Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
Belajar merupakan kegiatan yang diperoleh melalui tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah
dan masyarakat. Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dibentuk untuk melakukan
kegiatan pembelajaran. Dimana setiap anak wajib untuk mengikuti sekolah. Sehingga pendidik
dihadapkan dengan banyaknya peserta didik. Peserta didik dalam satu kelas dapat mencapai empat
puluh orang.
Dalam kegiatan belajar yang mempunyai peserta didik yang banyak tentu dibutuhkan
pengorganisasian siswa yang baik agar tercipta pembelajaran yang optimal. Sehingga peserta didik
bisa memperolah pengetahuan yang baik dari pendidik. Dalam hal ini management dari seorang
guru dan kebijakannya dalam mengambil keputusan setelah melihat keadaan anak didiknya sangat
diperlukan. Untuk itu bagi seorang guru perlu untuk mempelajari pengorganisasian siswa dalam
kelas.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Dalam dunia pendidikan, peran pengorganisasian siswa dalam halnya untuk mencapai
kemaksimalan dalam pembelajaran juga diperluakan. Dalam hal ini management dari seorang guru
dan kebijakannya dalam mengambil keputusan setelah melihat keadaan anak didiknya sangat
diperlukan. Dengan dukungan penjiwaan serta niatan yang baik dari seorang guru, tentu dalam
hal management di dalam kelas untuk menentukan cara pembelajaran mana yang paling tepat
untuk siswa yang dihadapinya bukanlah menjadi suatu hal yang sulit.
Definisi organisasi yang dikemukakan oleh Oteng Sutisna (dalam Suhardan, dkk, 2009) yaitu
mekanisme yang mempersatukan kegiatan-kegiatan yang untuk menyelesaikan pemkerjaan-
pekerjaan. Definisi ini menekankan pada mekanisme kerja dalam organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi. Atau dengan kata lain organisasi adalah suatu system interaksi antarorang yang
ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi dimana system tersebut memberikan arahan perilaku
bagi anggota organisasi. Definisi ini menekankan pada keharusannya sebuah organisasi didasarkan
pada interaksi social diantara anggotanya dan anggota dengan lingkungannya supaya tujuan
organisasi dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Pengertian Peserta Didik menurut ketentuan umum UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Dari
pengertian beberapa ahli, bisa dikatakan bahwa peserta didik adalah orang/individu yang mendapat
pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan agar tumbuh dan berkembang
dengan baik serta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh
pendidiknya.
Sehingga organisasi peserta didik adalah suatu system interaksi antara guru dengan murid yang
ditujukan mencapai tujuan pembelajaran yaitu mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan
agar tumbuh dan berkembang dengan baik dimana system tersebut memberikan arahan perilaku
dalam proses pembelajaran di kelas.
Dapat diibaratkan sebagai potongan puzzle, pengorganisasian dalam kelas juga memerlukan suatu
kecocokan dengan keadaan dalam kelas. Yang mana dalam hal ini perlu diperhatikan situasi serta
kondisi ruangan maupun siswa yang ada di dalamnya. Jika keserasian dalam kelas cocok dengan
cara pengorganisasian yang diterapkan, tentunya dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam belajar
dan kemudian yang akan berdampak pada hasil belajarnya.
Dalam pengorganisasian siswa terdapat beberapa metode yang dapat diterapkan guru yaitu
pembeajaran secara individual, kelompok, dan klasikal.
Pembelajaran secara individual adalah kegiatan mengajar guru yang menitikberatkan kepada
bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu. Bantuan dan bimbingan belajar
kepada individu juga ditemukan pada pembelajaran klasikal, tetapi prinsipnya berbeda. Menurut
Saputra (2012) “Pada pembelajaran individual, guru memberi bantuan pada masing-masing
pribadi. Sedangkan pada pembelajaran klasikal, guru memberi bantuan individual secara umum“.
Sebagai ilustrasi, bantuan guru kelas tiga kepada siswa yang membacadalam hati dan menulis
karangan adalah pembelajaran individual. Pada membacadalam hati secara individual siswa
menemukan kesukaran sendiri-sendiri. Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran individual
dapat ditinjau sebagai berikut.
Perilaku belajar mengajar di sekolah yang menganut sistem klasikal tampak serupa. Dalam kelas
terdapat siswa yang rata-rata berjumlah empat puluh siswa.Guru membantu siswa menghadapi
kesukaran. Adapun tujuan pengajaran yang menonjol pada pembelajaran individual adalah :
· Pengembangan kemampuan tiap individu secara optimal. Tiap individu memiliki paket
belajar sendiri-sendiri, yang sesuai dengan tujuan belajarnya secara individual juga.
Kedudukan siswa dalam pembelajaran individual bersifat sentral (siswa sebagai subjek belajar).
Pebelajar merupakan pusat layanan pengajaran. Siswa memiliki keleluasaan berupa :
· Keleluasaan belajar berdasarkan kemampuan sendiri.
· Kebebasan menggunakan waktu belajar, dalam hal ini siswa bertanggung jawab atas semua
kegiatan yang dilakukannya.
Keenam jenis kedudukan siswa tersebut berakibat pada adanya perbedaan tanggung jawab belajar
mengajar. Pada pembelajaran klasikal, tanggungjawab guru dalam membelajarkan siswa cukup
besar. Pada pembelajaran secara individual, tanggung jawab siswa untuk belajar sendiri sangat
besar. Pembelajar bertanggung jawab penuh untuk belajar sendiri.
Kedudukan guru dalam pembelajaran individual bersifat membantu. Bantuan guru berkenaan
dengan komponen pembelajaran berupa :
Dalam pengajaran klasikal pada umumnya peranguru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran
sangat besar. Hal ini tidak terjadi dalam pembelajaran individual. Peran guru dalam merencanakan
kegiatan belajar sebagai berikut:
· Membantu merencanakan kegiatan belajar siswa, guru membantu siswa menetapkan tujuan
belajar dengan musyawarah , dan membuat program belajar sesuai kemampuan siswa
· Membantu siswa dalam penilaian hasil belajar dan kemajuan diri sendiri.
Peran guru dalam pengorganisasian kegiatan belajar adalah mengatur dan memonitor kegiatan
belajar sejak awal sampai ahir. Peranan guru sebagai berikut:
· Membagi perhatian pada sejumlah pembelajar, menurut tugas dan kebutuhan pembelajar,
menurut tugas dan kebutuhan pembelajar
· Mengakhiri kegiatan belajar dalam suatu unjuk hasil belajar berupa laporan atau pameran
hasil kerja, unjuk kerja hasil belajar berupa laporan atau pameran hasil kerja, unjuk kerja hasil
belajar tersebut umumnya diahiri evaluasi kemejuan belajar
Peran guru dalam menciptakan hubungan terbuka dengan siswa bertujuan menimbulkan perasaan
bebas dalam belajar. Hubungan terbuka tersebut dilakukan dengan cara-cara:
Perilaku guru dalam hubungan terbuka tersebut tetap mengacu pada kemandirian siswa yang
bertanggung jawab , hal ini perlu dijaga jangan terjerumus pada pemanjaan siswa. Peran guru yang
sangat penting adalah menjadi fasilitator belajar. Tujuannya adalah mempermudah proses belajar.
Cara yang dilakukan guru antara lain :
Program pembelajaran individual berorientasi pada pemberian bantuan kepada setiap siswa agar
ia dapat belajar secara mandiri. Kemandirian belajar tersebutmerupakan tuntutan perkembangan
individu. Dalam menciptakan pembelajaran individu, rencana guru berperan sebagai fasilitator,
pembimbing, pendiagnosis kesukaran belajar dan rekan diskusi. Guru berperan
sebagai guru pendidik, bukaninstruktur.
Program pembelajaran individual berorientasi pada pemberian bantuan kepada setiap siswa agar
ia dapat belajar secara mandiri. Kemandirian belajar tersebut merupakan tuntutan perkembangan
individu. Dalam pelaksanaan guru berperan sebagai fasilisator, pembimbing, pendiagnosa
kesukaran belajar dan rekan diskusi. Guru berperan sebagai guru pendidik bukan instruktur.
Namun jika diterapkan, pembelajaran secara individual memerlukan waktu yang lebih lama dari
pembelajaran klasikal karena dalam pembelajaran secara individual guru harus memberi bantuan
ke masing-masing siswa yang mana tidak dibentuk dengan suatu kelompok.
· Para peserta didik dapat lebih terkontrol mengenai bagaimana dan apa yang mereka pelajari
· Keberhasilan tujuan pembelajaran kurang tercapai, karena tidak ada tempat untuk siswa
bertanya
Pembelajaran kelompok dapat didefinisikan sebagai salah satu satrategi pembelajaran yang
menuntut adanya kerjasama siswa dalam suatu kelompok dengan mengembangkan kemampuan
tiap individu serta memanfaatkan berbagai faktor internal dan eksternal untuk memecahkan
masalah tertentu sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai bersama. Hal ini didukung oleh
pendapat Bern dan Erickson (dalam Nuryani, 2011) mengemukakan bahwa pembelajaran
kelompok merupakan stategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan
menggunakan kelompok belajar kecil dimana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Dalam pembelajaran kelompok kecil, guru memberikan bantuan atau bimbingan kepada tiap
anggota kelompok lebih intensif. Hal ini dapat terjadi sebab (a) hubungan antar guru dan siswa
lebih sehat dan akrab, (b) siswa memperoleh bantuan, kesempatan sesuai dengn kebutuhan,
kemampuan dan minat, (c) siswa dilibatkan dalam penentuan tujuan belajar, cara belajar dan
kriteria keberhasilan.
Siswa dalam kelompok kecil adalah anggota kelompok yang belajar untuk memecahkan masalah
kelompok, kelompok kecil merupakan satuan kerja yang kompak. Ciri-ciri kelompok kecil yang
menonjol adalah sebagai berikut :
· Tiap siswa merasa diri memiliki tujuan bersama yaitu tujuan kelompok.
a. Pembentukan Kelompok
· Perbedaan individual dalam kemampuan belajar, terutama bila kelas itu sifatnya heterogen
dalam belajar
· Perbedaan minat belajar, dibuat kelompok yang terdiri atas siswa yang punya minat yang
sama
· Pengelompokan atas dasar jenis kelamin, ada kelompok pria, wanita atau campuran.
Namun demikian sebaiknya kelompok menggambarkan yang heterogen, baik dari segi
kemampuan belajar maupun jenis kelamin. Hal ini dilakukan agar kelompok-kelompok tersebut
tidak berat sebelah (ada kelompok yang baik dan ada kelompok yang kurang baik).
Perencanaan tugas kelompok perlu disiapkan oleh guru. Penyiapan tempat kerja, alat dan sumber
belajar maupun jadwal penyelenggaraan tugas juga harus direncanakan. Dalam perencanakan
tugas kelompok tersebut siswa sebaiknya diikutsertakan.
c. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan mengajar, guru dapat berperan sabagai pemberi informasi, fasilisator,
pembimbing dan pengendali ketertiban kerja.
Menurut Kokom Komalasari (Nuryani, 2011) model pembelajaran kooperatif meliputi Kepala
bernomor, skrip kooperatif, tim siswa kelompok prestasi, berpikir berpasangan berbagi, model
jigsaw, melempar bola salju, tim TGT, kooperatif terpadu membaca dan menulis, dan dua tinggal
dua tamu. Berikut adalah model-model pembelajaran kelompok.
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota
yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu
mengerti.
4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh
saling membantu.
5. Memberi evaluasi.
6. Penutup.
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor
kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Siswa
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kecil (4-6 orang). Dalam setiap kelompok siswa
memiliki nomor diri. Guru memberi tugas kelompok, kemudian siswa membahas atau
mengerjakan tugas kelompok. Dalam diskusi kelas guru memanggil nomor diri siswa dalam
kelompok untuk menjawab pertanyaan, setiap jawaban siswa diberi skor sebagai skor kelompok.
Dalam kegiatan diskusi, guru memberikan reinforcement (penguatan kembali), pada konsep-
konsep yang ditemukan siswa sebagai kesimpulan dan guru mengumumkan kelompok terbaik hari
itu.
c. Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-
komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif
yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap
penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari
masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk
kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan
menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik
bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke
kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting
dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa.
Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh
materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus
menguasai topik secara keseluruhan.
2.2.2.5 Evaluasi Hasil Belajar Kelompok
Pengukuran terhadap proses dan hasil belajar kelompok dilakukan secara obyektif, sehingga hasil
penilaian tidak diambil sama rata untuk semua anggota kelompok. Oleh karena itu penilaian perlu
dilakukan kepada setiap anggota kelompok. Penilaian secara subyektif dilakukan dengan
menggunakan Catatan Penampilan Kerja untuk setiap anggota kelompok yang dicatat di dalam
daftar penilaian. Penilaian yang dilakukan secara obyektif adalah ceklis, tanya jawab, penilaian
produk, tes kinerja.
Penilaian ceklis berbentuk skala sikap untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik atau
tingkat pencapaian hasil belajar setelah peserta menyelesaikan proses belajar. Penilaian ceklis ini
dilakukan sendiri oleh peserta didik. Ceklis kemajuan belajar dapat terdiri dari dua pilihan, misal
“Sudah dan Belum”. Sedangkan ceklis pencapaian hasil belajar dapat berisi tiga pilihan, misal:
“Baik – Cukup – Kurang”. Penilaian Ceklis ini berguna untuk bagi pendidik untuk memperbaiki
proses belajar mengajar yang sedang berlangsung maupun berikutnya.
1. Pembelajaran kelompok membatasi siswa yang berkemampuan tinggi dalam waktu belajar.
2. Dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi apa yang seharusnya
dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
Model pembelajaran klasikal juga disebut juga kegiatan memberikan informasi dengan kata-kata.
Pengajaran sejarah, merupakan proses pemberian informasi atau materi kepada siswa serta hasil
dari penggunaan metode tersebut sering tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Makna dan
arti dari materi atau informasi tersebut terkadang ditafsirkan berbeda atau salah oleh siswa. Hal ini
karena tingkat pemahaman setiap siswa yang berbeda-beda atau dilain pihak guru sebagai pusat
pembelajaran kurang pandai dalam menyampaikan informasi atau materi kepada siswa.
Pembelajaran klasikal mencerminkan kemampuan utama guru, karena pembelajaran klisikal ini
merupakan kegiatan belajar dan mengajar yang tergolong efisien. Pembelajaran secara klasikal ini
berarti bahwa seorang guru melakukan dua kegiatan skaligus yaitu mengelolah kelas dan
mengelolah pembelajaran. Pengelolan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan
terselenggaranya kegiatan pembelajaran secara baik dan meyenangkan yang di lakukan di dalam
kelas. Di ikuti sejumlah siswa yang di bimbing oleh seorang guru. Ciri-ciri yang menonjol pada
pembelajaran klasikal dapat di tinjau dari segi:
b. Siswa sebagai individu yang belajar di dalam kelas yang telah dikondisikan sesuai keinginan
guru. Siswa belajar sesuai tata tertib yang ditetapkan guru.
c. Kedudukan guru bersifat sentral, guru melakukan 2 kegiatan sekaligus yaitu melakukan
pengelolaan kelas dan pengelolaan pembelajaran. Peran guru pada pembelajaran individu dan
pembelajaran kelompok kecil juga berlaku pada pembelajaran klasikal.
e. Orientasi dan tekanan utama pelaksanaan pembelajaran pada peningkatan kemampuan dan
keterampilan seluruh kelas.
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Metode ini banyak
dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak
perlu merancang kegiatan siswa. Dalam pengajaran yang menggunakan metode ceramah terdapat
unsur paksaan. Dalam hal ini siswa hanya diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa
komentar informasi penting dari guru yang selalu dianggap benar itu. Padahal dalam diri siswa
terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk menolak disamping menerima
informasi dari guru. Inilah yang disebut kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan diri.
b. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Dengan mengajukan
pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir. Kemampuan
berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok – pokok pikirannya dapat terdeteksi
ketika menjawab pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk mengadakan
penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar. Metode ini akan lebih efektif dalam
mencapai tujuan apabila sebelum proses pembelajaran siswa ditugasi membaca materi yang akan
dibahas.
Teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Pembelajaran klasikal yang dibahas dalam
makalah ini adalah menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dengan teknik probing-
prompting agar partisipasi dan aktivitas siswa tinggi. Pada umumnya siswa akan belajar (berpikir-
bekerja) secara individu, sehingga mereka dapat melatih diri dalam memupuk rasa percaya diri.
Dengan teknik ini, indikator dari pendekatan kontekstual tetap diperhatikan. Urutan kegiatan
dalam pembelajaran klasikal, yaitu :
b. Membuktikan rumus
c. Memberi contoh
Dalam melaksanakan suatu proses belajar mengajar, sebaiknya setiap guru melakukannya dengan
menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran. Kegiatan mengajar yang dilakukan guru dengan
pendekatan tertentu akan bermakna, apabila materi yang disajikan kepada siswa dapat dimengerti
oleh sebagian besar siswa atau seluruh siswa. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran klasikal biasanya menggunakan pendekatan spiral.
Pendekatan spiral adalah pendekatan yang dipakai untuk mengajarkan konsep. Selanjutnya
dikatakan bahwa pendekatan spiral materi tidak diajarkan dari awal sampai selesai dalam sebuah
selang waktu, tetapi diberikan dalam beberapa selang waktu yang terpisah-pisah. Secara singkat
dapat dikatakan pendekatan spiral merupakan suatu prosedur yang dimulai dengan cara sederhana
dari konkret ke abstrak, dari cara intuitif ke analisa dari eksplorasi (penyelidikan) kepenguasaan
dalam jangka watu yang cukup lama, dalam waktu yang terpisah-pisah mulai dari tahap yang
paling rendah hingga yang paling tinggi.
· Memberi kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman, pengetahuan dan kearifan.
· Membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh perhatian.
· Jika digunakan dengan tepat maka akan dapat menstimulasikan dan meningkatkan
keinginan belajar siswa dalam bidang akademik.
· Dapat menguatkan bacaan dan belajar siswa dari beberapa sumber lain
· Yang visual menjadi rugi, dan yang auditif (mendengarkan) yang benar-benar menerimanya.
Dalam kegiatan belajar mengajar guru berusaha agar pesan atau materi pelajaran yang mencakup
pengetahuan,sikap dan keterampilan dapat yang dikuasi oleh siswa dengan baik.cara yang
ditempuh hendaklah dititikberatkan kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa sehingga siswa
memperoleh pengalaman langsung dalam kegiatan pembelajaran,siswalah yang melakukan
kegiatan belajar (subjek belajar) sementara guru adalah sebagai fasilitator dan motivator.
Dalam kegiatan belajar mengajar guru berusaha menyampaikan sesuatu hal yang disebut pesan.
Sebaliknya, dalam kegiatan belajar siswa juga berusaha memperoleh sesuatu hal tersebut dapat
berupa pengetahuan, wawasan, keterampilan, atau isi ajaran yang lain seperti kesenian, kesusilaan,
dan agama.
Menurut Notako (2013) “Perilaku belajar mengajar ekspositori merupakan pengajaran yang
terpusat pada guru. Sedangkan perilaku belajar mengajar heuristik dapat dibedakan menjadi
penemuan dan inkuiri. Perilaku belajar mengajar inkuiri dan penemuan tersebut merupakan
pengajaran yang terpusat pada siswa”. Berikut akan dijelaskan mengenai pembelajaran ekspositori
dan inkuiri.
a. Pembelajaran Ekspositori
b. Pembelajaran Inkuiri
· menciptakan suasana bebas berpikir sehingga siswa berani bereksplorasi dalam penemuan
dan pemecahan masalah
· pembimbing penelitian.
Dalam belajar mengajar guru menempati posisi sebagai penyampai pesan dan murid/siswa sebagai
penerima pesan. Menurut (Wahyu, 2011) ada dua macampengolahan pesan yaitu: pengolahan
pesan secara deduktif dan induktif.
2.2.4.1 Pengolahan Pesan secara Deduktif
Secara umum perilaku pengolahan pesan secara deduktif dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut.
1. Pendahuluan pembelajaran.
2. Penyajian generalisasi dan konsep. Dalam hal ini guru mengemukakan rumusan generalisasi
yang telah disiapkan, dan guru juga menjelaskan konsep dengan contoh-contoh. Siswa berperanan
memahami generalisasi dan konsep tersebut.
3. Pengumpulan data yang mendukung generalisasi. Guru meminta siswa mengumpulkan data.
Siswa mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan menguji kesahan data.
4. Analisis data dan verifikasi generalisasi. Guru meminta siswa mwnganalisis data yang
terkumpul, dan menguji kembali generalisasi. Bila perlu siswa dapat mengumpulkan data lagi agar
verifikasi generalisasi lebih meyakinkan.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pengolahan pesan secara deduktif dimulai dengan (i) guru
mengemukakan generalisasi, (ii) penjelasan berkenaan dengan konsep-konsep, dan (iii) pencarian
data yang dilakukan oleh siswa. Pengumpulan data tersebut berguna untuk menguji kebenaran
generalisasi. Dalam kegiatan isi siswa juga mengaplikasikan konsep terhadap data tersubut.
Secara umum perilaku pengolahan pesan secara induktif dapat dilukiskan sebagai berikut.
a. Pendahuluan pembelajaran.
b. Pengumpulan data. Guru meminta siswa mengumpulkan data sehubungan denga topic yang
dipelajari. Sebaiknya guru telah mempersiapkan lembaran kerja. Dalam pembuatan lembaran kerja
sebaiknya siswa juga diajak serta. Pekerjaan pengumpulan data dapat dilakukan beberapa tahap,
sesuai dengan masalah yang dipelajari.
d. Perumusan dan pengujian hipotesis. Hipotesis disusun berdasarkan teori yang ada atau prinsip
yang benar. Data yang ditemukan dapat digunakan untuk uji hipotesis. Hipotesis dapat ditolak atau
diterima. Bila ternyata benar, hipotesis diterima. Sebaliknya, bila ternyata salah, hiootesis ditolak.
e. Mengaplikasikan generalisasi. Pada tahap ini guru meminta siswa untuk menerapkan
generalisasi pada data lain.
f. Evaluasi hasil dan proses belajar. Guru memberi nilai pada proses pemerolehan, pengolahan,
analisis, penarikan generalisasi, rumusan generalisasi, dan uji hipotesis.
Pengolahan pesan secara induktif bermula dari (i) fakta atau peristiwa khusus, (ii) penyusunan
konsep berdasarkan fakta-fakta, (iii) penyusunan generalisasi berdasarkan konsep-konsep. Bila
sudah ada teori yang benar, pada umumnya dirumuskan hipotesis, (iv) terapan generalisasi pada
data baru, atau uji hipotesis, kemudian (v) penarikan kesimpulan lanjut.
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang
menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif memiliki enam
jenjang atau aspek, yaitu:
1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
2. Pemahaman (comprehension)
3. Penerapan (application)
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (syntesis)
6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan
intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah
yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode
atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek
kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal
dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak
perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap
seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif
tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah
laku. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1. Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)
2. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif―
3. Valuing (menilai atau menghargai)
4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek
nilai)
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan
bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini
sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil
belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku).
Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis,
menari, memukul, dan sebagainya.
Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan
penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah
mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak
dalam lingkungan kerjanya.
DAFTAR RUJUKAN