Dispneu d’effort (+), ortopneu (+), paroxysmal nocturnal dyspneu (+), bengkak
kedua tungkai dan tangan (+), perut membesar (+), pasien mengeluhkan batuk
kering tanpa dahak (+).Riwayat penyakit serupa sebelumnya (-), riwayat opname (-).
Riwayat penyakit HT ,Riwayat keluarga HT(+). Riwayat Meminum alkohol dan
merokok(-).
• Pemeriksaan Fisik:TD: 130/80, RR: 32 x/ menit, t: 36.6. , HR 123x/menit. Paru:
Rhonkhi (+) Cor: cardiomegali (+), S1 S2 irreguler, bising sistolik, galop (+).
Abdomen: dinding perut lebih tinggi daripada dinding dada, timpani 13 titik, peristaltik
6x/menit, nyeri tekan (-), hepatomegali (-), hepar tidak teraba, splenomegali (-), undulasi
(-), shifting dullness (-), kaki bengkak (+)
• Diagnosis kerja :
• Congestive Heart Failure
Anamnesis: lemas, nafsu makan turun, BAB hitam, peminum jamu sejak 1 tahun yang lalu, tidak
ada riwayat transfuse sebelumnya, tidak ada riwayat operasi sebelumnya.
Pemeriksaan fisik: CA :(+/+), takikardia, glossitis, pasien tampak pucat di telapak tangan.
Pemeriksaan penunjang :
Jenis anemia :
Anemia mikrositik ( MCV <80) hipokromik (MCH< 27)
Penyebab anemia mikrositik hipokromik (Harrison, 2015):
1. Penyakit kronis
2. Thalasemia
3. Deifisiensi besi
4. Sideroblastik
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin (protein pembawa O2) dari
nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa O2 dalam
jumlah yang cukup ke jaringan perifer sehingga pengiriman O2 ke jaringan menurun.
Secara fisiologi, harga normal hemoglobin bervariasi tergantung umur, jenis kelamin, kehamilan, dan
ketinggian tempat tinggal. Oleh karena itu, perlu ditentukan batasan kadar hemoglobin pada anemia.
Etiologi
Anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
1) Gangguan pembentukan eritrosit
Gangguan pembentukan eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi substansi tertentu seperti mineral
(besi, tembaga), vitamin (B12, asam folat), asam amino, serta gangguan pada sumsum tulang.
2) Perdarahan
Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total sel darah merah dalam sirkulasi.
3) Hemolisis
Klasifikasi
Berdasarkan gambaran morfologik, anemia diklasifikasikan menjadi tiga jenis anemia:
1) Anemia normositik normokrom.
Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan akut, hemolisis, dan penyakit-
penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang. Terjadi penurunan jumlah eritrosit tidak disertai
dengan perubahan konsentrasi hemoglobin (Indeks eritrosit normal pada anak: MCV 73 – 101 fl,
MCH 23 – 31 pg , MCHC 26 – 35 %), bentuk dan ukuran eritrosit.
2) Anemia makrositik hiperkrom
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan hiperkrom karena konsentrasi
hemoglobinnya lebih dari normal. (Indeks eritrosit pada anak MCV > 73 fl, MCH = > 31 pg, MCHC
= > 35 %). Ditemukan pada anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12, asam folat), serta anemia
makrositik non-megaloblastik (penyakit hati, dan myelodisplasia)
Pembahasan terapi :
0. Amlodipine 10 mg:
Karena pasien memiliki takikardi dan hipertensi maka dalam perki 2015, pemberian CCB
(amlodipine) dibolehkan apabila penggunaan ACEI dan ARB tidak ditoleransi serta terdapat
gangguan takiaritmia. Pada pasien tersebut terdapat gangguan takiaritmia yaitu hingga HR 132x/m.
maka pemberikan amlodipine untuk menurunkan HR serta menurunkan tensi sangat dibutuhkan.
1. Venofer: venofer berisi zat besi, untuk membantu meningkatkan kadar ferritin dalam darah
sehingga pada anemia defisiensi besi, pemberian zat besi sangat dianjurkan untuk
mengembalikan kadar zat besi normal dalam darah dan untuk meningkatkan Hb pasien.
Dosis: Hanya untuk pemberian IV lambat atau infus drip IV. 1 amp dosis tunggal, diberikan ≤3
x/minggu, dapat ditingkatkan mjd 2 amp, diberikan ≤3 x/minggu.
2. Inj furosemide 20 mg/ 24 jam: merupakan diuretik kuat, dianjurkan untuk mengurangi oedem
pada penderita Heart failure (Perki, 2015). Pada pasien tersebut ditemukan edem tungkai dan
diagnosis Heart failure telah ditegakkan dengan kriteria farmingham, maka pemberian furosemide
dirasa cocok untuk membantu menguranig edem pasien.
Dosis: 20 - 40 mg i.v. atau i.m/ hari
3. Injeksi asam tranexamat 500 mg/ 8 jam
obat yang dikenal anti-fibrinolytics untuk mengurangi perdarahan. Dapat digunakan pada penderita
melena, untuk menghentikan perdarahan di usus.
dosis: Suntikan intravena: 0.5-1 gr atau 10mg/kg 3 kali sehari atau 25-50 mg/kg dalam per harinya dalam
cairan infus kontinyu