Anda di halaman 1dari 17

Ansietas

I. Definisi
Anisetas adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat
dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis, sedangakan pada gangguan
ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang
disebabkan oleh kecemasan tersebut. (Tomb, 2003)
Kecemasan adalah emosi yang ditandai oleh keadaan tidak menyenangkan dari
gejolak batin, sering disertai dengan perilaku gugup seperti mondar-mandir, keluhan
somatik, dan perenunganKecemasan tidak sama dengan ketakutan, yang merupakan
respons terhadap ancaman langsung yang nyata atau yang dirasakan, sedangkan
kecemasan melibatkan harapan akan ancaman di masa depan. (American Psychiatric
Association, 2013)

II. Macam / Jenis


Jenis ansietas berdasarkan rentang respon menurut Stuart dan Sundeen (2002), yaitu
sebagai berikut :
1. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
Ansietas menumbuhkan motivasi belajar serta menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas.
2. Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian
yang selektif tetapi dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
3. Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya kecenderungan
untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang
tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area
lain..
4. Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa diteror, serta
tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan pengarahan. Panik meningkatkan
aktivitas motorik, menurunkan kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi
menyimpang, serta kehilangan pemikiran rasional.
III. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala gangguan kecemasan umum yang sering kali meliputi:
1. Kegelisahan, dan perasaan "on-edge"
2. Perasaan khawatir yang tidak terkendali
3. Peningkatan iritabilitas
4. Kesulitan konsentrasi
5. Kesulitan tidur, seperti masalah saat jatuh atau tertidur
6. Denyut jantung meningkat
7. Pernapasan cepat
8. Mudah terkejut
9. Takut sendirian (NIH, 2018)

IV. Fase

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan, yang
bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami, dan seberapa baik individu
melakukan koping terhadap ansietas. Menurut Peplau (dalam Videbeck, 2008) ada empat
tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
1. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan
perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan
perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah
sebagai berikut:
a. Respons fisik
 Ketegangan otot ringan
 Sadar akan lingkungan
 Rileks atau sedikit gelisah
 Penuh perhatian
 Rajin
b. Respon kognitif
 Lapang persepsi luas
 Terlihat tenang, percaya diri
 Perasaan gagal sedikit
 Waspada dan memperhatikan banyak hal
 Mempertimbangkan informasi
 Tingkat pembelajaran optimal
c. Respons emosional
 Perilaku otomatis
 Sedikit tidak sadar
 Aktivitas menyendiri
 Terstimulasi
 Tenang
2. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang benar-
benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut Videbeck (2008),
respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut:
a. Respon fisik
 Ketegangan otot sedang
 Tanda-tanda vital meningkat
 Pupil dilatasi, mulai berkeringat
 Sering mondar-mandir, memukul tangan
 Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
 Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
 Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
b. Respons kognitif
 Lapang persepsi menurun
 Tidak perhatian secara selektif
 Fokus terhadap stimulus meningkat
 Rentang perhatian menurun
 Penyelesaian masalah menurun
 Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
c. Respons emosional
 Tidak nyaman
 Mudah tersinggung
 Kepercayaan diri goyah
 Tidak sabar
 Gembira
3. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan
respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat
adalah sebagai berikut:
a. Respons fisik
 Ketegangan otot berat
 Hiperventilasi
 Kontak mata buruk
 Pengeluaran keringat meningkat
 Bicara cepat, nada suara tinggi
 Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
 Rahang menegang, mengertakan gigi
 Mondar-mandir, berteriak
 Meremas tangan, gemetar
b. Respons kognitif
 Lapang persepsi terbatas
 Proses berpikir terpecah-pecah
 Sulit berpikir
 Penyelesaian masalah buruk
 Tidak mampu mempertimbangkan informasi
 Hanya memerhatikan ancaman
 Preokupasi dengan pikiran sendiri
 Egosentris
c. Respons emosional
 Sangat cemas
 Agitasi
 Takut
 Bingung
 Merasa tidak adekuat
 Menarik diri
 Penyangkalan
 Ingin bebas
4. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya
kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Menurut
Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut:
a. Respons fisik
 Flight, fight, atau freeze
 Ketegangan otot sangat berat
 Agitasi motorik kasar
 Pupil dilatasi
 Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
 Tidak dapat tidur
 Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
 Wajah menyeringai, mulut ternganga
b. Respons kognitif
 Persepsi sangat sempit
 Pikiran tidak logis, terganggu
 Kepribadian kacau
 Tidak dapat menyelesaikan masalah
 Fokus pada pikiran sendiri
 Tidak rasional
 Sulit memahami stimulus eksternal
 Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
c. Respon emosional
 Merasa terbebani
 Merasa tidak mampu, tidak berdaya
 Lepas kendali
 Mengamuk, putus asa
 Marah, sangat takut
 Mengharapkan hasil yang buruk
 Kaget, takut
 Lelah

V. Psikopatologi
1. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia (1998) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan
ansietas, di antaranya sebagai berikut.
a. Faktor biologis.
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini membantu
mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama dalam mekanisme
biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin.
Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan
kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.
b. Faktor psikologis
- Pandangan psikoanalitik. Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara antara dua elemen kepribadian—id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau
aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan
fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
- Pandangan interpersonal. Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak
adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan
dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri rendah
terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
- Pandangan perilaku. Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu
yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan
keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa
dengan kehidupan dini dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering
menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.
c. Sosial budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih
dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Faktor
ekonomi dan latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi berikut.
a. Ancaman terhadap integritas fisik, ketegangan yang mengancam integritas fisik
meliputi:
- Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologi sistem imun, regulasi
suhu tubuh, dan perubahan biologis normal.
- Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, dan tidak adekuatnya tempat
tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
- Sumber internal, meliputi kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah,
di tempat kerja, dan penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman
terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
- Sumber eksternal, meliputi kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, dan sosial budaya
3. Sumber Koping
Individu mengatasi ansietas dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan.
4. Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping yaitu
sebagai berikut.
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya
perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan
kebutuhan. Menarik diri untuk memindahkan dari sumber stres. Kompromi untuk
mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang,
tetapi berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan diri, distorsi realitas, dan
bersifat maladaptif.
1. Stres
2. Merasa terncam
3. Gangguan kecemasan

Faktor Predisposisi Faktor presipitasi

1. Biologis 1. Ancaman terhadap integritas


2. Psikologis fisik
3. Sosial budaya 2. Ancaman terhadap harga diri

Mekanisme koping

Konstruktif Destruktif

VI. Pemeriksaan dan Pengkajian


Pengkajian Keperawatan pada pasien dengan ansietas menurut (Stuart, 2007) yaitu:
1. Identitas Klien
a. Initial: Ansietas lebih rentan terjadi pada wanita daripada laki-laki, karena wanita
lebih mudah stress dibanding pria.
b. Umur : Toddler-lansia
c. Pekerjaan: Pekerajaan yang mempunyai tingkat stressor yang besar.
d. Pendidikan: Orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah lebih rentan
mengalami ansietas
2. Alasan Masuk
Sesuai diagnosa awal klien ketika pertama kali masuk rumah sakit.
3. Faktor Predisposisi
a. Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian : id dan superego.
b. Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasan takut terhadap
ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan
kerentanan tertentu.
c. Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan
d. Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam
kelurga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan
depresi
4. Fisik
a. TD : Meningkat, palpitasi, berdebar-debar bahkan sampai pingsan.
b. N : Menurun
c. S : Normal (36˚C - 37,5˚C ), ada juga yang mengalami hipotermi tergantung
respon individu dalam menangania ansietasnya
d. P : Pernafasan -, nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa tercekik
terengah- engah
e. Ukur : TB dan BB: normal (tergantung pada klien)
f. Keluhan Fisik : - refleks, terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kaku,
gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, gerakan lambat, kaki goyah.
g. Selain itu juga dapat dikaji tentang repon fisiologis terhadap ansietas (Stuart, 2007):
- B1 : Nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal
- pembengkakan pada tenggorokan, terengah-engah.
- B2 : Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan,
pingsan, TD ↓, denyut nadi ↓.
- B3 : Refleks ↑, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas,
gelisah, wajah tegang.
- B4 : Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.
- B5 : Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada
abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati.
- B6 : Lemah.
5. Psikososial:
Konsep diri:
a. Gambaran diri : wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah, keringat
berlebihan.
b. Identitas : gangguan ini menyerang wanita daripada pria serta terjadi pada seseorang
yang bekerja dengan sressor yang berat.
c. Peran : menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok / masyarakat.
d. Ideal diri : berkurangnya toleransi terhadap stress, dan kecenderungan ke arah lokus
eksternal dari keyakinan kontrol.
e. Harga diri : klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan yang tidak rasional
terhadap objek, aktivitas atau kejadian tertentu.

Hubungan Sosial:

a. Orang yang berarti: keluarga


b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: kurang berperan dalam kegiaran
kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam keluarga /
kelompok / masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: +

Spiritual:

a. Nilai dan keyakinan


b. Kegiatan ibadah
6. Status Mental:
a. Penampilan : pada orang yang mengalami ansietas berat dan panik biasanya
penampilannya tidak rapi.
b. Pembicaraan : bicara cepat dan banyak, gagap dan kadang-kadang keras.
c. Aktivitas motorik : lesu, tegang, gelisah, agitasi, dan tremor.
d. Alam perasaan : sedih, putus asa, ketakutan dan khawatir.
e. Afek : labil
f. Interaksi selama wawancara: tidak kooperatif, mudah tersingung dan mudah curiga,
kontak mata kurang.
g. Persepsi : berhalusinasi, lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
h. Proses pikir : persevarsi
i. Isi pikir : obsesi, phobia dan depersonalisasi
j. Tingkat kesadaran : bingung dan tidak bisa berorietansi terhadap waktu, tempat dan
orang (ansietas berat)
k. Memori : pada klien yang mengalami OCD (Obsessive Compulsif Disorder) akan
terjadi gangguan daya ingat saat ini bahkan sampai gangguan daya ingat jangka
pendek.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung : tidak mampu berkonsentrasi
m. Kemampuan penilaian : gangguan kemampuan penilaian ringan
n. Daya titik diri : menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang lain/
lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini.
7. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Kemampuan klien memenuhi/ menyediakan kebutuhan makanan, keamanan, tempat
tinggal, dan perawatan.
b. Kegiatan hidup sehari-hari:
c. Kurang mandiri tergantung tingkat ansietas
d. Perawatan diri
e. Nutrisi
f. Tidur
8. Mekanisme Koping
Adaptif (ansietas ringan) dan maladaptif (ansietas sedang, berat dan panik). Menurut
Stuart (2007). Individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba
mengatasinya, ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan
penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas ringan sering ditanggulangi
tanpa pemikiran yang sadar, sedangkan ansietas berat dan sedang menimbulkan 2 jenis
mekanisme koping :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada
tindakan untuk memenuhi tuntunan situasi stres secara realistis
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang. Tetapi
karena mekanisme tersebut berlangsung secara relative pada tingkat tidak sadar dan
mencakup penipuan diri dan distorsi realitas, mekanisme ini dapat menjadi repon
maladaptif terhadap stres.
9. Masalah Psikososial dan Lingkungan
a. Masalah dengan dukungan kelompok: klien kurang berperan dalam kegiatan
kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam keluarga/
kelompok/ masyarakat.
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan: lingkungan dengan tingkat stressor yang
tinggi akan memicu timbulnya ansietas.
c. Masalah dengan pendidikan: seseorang yang pernah gagal dalam menempuh
pendidikan, tidak ada biaya untuk melanjutkan jenjang pendidikan berikutnya.
d. Masalah dengan pekerjaan: mengalami PHK, target kerja tidak tercapai.
e. Masalah dengan perumahan: pasien kehilangan tempat tinggalnya karena bencana
alam, pengusuran dan kebakaran.
f. Masalah ekonomi: pasien tidak mempunyai kemampuan finansial dalam mencukupi
kebutuhannya sehari-hari dan keluarganya.
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan: kurang percaya dengan petugas kesehatan.
10. Pengetahuan Kurang
Pasien kurang mempunyai pengetahuan tentang faktor presipitasi, koping, obat-
obatan, dan masalah lain tentang ansietas
11. Aspek medic
Diagnosa Medik:
a. Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistic terhadap dua atau lebih
hal yang dipersepsi sebagai ancaman perasaan ini menyebabkan individu tidak
mampu istirahat dengan tenang (inability to relax)
b. Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut:

Ketegangan Motorik:

a. Kedutan otot atau rasa gemetar


b. Otot tegang/kaku/pegel linu
c. Tidak bisa diam
d. Mudah menjadi lelah

Hiperaktivitas Otonomik:

a. Nafas pendek/ terasa berat


b. Jantung berdebar-debar
c. Telapak tangan basah dingin
d. Mulut kering
e. Kepala pusing/rasa melayang
f. Mual, mencret, perut tidak enak
g. Muka panas/ badan menggigil
h. Buang air kecil lebih sering
i. Sukar menelan/rasa tersumbat

Kewaspadaan berlebihan dan Penangkapan Berkurang

a. Perasaan jadi peka/ mudah ngilu


b. Mudah terkejut/kaget
c. Sulit konsentrasi pikiran
d. Sukar tidur
e. Mudah tersinggung

VII.Implementasi
Tanggal Tindakan Pertemuan Evaluasi
Pasien SP 1 S: pasien mengatakan mampu
1. Membantu pasien mengenal mengenal ansietas dan
ansietas (tanda, gejala, melakukan distraksi
penyebab, dan akibat) O: pasien terlihat mampu
2. Mengajarkan teknik mengenal ansietas dan
pengalihan situasi/ distraksi melakukan distraksi
3. Latihan melakukan teknik A: ansietas masih ada
pengalihan situasi/distraksi P: pasien mampu melakukan
teknik distraksi dengan baik,
evaluasi SP 1, persiapan SP 2
SP 2 S: pasien mengatakan mampu
1. Evaluasi kemampuan melakukan relaksasi nafas
pasien mengenal ansietas dalam
2. Evaluasi kemampuan O: pasien terlihat mampu
distraksi melakukan relaksasi nafas
3. Mengajarkan relaksasi dalam
nafas dalam A: ansietas masih ada
4. Latihan relaksasi nafas P: pasien mampu melakukan
dalam teknik relaksasi nafas dalam
dengan baik, evaluasi SP 2,
persiapan SP 3
SP 3 S: pasien mengatakan mampu
1. Evaluasi kemampuan melakukan relaksasi nafas
pasien mengenal masalah dalam dan relaksasi otot
2. Evaluasi kemampuan O: pasien terlihat mampu
distraksi dan relaksasi nafas melakukan relaksasi nafas
dalam dalam dan relaksasi otot
3. Melatih pasien untuk A: ansietas masih ada
relaksasi otot P: pasien mampu melakukan
4. Latihan relaksasi otot teknik relaksasi nafas dalam
a. Atur posisi senyaman dan relaksasi otot, evaluasi SP
mungkin, santai 3, persiapan SP 4
b. Konsentrasi thd gerakan
otot seluruh tubuh
c. Latihan otot wajah
d. Latihan otot leher
e. Latihan otot punggung
f. Latihan otot perut
g. Latihan otot panggul
h. Latihan otot tangan dan
kaki
SP 4 S: pasien mengatakan mampu
1. Evaluasi kemampuan melakukan relaksasi nafas
mengenal ansietas dalam, relaksasi otot, dan
2. Evaluasi kemampuan hipnotik 5 jari
distraksi, relaksasi nafas O: pasien terlihat mampu
dalam dan relaksasi otot melakukan relaksasi nafas
3. Melatih hipnotik limajari dalam, relaksasi otot, dan
4. Latihan hipnotik 5 jari hipnotik 5 jari
5. Latih sampai membudaya A: ansietas berkurang
6. Nilai kemampuan P: pasien mampu melakukan
mengatasi anxietas teknik relaksasi nafas dalam,
7. Nilai apakah anxietas relaksasi otot dan hipnotik 5
teratasi jari, evaluasi SP 4 dan
pembiasaan
Keluarga SP 1 S: keluarga mengatakan mampu
1. Mendiskusikan masalah mengenali ansietas pasien dan
yang dirasakan keluarga tahu cara mengajarkan teknik
dalam merawat pasien distrasi
pasien O: keluarga terlihat mampu
2. Membantu keluarga mengenali ansietas pasien dan
mengenal ansietas pasien tahu cara mengajarkan teknik
(tanda, gejala, penyebab, distrasi
dan akibat) A: ansietas masih ada
3. Mengajarkan teknik P: keluarga mengenali ansietas
pengalihan situasi/ distraksi pasien dan mengajarkan teknik
4. Latihan melakukan teknik distrasi pada pasien, evaluasi
pengalihan situasi/distraksi SP 1, persiapan SP 2
SP 2 S: keluarga mengatakan mampu
1. Evaluasi kemampuan mengenali ansietas pasien, tahu
keluarga mengenal ansietas cara mengajarkan teknik
2. Evaluasi kemampuan distrasi, dan cara mengajarkan
keluarga dalam distraksi relaksasi nafas dalam
3. Mengajarkan relaksasi O: keluarga terlihat mampu
nafas dalam mengenali ansietas pasien tahu
4. Latihan relaksasi nafas cara mengajarkan teknik
dalam. distrasi, dan relaksasi nafas
dalam
A: ansietas masih ada
P: keluarga mengenali ansietas
pasien, mengajarkan teknik
distrasi, dan relakasasi nafas
dalam pada pasien, evaluasi SP
2, persiapan SP 3
SP 3 S: keluarga mengatakan mampu
1. Evaluasi kemampuan mengenali ansietas pasien, tahu
keluarga mengenal masalah cara mengajarkan teknik
2. Evaluasi kemampuan distrasi, cara mengajarkan
distraksi dan relaksasi relaksasi nafas dalam, dan cara
3. Melatih keluarga untuk mengajarkan relaksasi otot
relaksasi otot O: keluarga terlihat mampu
4. Latihan relaksasi otot mengenali ansietas pasien tahu
cara mengajarkan teknik
distrasi, relaksasi nafas dalam,
dan relaksasi otot
A: ansietas masih ada
P: keluarga mengenali ansietas
pasien, mengajarkan teknik
distrasi, relakasasi nafas dalam,
dan relaksasi otot pada pasien,
evaluasi SP 3, persiapan SP 4
SP 4 S: keluarga mengatakan mampu
1. Evaluasi kemampuan mengenali ansietas pasien, tahu
mengenal ansietas cara mengajarkan teknik
2. Evaluasi kemampuan distrasi, cara mengajarkan
distraksi, relaksasi nafas relaksasi nafas dalam, cara
dalam dan relaksasi otot mengajarkan relaksasi otot, dan
3. Melatih hipnotik limajari hipnotik 5 jari
4. Latihan hipnotik 5 jari O: keluarga terlihat mampu
5. Latih sampai membudaya mengenali ansietas pasien tahu
6. Nilai kemampuan cara mengajarkan teknik
mengatasi anxietas distrasi, relaksasi nafas dalam,
7. Nilai apakah anxietas relaksasi otot, dan hipnotik 5
teratasi jari
A: ansietas berkurang
P: keluarga mengenali ansietas
pasien, mengajarkan teknik
distrasi, relakasasi nafas dalam,
relaksasi otot, dan hipnotik 5
jari pada pasien, evaluasi SP 4
dan pembiasaan

Daftar Pustaka

American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic and Statistical Manual of Mental


Disorders (Fifth ed.). Arlington, VA: American Psychiatric Publishing. p. 189. ISBN
978-0-89042-555-8.

NIH. 2018. Anxiety Disorders. Sign and Symptoms.

Stuart, GW and Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8ed. Elsevier
Mosby, Philadelphia

Stuart, G. W. dan Sundeen, S. J. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC.

Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC

Tomb, David. 2003. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC.

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai