Anda di halaman 1dari 10

Rumah Sakit Umum

FITRI CANDRA
Jl. Brigjen Katamso, Klampisan, Selogiri, Wonogiri 57652
Telp (0273) 5328899, Fax (0273) 5328899, email: rsb_fitricandra@yahoo.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RSU FITRI CANDRA


NOMOR: / /RSUFC/2019
TENTANG
TATA CARA BERKOMUNIKASI ANTARA PEMBERI ASUHAN STAF KLINIS
RUMAH SAKIT UMUM FITRI CANDRA WONOGIRI

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM FITRI CANDRA WONOGIRI


Menimbang : a. Bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum
Fitri Candra, maka diperlukan adanya komunikasi yang efektif antara
pemberi asuhan staf klinis di Rumah Sakit Fitri Candra;
b. Bahwa untuk melakukan komunikasi efektif antara pemberi asuhan
staf klinis di Rumah Sakit Fitri Candra, perlu adanya tata cara
berkomunikasi antara pemberi asuhan staf klinis;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a
dan b, maka perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah
Sakit Fitri Candra Wonogiri.
Mengingat : a. Undang- Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.
b. Undang- Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
c. Undang- Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
d. Permenkes No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN
MENETAPKAN:
KESATU : Keputusan Direktur Rumah Sakit Fitri Candra Wonogiri tentang Tata cara
Berkomunikasi antara Pemberi Asuhan Staf Klinis.
KEDUA : Pelaksanaan Tata cara Berkomunikasi antara Pemberi Asuhan Staf Klinis
dilaksanakan berdasarkan pada lampiran Surat Keputusan ini.
KETUGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila
ternyata kemudian hari terdapat perubahan, maka surat keputusan ini
akan ditinjau kembali.

Ditetapkan di : Wonogiri
Pada Tanggal : ………………
RSU Fitri Candra Wonogiri
Direktur

dr. Eka Ambarwati Sutardi


LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR
RSU FITRI CANDRA WONOGIRI
NOMOR
TENTANG
TATA CARA BERKOMUNIKASI ANTARA
PEMBERI ASUHAN STAF KLINIS

PANDUAN
TATA CARA BERKOMUNIKASI ANTARA PEMBERI ASUHAN STAF KLINIS
A. DEFINISI
Tata cara adalah aturan (cara) menurut adat istiadat.
Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi
dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan
dan orang lain. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan atau verbal secara langsung atau
melalui media komunikasi yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.
Pemberi Asuhan Pasien adalah staf Rumah Sakit yang berhak memberikan rencana asuhan
pasien terkait perkembangan kondisi pasien setiap waktu, yang disebut juga Profesional
Pemberi Asuhan (PPA).
Staf klinis adalah semua tenaga klinis atau kesehatan yang memberikan asuhan kesehatan
kepada pasien.
Tata cara berkomunikasi antara pemberi asuhan staf klinis adalah aturan yang dibuat dan
disepakati oleh staf klinis yang memberikan asuhan langsung kepada pasien untuk saling
berkomunikasi atau menyampaikan informasi secara lisan atau verbal baik bertatap muka
secara langsung atau melalui media telepon.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Komunikasi dan pertukaran informasi diantara pemberi asuhan staf klinis selama bekerja
dalam shif atau antar shif penting untuk berjalan mulusnya proses asuhan. Informasi penting
dapat dikomunikasikan dengan cara lisan, tertulis atau elektronik. Tata cara berkomunikasi
antara pemberi asuhan staf klinis bertujuan untuk:
1. Memastikan informasi atau pesan dari pemberi asuhan dapat dimengerti dan diterima
oleh pemberi asuhan lain;
2. Sebagai acuan mengenai cara berkomunikasi antara pemberi asuhan staf klinis
sehingga tercipta keterbukaan dan kepercayaan;
3. Menciptakan komunikasi efektif antara pemberi asuhan staf klinis sehingga tercipta
kerjasama yang baik dan dapat menghasilkan peningkatan keselamatan pasien;
4. Meningkatkan mutu dalam pelayanan di Rumah Sakit Fitri Candra Wonogiri.
C. RUANG LINGKUP
Komunikasi antara pemberi asuhan staf klinis dapat berupa koordinasi, pemberian informasi
atau sosialisasi, yaitu:
1. Produk pelayanan dan jam pelayanan baru;
2. Rapat unit maupun lintas unit;
3. Pemberitahuan tentang pasien antara pemberi asuhan antar shif;
4. Pemberitahuan transfer pasien antar unit;
5. Pemberitahuan mengenai kondisi pasien setelah rawat inap sebagai keterangan saat
pasien pulang (ringkasan pulang), yang akan dipergunakan sebagai pemberitahuan
kepada dokter penanggung jawab pasien ketika kembali lagi untuk kontrol;
6. Pemberitahuan kondisi pasien ketika tranfer pasien eksternal atau antar Rumah Sakit.
D. TATA LAKSANA
1. Komunikasi antara Profesional Pemberi Asuhan (PPA);
a. Metode Tulis Baca dan Konfirmasi adalah metode yang digunakan untuk
berkomunikasi melalui lisan atau telepon dengan cara:
1) Perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan ditulis secara lengkap
oleh penerima telepon;
2) Perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi kembali
secara lengkap oleh penerima telepon;
3) Perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh
pemberi perintah atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan.
4) Pemberian informasi dari Perawat, Bidan atau PPA lain antar shif menggunakan
lembar catatan perkembangan pasien terintegrasi, sedangkan untuk pemberian
informasi tentang pasien terhadap unit lain menggunakan lembar transfer pasien
internal, dan untuk pemberian informasi tentang pasien yang akan di rujuk ke
Rumah Sakit lain menggunakan lembar rujukan dan lembar transfer pasien
eksternal.
Komunikasi ini dapat dilakukan oleh Profesional Pemberi Asuha (PPA) yaitu dokter,
perawat, bidan, gizi, laborat, fisioterapi, radiologi, farmasi dan lain- lain.
b. Metode SBAR (Situation, Background, Assesment and Recomendation) adalah metode
komunikasi yang komprehensif dan menyeluruh dengan memperhatikan segala aspek
dari komponen yang akan dikomunikasikan.
1) Komponen SBAR
Perkenalan: identitas diri penelepon, jabatan penelepon, identitas pasien (nama,
tanggal lahir/ umur, ruang pasien, tanggal masuk, diagnosa masuk).
a) S (Situation)
Kondisi terkini yang terjadi pada pasien atau hasil pemeriksaan penunjang
terbaru yang akan dilaporkan, dapat berupa keluhan utama pasien, kondisi
kegawatan, hasil pemeriksaan penunjang terbaru.
b) B (Background)
Informasi penting yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini. Pada fase
ini petugas melaporkan:
(1) Hasil pemeriksaan fisik yang mendukung (Vital Sign, skala nyeri, tingkat
kesadaran, status nutrisi, dan lain- lain;
(2) Hasil pemeriksaan penunjang yang abnormal;
(3) Riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif dan obat/
infus.
c) A (Assessment)
Hasil pengkajian kondisi pasien. Pada fase ini petugas melaporkan
kemungkinan masalah yang dapat ditimbulkan.
d) R (Recommendation)
Rekomendasi yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah:
(1) Rekomendasi intervensi yang perlu dilanjutkan;
(2) Klarifikasi tindakan yang perlu diambil atau dilakukan.
c. Repeat Back, adalah pengejaan kembali oleh dokter/ perawat/ bidan/ petugas
kesehatan lain saat menerima perintah lisan berupa obat/ jenis tindakan yang sound
alike pada kondisi tidak gawat darurat. Pada kondisi tidak gawat darurat, dokter/
perawat/ bidan/ petugas kesehatan lain wajib mencatat, membacakan kembali
perintah yang diberikan secara lisan.
d. Komunikasi ini diterapkan oleh:
1) Perawat/ Bidan- Perawat/ Bidan;
2) Dokter- Dokter;
3) Perawat/ Bidan- Dokter;
4) Dokter- Konsulen;
5) Antar Petugas Kesehatan;
6) Kondisi yang membutuhkan penanganan segera.
2. Komunikasi antar staf baik di dalam unit maupun lintas unit;
Dalam melakukan komunikasi di dalam unit masing- masing, harus menggunakan
metode komunikasi efektif, agar pesan tersampaikan dengan baik. Dilakukan briefing atau
rapat/ pertemuan rutin setiap bulan di dalam unit tersebut untuk melakukan koordinasi
rutin.
Dalam melakukan komunikasi dengan unit lain (lintas unit) digunakan media sebagai
berikut:
a. Melalui telepon;
Komunikasi melalui telepon dilakukan dalam waktu maksimal 3 menit pembicaraan
dengan tata cara sebagai berikut:
1) Tata cara menerima telepon;
a) Siapkan diri ketika akan mengangkat telepon (tidak sedang berbicara hal
lain ketika mengangkat telepon);
b) Ucapkan salam “selamat pagi/ siang/ sore/ malam, unit ...... (sebut unit)
dengan ...... (sebut nama), ada yang bisa dibantu?”;
c) Pastikan identitas penelepon dengan bertanya;
d) Ciptakan suasana yang nyaman dan hindari tampak lelah;
e) Dengarkan informasi dari penelepon dengan teliti, hindarkan berbicara
dengan orang lain saat sedang menelepon;
f) Lakukan verifikasi/ konfirmasi kepada penelepon berupa tanya jawab;
g) Biarkan penelepon menutup teleponnya terlebih dahulu.
2) Tata cara menelepon;
a) Siapkan diri ketika akan menelepon (tidak sedang berbicara hal lain ketika
mengangkat telepon);
b) Balas salam penelepon dengan “saya ..... (sebut nama), unit ..... (sebut
unit)”;
c) Ciptakan suasana yang nyaman dan hindari tampak lelah;
d) Berikan informasi dengan jelas, to the point, dan mudah dimengerti lawan
bicara;
e) Tanyakan kembali apakah informasi sudah jelas diterima dengan tanya
jawab;
f) Lakukan verifikasi dengan penelepon;
g) Tawarkan bantuan kembali “apakah masih ada yang ingin ditanyakan?”;
h) Ucapkan terimakasih;
i) Tutup telepon dengan pelan.
Apabila terdapat hal yang penting untuk dibicarakan atau membutuhkan waktu lebih
dari 3 menit, maka tatap muka langsung akan membuat komunikasi lebih efektif.
b. Melalui rapat koordinasi;
Rapat koordinasi dilakukan secara rutin dan insidentil:
1) Rapat rutin;
Dilakukan rutin 1- 2 kali setiap bulan. Dalam rapat koordinasi ini, semua pejabat
struktural hadir bersama dengan para penanggung jawab unit membicarakan
mengenai hal- hal terkait pelayanan maupun informasi- informasi lainnya yang
harus dibahas atau dikoordinasikan. Dalam rapat korrdinasi ini disampaikan
informasi- informasi terkini sehingga seluruh atasan dapat mengetahui dan
meneruskan informasi tersebut kepada staf di bawahnya. Koordinasi bersifat dua
arah dimana unit lain dapat melakukan timbal balik terhadap informasi yang
disampaikan.
2) Rapat insidentil;
Rapat insidentil diadakan untuk melakukan koordinasi antar unit, dimana dalam
rapat tersebut, informasi diproses sehingga dapat dilakukan tindak lanjut oelh
seluruh peserta rapat, bahkan ketika harus dilaksanakan oleh seluruh staf Rumah
Sakit.
c. Surat edaran;
Surat edaran merupakan salah satu bentuk penyampaian informasi tentang
perubahan terhadap suatu hal seperti peraturan/ ketentuan tertentu atau informasi
baru. Contoh surat edaran adalah pemberitahuan perubahan jadwal praktek dokter,
informasi dokter baru, informasi produk atau pelayanan baru, dan lain- lain.
Dalam penulisan surat edaran harus diperhatikan tata cara penulisan yaitu harus jelas
sesuai dengan tata naskah surat edaran dengan kalimat yang rinci dan jelas (tidak
berbelit- belit). Penerima informasi yang tidak mengerti atau merasa perlu untuk
memperoleh informasi lebih lanjut, dapat menghubungi pembuat surat agar
informasi benar- benar dipahami dan dapat dilaksanakan sesuai isi dari surat.
d. Nota dinas, internal memo dan disposisi;
Nota dinas dapat digunakan untuk melakukan komunikasi dengan Direktur untuk
mendapatkan persetujuan atau pertimbangan dari unit lain setelah dilengkapi
disposisi. Disposisi dapat digunakan sebagai media dalam berkomunikasi dan dapat
melibatkan banyak unit. Namun hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan pada
lembar disposisi harus jelas, sehingga penerima informasi dapat memahami
informasi dan dapat melakukan tindak lanjut.
e. Lembar yang tertulis tentang catatan perkembangan pasien terkini secara lengkap
dan ditandatangani oleh petugas pemberi asuhan, yang terdiri dari:
1) Lembar Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT), merupakan catatan
dimana semua staf klinis yang memberi asuhan menuliskan dalam lembar yang
sama dengan format pengisian SOAP. Bukti pelaksanaan assesmen ulang pasien
minimal diisi 1 kali per shift atau sesuai dengan perubahan kondisi pasien oleh
Perawat atau Bidan.
2) Lembar Rawat Jalan atau Profil Ringkas Medis Rawat Jalan (PRMRJ) yang
diidentifikasi dan diisi lengkap oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP),
merupakan catatan dari pelayanan kedokteran yaang disediakan untuk pasien
tidak dalam bentuk rawat inap, yang harus mudah ditelusur (easy to retrieve) dan
mudah di re-view.
3) Lembar Transfer Pasien Internal dan Eksternal, merupakan lembar yang berisi
tentang catatan kondisi pasien terkini disertai dengan bukti catatan tentang hal-
hal kritikal yang dikomunikasikan oleh PPA saat serah terima (hand over) ketika
pasien dipindahkan ke ruang perawatan atau ruang tindakan lain di dalam Rumah
Sakit atau memindahkan pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain.
4) Lembar Rujukan, merupakan lembar yang berisi mengenai kondisi pasien terkini
dan ditandatangani dokter yang dilimpahkan tanggung jawab timbal balik
terhadap satu atau lebih kasus penyakit atau masalah kesehatan agar dapat
diberikan pemeriksaan atau pengobatan lebih lanjut oleh pihak yang berwenang.
5) Lembar Ringkasan Pulang, merupakan ringkasan dari seluruh masa perawatan dan
pengobatan pasien sebagaimana yang telah diupayakan oleh para tenaga
kesehatan dan pihak terkait yang ditandatangani oleh Dokter Penanggung Jawab
Pasien, yang memuat tentang riwayat kesehatan pasien, pemeriksaan fisik dan
diagnostik, indikasi rawat inap, dan diagnosis, prosedur terapi dan tindakan yang
telah dilakukan, obat yang diberikan saat rawat inap dan obat yang dibawa pasien
pulang, kondisi status pasien (status present), instruksi tindak lanjut yang
dijelaskan kepada pasien dan ditanda tangani oleh DPJP.
3. Komunikasi antar staf Rumah Sakit dengan staf instansi lain/ rekanan/ komunitas;
Dalam melakukan komunikasi dengan instansi lain, rekanan, maupun komunitas, staf
marketing atau staf humas menginfokan kepada instansi terkait bahwa akan melakukan
kunjungan sehingga dapat terjadi tatap muka secara langsung untuk menyampaikan
informasi terkait Rumah Sakit, seperti informasi layanan/ produk baru, informasi dokter
baru, kegiatan Rumah Sakit, promo Rumah Sakit, dan lain- lain. Selain itu, pemberian
informasi juga dilampiri surat edaran yang selalu dicantumkan nomor telepon yang dapat
dihubungi, sehingga penerima informasi dapat menghubungi jika ada pertanyaan-
pertanyaan atau informasi yang kurang dimengerti.
Komunikasi dengan staf Rumah Sakit lain juga dapat dilakukan ketika akan melakukan
transfer pasien atau merujuk. Staf Rumah Sakit perujuk melakukan komunikasi dengan via
telepon terlebih dahulu untuk memastikan apakah pasien yang ditransfer dapat diterima
Rumah Sakit Rujukan atau tidak dengan menyampaikan identitas dan kondisi pasien
tersebut. Apabila pasien diterima di Rumah Sakit rujukan, sebelum berangkat merujuk,
staf klinis mengisi lembar rujukan dan lembar transfer pasien eksternal secara lengkap
sesuai dengan kondisi pasien terkini.
E. DOKUMENTASI
1. Standar Prosedur Operasional Tata Cara Berkomunikasi Antar Pemberi Asuhan Staf
Klinis.
2. Standar Prosedur Operasional Tata Cara Komunikasi Antar Shif.
3. Standar Prosedur Operasional Tata Cara Komunikasi Antar Unit.
4. Standar Prosedur Operasional Tata Cara Transfer Pasien Antar Rumah Sakit.
5. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT).
6. Lembar Ringkasan Pulang.
7. Lembar Pasien Rawat Jalan atau Profil Ringkas Medis Rawat Jalan (PRMRJ).
8. Lembar Transfer Pasien Internal.
9. Lembar Transfer Pasien Eksternal.
10. Lembar Rujukan.

Anda mungkin juga menyukai