Ringkasan para Jurnal
Ringkasan para Jurnal
Hasil dan Pembahasan Pada penelitian ini, 20 depot air minum yang terdapat di
kecamatan Biringkanaya dipilih untuk dijadikan sebagai sampel.
Seluruh depot air minum yang dipilih menggunakan air sumur/bor
sebagai sumber air baku. Ada 2 jenis teknologi pengolahan air pada
depot air minum di kecamatan Biringkanaya, yaitu teknologi
Ultraviolet sebanyak 55% dan teknologi Reverse Osmosis
sebanyak 45%.
Kuesioner yang dibagikan pada tiap petugas depot air
minum terdiri dari 15 pertanyaan dan dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu pemeliharaan alat, hygiene petugas/operator, dan kondisi
depot.
1. Pemeliharaan Alat
Pertanyaan ke 1 tentang check rutin depot air
minum (A1) sebanyak 3 kali sekali sebulan oleh
petugas Dinas Kesehatan Kota Makassar
didapatkan hasil seluruh Depot Air minum
melakukan check rutin.
Pertanyaan ke 2 tentang pergantian filter (A2)
didapatkan hasil 13 Depot mengganti filter > 1
Bulan dan 7 Depot mengganti filter 1 bulan
sekali.
Pertanyaan ke 3 tentang Pembersihan Alat (A3)
didapatkan hasil 12 Depot melakukan
pembersihan alat-alat setiap lebih 2 minggu dan
8 depot melakukan pembersihan setiap 2 minggu
sekali
Pertanyaan ke 4 tentang Jadwal pemeriksaan
Lampu UV (A4) didapatkan hasil 16 Depot tidak
memiliki jadwal pemeriksaan rutin dan 4 Depot
memiliki jadwal pemeriksaan rutin
Pertanyaan ke 5 tentang Pemeriksaan Pompa
(A5) didapatkan hasil 19 Depot tidak memiliki
jadwal pemeriksaan rutin dan 1 depot memiliki
jadwal pemeriksaan rutin
2. Hygiene Petugas/operator
Pertanyaan ke 1 tentang hygiene Petugas (B1)
Didapatkan 19 Depot mencuci tangan sebelum
pengisian gallon dan 1 depot yang tidak cucui
tangan sebelum melakukan pengisian galon
Pertanyaan ke 2 tentang tidak makan dan minum
sewaktu melakukan pengisian galon (B2)
Didapatkan hasil 19 depot yang tidak makan dan
minum sewaktu melakukan pengisian galon dan
1 Depot yang melakukan makan dan minum
sewaktu melakukan pengisian galon
Pertanyaan ke 3 tentang menggunakan pakaian
rapi dan bersih (B3)
Didapatkan hasil 18 Depot yang menggunakan
pakaian yang cukup bersih dan rapid an 2 Depot
yang menggunakan pakaian bersih dan rapi
Pertanyaan ke 4 tentang komdisi fisik sehat dan
tidak berpenyakit (B4)
Didapatkan hasil seluruh pekerja depot dalam
keadaan sehat dan tidak berpenyakitan
3. Kondisi Depot
Pertanyaan ke 1 tentang kualitas air baku yang
(C1) didapatkan hasil seluruh depot memiliki air
baku yang jernih
Pertanyaan ke 2 tentang lokasi depot air minum
Perawatan depot air minum (C2) didapatkan
hasil 11 Depot yang lokasinyabergabung dengan
aktivitas lain dan 9 depot yang lokasi nya
tersendiri
Pertanyaan ke 3 tentang Perawatan gallon (C3)
didapatkan hasil 15 Depot cukup terawat, 3
Depot yang kurang terawatt dan 2 Depot yang
terawatt.
Pertanyaan ke 4 tentang keberadaan penutup
kaca (C4) didapatkan hasil seluruh depot
memiliki kaca penutup
Pertanyaan ke 5 tentang adanya lampu UV pada
saat pengisian gallon (C5) didapatkan hasil13
Depot menyalakan lampu UV pada saat
pengisian galon dan 7 depot yang tidak
menyalakan lampu UV
Pertanyaan ke 6 tentang pembersihan galon
didapatkan hasil 14 Depot memiliki fasilitas
pembersihan galon dan 6 depot memiliki
fasilitas lengkap
Hasil pemeriksaan Kualitas Air Minum
1. Untuk pemeriksaan Total Dissolved Solidn (TDS) bahwa
semua depot air minum tidak melebihi dari baku mutu yang
ditetapkan yaitu 500 mg/l sesuai Permenkes No.492 tahun
2010 tentang persyaratan kualitas air minum
2. Untuk pemeriksaan Total Coliform terdapat 11 Depot yang
masih belum memenuhi baku mutu total coliform berdasarkan
Permenkes No.492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air
minum dengan kadar total coliform maksimum yang di
izinkan adalah 0 per 100 ml sampel
3. Untuk pemeriksaan uji E.Coli terdapat 4 Depot yang positif
mengandung bakteri E.Coli
A. Pengisian Kuesioner
Pengisian kuesioner dilakukan dengan wawancara secara
langsung dengan petugas/operator depot air isi ulang.
Pengisian kuesioner dimaksudkan untuk mengetahui perilaku
dan pemeliharaan alat yang dilakukan. Setiap point kuesioner
diberi skor yang telah ditetapkan kriterianya dengan nilai 4
sampai 10. Hasil dari ketiga kuesioner direkapitulasi untuk
mecari rata-rata skor yang dibagi dengan jumlah point
pertanyaan (15). Berikut rumus perhitungan rata-rata skor:
1 II UV
Prigen
2 EE RO
Prigen
3 GG UV
Prigen
4 AA UV
Prigen
5 MM UV
Prigen
6 JJ Ozon
Prigen
7 KK Ozon
Prigen
8 UU UV
Prigen
9 NN UV
Prigen
10 SS RO
Pace
A. Pengisian Kuesioner
B. Analisa Sampel
1. Untuk pemeriksaan Total Dissolved Solidn (TDS) bahwa
semua depot masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan
yaitu 500 mg/l sesuai Permenkes No.492 tahun 2010 tentang
persyaratan kualitas air minum
2. Untuk pemeriksaan kekeruhan bahwa semua depot masih
memenuhi baku mutu yang ditetapkan sesuai Permenkes
No.492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum
dengan kadar kekeruhan maksimum yang diijinkan adalah 5
NTU
3. Untuk pemeriksaan Warna dari air tersebut bahwa semua
depot masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan sesuai
Permenkes No.492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air
minum dengan kadar warna maksimum yang diijinkan adalah
15 TCU
4. Untuk pemeriksaan total coliform dari air tersebut
menunjukan 4 Depot yang masih belum memenuhi baku mutu
total coliform. Total coliform yang di ijinkan adalah 0 per 100
ml sampek
Judul Analisis Higiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di
Sekitar Universitas Islam Riau
Penulis Fitri Mairizki
Nama Jurnal Jurnal Endurance 2(3) October 2017 (389-396)
Vol/No -
ISBN/ISSN -
Penerbit STIKes Al - Insyirah
Tahun terbit 14-09-2017
Latar Belakang Masalah Pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat saat ini
sangat bervariasi. Kebutuhan penduduk terhadap air minum dapat
dipenuhi melalui air yang dilayani sistem perpipaan (PAM), air
minum dalam kemasan (AMDK), dan air minum isi ulang
(AMIU). Kecenderungan penduduk untuk mengosumsi air minum
siap pakai sangat besar sehingga usaha pengisian air minum
berkembang sangat pesat (Kurniawan, A., Joseph, W., B., S.,
Bernadus, 2014).
Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) adalah badan usaha yang
mengelola air minum untuk keperluan masyarakat dalam bentuk
curah dan tidak dikemas. Ditinjau dari harganya, AMIU lebih
murah dari AMDK, bahkan ada yang memberikan harga hingga
seperempat dari harga AMDK. AMIU menjadi salah satu jawaban
pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat Indonesia yang
murah dan praktis. Hal ini yang menjadi alasan mengapa
masyarakat memilih AMIU untuk dikonsumsi. Namun dari segi
kualitasnya, masyarakat masih meragukan karena belum ada
informasi yang jelas dari segi proses maupun peraturan tentang
peredaran dan pengawasannya (Suprihatin, B., Adriani, 2008).
Pemilihan DAMIU sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan air
minum menjadi resiko yang dapat membahayakan kesehatan jika
kualitas AMIU masih diragukan apalagi jika konsumen tidak
memperhatikan keamanan dan kehigienisannya. Kualitas air
produksi DAMIU akhir-akhir ini semakin menurun dengan
permasalahan secara umum antara lain peralatan Depot Air
Minum (DAM) yang tidak dilengkapi alat sterilisasi, mempunyai
daya bunuh rendah terhadap bakteri, atau pengusaha belum
mengetahui kualitas air baku yang digunakan, jenis peralatan
DAM yang baik dan cara pemeliharaannnya serta penanganan air
hasil olahan (Nuria, M.C., Rosyid, A.,
2009).
Higiene sanitasi adalah upaya kesehatan untuk
mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor yang menjadi
penyebab terjadinya pencemaran terhadap air minum dan sarana
yang digunakan untuk proses pengolahan, penyimpanan, dan
pembagian air minum. Higiene sanitasi DAMIU meliputi
variabel tempat, peralatan dan operator (Karame, M.,
Palandenh, H., Sondakh, 2014).
Masyarakat khususnya mahasiswa di sekitar Universitas
Islam Riau saat ini sebagian besar menggunakan air produksi
DAMIU untuk dikonsumsi karena tidak perlu dimasak, harganya
murah dan terdapat layanan antar sehinga tidak perlu membeli
langsung ke Depot meskipun higiene dan sanitasi DAMIU
tersebut masih diragukan. Berdasarkan permasalahan tersebut,
maka perlu dilakukan penelitian tentang Analisis Higiene Sanitasi
DAMIU di sekitar Universitas Islam Riau.
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Sampel
pada penelitian ini adalah delapan Depot Air Minum Isi Ulang
(DAMIU) yang berada di sekitar Universitas Islam Riau dan
jumlah sampel petugas DAMIU masing-masing diambil satu
orang.
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data primer
berupa observasi dengan menggunakan daftar checklist
berpedoman pada Permenkes No.43/MENKES/PER/IV/2014
tentang Higiene Sanitasi DAMIU. Data kemudian disajikan dalam
bentuk tabel dan dibahas secara deskriptif.
Hasil dan Pembahasan A. Sumber Air Baku dan proses pengolahan Depot
1 Depot menggunakan air baku bersumber dari mata air dan 7
Depot menggunakan sumber air baku sumur bor. Sumber Air baku
akan mempengaruhi kualitas air minum yang dihasilkan.
Depot yang menggunakan air baku bersumber dari mata air
harus di angkut menggunakan kendaraan dengan tangki air yang
terbuat dari bahan-bahan yang tidak melepaskan zat-zat beracun
serta pengangkutan paling lama 12 jam sampai ke Depot sesuai
dengan Permenkes No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Pengankutan
yang melebihi dari 12 jam dapat memungkinkan berkembangnya
mikroba yang berbahaya bagi kesehatan.
1 Depot menggunakan proses pengolahan air dengan ozonisasi
dan 7 Depot menggunakan proses ultraviolet.
Judul Kualitas Air Minum Yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang Di
Kecamatan Bungus Padang Berdasarkan Persyaratan Mikrobiologi
Penulis Rido Wandrivel, Netty Suharti, Yuniar Lestari
Nama Jurnal Jurmal Kesehatan Andalas.
http://jurnal.fk.unand.ac.id
Vol/No -
ISBN/ISSN -
Penerbit Fk.Unand
Tahun terbit 2012; 1 (3)
Latar Belakang Masalah Pengadaan air bersih untuk keperluan air minum, harus
memenuhi persyaratan yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah. Air minum aman bagi kesehatan
apabila memenuhi persyaratan secara fisika, mikrobiologi,
kimia, dan radioaktif. Parameter wajib penentuan kualitas air
minum secara mikrobiologi adalah total bakteri Coliform dan
Escherichia coli. Penentuan kualitas air secara mikrobiologi
dilakukan dengan Most Probable Number Test. Jika di dalam 100
ml sampel air didapatkan sel bakteri Coliform memungkinkan
terjadinya diare dan gangguan pencernaan lain.
Sekitar tahun 1999, mulai muncul usaha depot air
minum isi ulang. Depot air minum adalah usaha industri yang
melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan
menjual langsung kepada pembeli. Pengujian mutu produk wajib
dilakukan oleh depot air minum di Laboratorium Pemeriksaan
Kualitas Air yang ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten/Kota atau
yang terakreditasi sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali.
Pengujian tersebut bertujuan menjamin mutu produk air minum
yang dihasilkan, mendukung terciptanya persaingan usaha yang
sehat, dan sebagai upaya perlindungan kepada konsumen.
Depot Air Minum merupakan jenis sumber air minum
terbanyak ketiga yang digunakan masyarakat Sumatera Barat
berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskades) 2010 dengan
persentase 17,2 % setelah sumur gali terlindung dan air
ledeng dengan persentase masing-masing 22,1 % dan 20,8 %
(4).
Jumlah depot air minum isi ulang di Kota Padang berdasarkan
data dari Dinas Kesehatan Kota Padang per November 2011
sebanyak 604 depot. Depot air minum isi ulang yang melakukan
pemeriksaan mutu produk air dari Juni sampai November 2011
atau yang memenuhi Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan (Kepmenperindag) No. 651 Tahun 2004 sebanyak
120 depot. Kecamatan Bungus merupakan satu-satunya
kecamatan di Kota Padang dengan depot air minum yang tidak
melakukan uji produk air sesuai dengan aturan yang berlaku.
Tidak satupun dari sembilan depot air minum yang melakukan
pengujian produk air. (9)
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh air minum yang
kualitas mikrobiologisnya buruk adalah diare (20). Diare termasuk
sepuluh penyakit terbanyak di Kota Padang. Berdasarkan profil
kesehatan Kota
Padang tahun 2010, jumlah kasus diare sebanyak 12.744
kasus. Morbidity rate diare di Kecamatan Bungus yaitu
21,3 dan merupakan morbidity rate diare tertinggi ke dua di Kota
Padang setelah Kecamatan Padang Selatan yaitu 29. (5)
Hasil dan Pembahasan Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas air
minum isi ulang yang dihasilkan, yaitu: sumber air baku, kondisi
depot, kebersihan operator, dan penanganan terhadap wadah
pembeli sebelum diisi dengan air minum.
didapatkan bahwa jumlah tabung yang positif pada
tes presumtif sebanyak 20 tabung (24,7%) dari total tabung reaksi
yang digunakan. Dari hasil tersebut didapatkan bahwa lima dari
sembilan sampel (55,5%) sampel air, sampel 1, 4, 5, 6, 7,
menunjukkan hasil positif pada tes presumtif. Sampel yang
positif dilanjutkan ke tes konfirmatif.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas produk air yang dihasilkan
adalah bahan baku, penanganan terhadap wadah pembeli, kebersihan
operator, dan kondisi depot. 55,6% depot
Review Jurnal 5
Judul Analisis Kualitas Air Minum Isi Ulang Beberapa Depot Air Minum Isi Ulang
(DAMIU) di Tangerang Selatan
Penulis Nita Rosita
Nama Jurnal Jurnal Kimia Valensi,
Vol/No
Vol. 4 No. 2
Parameter Fisika
Parameter fisika diukur dengan alat WQC
metode direct.
Parameter Kimia
Parameter kimia yang diuji meliputi :
1. pH : Cara kerja analisa pH sesuai dengan
SNI 06-6989.11-2004 tentang Cara ujiderajat keasaman (pH) dengan menggunakan
alat pH meter.
2. Ammonia (N-NH3) : Cara kerja analisa ammonia sesuai dengan SNI 06-
6989.30-2005 tentang Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat.
3. Kesadahan : Cara kerja analisa kesadahan sesuai dengan SNI 06-6989.12-2004
tentang Cara uji kesadahan total kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dengan metode
titrimetri.
4. Sulfat : Cara kerja analisa sulfat sesuai dengan SNI 06-2426-1991 tentang
Cara uji
sulfat secara spektrofotometri.
5. Nitrit : Cara kerja analisa nitrit sesuai dengan SNI06-6989.9-2004 tentang
Cara uji nitrit (NO2-N) secara spektrofotometri
6. Logam Mangan : Cara kerja analisa logam
mangan sesuai dengan SNI 06-6989.5-2004 tentang Cara uji mangan (Mn)
dengan
spektrofotometer serapan atom (SSA)-nyala.
7. Logam Besi : Cara kerja analisa logam besi sesuai dengan SNI 6989.4-2009
tentang Cara uji besi (Fe) dengan spektrofotometer serapan atom (SSA)-nyala.
Parameter Biologi
1. Bakteri Escherichia Coli (E.Coli) : Cara
kerja Bakteri E.Coli sesuai dengan SNI 2897
Tahun 1992 tentang Cara uji cemaran mikroba.
Analisis Data
Data hasil penelitian akan dibandingkan dengan baku mutu persyaratan
kualitas air minum sesuai dengan PERMENKES No. 492 Tahun 2010.
Hasil dan Hasil pengujian parameter fisika ditampilkan pada tabel 1. Berdasarkan tabel
Pembahasan 1 terlihat bahwa semua depot (100%) memenuhi standar baku mutu
PERMENKES No. 492 Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum.
Berdasarkan hasil pengukurandi masing-masing lokasi penelitian menunjukkan
bahwa pengujian TDS (total dissolved solid)berkisar antara 55-101 mg/L
dengan kadar TDS (total dissolved solid)maksimum yang diizinkan adalah 1000
mg/L. TDS adalah ukuran jumlah partikel yang terlarut dalam air. Konsentrasi TDS
(total dissolved solid)yang tinggi dalam air dapat mempengaruhi kejernihan, warna
dan rasa. TDS biasanya terdiri atas zat organik, garam organik dan zat terlarut. Bila
TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula (Mukti 2008).
Tabel 1. Hasil pengujian parameter fisika
6 depot air minum isi ulang di Tangerang Selatan yang belum memenuhi
baku mutu sesuai dengan PERMENKES No. 492 Tahun 2010 tentang persyaratan
kualitas air minum dengan kadar bakteri E. colimaksimum yang diizinkan adalah
0 per 100 ml sampel. Hasil pemeriksaan bakteri E. coli yang telah
dilakukan pada 12 sampel ternyata sebagian besar dari sampel yaitu 6 sampel
(50%) air minum isi ulang didapatkan hasil positif bakteri E. coli
denganrentang kadar bakteri total E. coli air minum isi ulang adalah 0-170
per 100 ml sampel. Nilai E coli tertinggi berada di lokasi penelitian yaitu
semanggi 2 (170 per 100 mL sampel).
Pengujian bakteri coliform yang telah dilakukan pada 12 sampel ternyata
6 sampel (50%) air minum isi ulang didapatkan hasil negatif atau 0
jumlah/100 mL sampel sedangkan sisa 6 depot air minum isi ulang tidak
memenuhi baku mutu sesuai dengan PERMENKES No. 492 Tahun 2010 tentang
persyaratan kualitas air minum dengan kadar bakteri coliform maksimum yang
diizinkan adalah 0 per 100 ml sampel. Hasil pemeriksaan bakteri Coliform yang
telah dilakukan pada 12 sampel ternyata sebagian besar dari sampel yaitu 6
sampel (50%) air minum isi ulang didapatkan hasil positif bakteri coliform
dengan rentang kadar bakteri total coliformair minum isi ulang adalah 0-240 per 100
ml sampel. Bakteri E. coli dan Coliform terdapat pada lingkungan alami dan pada
feses manusia dan binatang, kelompok bakteri ini umumnya tidak membahayakan
kesehatan, tapi kehadiran bakteri E. coli dan Coliform dalam badan air
mengindikasikan air tersebut sudah tercemar.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 11 dari 12 depot air minum isi ulang
di daerah Tangerang Selatan khususnya dekat kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tidak layak konsumsi sesuai dengan baku mutu yang berlaku baik dari segi fisika,
kimia dan biologi, hanya satu depot saja yang memenuhi syarat sesuai dengan
permenkes 492 tahun 2010 tentang kualitas air minum.
Hal ini mengindikasikan buruknya kualitas mutu produk air minum isi ulang
yang dihasilkan depot air minum. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas
produk air yang dihasilkan adalah bahan baku, lamanya waktu penyimpanan air dalam
tempat penampungan, penanganan terhadap wadah pembeli, kebersihan operator,
kebersihan lingkungan di sekitar DAMIU kurang diperhatikan dan kondisi depot yang
kurang bersih. Jumlah ini tentu sangat memprihatinkan mengingat 11 dari 12
depot air minum di Tangerang Selatan tidak memenuhi standar air minum yang aman
bagi kesehatan. Pengujian mutu produk yang sudah dilakukan tidak dapat menjamin
air yang dihasilkan bebas dari pencemaran dan aman bagi kesehatan masyarakat.
Pengawasanterhadap penyelenggaraan usaha depot air minum perlu ditingkatkan
mengingat banyaknya depot yang tidak memeriksakan mutu produk air masih
beroperasi dan melayani konsumen.
Penelitian sejenis juga menunjukan di daerah lain belum semua DAMIU
menerapkan higiene sanitasi seperti pada penelitian Sri Malem (2008) di Kota
Medan 20% DAMIU dan di Wonogiri 22.2% DAMIU tidak memenuhi syarat
higiene sanitasi. Di kedua daerah tersebut memiliki kesamaan dengan lokasi
penelitian yaitu belum ada peraturan daerah yang mewajibkan higiene sanitasi
menjadi salah satu syarat dalam mendirikan usaha DAMIU dan tidak ada
pengawasan dari dinas terkait dalam menjaga agar DAMIU tetap menjaga
higiene sanitasinya agar selalu memenuhi persyaratan yang ada. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah tidak adanya operator yang memiliki sertifikat pelatihan
operator DAMIU, operator cenderung tidak menjaga higiene perorangan
dan sanitasi DAMIU (Sri Malem2008).
Bahan baku yang digunakan dapat berbeda untuk tiap depo, dapat berasal
dari air gunung, mata air, sumur, air PAM dan lain sebagainya sehingga higienitas
depo air minum isi ulang tidak dapat ditentukan. Dalam penelitian ini tidak
dibedakan sumber air yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan air minum isi
ulang.
Kesimpulan Kualitas air minum yang diproduksi depot air minum isi ulang di
Tangerang Selatan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan
100% sampel memenuhi persyaratan secara fisika.Persyaratan Kualitas air minum
secara kimia menunjukkan bahwa ada dua parameter yang tidak memenuhi syarat
yaitu ph dan Fe total. Konsentrasi pH berkisar 5.67-6.54 dan konsentrasi Fe total
berkisar antara 0.13-1.47 mg/L. Sedangkan parameter kimia lain logam Mn, nitrit,
ammonia, sulfat dan kesadahan memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologi menunjukkan bahwa enam
dari dua belas sampel (50%) mengandung bakteri E coli dan Coliform
dengan konsentrasi berkisar antara 0-170 per 100 ml sampel dan 0-
240 per 100 ml sampel. Hanya 1 depot air minum isi ulang dari 12 DAMIU di
Tangerang Selatan khususnya sekitar kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
layak konsumsi sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan NO. 492 Tahun 2010
tentang kualitas air minum baik dari segi fisika, kimia maupun biologi.