Anda di halaman 1dari 8

P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:

Volume 9, Nomor 1, Januari 2018 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

PENGARUH SIMULASI PUBLIC SAFETY CENTER TERHADAP


PENINGKATAN SELF EFFICACY KOORDINASI SISTEM
PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU

The Effect of Public Safety Center Simulation Toward Increased Self Efficacy
in Integrated Emergency Service System Coordination

Riza Fikriana*1, Al-Afik2


1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen Malang, Jalan Trunojoyo No.16 Kepanjen
2
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jalan Lingkar Selatan Bantul Yogyakarta
*
e-mail: riza_fikriana@stikeskepanjen-pemkabmalang.ac.id

ABSTRAK

Pelayanan kegawatdaruratan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Salah satu
faktor yang menentukan kualitas pelayanan gawat darurat adalah kualitas sumber daya manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh simulasi Public Safety Center terhadap
peningkatan self efficacy koordinasi Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu. Desain
penelitian yang digunakan yaitu quasy eksperimental dengan pendekatan pretest – posttest without
control group. Responden penelitian adalah peserta yang mengikuti pelatihan Public Safety Center
yang diselenggarakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo Jawa Tengah pada tanggal 17 –
18 Maret 2017 sejumlah 38 orang. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner. Data penelitian
dianalisis menggunakan uji wilcoxon dengan taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian didapatkan
simulasi Public Safety Center mampu meningkatkan self efficacy koordinasi Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu dengan p-value <0,001. Dari hasil tersebut menunjukkan
bahwa pelaksanaan pelatihan dengan metode simulasi dapat meningkatkan kapasitas petugas
kesehatan dalam memberikan pelayanan gawatdarurat. Dengan meningkatnya kapasitas sumber
daya manusia, maka diharapkan pelayanan kepada pasien akan berjalan secara optimal dan sesuai
dengan yang diharapkan.

Kata kunci : Simulasi, public safety center, self efficacy, gawat darurat

ABSTRACT

Emergency services are very important things to be noticed. One key factor in quality of
emergency services is quality of human resources. The aim of this study was to analysis the effects
of Public Safety Center simulation toward increased self efficacy in Integrated Emergency Service
System Coordination. Research design was quasi experimental design with pretest – posttest
without control group approach. Research sample was Public Safety Center Training participants
in Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo on 17th-18th March 2017 with 38 participants. Research
instrument was used questioner. Data was analyzed by wilcoxon test with significance 5%. The
result was revealed that Public Safety Center increased self efficacy in Integrated Emergency
Service System Coordination with p value < 0,001. The result showed that emergency training
with simulation method could increased the quality of healthcare providers in emergency services.
With the increasing human resources capacity, it is expected that service to patients will be
optimized and as expected.

Keyword: Simulation, public safety center, self efficacy, emergency

Pengaruh Simulasi Public Safety Center Terhadap Peningkatan Self Efficacy Koordinasi Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu
35
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 9, Nomor 1, Januari 2018 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

LATAR BELAKANG
Kasus kegawatdaruratan merupakan dari layanan pra rumah sakit, layanan
bagian penting yang perlu diperhatikan, rumah sakit dan sistem rujukan.
karena secara jumlah dan dampak yang Dibentuk SPGDT ini sejak tanggal 15
ditimbulkan terjadi peningkatan dari Nopember tahun 2000 dengan adanya
waktu ke waktu. Data dari Indiana deklarasi Makasar yang salah satu
Trauma Registry from Indiana State programnya adalah mengusahakan
Department of Health (ISDH) periode peningkatan serta pendayagunaan
maret 2013 sampai dengan Maret 2014 sarana-sarana yang ada guna menjamin
terdapat 19.817 kejadian cidera dan rasa sehat dan aman, yang merupakan
terdapat 11.463 orang mengalami bagian dari hak asasi manusia serta
kegawatan cardiac (chest pain) di luar memasyarakatkan SPGDT sehar-hari
rumah sakit. Kegawat daruratan sehari- dan bencana secara efektif dan efisien.
hari bisa terjadi akibat trauma maupun Peraturan Menteri Kesehatan Republik
karena kasus penyakit, dan yang Indonesia No 19 tahun 2016 disebutkan
tersering yaitu terjadinya kematian dan bahwa SPGDT adalah suatu mekanisme
kecacatan akibat serangan jantung atau pelayanan korban/pasien gawat darurat
akibat stroke. Tercatat juga angka yang terintegrasi dan berbasis call center
kebutuhan dana perawatan lebih dari dengan menggunakan kode akses
$11 Juta dalam periode 2011-2015 untuk telekomunikasi 119 dengan melibatkan
mencukupi kebutuhan awal pertolongan masyarakat. Bentuk program SPGDT ini
pertama akibat cidera tersebut di wujudkan dengan adanya pusat
(Neuhausen, et al, 2011). Angka yang pelayanan keselamatan (Public Safety
cukup tinggi ini akan terus meningkat Center/PSC). PSC merupakan pusat
apabila tidak dikelola dengan baik pelayanan yang menjamin kebutuhan
dengan suatu sistem yang akan masyarakat dalam hal-hal yang
memberikan pelayanan secara optimal berhubungan dengan kegawatdaruratan
pada masalah kesehatan. Hal ini sejalan yang berada di kabupaten/kota yang
dengan penelitian yang telah dilakukan merupakan ujung tombak pelayanan
oleh Hagihara et al (2013), menyatakan untuk mendapatkan respon cepat.
bahwa semakin tahun jumlah Kabupaten atau kota di seluruh
permintaan ambulan gawat darurat Indonesia sesuai Keputusan Menteri
semakin meningkat. Hal ini Kesehatan tersebut diwajibkan
menunjukkan bahwa pelayanan gawat membentuk dan melaksanakan program
darurat menjadi kebutuhan yang sangat PSC dengan menyesuaikan kapasitas
penting untuk terus ditingkatkan dan kemampuan masing-masing daerah.
pelayanannya agar masyarakat Komponen penting untuk
mendapatkan penanganan secara cepat terselenggaranya program PSC ini perlu
dan tepat. adanya sistem meliputi peraturan hukum
Sistem Penanggulangan Gawat internal, call center, alur/SOP
Darurat Terpadu (SPGDT) merupakan koordinasi, kebijakan masing-masing
suatu sistem layanan secara terpadu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),
lintas profesi dan lintas sektoral. jejaring kerjasama dan hal-hal yang
Pelayanan tehadap kasus berkaitan dengan kebutuhan koordinasi
kegawatdaruratan secara terpadu mulai termasuk kerjasama dengan lintas sektor
Pengaruh Simulasi Public Safety Center Terhadap Peningkatan Self Efficacy Koordinasi Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu
36
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 9, Nomor 1, Januari 2018 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

atau instansi lain yang terkait dan pada petugas PSC, harapannya akan
mekanisme pembiayaan PSC. terjadi peningkatan kemampuan pada
Komponen selanjutnya adalah diri petugas tersebut sehingga akan
sumberdaya manusia dan komponen dapat meningkatkan self efficacy
sarana prasarana untuk terwujudnya petugas. Dengan peningkatan self
program PSC ini. Fenomena ini efficacy, akan mempengaruhi perilaku
merupakan suatu kewajiban dan petugas PSC dalam memberikan
keharusan bagi para pengambil pelayanan kesehatan kepada pasien.
kebijakan yang berpihak kepada Sehingga pasien akan mendapatkan
masyarakat untuk membuat suatu sistem pertolongan dengan cepat dan tepat.
atau tatanan pelayanan gawatdarurat Berdasarkan hal tersebut, maka
terpadu yang berorientasi dan bertitik diperlukan penelitian untuk mengetahui
tolak pada pelayanan gawat darurat pra pengaruh pelatihan dengan
rumah sakit, sehingga individu atau menggunakan metode simulasi Public
masyarakat yang tiba-tiba mendapat Safety Center terhadap peningkatan self
musibah sesegera mungkin mendapatkan efficacy koordinasi Sistem
pertolongan pelayanan gawat darurat Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
ditempat kejadian sebelum mendapat (SPGDT). Tujuan penelitian ini adalah
pelayanan yang professional di rumah untuk menganalisis pengaruh simulasi
sakit. Hal ini sejalan dengan penelitian Public Safety Center terhadap
yang telah dilakukan oleh Suserud BO et peningkatan self efficacy koordinasi
al (2011) yang menyatakan bahwa 82 % Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
panggilan call center dilakukan oleh Terpadu (SPGDT).
anggota keluarga pasien ataupun orang –
orang yang ada di sekitar pasien untuk METODE PENELITIAN
mendapatkan pelayanan gawatdarurat. Desain penelitian yang
Sehingga menjadi hal yang sangat digunakan merupakan penelitian quasy
penting untuk memperhatikan kualitas eksperimental dengan pendekatan
pelayanan gawatdarurat untuk pretest – posttest without control group.
meningkatkan angka harapan hidup Responden penelitian adalah peserta
pasien. yang mengikuti pelatihan Public Safety
Berkaitan dengan hal tersebut, Center yang diselenggarakan di Dinas
untuk terwujudnya PSC agar sesuai Kesehatan Kabupaten Purworejo Jawa
dengan program yang diharapkan, maka Tengah pada tanggal 17 – 18 Maret
perlu tahapan-tahapan dalam 2017 sejumlah 38 orang. Pengambilan
pembentukannya termasuk menyiapkan data penelitian dilakukan sebelum dan
sumberdaya manusia terkait sistem sesudah dilakukan simulasi Public
koordinasi antara call center dengan Safety Center. Sebelum dilakukan
jejaring PSC, serta komunikasi dan simulasi, responden telah mendapatkan
teknis pelayanan kepada masyarakat pengantar materi tentang Sistem
yang mengalami kegawat daruratan. Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
Adapun bentuk kesiapannya adalah (SPGDT) yang terdiri dari networking
dengan pelatihan-pelatihan dalam PSC SPGDT, standart ambulan, komunikasi
baik pelatihan koordinasi dan bersistem dan sistem koordinasi dalam SPGDT
maupun pelatihan teknis penanganan serta mendapatkan latihan table top
korban. Dengan diadakannya pelatihan dengan metode call center tentang
Pengaruh Simulasi Public Safety Center Terhadap Peningkatan Self Efficacy Koordinasi Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu
37
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 9, Nomor 1, Januari 2018 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

sistem koordinasi apabila terjadi kegawatan baik lokasi maupun model


kegawatan. Dalam kegiatan tersebut, kasusnya dimulai dari adanya panggilan
menggunakan sarana peta purworejo dan dari penduduk ke call center kemudian
miniatur sesuai lokasi dan peran serta PSC menerima panggilan dan
radio medik untuk latihan komunikasi. mengkoordinasikan dengan sektor
Setelah mendapatkan materi tersebut terkait yang dibutuhkan untuk
dilakukan pretest untuk mengetahui self selanjutnya dilakukan pertolongan di
efficacy koordinasi SPGDT masing – tempat kejadian kegawatan. Sesudah
masing responden. Teknik pengumpulan responden diberikan perlakuan tersebut,
data menggunakan kuisioner penelitian dilakukan post test tentang self efficacy
yang berisi sepuluh pertanyaan tertutup sistem koordinasi dalam SPGDT. Hasil
tentang self efficacy sistem koordinasi data yang didapatkan, dilakukan analisis
dalam SPGDT. Selanjutnya dilakukan baik secara univariat maupun bivariat.
simulasi Public Safety Center. Dalam Analisis bivariat menggunakan uji
simulasi ini melibatkan seluruh wilcoxon dengan taraf signifikansi 95 %.
responden untuk menjalankan perannya Analisis data tersebut dilakukan dengan
masing – masing. Skenario simulasi menggunakan SPSS for windows versi
disusun hampir mirip dengan kejadian 21.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pada tabel 2 dijelaskan


Tabel 1. Distribusi Frekuensi Usia bahwa sebagian besar responden yaitu
Responden 71 % merupakan sopir ambulan.
No Usia n (%)
1 21 – 30 tahun 10 (26,3) Tabel 3. Distribusi Frekuensi Lama
2 31 – 40 tahun 6 (15,8) Pengalaman Bekerja Responden
3 41 – 50 tahun 7 (18,4) No Lama Pengalaman n (%)
4 51 – 60 tahun 15 (39,5) Bekerja
1 < 1 tahun 12 (31,6)
Berdasarkan pada tabel 1 terlihat bahwa 2 1 – 5 tahun 0 (0)
hampir setengah responden berusia 51 – 3 6 – 10 tahun 1 (2,6)
60 tahun (39,5 %). 4 > 10 tahun 25 (65,8)

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Berdasarkan pada tabel 3 terlihat bahwa


Responden lebih dari setengah responden yaitu 65,8
No Pekerjaan n (%) % mempunyai pengalaman kerja lebih
1 Sopir ambulan 27 (71) dari 10 tahun.
2 Perawat 8 (21)
3 Staf Administrasi 3 (8)

Pengaruh Simulasi Public Safety Center Terhadap Peningkatan Self Efficacy Koordinasi Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu
38
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 9, Nomor 1, Januari 2018 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

Tabel 4. Hasil Analisis Uji Wilcoxon Perbedaan Self Efficacy Koordinasi Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Sebelum dan Sesudah Mengikuti Simulasi Public
Safety Center
No Self Efficacy p-value
1 Ketika ditemukan kasus gawat darurat di kabupaten Purworejo, Anda akan <0,001*
tetap tenang karena Anda sudah percaya diri sebagai anggota PSC,
kemudian akan melakukan pertolongan dengan sistem yang ada di call
center PSC Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo.
2 Sebelum mendapatkan panggilan, seberapa yakin ambulan dan personal di <0,001*
puskesmas atau PSC induk siap melakukan panggilan pasien dengan kasus
gawat darurat.
3 Seseorang mengalami kejadian gawat darurat akibat kecelakaan lalu lintas 0,008*
di wilayah Purworejo dan Anda yang menemukan pertama kali.
Selanjutnya Anda akan melihat keamanan penolong, aman lingkungannya,
dan mengecek kondisi korban secara tepat dan akurat, kemudian
melakukan panggilan gawat darurat yang telah ada dengan cara yang benar
4 PSC adalah layanan gawat darurat untuk masyarakat secara terpadu yang 0,026*
dalam kerjanya perlu dukungan lintas sektor yang saling terkait. Jika Anda
berada pada salah satu sektor di dalamnya maka Anda akan melakukan
koordinasi dengan jejaring dan sektor lain yang berkaitan.
5 Sebagai penerima pesan adanya suatu kejadian, Anda akan berupaya 0,009*
proaktif dengan tidak reaktif, dengan cara mengenalkan diri dan siapa ,
klarifikasi informasi dengan akurat, memberi saran dan pertolongan lewat
telpon dalam kondisi yang sangat mendesak.
6 Jika Anda sampai di tempat kejadian, dan didapati korban tidak sadarkan 0,003*
diri, sementara tidak ada nafas dan nadi tidak teraba, maka Anda akan
minta bantuan teman lain untuk menyiapkan peralatan dan AED, kemudian
segera lakukan resusitasi jantung paru (RJP) dan menggunakan AED
dengan tepat
7 Anda telah menolong korban yang patah tulang di kaki kanan, dan Anda 0,126
sudah pasang spalk serta dicek secara keseluruhan, kemudian Anda akan
menginformasikan ke rumah sakit yang dituju, dengan memberi informasi
ke puskesmas atau induk PSC bahwa korban telah atau sedang ditransfer
ke Rumah Sakit.

8 Ketika Anda menggunakan dan mengendarai ambulan gawat darurat 0,007*


menuju korban, maka Anda akan menyalakan sirine, lampu rotari dan
lampu send dinyalakan dengan melaju pada kecepatan 60km/jam di jalan
biasa.
9 Jika Anda telah melakukan penanganan dan membawa ke rumah sakit, 0,080
maka Anda sudah yakin memberikan informasi yang akurat ke IGD
mengenai data kejadian, kondisi korban saat ini dan penanganan yang
dilakukan sebelum tiba di rumah sakit.

10 Anda memahami dan mampu melakukan standart opersional prosedur <0,001*


peralatan yang ada di IGD pada semua komponen yang sudah ditentukan,
seperti ruang triase, resusitasi, observasi, ruang periksa tidak gawat
darurat, dekontaminasi, ruang edukasi, akses yang mudah, peralatan
bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut serta berdekatan dengan
sarana penunjang
Ket * : p-value < 0,05

Berdasarkan pada tabel 4 di atas masing kondisi, memiliki p-value <


diketahui bahwa hampir seluruh 0,005 kecuali pada komponen nomor 7
komponen self efficacy sesuai masing – dan 9 dengan p-value 0,126 dan 0,080.
Pengaruh Simulasi Public Safety Center Terhadap Peningkatan Self Efficacy Koordinasi Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu
39
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 9, Nomor 1, Januari 2018 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan didapatkan p-value <0,001 yang berarti
simulasi PSC mempunyai pengaruh bahwa pelatihan simulasi PSC mampu
yang bermakna terhadap self efficacy meningkatkan self efficacy petugas
peserta pelatihan. Hal ini sebanding kesehatan.
dengan hasil uji wilcoxon pada tabel 5,

Tabel 5. Hasil Analisis Uji Wilcoxon Perbedaan Skor Total Self Efficacy Koordinasi SPGDT
Self Efficacy Minimal - Maximal Nilai p
Sebelum Simulasi 42 – 98 <0,001*
Setelah Simulasi 62 – 100

Public Safety Center (PSC) yang di pelayanan terhadap kasus yang dihadapi.
kesehatan lebih spesifik dengan istilah Hal ini sejalan dengan beberapa hasil
Emergency Medical Services (EMS) penelitian yang telah dilakukan
merupakan salah satu sistem pelayanan sebelumnya bahwa metode simulasi
kesehatan yang bersifat tindakan darurat sangat efektif untuk meningkatkan
dan berorientasi pada sistem tindakan kemampuan seseorang dalam melakukan
dan penanganan kegawatdaruratan diluar tindakan. Hal ini karena metode simulasi
rumah sakit. Penyelenggaraan sistem mempunyai keunggulan antara lain
pelayanan gawatdarurat pra rumah sakit mampu secara langsung
merupakan sistem pelayanan mengaplikasikan teori yang sudah
gawatdarurat terpadu, oleh sebab itu didapatkan kedalam praktek secara
penanganan penderita yang cepat dan langsung di lapangan. Selain itu pada
tepat yang dimulai dari tempat kejadian metode simulasi dapat meningkatkan
akan mempertinggi harapan hidup bagi kemampuan untuk mengembangkan
penderita yang tertimpa petaka atau kerjasama antar tim serta meningkatkan
musibah. Untuk mewujudkan agar PSC keaktifan peran masing – masing.
dapat berjalan dengan maksimal, Dengan keaktifan menjalankan peran
diperlukan dukungan sistem, sarana ini, akan mampu meningkatkan
prasarana serta sumber daya pendukung. kepercayaan diri seseorang (Weller
Komponen sumberdaya manusia JM,2004).
merupakan salah satu komponen yang Hasil penelitian lain yang telah
sangat penting untuk mewujudkan agar dilakukan oleh Goldenberg D et al
PSC dapat berjalan dengan maksimal (2005), juga menyebutkan bahwa
dan sesuai dengan harapan. Upaya metode simulasi mampu secara
peningkatan kemampuan petugas signifikan meningkatkan self efficacy
kesehatan sebagai seorang pelaku PSC peserta pelatihan serta kepercayaan diri
dapat dilakukan dengan memberikan mereka. Aplikasi simulasi merupakan
pelatihan – pelatihan terkait dengan salah satu strategi yang dapat dilakukan
PSC. Hasil penelitian yang telah untuk meningkatkan perilaku peserta
dilakukan sesuai dengan tabel 4 dan 5 pelatihan. Beberapa keunggulan yang
didapatkan bahwa pelatihan yang dapat diambil dari metode simulasi ini
dilakukan pada petugas PSC dengan antara lain mampu memberikan
metode simulasi mampu meningkatkan pembelajaran sesuai dengan kondisi
self efficacy petugas dalam memberikan nyata, meningkatkan kemampuan
Pengaruh Simulasi Public Safety Center Terhadap Peningkatan Self Efficacy Koordinasi Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu
40
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 9, Nomor 1, Januari 2018 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

kognitif, psikomotor, komunikasi, atau keluarga dengan dokter atau


diskusi dan ketrampilan serta spesialis melakukan konsultasi dengan
meningkatkan kepercayaan diri, sikap telemedicine. Model Teaching
dan motivasi seseorang. Community merupakan model pelayanan
Berdasarkan hasil penelitian di kesehatan di masyrakat dengan
atas dapat diketahui bahwa upaya mengajarkan metode pembelajaran
peningkatan pelayanan PSC dapat kepada kelompok masyarakat.
dilakukan dengan cara meningkatkan Pertolongan pertama dan deteksi dini
kemampuan sumber daya manusia masalah-masalah kegawatan dan
melalui pelatihan dengan metode masalahan kesehatan lain serta
simulasi. Dengan pelatihan ini pengambilan keputusan dan informasi
harapannya dapat meningkatkan rujukan ke pelayanan kesehatan
pelayanan gawatdarurat yang definitif. Sedangkan model Integrated
dibutuhkan oleh pasien. System merupakan model PSC yang
Selain pendekatan sumber daya diharapkan secara optimal memberikan
manusia, pendekatan yang dilakukan pelayanan kesehatan. Model ini ada
oleh beberapa negara dalam rangka integrasi yang lengkap dengan
meningkatkan kualitas pelayanan yaitu pemerintah daerah dengan rumah sakit
dengan pendekatan Community Health dan pelayanan kesehatan lain seperti
Center. Dalam pendekatan ini memiliki puskesma jejaring yang konfrehensif
enam model antara lain Tin-Cup, (Neuhausen K et al, 2011).
Hospital PartnerShip, Buy Your Own Sistem integrasi memberi
Supspesialists, Tele Health, Teaching dampak yang lebih menguntungkan,
Community dan Integrated System. bagi pasien akan mendapatkan
Model Tin-Cup merupakan model pelayanan lebih cepat dan tepat, beban
pelayanan kesehatan dimana masyarakat biaya juga akan lebih ringan karena
secara langsung menghubungi ke efektif dengan rujukan ke rumah sakit
personal orang kesehatan atau kelompok yang tepat. Sistem integrasi ini juga
informal subspesialist. Model Hospital mengganakan mekanisme pembiayaan
PartnerShip merupakan model PSC dengan sistem asuransi saling
yang beafiliasi dengan salah satu rumah membantu, bagi masyarakat
sakit. Dalam hal ini pihak rumah sakit berpenghasilan rendah tetap dapat
membangun kemitraan formal dengan mengakses bantuan primer dengan
kelompok masyarakat. Model Buy Your layanan terbaik (Neuhausen et al, 2011).
Own Supspesialists merupakan PSC atau
kelompok masayarakat memiliki dokter SIMPULAN DAN SARAN
dan tenaga subspesialis sendiri dalam Peningkatan kemampuan
pemenuhan kebutuhan pelayanan sumber daya manusia sebagai salah satu
kesehatan. Kelompok atau PSC ini faktor yang mempengaruhi kualitas
merekrut dan membayar sendiri para pelayanan gawatdarurat merupakan
subspesialis tersebut. Model Tele Health salah satu hal yang harus diperhatikan.
merupakan model pelayanan kesehatan Pelatihan Public Safety Center dengan
terutama kegawatdaruratan dengan metode simulasi sangat efektif untuk
menggunakan jasa perangkat meningkatkan self efficacy bagi petugas
komunikasi yang realtime antara pasien kesehatan dalam melakukan koordinasi
Pengaruh Simulasi Public Safety Center Terhadap Peningkatan Self Efficacy Koordinasi Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu
41
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 9, Nomor 1, Januari 2018 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

sistem pelayanan gawat darurat terpadu. Community Health Centers Into


Dengan meningkatnya self efficacy ini Organized Delivery Systems Can
harapannya akan merubah perilaku Improve Access To Subspecialty
petugas dalam memberikan pelayanan Care.Health Affairs 31, No. 8 :
gawat darurat kepada pasien sehingga 1708–1716. doi:
dapat memberikan pelayanan kesehatan 10.1377/hlthaff.2011.1261
yang maksimal dan sesuai dengan
harapan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No 19 tahun 2016
DAFTAR PUSTAKA tentang Sistem Penanggulangan
Hagihara, A, Hasegawa, M, Hinohara, Gawat Darurat Terpadu.
Y, Abe, T, & Motoi, M. 2013.
The aging population and future Suserud Björn-Ove, Lena Beillon,
demand for emergency Ingvar Karlberg, Jukka Pappinen,
ambulances in Japan. Intern Maaret Castren, Johan Herlitz.
Emerg Med . 8:431–437 2011. International Journal of
Clinical Medicine. 2 . 544-549
Goldenberg D, Mary-Anne doi:10.4236/ijcm.2011.25089
Andrusyszyn, and Carroll Iwasiw.
2005. The Effect of Classroom
Simulation on Nursing Students’ Weller, Jennifer M. 2004. Simulation in
Self-Efficacy Related to Health undergraduate medical education:
Teaching. Journal of Nursing bridging the gap between theory
Education. Vol 44 No 7. and practice. Medical
Education.38.32 – 38.
Indiana State Department of Helath. doi:10.1046/j.1365-
2014. Trauma Registry Report. 2923.2004.01739.x

Neuhausen Katherine, Kevin Grumbach,


Andrew Bazemore, and Robert L.
Phillips. 2011. Integrating

Pengaruh Simulasi Public Safety Center Terhadap Peningkatan Self Efficacy Koordinasi Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu
42

Anda mungkin juga menyukai