Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Prima Edukasia

Volume 4 – Nomor 1, Januari 2016, (93 - 106)


Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.php/jpe

PENGARUH MODEL PBL TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI


DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS V SD

Laila Kodariyati 1), Budi Astuti 2)


1
STKIP PGRI Metro Lampung, Jl. Banjarrejo 38 B Batanghari Kec. Lampung Timur, Indonesia
2
Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Yogyakarta. Jalan Colombo No.1
Karangmalang, Yogyakarta 55281, Indonesia
Email: 1 lailakodariyati@gmail.com, 2 budi_astuti@uny.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) pengaruh model Problem Based Learning (PBL)
terhadap kemampuan komunikasi matematika; (2) pengaruh model PBL terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematika; dan (3) pengaruh model PBL terhadap kemampuan komunikasi dan pemecahan
masalah matematika secara bersama-sama. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuasi eksperimen dengan
desain Pretest-Posttest Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN
se-Gugus V Kecamatan Kasihan Bantul. Pengambilan sampel menggunakan teknik Cluster Random
Sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa tes uraian objektif. Teknik analisis
data yang digunakan meliputi analisis deskriptif dan analisis inferensial, untuk analisis inferensial
menggunakan independent sample t-test, uji MANOVA dengan rumus T2 Hotelling, dan dilanjutkan
dengan uji kriteria Bonferroni. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) model PBL berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kemampuan komunikasi matematika dengan nilai signifikansi lebih kecil dari
0,025; (2) model PBL berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematika terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika dengan nilai signifikansi lebih kecil dari
0,025; (3) model PBL berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan komunikasi dan pemecahan
masalah matematika secara bersama-sama dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Kata Kunci: model PBL, kemampuan komunikasi matematika, dan kemampuan pemecahan masalah
matematika

THE EFFECTS OF THE PBL MODEL ON THE MATHEMATICAL COMMUNICATION


AND PROBLEM-SOLVING SKILLS OF FIVE-GRADERS
OF ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS

Abstract
This research aims to describe: (1) the effects of the Problem Based Learning (PBL) model on the
mathematical communication skills; (2) the effects of the PBL model on the mathematical problem-solving
skills; and (3) the effects of the PBL model on both the mathematical communication skills and the
mathematical problem-solving skills simultaneously. The research of this study was quasi-experimental
with pretest-posttest control group design. The research population consisted of five-graders of all
elementary schools located in Group V of Kasihan District, Bantul. The sample was collected using the
cluster random sampling technique. The data were analyzed by descriptive and inferential technique which
is using independent sample t-test, MANOVA with Hotelling’s trace formula, and the last was by
Bonferroni criteria. The findings suggest that: (1) the PBL model positively and significantly affects the
mathematical communication skills with a significance value of less than 0.025; (2) the PBL model
positively and significantly affects the mathematical problem-solving skills with a significance value of less
than 0.025; (3) the PBL model positively and significantly affects both the mathematical communication
skills and the mathematical problem-solving skills simultaneously with a significance value of less than
0.05.
Keywords: the PBL model, mathematical communication skills, and mathematical problem-solving skills.

How to Cite: Kodariyati, L., & Astuti, B. (2016). Pengaruh model PBL terhadap kemampuan
komunikasi dan pemecahan masalah matematika siswa kelas V SD. Jurnal Prima Edukasia, 4(1), 93 -
106. Retrieved fromhttp://journal.uny.ac.id/index.php/jpe/article/view/7713

Copyright © 2016, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN: 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927
Jurnal Prima Edukasia, 4 (1), Januari 2016 - 94
Laila Kodariyati, Budi Astuti

engage students in real-world tasks and


Pendahuluan
experiences”. Artinya pemecahan masalah ma-
Pembelajaran merupakan proses untuk tematika yang melibatkan interaksi kelompok
membantu siswa agar belajar dengan baik. Pro- dan saling ketergantungan sesama siswa telah
ses pembelajaran perlu melibatkan siswa seba- terbukti menjadi cara yang efektif untuk
gai pusat dari kegiatan. Guru sebaiknya mampu melibatkan siswa dalam tugas-tugas dan
menciptakan lingkungan belajar yang interaktif pengalaman di dunia nyata.
dan edukatif, sehingga hasil pembelajaran dapat Selain sebagai cara yang efektif dalam
tercapai dengan optimal. belajar, interaksi kelompok dengan teman se-
Matematika merupakan salah satu pem- baya juga dapat dijadikan motivator yang baik
belajaran yang wajib diberikan di Sekolah Da- untuk belajar. Hal ini sesuai dengan pernyataan
sar (SD). Pembelajaran matematika mempunyai Mahalingam, Schaefer, & Morlino (2008
kedudukan yang penting khususnya di SD p.1580) bahwa “students generally like working
sebagai upaya mewujudkan tujuan pendidikan in groups to solve problems. Peer interaction
yang telah ditetapkan. Adapun tujuan pembel- and instruction are effective tools for learning,
ajaran matematika di tingkat SD berdasarkan and are good motivators as well.” Siswa secara
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) umum menyukai bekerja dalam kelompok
tentang Standar Isi yaitu: memahami konsep untuk memecahkan masalah. Interaksi dengan
matematika, menggunakan penalaran pada pola teman sebaya dan pembelajaran teman sebaya
dan sifat, memecahkan masalah, dan meng- merupakan alat yang efektif untuk belajar, dan
komunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, merupakan motivator yang baik.
diagram, atau media lain untuk memperjelas Berdasarkan penelitian yang dilakukan
keadaan atau masalah (BSNP, 2006, p.148). oleh Hino (2007, p.1) di Jepang, pemecahan
Masalah timbul apabila seseorang memiliki tu- masalah berpengaruh dalam pendidikan mate-
juan tetapi belum mengetahui cara memperoleh matika, meliputi: (1) memberikan kesempatan
tujuan tersebut. Nitko dan Brookhart (2011, kepada siswa untuk memperdalam dan mem-
p.231) menyatakan bahwa seorang siswa perluas pengetahuannya dalam proses berpikir
memperoleh suatu masalah ketika siswa ingin dan belajar matematika; (2) merangsang usaha
memperoleh suatu hasil atau tujuan tertentu, untuk mengembangkan materi dan merupakan
tetapi siswa tersebut tidak secara otomatis cara yang efektif untuk mengorganisasi pelajar-
mengenali jalan atau solusi yang tepat untuk an; dan (3) menyediakan alat yang kuat untuk
memperolehnya. Dengan demikian, masalah menilai proses berpikir dan sikap siswa.
yang harus dipecahkan adalah cara dalam mem- Ada beberapa faktor yang dapat mening-
peroleh tujuan yang diinginkan. Siswa tidak da- katkan kemampuan pemecahan masalah Menu-
pat mengenali jalan yang tepat untuk memper- rut Posamentier & Stepelman (1990, p.132)
oleh tujuan yang diinginkan secara otomatis, faktor-faktor yang dapat meningkatkan kreativi-
maka siswa menggunakan satu atau lebih tas siswa dalam memecahkan masalah yaitu (1)
pemecahan masalah. menyediakan lingkungan belajar yang mendo-
Pemecahan masalah menurut Schoenfeld rong kebebasan siswa untuk berekspresi. (2)
(Yasin, Halim, & Ishar, 2012, p.66) bahwa menghargai pertanyaan siswa dan ide-idenya,
“problem-solving is a complex process that (3) memberi kesempatan bagi siswa untuk men-
engages various cognitive operations such as cari dan menemukan solusi dengan caranya
collecting and sorting information, and heuris- sendiri, (4) memberi penilaian terhadap orisinal-
tic and metacognititve strategies”. Maksudnya, itas ide siswa dan mendorong pembelajaran
pemecahan masalah adalah proses yang kom- kooperatif yang mengembangkan kreativitas
pleks yang melibatkan berbagai proses kognitif pemecahan masalah siswa. Oleh karena itu,
seperti mengumpulkan dan memilih informasi, tugas guru sebagai pendidik yaitu membimbing
heuristic dan strategi metakognitif. Dalam siswa agar dapat mengembangkan kemampuan
proses pemecahan masalah siswa dianjurkan pemecahan masalah matematikanya melalui
untuk membentuk kelompok dan mengerjakan tahapan-tahapan yang benar.
tugas antar anggota kelompok. Sebagaimana Menurut Polya (1973, pp.5-6) tahapan-
yang dinyatakan Adam & Hamm (2010, p.59) tahapan dalam pemecahan masalah meliputi:
bahwa “mathematical problem solving that (1) memahami soal atau masalah; (2) membuat
involves group interaction and interdependence suatu rencana atau cara untuk menyelesai-
has been shown to be an effective way to kannya; (3) melaksanakan rencana; dan (4)

Copyright © 2016, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN: 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927
Jurnal Prima Edukasia, 4 (1), Januari 2016 - 95
Laila Kodariyati, Budi Astuti

menelaah kembali terhadap semua langkah Keterampilan komunikasi yang lemah akan
yang telah dilakukan. Melalui tahapan-tahapan menghasilkan kurangnya kemampuan matema-
dalam pemecahan masalah tersebut, maka akan tika lainnya. Siswa yang mempunyai keteram-
melatih kemampuan berpikir siswa untuk dapat pilan komunikasi matematika yang baik akan
memecahkan masalah matematika secara efek- mampu menciptakan beragam representasi,
tif. Menurut Gok & Silay (2010, p.14) kemam- akan lebih mudah dalam mencari alternatif
puan pemecahan masalah dapat ditingkatkan pemecahan masalah yang menghasilkan pening-
dengan mengembangkan keterampilan siswa katan kemampuan untuk memecahkan masalah
dalam: (1) memahami (fokus pada masalah); (2) matematika. Proses komunikasi juga membantu
membuat perencanaan (3) mengevaluasi solusi; membangun pemahaman. Hal ini terlihat ketika
dan (4) memeriksa atau mengevaluasi jawaban. siswa berusaha menyampaikan ide-idenya kepa-
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, da guru atau siswa lainnya. Sebagaimana yang
dapat disimpulkan bahwa kemampuan peme- dinyatakan oleh Kadir & Parman (2013, p.77)
cahan masalah matematika pada penelitian ini bahwa “Communication enables students to
adalah suatu kemampuan yang ditunjukkan express their ideas to teachers and other
siswa dalam: (1) memahami masalah yaitu de- student”.
ngan menyebutkan hal-hal yang diketahui dan Menurut Los Angeles County Office of
ditanyakan dari masalah yang diberikan; (2) Education (Mahmudi, 2009, p.3) komunikasi
merencanakan penyelesaian masalah, yaitu matematika mencakup komunikasi tertulis
dengan menuliskan tahapan/langkah rencana maupun lisan atau verbal. Komunikasi tertulis
penyelesaian masalah; (3) menyelesaikan masa- dapat berupa penggunaan kata-kata, gambar,
lah sesuai rencana, yaitu dengan menuliskan tabel, dan sebagainya yang menggambarkan
penyelesaian masalah dan jawaban sesuai de- proses berpikir siswa. Komunikasi tertulis juga
ngan prosedur yang telah direncanakan; dan (4) dapat berupa uraian pemecahan masalah atau
memberikan kesimpulan terhadap solusi yang pembuktian matematika yang menggambarkan
diperoleh. kemampuan siswa dalam mengorganisasi ber-
Selain kemampuan pemecahan masalah, bagai konsep untuk menyelesaikan masalah.
kemampuan komunikasi matematika siswa juga Komunikasi lisan dapat berupa pengungkapan
perlu dikembangkan. Hal ini sesuai dengan per- dan penjelasan verbal suatu gagasan matema-
nyataan NCTM (2000, p.60) bahwa komunikasi tika. Dengan demikian kemampuan dalam ber-
merupakan bagian yang esensial dari matema- komunikasi dapat menjadi alat yang membantu
tika dan pendidikan matematika. Tanpa komu- siswa untuk menyampaikan ide-idenya tentang
nikasi yang baik, maka perkembangan matema- konsep matematika baik secara lisan maupun
tika akan terhambat. Oleh karena itu, kemam- tulisan. Hock (2007, p.7) juga menyatakan
puan komunikasi matematika penting untuk bahwa:
digali dan dikembangkan oleh guru dalam
Communication is an essential part of the
pembelajaran matematika agar siswa memiliki
mathematical classroom. Student may use
kemampuan untuk memberikan informasi yang
verbal language to communicate their
padat, singkat, dan akurat tentang nilai-nilai
thought, extend thinking, and understand
yang dibahasakan. Qohar (2011, p.2)
mathematical concept. They may also use
menyatakan bahwa:
written language to explain, reason, and
Communication is needed to understand the process their thinking of mathematical ideas
mathematical ideas correctly. Weak commu-
Pernyataan tersebut kurang lebih mem-
nication skills will result in a lack of other
mathematical abilities. Students who have berikan makna bahwa komunikasi merupakan
good mathematical communication skills bagian penting dari kelas matematika. Siswa
will be able to create a diverse representa- dapat menggunakan bahasa verbal untuk meng-
tion, it will be easier in finding alternatives komunikasikan pikiran mereka, menyampaikan
to solving problems that resulted in the pikiran dan memahami konsep-konsep matema-
increased ability to solve mathematical tika. Siswa juga dapat menggunakan bahasa
problems. tertulis untuk menjelaskan alasan yang logis,
dan proses pemikiran tentang ide-ide matema-
Pernyataan tersebut kurang lebih ber- tika. Oleh karena itu, guru sebaiknya mengarah-
makna bahwa komunikasi diperlukan untuk kan dan membimbing siswa untuk mengem-
memahami ide-ide matematika dengan benar.

Copyright © 2016, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN: 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927
Jurnal Prima Edukasia, 4 (1), Januari 2016 - 96
Laila Kodariyati, Budi Astuti

bangkan kemampuan komunikasi matematika- ini senada dengan pendapat Ferreira & Trudel
nya. (2012, p.23) yaitu: “As the name suggests, in
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, problem-based learning a “problem” is used as
maka kemampuan komunikasi matematika pada the starting point to teach a set of objectives”.
penelitian ini dibatasi pada kemampuan komu- Seperti namanya, dalam pembelajaran berbasis
nikasi matematika secara tertulis yang meliputi masalah, "masalah" digunakan sebagai titik
kemampuan siswa untuk: (1) menggunakan mo- awal untuk mengajarkan serangkaian tujuan.
del matematika (gambar, rumus dan simbol/ Kemampuan berpikir siswa dapat diopti-
lambang matematika yang sesuai); (2) mem- malisasikan melalui proses kerja kelompok
berikan pendapat terhadap suatu pernyataan yang ada dalam PBL, sehingga siswa dapat
atau pertanyaan; (3) memberikan kesimpulan memberdayakan, mengasah, menguji, dan
terhadap solusi yang diperoleh. Hal ini sesuai mengembangkan kemampuan berpikirnya seca-
dengan pernyataan Ahmad, Salim, & Zainuddin ra berkesinambungan. Hal ini sesuai dengan
(2008, p.229) bahwa “the effective way in pernyataan Rusman (2014, p.230) bahwa pem-
improving communication is through writing belajaran berbasis masalah memfasilitasi keber-
because formality in using a language can hasilan memecahkan masalah, komunikasi,
easily be implemented in writing”. Maknanya kerja kelompok dan keterampilan interpersonal
adalah cara efektif dalam mengembangkan dengan lebih baik.
komunikasi adalah melalui tulisan karena Dalam model PBL terdapat langkah-
formalitas dalam menggunakan bahasa dapat langkah yang penting untuk dipahami oleh guru
dengan mudah diimplementasikan melalui dalam pembelajaran menggunakan model PBL.
tulisan. sebagai aktor pembelajaran. Menurut Tan
Mengingat tingkat pemahaman siswa (2009, p.9) proses pembelajaran dengan meng-
dalam mempelajari materi matematika sangat gunakan PBL terdiri atas beberapa langkah
dipengaruhi oleh kemampuan komunikasi dan yaitu: (1) menemukan masalah; (2) meng-
pemecahan masalah matematika, maka diperlu- analisis masalah; (3) menemukan dan melapor-
kan suatu inovasi pembelajaran yang dapat kan; (4) mempresentasikan solusi dan mereflek-
memacu semangat siswa untuk secara aktif ikut si; dan (5) melihat kembali, mengevaluasi dan
terlibat dalam pengalaman belajarnya, sehingga belajar secara mandiri. Selain itu, Arends
kemampuan komunikasi dan pemecahan masa- (2008, p.57) juga menyatakan ada beberapa
lah matematika siswa dapat dikembangkan. langkah atau sintaks pembelajaran dalam model
Salah satunya yaitu dengan penggunaan model PBL yaitu: (1) memberikan orientasi tentang
pembelajaran yang inovatif dalam proses permasalahannya kepada siswa; (2) mengorga-
pembelajaran. nisasikan siswa untuk meneliti; (3) membantu
Problem Based Learning (PBL) merupa- investigasi mandiri dan kelompok; (4) mengem-
kan salah satu model pembelajaran berbasis bangkan dan mempresentasikan artefak dan
masalah yang dapat membantu pemahaman sis- exhibit; dan (5) menganalisis dan mengevaluasi
wa terhadap materi pelajaran, yang memung- proses mengatasi masalah.
kinkan dikembangkannya keterampilan berpikir Adapun langkah-langkah pembelajaran
siswa. Pada model PBL masalah disajikan pada dengan model PBL dalam penelitian ini adalah:
awal pembelajaran. Siswa diharapkan dapat (1) mengorientasi siswa pada masalah; (2)
menemukan konsep melalui masalah yang mengorganisasikan siswa untuk belajar; (3)
diberikan yaitu dengan cara menemukan solusi- membimbing penyelidikan individu ataupun
solusi yang tepat terhadap masalah tersebut. kelompok; (4) mengembangkan dan mempre-
Ali, et al. (2010, p.68) menyatakan bahwa “in sentasikan hasil karya; (5) menganalisis dan
the problem based learning approach the mengevaluasi proses pemecahan masalah.
students’ turn from passive listeners of infor- Berdasarkan teori-teori tersebut, PBL
mation receivers to active, free self-learner and merupakan model pembelajaran yang dapat
problem solver”. Artinya bahwa PBL merupa- melihat pengaruh kemampuan komunikasi dan
kan sebuah model pembelajaran yang berpusat pemecahan masalah matematika siswa. Oleh
pada siswa dari pendengar informasi pasif karena itu, perlu dilakukan penelitian
menjadi aktif, mengembangkan masalah dan eksperimen.
keterampilan pemecahan masalah. Jadi, dalam Penelitian eksperimen ini dilaksanakan di
model PBL masalah disajikan sebagai titik awal SD se-Gugus V Kecamatan Kasihan Bantul
untuk mempelajari suatu materi pelajaran. Hal kelas V didukung dengan observasi dan

Copyright © 2016, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN: 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927
Jurnal Prima Edukasia, 4 (1), Januari 2016 - 97
Laila Kodariyati, Budi Astuti

wawancara dengan guru kelas V pada bulan dalam rangka peningkatan kemampuan komuni-
oktober 2014. Diketahui bahwa pada saat kasi dan pemecahan masalah matematika siswa.
proses pembelajaran guru masih menerapkan Bagi siswa, diharapkan dapat lebih membantu
pembelajaran ekspositori antara lain berupa cara memahami konsep-konsep matematika
ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas yang diajarkan oleh guru. Bagi Sekolah, dapat
sehingga pembelajaran kurang merangsang memberikan sumbangan dalam rangka memper-
siswa untuk mengembangkan keterampilan baiki model pembelajaran matematika di
memecahkan permasalahan yang nyata dalam sekolah-sekolah.
kehidupan sehari-hari; aspek komunikasi dan
Metode
pemecahan masalah matematika siswa kurang
dikembangkan, sehingga dalam mengerjakan Jenis Penelitian
soal-soal sebagian siswa menggunakan lang- Penelitian ini menggunakan pendekatan
kah-langkah yang sederhana dan langsung kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan
menuliskan jawaban dari pertanyaan soal; yaitu eksperimen semu atau kuasi eksperimen.
sebagian siswa juga kurang berminat dalam
mempelajari matematika, siswa menganggap Tempat dan Waktu Penelitian
matematika merupakan sekumpulan rumus dan Penelitian dilaksanakan di SD se-Gugus
menghitung angka-angka saja; ketika menger- V Kecamatan Kasihan Bantul. Waktu peneliti-
jakan soal-soal siswa kurang kreatif dalam annya pada semester II Tahun ajaran 2014/
mengembangkan jawabannya dan belum dapat 2015.
memahami konsep matematika yang diajarkan
sepenuhnya; selain itu, di SD se-Gugus V Populasi dan Sampel
Kecamatan Kasihan Bantul belum pernah Populasi dalam penelitian ini adalah
menerapkan model PBL dalam pembelajaran seluruh siswa kelas V SD se-Gugus V Keca-
matematika, sehingga penelitian eksperimen ini matan Kasihan Bantul tahun ajaran 2014/2015
dilaksanakan di SD se-Gugus V Kecamatan yang terdiri atas 4 Sekolah Dasar Negeri dan 1
Kasihan Bantul tersebut, untuk menguji model Sekolah Dasar Swasta dengan jumlah total
PBL berpengaruh positif dan signifikan yaitu 148 siswa. Pengambilan sampel menggu-
terhadap kemampuan komunikasi dan pemecah- nakan teknik Cluster Random Sampling.
an masalah matematika siswa kelas V.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk Variabel Penelitian
mendeskripsikan (1) pengaruh model Problem Variabel dalam penelitian ini yaitu
Based Learning (PBL) terhadap kemampuan berupa variabel bebas (independent variables)
komunikasi matematika siswa kelas V SD; (2) dan variabel terikat (dependent variables).
pengaruh model Problem Based Learning Dalam penelitian ini, yang berkedudukan
(PBL) terhadap kemampuan pemecahan masa- sebagai variabel bebas (X) yaitu model Problem
lah matematika siswa kelas V SD; dan (3) Based Learning (PBL), dan variabel terikatnya
pengaruh model Problem Based Learning yaitu kemampuan komunikasi (Y1) dan
(PBL) terhadap kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematika (Y2).
pemecahan masalah matematika secara bersa-
ma-sama siswa kelas V SD. Adapun manfaat Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
penelitian meliputi manfaat teoritis dan manfaat Teknik pengumpulan data dalam peneli-
praktis. Manfaat teoritis yaitu dapat digunakan tian ini menggunakan tes uraian objektif. Instru-
sebagai bahan masukan dalam meningkatkan men pengumpulan data yang digunakan yaitu
kemampuan komunikasi dan pemecahan masa- tes kemampuan komunikasi dan pemecahan
lah matematika serta Menambah dan mengem- masalah matematika.
bangkan wawasan ilmu pengetahuan khususnya
dalam hal model Problem Based Learning Validitas dan Reliabilitas Instrumen
(PBL) terhadap kemampuan komunikasi dan Validitas instrumen menggunakan peng-
pemecahan masalah matematika, yang dapat ujian validitas isi dan validitas konstruk. Untuk
dijadikan dasar untuk mengadakan penelitian- memperoleh bukti validitas isi pada instrumen
penelitian lebih lanjut bagi peneliti lain. Man- tes dilakukan penilaian ahli (expert judgment).
faat praktis yaitu Bagi guru, sebagai bahan Setelah instrumen mendapatkan persetujuan
pertimbangan dalam upaya mengoptimalkan dari dosen ahli dilakukan uji coba yang kemu-
penggunaan model pembelajaran yang tepat dian dianalisis menggunakan factor analysist.

Copyright © 2016, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN: 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927
Jurnal Prima Edukasia, 4 (1), Januari 2016 - 98
Laila Kodariyati, Budi Astuti

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan me- menyajikan data yang telah diperoleh dari hasil
lihat nilai koefisisen Alpha Cronbach. Reynold, pretest dan posttest kemampuan komunikasi
Livingston & Willson (2009, p.108) menjelas- dan pemecahan masalah matematika pada kelas
kan tentang salah satu panduan umum untuk eksperimen dan kelas kontrol. Statistik inferen-
mengevaluasi koefisien reliabilitas yaitu bahwa sial digunakan untuk menguji hipotesis
estimasi reliabilitas yang diharapkan paling penelitian.
sedikit 0,70 (batas terendah). Pengujian hipotesis diawali dengan uji
beda rata-rata univariat menggunakan inde-
Prosedur
pendent sample t-test. Pengujian ini dilakukan
Desain yang digunakan dalam penelitian untuk melihat pengaruh model PBL terhadap
ini adalah pretest-postest control group design kemampuan komunikasi dan pemecahan masa-
(Johnson & Christensen, 2014, pp.337-338). lah matematika secara terpisah. Jika diperoleh
Dalam desain ini terdapat tiga kelas yang hasil penghitungan yaitu nilai signifikansinya <
dijadikan sampel dan diasumsikan ketiga kelas 0,025 maka terdapat perbedaan pengaruh antara
tersebut memiliki karakteristik yang sama kelas eksperimen dan kontrol. Setelah penguji-
(homogen). Dua kelas sebagai kelas eksperimen an menggunakan independent sample t-test,
dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Pada kelas pengujian hipotesis dilanjutkan dengan uji beda
eksperimen dan kelas kontrol diberikan tes awal rata-rata Multivariate Analysis Of Variance
(pretest) dengan soal yang sama, tujuannya (MANOVA) dengan rumus T2 Hotteling. Peng-
untuk melihat kemampuan awal dari ketiga ujian hipotesis menggunakan MANOVA dila-
kelas tersebut. Selanjutnya kelas eksperimen kukan untuk melihat pengaruh model PBL ter-
diberikan perlakuan (treatment) dengan meng- hadap kemampuan komunikasi dan pemecahan
gunakan model PBL sedangkan kelas kontrol masalah matematika secara bersama-sama. Jika
diberikan pembelajaran yang biasa digunakan diperoleh hasil penghitungan yaitu nilai signi-
guru yaitu pembelajaran ekspositori. Di akhir fikansinya > 0,05 maka terdapat perbedaan
pembelajaran kelas eksperimen dan kelas pengaruh antara kelas eksperimen dan kontrol.
kontrol diberikan tes akhir (posttest) dengan Setelah dilakukan uji multivariat dan me-
soal yang sama. nunjukkan signifikan, maka pengujian dilanjut-
Hasil posttest kemampuan komunikasi kan dengan uji dengan kriteria Bonferroni.
dan pemecahan masalah matematika antara Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
kelas eksperimen dan kontrol dibandingkan model pembelajaran mana yang paling berpe-
atau diuji perbedaannya menggunakan peng- ngaruh terhadap kemampuan komunikasi dan
hitungan statistik. Jika hasil penghitungan pemecahan masalah matematika. Jika diperoleh
menunjukkan adanya perbedaan antara kelas hasil penghitngan yaitu nilai signifikansinya <
eksperimen dan kontrol, maka terdapat penga- 0,05 maka kemampuan komunikasi dan peme-
ruh dari perlakuan yang diberikan. cahan masalah kelas eksperimen lebih tinggi
Langkah-langkah pengumpulan data dibandingkan kelas kontrol. Pengujian hipotesis
yang dilakukan yaitu (1) menyusun perangkat dilakukan dengan bantuan SPSS 17.0. for
penelitian, (2) meminta dua dosen untuk mem- windows.
validasi instrumen penelitian, (3) melakukan Sebelum dilakukan uji statistik inferen-
revisi instrumen sesuai dengan saran validator, sial, terlebih dahulu dilakukan pengujian pra-
(4) melakukan uji coba instrumen (5) menen- syarat analisis yang terdiri atas uji normalitas
tukan validitas konstruk dan mengestimasi nilai dan uji homogenitas. Pengujian normalitas
reabilitas berdasarkan data hasil uji coba instru- dilakukan dengan metode Kolmogrov-Sminorv.
men, (6) memberikan pretest kepada sampel Uji normalitas digunakan untuk mngetahui data
penelitian sebelum diberikan pembelajaran, (7) berdistribusi normal atau tidak, sedangkan uji
memberikan pembelajaran sesuai hasil pengam- homogenitas digunakan untuk mengetahui data
bilan sampel, (8) memberikan posttest kepada berasal dari populasi yang homogen atau tidak.
sampel penelitian setelah diberikan pembel- Uji homogenitas secara multivariat mengguna-
ajaran. kan uji Box’s M dan secara univariat menggu-
Teknik Analisis Data nakan Levene’s Test. Data dikatakan berdistri-
busi normal dan homogen jika nilai signify-
Teknik analisis data dalam penelitian ini kansinya > 0,05. Pengujian normalitas dan
menggunakan statistik deskriptif dan statistika homogenitas menggunakan bantuan SPSS 17.0.
inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk for windows.

Copyright © 2016, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN: 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927
Jurnal Prima Edukasia, 4 (1), Januari 2016 - 99
Laila Kodariyati, Budi Astuti

Hasil dan Pembahasan


Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk men-
deskripsikan data. Untuk mendeskripsikan data
pretest dan posttest kelas eksperimen dan kon-
trol digunakan teknik statistik yang meliputi
rata-rata (mean), titik tengah (median), modus,
standar deviasi, varians, skor minimum dan
skor maksimum. Hasil analisis deskriptif rata-
rata skor kemampuan komunikasi matematika Gambar 2. Diagram Rata-rata Skor
siswa kelas eksperimen 1, eksperimen 2 dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
kelas kontrol dapat dilihat dalam diagram di
bawah ini. Keterangan:
KE1 : Kelas Eksperimen 1
KE2 : Kelas Eksperimen 2
KK : Kelas Kontrol
Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa
peningkatan rata-rata skor kemampuan peme-
cahan masalah matematika siswa kelas eksperi-
men 1, eksperimen 2 lebih tinggi dibandingkan
kelas kontrol. Dengan demikian dapat disim-
pulkan bahwa model PBL pada kelas eksperi-
Gambar 1. Diagram Rata-rata Skor men lebih memberikan pengaruh yang positif
Kemampuan Komunikasi Matematika terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas V SD se-Gugus V
Keterangan: Kecamatan Kasihan. Hasil penghitungan setiap
KE1 : Kelas Eksperimen 1 aspek pemecahan masalah matematika juga
KE2 : Kelas Eksperimen 2 menunjukkan bahwa kelas eksperimen 1 dan
KK : Kelas Kontrol eksperimen 2 mengalami peningkatan skor
Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika
peningkatan rata-rata skor kemampuan komu- lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
nikasi matematika siswa kelas eksperimen 1, Hasil Uji Prasyarat Analisis
eksperimen 2 lebih tinggi dibandingkan kelas
kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan Sebelum dilakukan pengujian hipotesis,
bahwa model PBL pada kelas eksperimen lebih uji prasyarat yang harus dipenuhi adalah uji
memberikan pengaruh yang positif pada ke- normalitas dan homogenitas untuk masing-
mampuan komunikasi matematika siswa kelas masing kelompok. Berikut disajikan hasil
V SD se-Gugus V Kecamatan Kasihan Bantul. analisis uji normalitas dan homogenitas dalam
Hasil penghitungan setiap aspek kemampuan bentuk Tabel.
komunikasi matematika juga menunjukkan Tabel 1. Hasil Analisis
bahwa kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 Uji Normalitas Data Pretest
mengalami peningkatan skor kemampuan ko-
munikasi matematika lebih tinggi dibandingkan Nilai Signifikansi
kelas kontrol. Pada kelas eksperimen 1 dan eks- Data Kelas Kelas Kelas
Eksperimen 1 Eksperimen 2 Kontrol
perimen 2 aspek komunikasi matematika yang Pretest
paling tinggi yaitu pada aspek ke-2, sedangkan 0,686 0,967 0,536
KM
untuk kelas kontrol aspek komunikasi yang Pretest
paling tinggi yaitu pada aspek ke-1. 0,938 0,978 0,398
PM
Rata-rata skor kemampuan pemecahan Keterangan:
masalah matematika siswa kelas eksperimen 1, KM: Komunikasi Matematika
eksperimen 2 dan kelas kontrol dapat dilihat PM: Pemecahan Masalah Matematika
dalam diagram di bawah ini.
Tabel 1 menunjukkan bahwa data post-
test kemampuan komunikasi dan pemecahan

Copyright © 2016, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN: 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927
Jurnal Prima Edukasia, 4 (1), Januari 2016 - 100
Laila Kodariyati, Budi Astuti

masalah matematika siswa pada kelas eksperi- Hasil Uji Hipotesis


men 1, eksperimen 2 dan kontrol mempunyai
Setelah hasil uji prasyarat analisis yaitu
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yang
uji normalitas dan homogenitas telah terpenuhi,
berarti data berdistribusi normal.
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal
Uji normalitas juga dilakukan pada data
dan homogen. Selanjutnya, analisis yang dila-
posttest. Hasil analisis uji normalitas data
kukan adalah uji hipotesis.
posttest disajikan pada Tabel 2.
Uji Univariat
Tabel 2. Hasil Analisis
Uji Normalitas Data Posttest Pengujian hipotesis diawali dengan uji
beda rata-rata univariat menggunakan indepen-
Nilai Signifikansi
Data Kelas Kelas Kelas
dent sample t-test, untuk hasil analisisnya
Eksperimen 1 Eksperimen 2 Kontrol disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6.
Posttest Tabel 5. Hasil Analisis Uji Independent Sample
0,686 0,967 0,536
KM
T-test Posttest Kelas Eksperimen 1
Posttest
0,938 0,978 0,398 dan Kelas Kontrol
PM
Keterangan: Kelas Data thitung Df Sig.
KM : Komunikasi Matematika Posttest
3,586 43 0,000
PM: Pemecahan Masalah Matematika Eksperimen.1 – KM
Kontrol Posttest
Tabel 2 menunjukkan bahwa data post- 4,230 43 0,000
PM
test kemampuan komunikasi dan pemecahan Keterangan:
masalah matematika siswa pada kelas eksperi- KM : Komunikasi Matematika
men 1, eksperimen 2 dan kontrol mempunyai PM : Pemecahan Masalah Matematika
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yang
berarti data berdistribusi normal. Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bah-
wa seluruh nilai thitung > ttabel, yakni ttabel = 2,011
Tabel 3. Hasil Analisis Seluruh nilai signifikansinya pun < 0,025. Hasil
Uji Homogenitas Secara Multivariat tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbeda-
Data Box’s M df1 df2 Signifikansi an pengaruh antara model PBL di kelas eksperi-
Pretest 10,788 6 103996,2 0,112 men 1 dan model ekspositori di kelas kontrol
Posttest 7,331 6 103996,2 0,320 terhadap kemampuan komunikasi dan pemecah-
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa an masalah matematika. Dengan demikian,
hasil analisis uji homogenitas secara multivariat dapat disimpulkan bahwa model PBL berpe-
pretest dan posttest untuk kelas eksperimen 1, ngaruh signifikan terhadap kemampuan komu-
eksperimen 2 dan kelas kontrol menunjukkan nikasi dan pemecahan masalah matematika
nilai signifikansi > 0,05, yang berarti homogen. secara terpisah pada siswa kelas V SD se-
Gugus V Kecamatan Kasihan Bantul.
Tabel 4. Hasil Analisis
Uji Homogenitas Secara Univariat Tabel 6. Hasil Analisis Uji Independent Sample
T-test Posttest Kelas Eksperimen 2
Data df1 df2 Signifikansi dan Kelas Kontrol
Pretest KM 2 65 0,421
PM 2 65 0,287 Kelas Data thitung Df Sig.
Posttest KM 2 65 0,168 Posttest
3,961 44 0,000
PM 2 65 0,776 Eksperimen 2- KM
Keterangan: Kontrol Posttest
4,977 44 0,000
KM: Komunikasi Matematika PM
PM: Pemecahan Masalah Matematika Keterangan:
KM : Komunikasi Matematika
Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil anali- PM : Pemecahan Masalah Matematika
sis uji homogenitas secara univariat pretest dan
posttest untuk kelas eksperimen 1, eksperimen Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bah-
2 dan kelas kontrol memiliki nilai signifikansi > wa seluruh nilai thitung > ttabel, yakni ttabel = 2,011.
0,05, yang berarti homogen. Seluruh nilai signifikansinya pun < 0,025. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbeda-
an pengaruh antara model PBL di kelas eksperi-

Copyright © 2016, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN: 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927
Jurnal Prima Edukasia, 4 (1), Januari 2016 - 101
Laila Kodariyati, Budi Astuti

men 2 dan model ekspositori di kelas kontrol sama, sehingga diperoleh simpulan bahwa mo-
terhadap kemampuan komunikasi dan pemecah- del PBL memberikan pengaruh yang signifikan
an masalah matematika. Dengan demikian, da- terhadap kemampuan komunikasi dan pemecah-
pat disimpulkan bahwa model PBL berpe- an masalah secara bersama-sama.
ngaruh signifikan terhadap kemampuan komu- Hasil uji multivariat menunjukkan signi-
nikasi dan pemecahan masalah matematika fikan sehingga dilanjutkan uji dengan kriteria
secara terpisah pada siswa kelas V SD se- Bonferroni, untuk hasil analisisnya disajikan
Gugus V Kecamatan Kasihan Bantul. pada Tabel 9 dan Tabel 10.
Setelah diketahui bahwa model memberi-
Tabel 9. Hasil Analisis Uji dengan Kriteria
kan pengaruh yang signifikan terhadap kemam-
Bonferroni Posttest Kelas Eksperimen 1 dan
puan komunikasi dan pemecahan masalah ma-
Kelas Kontrol
tematika secara terpisah, pengujian dilanjutkan
pada uji multivariat. Data Mean Difference Sig
Posttest KM 5,702 0,001
Uji Multivariat Posttest PM 8,826 0,000
Analisis untuk Uji beda rata-rata multi- Keterangan:
variat dilakukan dengan menggunakan KM : Komunikasi Matematika
MANOVA dengan rumus T2 Hotteling, untuk PM : Pemecahan Masalah Matematika
hasil analisisnya disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai signifi-
Tabel 8. kansi posttest kemampuan komunikasi dan
Tabel 7. Hasil Analisis Multivariat Pretest pemecahan masalah matematika < 0,05 yang
Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan berarti posttest kemampuan komunikasi dan
Masalah Matematika pemecahan masalah matematika siswa kelas
eksperimen 1 lebih tinggi dibandingkan kelas
Effect Value F df Sig kontrol.
Hotelling’s Trace 0,023 0,367 4 0,001
Tabel 10. Hasil Analisis Uji dengan Kriteria
Berdasarkan Tabel 7 diketahui nilai sig- Bonferroni Posttest Kelas Eksperimen 2 dan
nifikansi untuk pretest sebesar 0,832 > 0,05 dan Kelas Kontrol
nilai = 0,367 < = 2,46. Hasil
Data Mean Difference Sig
tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbe- Posttest KM 6,174 0,000
daan pretest kemampuan komunikasi dan pe- Posttest PM 10,304 0,000
mecahan masalah matematika antara siswa Keterangan:
kelas eksperimen (eksperimen 1 & eksperimen KM : Komunikasi Matematika
2) dan kelas kontrol. Dengan demikian dapat PM : Pemecahan Masalah Matematika
disimpulkan bahwa kemampuan awal pada
kelas eksperimen (eksperimen 1 & eksperimen Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai signi-
2) dan kelas kontrol adalah sama. fikansi posttest kemampuan kemampuan komu-
nikasi dan pemecahan masalah matematika
Tabel 8. Hasil Analisis Multivariat Posttest sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti posttest ke-
Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan mampuan komunikasi dan pemecahan masalah
Masalah Matematika matematika siswa kelas eksperimen 2 lebih
Effect Value F df Sig tinggi dibandingkan kelas kontrol.
Hotelling’s Trace 0,531 8,364 4 0,000 Keseluruhan hasil penghitungan menun-
jukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh an-
Berdasarkan Tabel 8 diketahui nilai
tara kelas eksperimen dan kelas kontrol, dike-
signifikansi untuk posttest sebesar 0,000 < 0,05
tahui juga posttest kemampuan komunikasi dan
dan nilai = 8,364 < = 2,46. Hasil pemecahan masalah matematika siswa kelas
tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbeda- eksperimen 1 dan eksperimen 2 lebih tinggi
an posttest kemampuan komunikasi dan peme- dibandingkan kelas kontrol, sehingga dapat
cahan masalah matematika antara siswa kelas disimpulkan bahwa model PBL memberikan
eksperimen (eksperimen 1 & eksperimen 2) dan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
kelas kontrol. Dengan demikian kemampuan kemampuan komunikasi dan pemecahan masa-
akhir pada kelas eksperimen (eksperimen 1 & lah matematika siswa kelas V di SD se-Gugus
eksperimen 2) dan kelas kontrol adalah tidak V Kecamatan Kasihan Bantul.

Copyright © 2016, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN: 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927
Jurnal Prima Edukasia, 4 (1), Januari 2016 - 102
Laila Kodariyati, Budi Astuti

Pembahasan lain, siswa dapat memahami konsep-konsep


matematika melalui kemampuan komunikasi
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
yang dimilikinya. Hal ini sesuai yang dinyata-
mendeskripsikan pengaruh model PBL terhadap
kan oleh NCTM (2000, p.60) bahwa:
kemampuan komunikasi matematika siswa
kelas V di SD se-Gugus V Kecamatan Kasihan Communication is an essential part of
Bantul, mendeskripsikan pengaruh model PBL mathematics and mathematics education. It
terhadap kemampuan pemecahan masalah ma- is a way of sharing ideas and clarifying
tematika siswa kelas V di SD se-Gugus V understanding. Through communication,
Kecamatan Kasihan Bantul, dan mendeskripsi- ideas become objects of reflection, refine-
kan pengaruh model Problem Based Learning ment, discussion, and amendment. The
(PBL) terhadap kemampuan komunikasi dan communication process also helps build
pemecahan masalah matematika secara bersa- meaning. When students are challenged to
ma-sama siswa kelas V di SD se-Gugus V think and reason about mathematics and to
Kecamatan Kasihan Bantul. Berikut rincian communicate the result of their thinking to
pembahasannya. the other orally or in writing, they learn to
be clear and convincing.
Pengaruh Model PBL terhadap Kemampuan
Komunikasi Matematika Artinya komunikasi adalah bagian pen-
ting dari matematika dan pendidikan matema-
Berdasarkan hasil penghitungan pada
tika. ini adalah cara untuk berbagi ide dan
analisis deskriptif dan pengujian hipotesis
mengklasifikasi pemahaman. Melalui komuni-
menggunakan independent sample t-test dapat
kasi, ide menjadi objek refleksi, perbaikan,
membuktikan bahwa model PBL dapat mem-
diskusi, dan perubahan. Proses komunikasi juga
berikan pengaruh yang positif dan signifikan
membantu siswa membangun pemahaman.
terhadap kemampuan komunikasi matematika
Ketika siswa tertantang untuk berpikir dan
siswa kelas V SD se-Gugus V Kecamatan
membuat alasan tentang matematika dan meng-
Kasihan Bantul.
komunikasikan hasil pemikirannya kepada
Hal tersebut bisa terjadi karena dalam
orang lain baik secara lisan atau tulisan, mereka
model PBL siswa lebih terlihat aktif dalam
belajar untuk menjelaskan dan meyakinkan.
pembelajaran. Tugas guru adalah membimbing
jalannya proses pembelajaran. Siswa dituntut Pengaruh Model PBL terhadap Kemampuan
untuk menemukan konsepnya sendiri melalui Pemecahan Masalah Matematika
permasalahan-permasalahan yang diberikan.
Berdasarkan hasil penghitungan pada
Dalam pembelajaran dengan menggunakan mo-
analisis deskriptif dan pengujian hipotesis
del PBL, kemampuan komunikasi siswa dapat
menggunakan independent sample t-test dapat
dikembangkan dalam bentuk pertanyaan-per-
membuktikan bahwa model PBL dapat mem-
tanyaan pada awal pembelajaran. Siswa diminta
berikan pengaruh yang positif dan signifikan
menyebutkan dan menuliskan sifat-sifat pada
terhadap kemampuan komunikasi matematika
bangun datar melalui permasalahan autentik
siswa kelas V SD se-Gugus Kecamatan Kasih-
yang diberikan. Selain itu, dengan adanya dis-
an Bantul.
kusi kelas membuat siswa terpacu untuk me-
Penghitungan tersebut didukung juga
ngeluarkan ide atau gagasannya. Penggunaan
dengan hasil pengamatan empiris yang dilaku-
LKS yang diberikan pada setiap kelompok juga
kan pada setiap pertemuan. Kelas yang meng-
turut mempengaruhi jalannya proses pembel-
gunakan model PBL, siswa tidak sepenuhnya
ajaran. Setiap kelompok bertanggung jawab
menerima informasi yang diberikan guru, tetapi
menyelesaikan soal yang ada pada LKS dan
siswa yang aktif untuk mencari informasi ten-
mempresentasikannya di depan kelas. Kegiatan
tang materi yang dipelajarinya. Sebagaimana
presentasi dapat melatih siswa untuk berani ber-
yang dinyatakan oleh Ali, et al. (2010, p.68)
bicara di depan orang lain serta dapat mengem-
bahwa “in the problem based learning
bangkan kemampuan komunikasinya secara
approach the students’ turn from passive
lisan untuk menjelaskan hasil diskusinya dan
listeners of information receivers to active, free
menanggapi hasil kerja kelompok lain. Hal
self-learner and problem solver”. Artinya bah-
inilah yang membuat kemampuan komunikasi
wa PBL merupakan sebuah model pembel-
siswa dapat terbentuk melalui penerapan model
ajaran yang berpusat pada siswa dari pendengar
PBL dalam proses pembelajaran. Dengan kata

Copyright © 2016, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN: 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927
Jurnal Prima Edukasia, 4 (1), Januari 2016 - 103
Laila Kodariyati, Budi Astuti

informasi pasif menjadi aktif, mengembangkan guru hanya membimbing siswa untuk dapat
masalah dan keterampilan pemecahan masalah. menemukan konsep yang dipelajarinya. Hal ini
Dalam model PBL siswa belajar berda- sesuai dengan pernyataan (Anindyta &
sarkan masalah. Siswa menemukan konsep Suwarjo, p.212) bahwa model PBL dipandang
yang dipelajarinya melalui penyelesaian masa- sebagai model pembelajaran yang inovatif yang
lah yang ditemukan, sehingga siswa terlatih menekankan pada kegiatan pembelajaran yang
untuk menemukan langkah-langkah penyelesai- berpusat pada siswa dengan masalah sebagai
an secara mandiri. Hal ini sesuai dengan per- acuan dalam proses pembelajarannya.
nyataan (Handika & Wangid, p.86) bahwa Ada lima langkah atau tahapan pelaksa-
pembelajaran berbasis masalah merupakan naan model PBL dalam pembelajaran yaitu
model pembelajaran yang lebih menekankan mengorientasi siswa pada masalah, mengorga-
pada pemecahan masalah atau masalah sebagai nisasikan siswa untuk belajar, membimbing
titik tolak atau dasar dalam proses penyelidikan individu ataupun kelompok,
pembelajaran. mengembangkan dan mempresentasikan hasil
Pada langkah-langkah PBL terdapat pem- karya, dan menganalisis dan mengevaluasi pro-
bentukan kelompok dalam proses pembelajaran. ses pemecahan masalah. Pada tahap mengorien-
Pembentukan kelompok tersebut dapat mem- tasikan siswa pada masalah, guru melakukan
bantu siswa untuk meningkatkan pemahaman- aktivitas-aktivitas pembelajaran yang menghu-
nya melalui diskusi yang dilakukan. Hal ini bungkan siswa terhadap masalah-masalah
sesuai dengan pernyataan Mahalingam, autentik. Hal ini sesuai dengan pendapat Arends
Schaefer, & Morlino (2008, p.1580) bahwa (2008, p.41) bahwa “esensi PBL berupa
“students generally like working in groups to menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang
solve problems. Peer interaction and instruc- autentik dan bermakna bagi siswa, yang dapat
tion are effective tools for learning, and are berfungsi sebagai batu loncatan untuk investi-
good motivators as well.” Siswa secara umum gasi dan penyelidikan”.
menyukai bekerja dalam kelompok untuk me- Pada tahap selanjutnya guru membantu
mecahkan masalah. Interaksi dengan teman siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
sebaya dan pembelajaran teman sebaya meru- tugas belajar yaitu dengan dibentuk kelompok-
pakan alat yang efektif untuk belajar, dan kelompok kecil untuk mencari penyelesaian
merupakan motivator yang baik. masalah melalui LKS yang diberikan guru. Hal
Pemberian soal di akhir pembelajaran, ini sesuai dengan pernyataan Klegeris & Hurren
juga dapat meningkatkan kemampuan peme- (2011, p.408) bahwa pengaturan kelompok ke-
cahan masalah siswa, karena siswa diminta un- cil dalam PBL memiliki pengaruh yang positif
tuk menuliskan langkah-langkah penyelesaian pada belajar dan keterampilan siswa, termasuk
dari soal tersebut. Hal ini sesuai dengan peneli- peningkatan keterampilan pemecahan masalah
tian Ferreira & Trudel (2012. p.23), yang dan motivasi siswa.
menunjukkan bahwa PBL dapat memberikan Tahap yang ketiga adalah membimbing
pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan penyelidikan individu ataupun kelompok. Pada
pemecahan masalah pada ilmu pengetahuan. tahap ini guru memberikan kebebasan kepada
setiap kelompok untuk mencari informasi yang
Pengaruh Model PBL terhadap Kemampuan
berhubungan dengan permasalahan yang ada di
Komunikasi dan Pemecahan Masalah
LKS, sehingga siswa mendapatkan penjelasan
Matematika
dan pemecahan masalah yang sesuai. Selain itu,
Keseluruhan penghitungan dengan meng- kegiatan ini dapat membantu siswa untuk
gunakan analisis deskriptif, uji univariat menciptakan dan membangun ide-ide siswa
independen samplet t-test, uji Multivariate sendiri. Setelah menemukan pemecahan masa-
Analysis Of Variance (MANOVA) dengan ru- lah melalui informasi yang dikumpulkan, tahap
mus T2 Hotteling, uji dengan kriteria Bonferroni selanjutnya yaitu mengembangkan dan mem-
telah membuktikan bahwa model PBL dapat presentasikan karya. Dengan adanya kegiatan
memberikan pengaruh yang lebih positif dan diskusi yang dilanjutkan dengan presentasi,
signifikan terhadap kemampuan komunikasi maka akan memberikan banyak kesempatan
dan pemecahan masalah matematika siswa. Hal kepada siswa untuk belajar berkomunikasi baik
ini dikarenakan langkah-langkah pelaksanaan secara lisan maupun tulisan.
PBL membuat siswa lebih semangat dalam Langkah yang terakhir adalah mengana-
belajar. Pembelajaran lebih didominasi siswa, lisis dan mengevaluasi proses pemecahan

Copyright © 2016, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN: 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927
Jurnal Prima Edukasia, 4 (1), Januari 2016 - 104
Laila Kodariyati, Budi Astuti

masalah. yang sudah dipresentasikan setiap < 0,025; (3) model Problem Based Learning
kelompok. Guru juga memberikan penguatan (PBL) berpengaruh positif dan signifikan terha-
berupa pemantapan terhadap materi yang sudah dap kemampuan komunikasi dan pemecahan
dibahas sehingga siswa memiliki konsep yang masalah matematika secara bersama-sama sis-
matang tentang kompentensi dasar yang wa kelas V di SD se-Gugus V Kecamatan
dipelajari. Kasihan Bantul dengan nilai signifikansi
Keseluruhan langkah-langkah PBL terse- sebesar < 0,05.
but mengindikasikan bahwa peran guru dan
Saran
siswa secara jelas sehingga memungkinkan sis-
wa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, Berdasarkan hasil penelitian, saran yang
sehingga kemampuan komunikasi dan peme- dapat disampaikan khususnya pada materi sifat-
cahan masalah matematika dapat dikembang- sifat bangun datar dengan menerapkan model
kan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rusman PBL, antara lain bagi guru adalah dapat mene-
(2014, p.230) bahwa PBL dapat memfasilitasi rapkan model PBL sebagai salah satu alternatif
keberhasilan memecahkan masalah, komuni- model pembelajaran yang dapat meningkatkan
kasi, kerja kelompok dan keterampilan inter- kemampuan komunikasi dan pemecahan masa-
personal dengan lebih baik. lah matematika siswa SD; pada saat menerap-
Hal berbeda terjadi pada model ekspo- kan model PBL dalam proses pembelajaran,
sitori yang diterapkan di kelas kontrol. Pada sebaiknya guru perlu memahami setiap lang-
model ekspositori siswa selalu difasilitasi dan kah-langkah yang ada pada model PBL, sehing-
diarahkan. Guru menyajikan konsep-konsep ga guru dapat memberikan instruksi yang jelas
sebelum penyelidikan, sehingga penyelidikan kepada siswa untuk mengikuti langkah-langkah
yang dilakukan siswa hanya merupakan kegiat- pelaksanaan model PBL; dan sebaiknya dalam
an yang telah dibahas sebelumnya, akibatnya menerapkan suatu model pembelajaran perlu
siswa kurang dapat mengembangkan kemam- adanya inovasi yang baru dan penerapannya
puan pemecahan masalahnya. Dalam pembel- dilakukan untuk menghindari kejenuhan siswa.
ajaran ekspositori guru adalah sebagai sumber Dalam menerapkan suatu model pembelajaran,
informasi utama, sehingga siswa kurang berpe- guru perlu memperhatikan kondisi siswa, ma-
ran aktif dalam pembelajaran. Hal ini sesuai teri pembelajaran dan alokasi waktu. Bagi
dengan yang dinyatakan oleh Sanjaya (2009. peneliti lain yaitu perlu diadakan penelitian lain
p.179) bahwa pembelajaran ekspositori adalah tentang penerapan model PBL pada materi
pembelajaran yang menekankan kepada proses pembelajaran dan kondisi siswa yang berbeda
penyampaian materi secara verbal dari seorang dan perlu juga dikembangkannya penelitian ini
guru kepada sekelompok siswa dengan maksud untuk membandingkan penerapan model PBL
agar siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan model pembelajaran dan variabel terikat
secara optimal. Dengan kata lain, komunikasi yang lain.
lebih banyak terjadi dari guru ke siswa, bukan
Daftar Pustaka
dari sesama siswa atau interaksi siswa dengan
guru, sehingga kesempatan siswa untuk belajar Adams, D., & Hamm, M. (1994). New designs
berkomunikasi sedikit. for teaching and learning promoting
active learning in tomorrow’s schools.
Simpulan dan Saran San Francisco: Jossey-Bass Publisher.
Simpulan Ahmad, A., Salim, S.S., & Zainuddin, R.
Berdasarkan hasil uji hipotesis, diperoleh (2008). A cognitive tool to support
simpulan bahwa (1) model Problem Based mathematical communication in
Learning (PBL) berpengaruh positif dan signi- fraction word problem solving. Journal
fikan terhadap kemampuan komunikasi mate- of wseas transactions on computers, 7,
matika siswa kelas V di SD se-Gugus V Keca- 228-236.
matan Kasihan Bantul dengan nilai signifikansi Ali, R., et al. (2010). Effect of using problem
< 0,025; (2) model Problem Based Learning solving method in teaching
(PBL) berpengaruh positif dan signifikan terha- mathematics on the achievement of
dap kemampuan pemecahan masalah matema- mathematics students. Journal Asian
tika siswa kelas V di SD se-Gugus V Keca- Social Science, 6, 67-72.
matan Kasihan Bantul dengan nilai signifikansi

Copyright © 2016, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN: 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927
Jurnal Prima Edukasia, 4 (1), Januari 2016 - 105
Laila Kodariyati, Budi Astuti

Anindyta, P., & Suwarjo, S. (2014). Pengaruh secondary school students in costal
problem based learning terhadap area. Journal teknologi (social
keterampilan berpikir kritis dan regulasi sciences), 63:2, 77-83.
diri siswa kelas V. Jurnal Prima
Klegeris, A., & Hurren, H. (2011). Impact of
Edukasia, 2(2), 209-222. Retrieved
problem-based learning in a large
fromhttp://journal.uny.ac.id/index.php/j
classroom setting: student perception
pe/article/view/2720
and problem-solving skills. Journal of
Arends, R. I. (2008). Learning to teach (Belajar Advances in Physiology Education, 35,
untuk mengajar). (Terjemahan Helly 408-415.
Prajitno Soetjipto & Sri Mulyantini
Mahalingam, M., Schaefer, F., & Morlino, E.
Soetjipto). New York: McGraw Hills.
(2008). Promoting student learning
(Buku asli diterbitkan tahun 2007).
through group problem solving in
BSNP. (2006). Standar isi untuk satuan general chemistry recitations. Journal
pendidikan dasar dan menengah: of chemical education, 85, 1577-1581.
standar kompetensi dan kompetensi
Mahmudi, A. (2009). Komunikasi dalam
dasar SD/MI. Jakarta: BSNP.
pembelajaran matematika. Journal
Ferreira, M.M., & Trudel, A.R. (2012). The MIPMIPA UNHALU volume 8, nomor
impact of problem-based learning 1.
(PBL) on student attitudes toward
Nitko, A.J. & Brookhart, S.M. (2011).
science, problem-solving skills, and
Educational assessment of students.
sense of community in the classroom.
Upper Saddle River, New Jersey:
Journal of classroom interaction, 47.1,
Pearson Educational, Inc.
23-30.
NTCM. (2000). Principles standards for school
Gok, T., & Silay. (2010). The effects of
mathematics. Virginia: Reston.
problem solving strategies on students’
achievement, attitude and motivation. Polya, G. (1973). How to solve it: A new aspect
Journal of phys. education, 4, 7-21. of mathematical method. Princeton:
Princeton University Press.
Handika, I., & Wangid, M. (2013). Pengaruh
pembelajaran berbasis masalah Posamentier, A.S., & Stepelman, J. (1990).
terhadap penguasaan konsep dan Teaching secondary school mathe-
keterampilan proses sains siswa kelas matics. Techniques and enrichment
V. Jurnal Prima Edukasia, 1(1), 85-93. units (3rd ed). Columbus, OH: Merill
Retrieved Publishing Company.
fromhttp://journal.uny.ac.id/index.php/j Qohar, A. (2011). Mathematical
pe/article/view/2320 communication: what and how to
Hino, K. (2007). Toward the Problem-Centered develop it in mathematics learning?
Classroom: Trends in Mathematical Proceeding International Seminar and
Problem Solving in Japan. Journal the fourth national conference on
ZDM Mathematics Education, 39, 503- matheamatics education, department of
514. mathematics education, Yogyakarta
State University.
Hock, C.U. (Desember 2007). Conseptualizing
a framework for mathematics Reynolds, C.R., Livington, R.B., & Willson, V.
communication in Malaysian Primary (2009). Measurenment and assessment
Schools. Diakses pada tanggal 25 in education (2th Ed.). Upper Saddle
Agustus 2014. River, NJ: Pearson Education, Inc.
Johnson, R.B., & Christensen, L. (2014). Rusman. (2014). Model-model pembelajaran
Educational research: quantitative, mengembangkan profesionalisme guru.
qualitative, and mixed approaches 5th Jakarta: Rajawali Pers.
Ed.). London: SAGE Publications, Inc. Sanjaya, W. (2009). Strategi pembelajaran
Kadir & Parman, M.S. (2013). Mathematical berorientasi standar proses pendidikan.
communication skills of junior

Copyright © 2016, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN: 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927
Jurnal Prima Edukasia, 4 (1), Januari 2016 - 106
Laila Kodariyati, Budi Astuti

Jakarta: Kencana Prenada Media Yasin, R.M., Halim, L., & Ishar, A. (2012).
Group. Effect of problem-solving strategies in
the teaching and learning of
Tan, Oon-Sen. (Ed.). (2009). Problem based
engineering drawing subject. Journal of
learning and creativity. Lorong Chuan:
science and education, 8, 65-79.
Cengage Learning Asia Pte Ltd.

Copyright © 2016, Jurnal Prima Edukasia, Print ISSN: 2338-4743, Online ISSN: 2460-9927

Anda mungkin juga menyukai