompromi untuk
mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang,
tetapi berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan diri, distorsi realitas, dan
bersifat maladaptif.
1. Stres
2. Merasa terncam
3. Gangguan kecemasan
Mekanisme koping
Konstruktif Destruktif
Hubungan Sosial:
Spiritual:
Ketegangan Motorik:
Hiperaktivitas Otonomik:
VII.Implementasi
Tanggal Tindakan Pertemuan Evaluasi
Pasien SP 1 S: pasien mengatakan mampu
1. Membantu pasien mengenal mengenal ansietas dan
ansietas (tanda, gejala, melakukan distraksi
penyebab, dan akibat) O: pasien terlihat mampu
2. Mengajarkan teknik mengenal ansietas dan
pengalihan situasi/ distraksi melakukan distraksi
3. Latihan melakukan teknik A: ansietas masih ada
pengalihan situasi/distraksi P: pasien mampu melakukan
teknik distraksi dengan baik,
evaluasi SP 1, persiapan SP 2
SP 2 S: pasien mengatakan mampu
1. Evaluasi kemampuan melakukan relaksasi nafas
pasien mengenal ansietas dalam
2. Evaluasi kemampuan O: pasien terlihat mampu
distraksi melakukan relaksasi nafas
3. Mengajarkan relaksasi dalam
nafas dalam A: ansietas masih ada
4. Latihan relaksasi nafas P: pasien mampu melakukan
dalam teknik relaksasi nafas dalam
dengan baik, evaluasi SP 2,
persiapan SP 3
SP 3 S: pasien mengatakan mampu
1. Evaluasi kemampuan melakukan relaksasi nafas
pasien mengenal masalah dalam dan relaksasi otot
2. Evaluasi kemampuan O: pasien terlihat mampu
distraksi dan relaksasi nafas melakukan relaksasi nafas
dalam dalam dan relaksasi otot
3. Melatih pasien untuk A: ansietas masih ada
relaksasi otot P: pasien mampu melakukan
4. Latihan relaksasi otot teknik relaksasi nafas dalam
a. Atur posisi senyaman dan relaksasi otot, evaluasi SP
mungkin, santai 3, persiapan SP 4
b. Konsentrasi thd gerakan
otot seluruh tubuh
c. Latihan otot wajah
d. Latihan otot leher
e. Latihan otot punggung
f. Latihan otot perut
g. Latihan otot panggul
h. Latihan otot tangan dan
kaki
SP 4 S: pasien mengatakan mampu
1. Evaluasi kemampuan melakukan relaksasi nafas
mengenal ansietas dalam, relaksasi otot, dan
2. Evaluasi kemampuan hipnotik 5 jari
distraksi, relaksasi nafas O: pasien terlihat mampu
dalam dan relaksasi otot melakukan relaksasi nafas
3. Melatih hipnotik limajari dalam, relaksasi otot, dan
4. Latihan hipnotik 5 jari hipnotik 5 jari
5. Latih sampai membudaya A: ansietas berkurang
6. Nilai kemampuan P: pasien mampu melakukan
mengatasi anxietas teknik relaksasi nafas dalam,
7. Nilai apakah anxietas relaksasi otot dan hipnotik 5
teratasi jari, evaluasi SP 4 dan
pembiasaan
Keluarga SP 1 S: keluarga mengatakan mampu
1. Mendiskusikan masalah mengenali ansietas pasien dan
yang dirasakan keluarga tahu cara mengajarkan teknik
dalam merawat pasien distrasi
pasien O: keluarga terlihat mampu
2. Membantu keluarga mengenali ansietas pasien dan
mengenal ansietas pasien tahu cara mengajarkan teknik
(tanda, gejala, penyebab, distrasi
dan akibat) A: ansietas masih ada
3. Mengajarkan teknik P: keluarga mengenali ansietas
pengalihan situasi/ distraksi pasien dan mengajarkan teknik
4. Latihan melakukan teknik distrasi pada pasien, evaluasi
pengalihan situasi/distraksi SP 1, persiapan SP 2
SP 2 S: keluarga mengatakan mampu
1. Evaluasi kemampuan mengenali ansietas pasien, tahu
keluarga mengenal ansietas cara mengajarkan teknik
2. Evaluasi kemampuan distrasi, dan cara mengajarkan
keluarga dalam distraksi relaksasi nafas dalam
3. Mengajarkan relaksasi O: keluarga terlihat mampu
nafas dalam mengenali ansietas pasien tahu
4. Latihan relaksasi nafas cara mengajarkan teknik
dalam. distrasi, dan relaksasi nafas
dalam
A: ansietas masih ada
P: keluarga mengenali ansietas
pasien, mengajarkan teknik
distrasi, dan relakasasi nafas
dalam pada pasien, evaluasi SP
2, persiapan SP 3
SP 3 S: keluarga mengatakan mampu
1. Evaluasi kemampuan mengenali ansietas pasien, tahu
keluarga mengenal masalah cara mengajarkan teknik
2. Evaluasi kemampuan distrasi, cara mengajarkan
distraksi dan relaksasi relaksasi nafas dalam, dan cara
3. Melatih keluarga untuk mengajarkan relaksasi otot
relaksasi otot O: keluarga terlihat mampu
4. Latihan relaksasi otot mengenali ansietas pasien tahu
cara mengajarkan teknik
distrasi, relaksasi nafas dalam,
dan relaksasi otot
A: ansietas masih ada
P: keluarga mengenali ansietas
pasien, mengajarkan teknik
distrasi, relakasasi nafas dalam,
dan relaksasi otot pada pasien,
evaluasi SP 3, persiapan SP 4
SP 4 S: keluarga mengatakan mampu
1. Evaluasi kemampuan mengenali ansietas pasien, tahu
mengenal ansietas cara mengajarkan teknik
2. Evaluasi kemampuan distrasi, cara mengajarkan
distraksi, relaksasi nafas relaksasi nafas dalam, cara
dalam dan relaksasi otot mengajarkan relaksasi otot, dan
3. Melatih hipnotik limajari hipnotik 5 jari
4. Latihan hipnotik 5 jari O: keluarga terlihat mampu
5. Latih sampai membudaya mengenali ansietas pasien tahu
6. Nilai kemampuan cara mengajarkan teknik
mengatasi anxietas distrasi, relaksasi nafas dalam,
7. Nilai apakah anxietas relaksasi otot, dan hipnotik 5
teratasi jari
A: ansietas berkurang
P: keluarga mengenali ansietas
pasien, mengajarkan teknik
distrasi, relakasasi nafas dalam,
relaksasi otot, dan hipnotik 5
jari pada pasien, evaluasi SP 4
dan pembiasaan
Daftar Pustaka
Stuart, GW and Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8ed. Elsevier
Mosby, Philadelphia
Stuart, G. W. dan Sundeen, S. J. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC.