Anda di halaman 1dari 22

Review Jurnal 1

Judul Analisis Kualitas Air Minum Isi Ulang Di Kota Makassar


Penulis Muh. Nurul Ma’arif, Mary Selintung dan Bambang Bakri
Nama Jurnal
Vol/No
ISBN/ISSN
Penerbit Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
Tahun terbit 2017
Latar Belakang Masalah Kebutuhan air minum di masyarakat terus meningkat
sementara masyarakat semakin sulit mendapatkan air minum
dengan kualitas baik yang berasal dari air tanah maupun air
dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), sehingga salah satu
pemenuhan kebutuhan air minum yang menjadi alternatif yaitu
dengan menggunakan air minum isi ulang.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010, persyaratan kualitas air minum
untuk seluruh penyelenggara air minum wajib memenuhi
persyaratan fisika, mikrobiologis, kimia dan radioaktif. Parameter
wajib penentuan kualitas air minum secara mikrobiologi adalah
bakteri total coliform dan E. Coli. Kadar maksimum yang
diperkenankan adalah 0 per 100 ml sampel.
Penelitian tentang kualitas air minum isi ulang di Kota
Makassar dilakukan dengan metode pengambilan sampel,
observasi dan pembagian
kuesioner pada depot air minum yang terdapat di Kota Makassar.
Untuk itu dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Kualitas
Air Minum Isi Ulang di Kota Makassar”.
Metode Penelitian Penelitian ini bersifat jenis survei deskriptif yang
menggambarkan hasil evaluasi kualitas air minum yang
diproduksi depot air minum di Kecamatan Biringkanaya Kota
Makassar. Evaluasi kualitas air minum yang dilakukan
berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium air minum di 20
depot air minum di Kecamatan Biringkanaya.
Pengumpulan data ini dilakukan terlebih dahulu sebelum
dilakukan analisa sampel air minum isi ulang. Pengumpulan
data dilakukan dengan survey secara langsung untuk
mengetahui jumlah depot air minum Isi Ulang dengan cara pengisian
kuesioner yang terdiri dari 3 jenis yaitu pemeliharaan alat, hygiene
petugas, dan kondisi depot. Setiap point pertanyaan diberi skor dengan
skala 40 untuk terendah sedangkan tertiggi diberi skor 100

Pada analisa sampel ini dilakukan pengujian atas beberapa


parameter sesuai dengan PERMENKES No. 492 Tahun 2010
Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Ada pun batasan nya
yaitu :
1. Total Dissolve Solid (TDS)
2. Total Coliform
3. E. Coli

Hasil dan Pembahasan Pada penelitian ini, 20 depot air minum yang terdapat di
kecamatan Biringkanaya dipilih untuk dijadikan sebagai sampel.
Seluruh depot air minum yang dipilih menggunakan air sumur/bor
sebagai sumber air baku. Ada 2 jenis teknologi pengolahan air pada
depot air minum di kecamatan Biringkanaya, yaitu teknologi
Ultraviolet sebanyak 55% dan teknologi Reverse Osmosis
sebanyak 45%.
Kuesioner yang dibagikan pada tiap petugas depot air
minum terdiri dari 15 pertanyaan dan dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu pemeliharaan alat, hygiene petugas/operator, dan kondisi
depot.
1. Pemeliharaan Alat
 Pertanyaan ke 1 tentang check rutin depot air
minum (A1) sebanyak 3 kali sekali sebulan oleh
petugas Dinas Kesehatan Kota Makassar
didapatkan hasil seluruh Depot Air minum
melakukan check rutin.
 Pertanyaan ke 2 tentang pergantian filter (A2)
didapatkan hasil 13 Depot mengganti filter > 1
Bulan dan 7 Depot mengganti filter 1 bulan
sekali.
 Pertanyaan ke 3 tentang Pembersihan Alat (A3)
didapatkan hasil 12 Depot melakukan
pembersihan alat-alat setiap lebih 2 minggu dan
8 depot melakukan pembersihan setiap 2 minggu
sekali
 Pertanyaan ke 4 tentang Jadwal pemeriksaan
Lampu UV (A4) didapatkan hasil 16 Depot tidak
memiliki jadwal pemeriksaan rutin dan 4 Depot
memiliki jadwal pemeriksaan rutin
 Pertanyaan ke 5 tentang Pemeriksaan Pompa
(A5) didapatkan hasil 19 Depot tidak memiliki
jadwal pemeriksaan rutin dan 1 depot memiliki
jadwal pemeriksaan rutin
2. Hygiene Petugas/operator
 Pertanyaan ke 1 tentang hygiene Petugas (B1)
Didapatkan 19 Depot mencuci tangan sebelum
pengisian gallon dan 1 depot yang tidak cucui
tangan sebelum melakukan pengisian galon
 Pertanyaan ke 2 tentang tidak makan dan minum
sewaktu melakukan pengisian galon (B2)
Didapatkan hasil 19 depot yang tidak makan dan
minum sewaktu melakukan pengisian galon dan
1 Depot yang melakukan makan dan minum
sewaktu melakukan pengisian galon
 Pertanyaan ke 3 tentang menggunakan pakaian
rapi dan bersih (B3)
Didapatkan hasil 18 Depot yang menggunakan
pakaian yang cukup bersih dan rapid an 2 Depot
yang menggunakan pakaian bersih dan rapi
 Pertanyaan ke 4 tentang komdisi fisik sehat dan
tidak berpenyakit (B4)
Didapatkan hasil seluruh pekerja depot dalam
keadaan sehat dan tidak berpenyakitan
3. Kondisi Depot
 Pertanyaan ke 1 tentang kualitas air baku yang
(C1) didapatkan hasil seluruh depot memiliki air
baku yang jernih
 Pertanyaan ke 2 tentang lokasi depot air minum
 Perawatan depot air minum (C2) didapatkan
hasil 11 Depot yang lokasinyabergabung dengan
aktivitas lain dan 9 depot yang lokasi nya
tersendiri
 Pertanyaan ke 3 tentang Perawatan gallon (C3)
didapatkan hasil 15 Depot cukup terawat, 3
Depot yang kurang terawatt dan 2 Depot yang
terawatt.
 Pertanyaan ke 4 tentang keberadaan penutup
kaca (C4) didapatkan hasil seluruh depot
memiliki kaca penutup
 Pertanyaan ke 5 tentang adanya lampu UV pada
saat pengisian gallon (C5) didapatkan hasil13
Depot menyalakan lampu UV pada saat
pengisian galon dan 7 depot yang tidak
menyalakan lampu UV
 Pertanyaan ke 6 tentang pembersihan galon
didapatkan hasil 14 Depot memiliki fasilitas
pembersihan galon dan 6 depot memiliki
fasilitas lengkap
Hasil pemeriksaan Kualitas Air Minum
1. Untuk pemeriksaan Total Dissolved Solidn (TDS) bahwa
semua depot air minum tidak melebihi dari baku mutu yang
ditetapkan yaitu 500 mg/l sesuai Permenkes No.492 tahun
2010 tentang persyaratan kualitas air minum
2. Untuk pemeriksaan Total Coliform terdapat 11 Depot yang
masih belum memenuhi baku mutu total coliform berdasarkan
Permenkes No.492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air
minum dengan kadar total coliform maksimum yang di
izinkan adalah 0 per 100 ml sampel
3. Untuk pemeriksaan uji E.Coli terdapat 4 Depot yang positif
mengandung bakteri E.Coli

setelah dilakukan analisis data kuesioner perilaku dan


pemeliharaan alat didapatkan hasil sebagai berikut :
 7 depot dengan kategori kuesioner perilaku dan
pemeliharaan alat BAIK dan semuanya telah memenuhi
parameter TDS, total coliform, dan E. Coli sesuai
dengan Permenkes No. 492 Tahun 2010 tentang
pernyaratan kualitas air minum.
 13 depot dengan kategori kuesioner
perilaku/pemeliharaan alat CUKUP dan terdapat 1 depot
tersebut memenuhi semua parameter. Namun, 12 depot
tidak memenuhi parameter total coliform dan 4 depot
yang tidak memenuhi parameter E. Coli.
Kesimpulan Pemeliharaan alat pada depot air minum isi ulang, untuk
bak penampungan sebaiknya dibersihkan, disanitasi, dan
desinfeksi bagian luar dan dalam minimal 3 bulan sekali (Yovita,
2015). Back washing tabung filter air tidak harus sering
dilakukan. Apabila air sudah tidak keluar atau hanya menetes saja
maka saatnya kita melakukan back wash tabung filter air, sekitar
6 bulan sekali. Untuk pergantian catridge filter harus dilakukan
pergantian filter minimal 1 bulan sekali karena berdasarkan
kuesioner perilaku dan pemeliharaan alat, depot yang mengganti
filter sekali dalam sebulan rata- rata menghasilkan air minum yang
memenuhi persyaratan. Untuk pompa dan lampu ultraviolet
sebaiknya dibuatkan jadwal pemeriksaan rutin. Dalam
pemeliharaan sinar ultraviolet, harus dibuatkan jadwal
pemeriksaan sehingga diketahui masa kadaluarsa dari lampu
ultraviolet. Hampir semua depot air di kecamatan Biringkanaya
tidak memiliki jadwal pemeriksaan lampu ultraviolet. Lampu
ultraviolet sebaiknya diperiksa setiap 1 bulan sekali untuk
memastikan lampu masih berfungsi sebagai desinfektan untuk
membunuh bakteri di dalam air minum.

Untuk perawatan filter reverse osmosis (RO) yang


menggunakan filter membran semipermeable, perawatan alat
terbatas pada penggantian filter secara berkala. Umur filter
sangat ditentukan oleh waktu penggunaan alat (beberapa jam
sehari atau sepanjang hari) dan kualitas air input. Lamanya
penggunaan alat akan menentukan kotoran yang menyangkut di
filter, sebagaimana juga halnya air yang mengandung banyak
partikel padat akan lebih cepat menyumbat pori-pori pada filter.
Rekomendasi pabrik menyebutkan ada filter yang harus diganti
setiap 6 bulan, 12 bulan, 24 bulan dan 36 bulan, tergantung
dari jenis
masing-masing filter. Teknis penggantian filter ini dapat
dilakukan dengan sangat mudah.

Tempat pencucian galon sebaiknya deibersihkan tiap hari.


Aspek pengelolaan alat ditinjau untuk mengetahui bagaimana
sistem pengelolaan yang mereka laksanakan secara rutin,
misalnya melakukan pencucian filter (back-wash), pencucian dan
pengisian botol galon, penggantian media filter, pemeriksaan
kualitas air secara berkala, biaya pemeliharaan/perbaikan
kerusakan, operator dan lain sebagainya. Kunci dari sistem
pengelolaan depot air isi ulang adalah pada kualitas operatornya.
Review Jurnal 2

Judul Uji Kualitas Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Sukolilo


Surabaya ditinjau dari Perilaku dan pemeliharaan Alat
Penulis Manuel Deddy Oke Marpaung dan Bowo Djoko Marsono
Nama Jurnal JURNAL TEKNIK POMITS
Vol/No Vol. 2, No. 2, (2013)
ISBN/ISSN ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
Penerbit Jurusan Teknik Lingkungan FTSP, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS)
Tahun terbit 2013
Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakan akan air minum yang terus
meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, tidak
diimbangi dengan ketersediaan air bersih yang ada. Salah
satu penyebabnya adalah pencemaran air tanah yang semakin
parah hingga saat ini. Oleh karena itu, air tanah tidak lagi
aman untuk dijadikan bahan baku untuk air minum. Air
minum isi ulang adalah salah satu jawaban pemenuhan
kebutuhan air minum masyarakat indonesia yang murah dan
praktis. Hal ini yang menjadi alasan mengapa masyarakat
memilih air minum isi ulang untuk dikonsumsi.
Meningkatnya permintaan masyarakat akan air minum isi ulang
yang hemat dan praktis diimbangi dengan banyaknya usaha
depot air minum isi ulang yang bermunculan. Air minum isi
ulang memang dapat dijadikan salah satu solusi untuk memenuhi
kebutuhan air minum masyarakat yang semakin tinggi. Akan
tetapi, dikarenakan belum adanya standarisasi dalam peraturan
untuk proses pengolahan air, maka kualitas air minum isi ulang
ini masih sering diperdebatkan. Oleh karena itu depot tidak dapat
menjamin bahwa air yang diproduksinya sesuai kualitas standar
air minum.
Pemilihan depot air minum isi ulang sebagai alternatif air
minum menjadi resiko yang dapat membahayakan kesehatan jika
kualitas depot air minum isi ulang masih diragukan, terlebih jika
konsumen tidak memperhatikan keamanan dan kehigienisannya.
Dalam beberapa laporan sering ditemukan bakteri patogen pada
air minum dan menyebabkan waterborne disease terdiri dari
Vibrio cholera, Salmonella typhi, dan coliform. Hal ini dapat
terjadi dikarenakan air adalah media yang baik sebagai
tempat bersarangnya bibit penyakit/agent. Salah satu
penyebab kontaminasi bakteri pada air minum bisa disebabkan
oleh kontaminasi peralatan dan pemeliharaan peralatan
pengolahan.
Meninjau dari permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan
uji kualitas air minum isi ulang dengan meninjau perilaku dan
pemeliharaan peralatan. Oleh karena itu, konsep ini dapat
memberikan kontribusi informasi kualitas air minum isi
ulang yang dikonsumsi masyarakat.
Metode Penelitian Metode ini merupakan acuan mengenai segala sesuatu
yang berhubungan dengan pengujian kualitas air minum isi ulang
berdasarkan pada langkah kerja dalam pengumpulan data,
analisa, dan pembahasan hingga diperoleh hasil yang diinginkan.
A. Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilakukan terlebih dahulu sebelum
dilakukan analisa sampel air minum isi ulang. Pengumpulan data
dilakukan dengan survey secara langsung untuk mengetahui
jumlah depot air minum isi ulang di Kecamatan Sukolilo
Surabaya. Setelah diketahui data jumlah depot yang ada, maka
dipilih depot yang akan diuji/mewakili dari jumlah depot yang
ada dengan metode cluster sampling dan sistematic
sampling. Pengumpulan data juga dilakukan dengan
pengisian kuesioner secara langsung untuk mengetahui
perilaku dan pemeliharaan alat yang dilakukan pada depot air
minum isi ulang.Adapun kuesioner yang diisi terdiri atas 3 jenis
antara lain:
1. . Hygiene petugas/operator
2. Kondisi depot
3. Pemeliharaan alat
Setiap point pertanyaan kuesioner yang diisi diberi skor
dengan skala 4 untuk skor terendah dan skor tertinggi 10.

A. Pengisian Kuesioner
Pengisian kuesioner dilakukan dengan wawancara secara
langsung dengan petugas/operator depot air isi ulang.
Pengisian kuesioner dimaksudkan untuk mengetahui perilaku
dan pemeliharaan alat yang dilakukan. Setiap point kuesioner
diberi skor yang telah ditetapkan kriterianya dengan nilai 4
sampai 10. Hasil dari ketiga kuesioner direkapitulasi untuk
mecari rata-rata skor yang dibagi dengan jumlah point
pertanyaan (15). Berikut rumus perhitungan rata-rata skor:

Daftar nama depot yang diteliti


No Nama Depot Jenis Pengolahan
Air Baku

1 II UV
Prigen
2 EE RO
Prigen
3 GG UV
Prigen
4 AA UV
Prigen
5 MM UV
Prigen
6 JJ Ozon
Prigen
7 KK Ozon
Prigen
8 UU UV
Prigen
9 NN UV
Prigen
10 SS RO
Pace

Kategori depot air minum


Kategori Baik 76 %-100 %
Kategori Cukup 56 %-75 %
Kategori Kurang Baik 40 %-55 %
Kategori Tidak Baik Kurang dari 40 %

Kuesioner Hygiene petugas/operator

A.1 Memakai sarung tangan/mencuci tangan sebelum melakukan


pekerjaan
A.2 Tidak makan dan minum/merokok saat bekerja
A.3 Pakaian bersih dan rapi/pakaian khusus kerja
A.4 Keadaan fisik sehat/tidak ada luka/penyakit kulit

Kuesioner kondisi depot Sumber air Baku :


B.1 Keadaan fisik air baku
B.2 Lokasi (Tersendiri/bergabung dengan aktivitas lain)
B.3 Perawatan (terawat/tidak
B.4 Penutup/kaca tempat pengisian air (ada/tidak ada)
B.5 Lampu UV/Ozone Sistem (menyala/tidak)
B.6 Fasilitas pembersihan galon (Ada atau tidak ada)

Kuesioner Pemeliharaan Alat


No Kriteria Skor
C.1 a. Sekali dalam 1 Bulan 10
b. Sekali dalam 3 Bulan 8
c. Sekali dalam 5 Bulan 6
d. . 6 Bulan 4
C.2 a. Sekali dalam 1 Bulan 10
b. > 1 bulan sekali 4
C.3 a. Sekali dalam 2 Minggu 10
b. > 2 Minggu sekali 4
C.4 a. Memiliki jadwal rutin 10
b. Tidak terjadwal 4
C.5 a. Memiliki jadwal rutin 10
b. Tidak terjadwal 4

B. Analisa Air Isi Ulang


Pada analisa sampel air isi ulang, frekwensi pengambilan
sampel dilakukan hanya sekali untuk setiap sampel yang
diuji. Pengambilan sampel menggunakan peralatan yang steril
dan sesuai dengan metode penelitian air. Pada analisa sampel
ini, dilakukan pengujian atas beberapa parameter sesuai
dengan PERMENKES No. 492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum. Adapun batasan parameter yang digunakan
pada analisa ini adalah:
1. Total Dissolve Solid (TDS)
2. Kekeruhan
3. Warna
4. Total Coliform
Selain dilakukan analisa pada air minum isi ulang, analisa
juga dilakukan pada sumber air baku yang digunakan serta salah
satu jenis air minum dalam kemasan sebagai pembanding
dalam analisa air minum isi ulang.
Hasil dan Pembahasan Dari survey yang telah dilakukan terdapat 23 depot air
minum isi ulang. Dari seluruh depot air minum isi ulang
tersebut terdapat 3 tipe teknologi pengolahan yang digunakan
yaitu: Teknologi Ultraviolet (UV), Teknologi Ozonisasi, dan
Teknologi Reverse Osmosis (RO). Data yang ada diolah
dengan untuk memperoleh jumlah depot yang
representatif/mewakili untuk diuji dengan metode cluster and
sistematic sampling. Karena depot dengan teknologi RO dan
Ozonisasi masing-masing berjumlah 2 depot maka diuji
semua. Sedang kan depot dengan teknologi UV diperoleh 6 depot
yang mewakili dari 19 depot yang ada yang dihitung dengan
persamaan:
N
k=
n
Dimana k merupakan kelipatan pengambilan sampel dan N
adalah jumlah populasi sampel, serta n adalah anggota
sampel terpilih. Dengan demikian ada 10 depot air minum isi
ulang yang akan dianalisa/diteliti.

A. Pengisian Kuesioner
B. Analisa Sampel
1. Untuk pemeriksaan Total Dissolved Solidn (TDS) bahwa
semua depot masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan
yaitu 500 mg/l sesuai Permenkes No.492 tahun 2010 tentang
persyaratan kualitas air minum
2. Untuk pemeriksaan kekeruhan bahwa semua depot masih
memenuhi baku mutu yang ditetapkan sesuai Permenkes
No.492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum
dengan kadar kekeruhan maksimum yang diijinkan adalah 5
NTU
3. Untuk pemeriksaan Warna dari air tersebut bahwa semua
depot masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan sesuai
Permenkes No.492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air
minum dengan kadar warna maksimum yang diijinkan adalah
15 TCU
4. Untuk pemeriksaan total coliform dari air tersebut
menunjukan 4 Depot yang masih belum memenuhi baku mutu
total coliform. Total coliform yang di ijinkan adalah 0 per 100
ml sampek

C. Analisa Air Baku


Terdapat dua sumber air baku yaitu sumber air baku prigen
dan sumber air baku pacet. Dan hasil pengujian yang
dilakukan adalah total coliform dan kedua sumber air baku
tersebut masih memenuhi PP RI No.82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
D. Analisa Kualitas Air Produksi
Setelah dilakukan pengisian kuesioner dan analisa sampel,
selanjutnya dapat diperoleh hubungan antara kualitas air
produksi dengan perilaku dan pemeliharaan alat yang hasilnya
telah diperoleh dengan pengisian kuesioner. Sesuai dengan
kategori persentase kuesioner, terdapat 4 depot dengan kategori
kuesioner/perilaku dan pemeliharaan alat BAIK dan keempat
depot tersebut telah memenuhi parameter TDS, kekeruhan,
warna, dan total coliform. Selain itu terdapat 6 depot dengan
kategori kuesioner/perilaku dan pemeliharaan alat CUKUP. Dari
keenam depot dengan kategori CUKUP tersebut 2 depot telah
memenuhi semua parameter dan 4 depot belum memenuhi
parameter total coliform sesuai PERMENKES No. 492 Tahun
2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil


penelitian ini adalah:
1) Terdapat 4 depot dengan kriteria BAIK dalam perilaku dan
pemeliharaan alat dan telah memenuhi parameter TDS,
kekeruhan, warna, dan total coliform sesuai PERMENKES
No. 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Terdapat 6 depot dengan kategori CUKUP dalam perilaku
dan pemeliharaan alat. Diantara keenam depot, 2 depot telah
memenuhi semua parameter yang diuji dan 4 depot belum
memenuhi parameter total coliform. Perilaku dan
pemeliharaan alat yang baik pada depot air isi ulang akan
mempengaruhi kualitas air produksi yang baik.
2) Berdasarkan parameter kekeruhan, TDS, warna, dan
total coliform yang diuji sesuai PERMENKES No. 492
Tahun 2010 terdapat 4 depot yang belum memenuhi
parameter total coliform.
3) Kualitas sumber air baku pacet dan prigen yang
digunakan sebagai air air baku pada depot air isi ulang untuk
nilai total coliform dan TDS masing-masing adalah
50/100 sampel dan 276 ml untuk sumber pacet. Sedangkan
untuk sumber air baku prigen 170/100 ml dan
268 mg/l.
Review Jurnal 3

Judul Analisis Higiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di
Sekitar Universitas Islam Riau
Penulis Fitri Mairizki
Nama Jurnal Jurnal Endurance 2(3) October 2017 (389-396)
Vol/No -
ISBN/ISSN -
Penerbit STIKes Al - Insyirah
Tahun terbit 14-09-2017
Latar Belakang Masalah Pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat saat ini
sangat bervariasi. Kebutuhan penduduk terhadap air minum dapat
dipenuhi melalui air yang dilayani sistem perpipaan (PAM), air
minum dalam kemasan (AMDK), dan air minum isi ulang
(AMIU). Kecenderungan penduduk untuk mengosumsi air minum
siap pakai sangat besar sehingga usaha pengisian air minum
berkembang sangat pesat (Kurniawan, A., Joseph, W., B., S.,
Bernadus, 2014).
Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) adalah badan usaha yang
mengelola air minum untuk keperluan masyarakat dalam bentuk
curah dan tidak dikemas. Ditinjau dari harganya, AMIU lebih
murah dari AMDK, bahkan ada yang memberikan harga hingga
seperempat dari harga AMDK. AMIU menjadi salah satu jawaban
pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat Indonesia yang
murah dan praktis. Hal ini yang menjadi alasan mengapa
masyarakat memilih AMIU untuk dikonsumsi. Namun dari segi
kualitasnya, masyarakat masih meragukan karena belum ada
informasi yang jelas dari segi proses maupun peraturan tentang
peredaran dan pengawasannya (Suprihatin, B., Adriani, 2008).
Pemilihan DAMIU sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan air
minum menjadi resiko yang dapat membahayakan kesehatan jika
kualitas AMIU masih diragukan apalagi jika konsumen tidak
memperhatikan keamanan dan kehigienisannya. Kualitas air
produksi DAMIU akhir-akhir ini semakin menurun dengan
permasalahan secara umum antara lain peralatan Depot Air
Minum (DAM) yang tidak dilengkapi alat sterilisasi, mempunyai
daya bunuh rendah terhadap bakteri, atau pengusaha belum
mengetahui kualitas air baku yang digunakan, jenis peralatan
DAM yang baik dan cara pemeliharaannnya serta penanganan air
hasil olahan (Nuria, M.C., Rosyid, A.,
2009).
Higiene sanitasi adalah upaya kesehatan untuk
mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor yang menjadi
penyebab terjadinya pencemaran terhadap air minum dan sarana
yang digunakan untuk proses pengolahan, penyimpanan, dan
pembagian air minum. Higiene sanitasi DAMIU meliputi
variabel tempat, peralatan dan operator (Karame, M.,
Palandenh, H., Sondakh, 2014).
Masyarakat khususnya mahasiswa di sekitar Universitas
Islam Riau saat ini sebagian besar menggunakan air produksi
DAMIU untuk dikonsumsi karena tidak perlu dimasak, harganya
murah dan terdapat layanan antar sehinga tidak perlu membeli
langsung ke Depot meskipun higiene dan sanitasi DAMIU
tersebut masih diragukan. Berdasarkan permasalahan tersebut,
maka perlu dilakukan penelitian tentang Analisis Higiene Sanitasi
DAMIU di sekitar Universitas Islam Riau.
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Sampel
pada penelitian ini adalah delapan Depot Air Minum Isi Ulang
(DAMIU) yang berada di sekitar Universitas Islam Riau dan
jumlah sampel petugas DAMIU masing-masing diambil satu
orang.
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data primer
berupa observasi dengan menggunakan daftar checklist
berpedoman pada Permenkes No.43/MENKES/PER/IV/2014
tentang Higiene Sanitasi DAMIU. Data kemudian disajikan dalam
bentuk tabel dan dibahas secara deskriptif.
Hasil dan Pembahasan A. Sumber Air Baku dan proses pengolahan Depot
1 Depot menggunakan air baku bersumber dari mata air dan 7
Depot menggunakan sumber air baku sumur bor. Sumber Air baku
akan mempengaruhi kualitas air minum yang dihasilkan.
Depot yang menggunakan air baku bersumber dari mata air
harus di angkut menggunakan kendaraan dengan tangki air yang
terbuat dari bahan-bahan yang tidak melepaskan zat-zat beracun
serta pengangkutan paling lama 12 jam sampai ke Depot sesuai
dengan Permenkes No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Pengankutan
yang melebihi dari 12 jam dapat memungkinkan berkembangnya
mikroba yang berbahaya bagi kesehatan.
1 Depot menggunakan proses pengolahan air dengan ozonisasi
dan 7 Depot menggunakan proses ultraviolet.

B. Higiene Sanitasi tempat DAMIU


7 DAMIU berada pada lokasi yang bebas dari pencemaran dan
penularan penyakit karena jauh dengan tempat pembuangan
sampah sementara, tidak pada daerah yang tergenang air dan rawa,
serta bukan lokasi yang dekat dengan penumpukan barang-barang
bekas atau bahan berbahaya beracun (B3). Akan tetapi, 1
DAMIU terletak pada lokasi yang bersebelahan dengan bengkel
las sehingga diduga dapat menimbulkan pencemaran terhadap air
minum.
Dari hasil observasi didapatkan bahwa kondisi bangunan
pada lima DAMIU telah memenuhi syarat sebagai bangunan kuat,
aman, mudah dibersihkan dan mudah pemeliharaannya karena
terbuat dari batu bata yang diplester. Namun, tiga DAMIU masih
terbuat dari dinding papan sehingga dikhawatirkan debu yang ada
di udara dapat menempel dan secara tidak langsung dapat
menjadi sumber pencemaran air minum.
Semua DAMIU memenuhi persyaratan untuk lantai yang
kedap air terbuat dari keramik, permukaan rata, halus, tidak
licin, tidak retak, tidak menyerap debu, dan mudah dibersihkan,
serta kemiringan cukup landai. 5 DAMIU memiliki dinding yang
kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak, tidak
menyerap debu, mudah dibersihkan, warna yang terang dan
cerah. Tiga DAMIU tidak memenuhi persyaratan karena terbuat
dari dinding papan kayu yang dikhawatirkan dapat menyerap air
dan mengakibatkan timbulnya lumut sehingga menjadi sumber
kontaminasi.
6 DAMIU memiliki atap dan langit-langit yang kuat, anti
tikus, mudah dibersihkan, tidak menyerap debu, permukaan rata,
dan berwarna terang, serta mempunyai ketinggaan. Namun, 2
DAMIU tidak memiliki langit-langit sehingga bagian atas hanya
langsung ditutupi atap, sulit dibersihkan dan akan
menyebabkan timbulnya debu.
Pada semua DAMIU yang diobservasi, hanya satu DAMIU
yang memiliki ruangan khusus pengolahan air minum sedangkan
7 DAMIU lainnya tidak memiliki ruangan khusus pengolahan
air minum karena semua proses dilakukan di dalam satu tempat
berupa lemari yang disekat kaca mulai dari pengisian air baku,
pembilasan botol hingga pengisian galon. Tidak ada tempat
khusus untuk penyimpanan air minum dan ruang tunggu
konsumen.
Semua DAMIU memiliki pencahayaan yang cukup terang
untuk bekerja, tidak menyilaukan dan cahaya tersebar merata
di seluruh ruangan. Semua Damiu tidak mempunyai ventilasi dan
hanya mengandalkan pintu yang membuka satu arah saja untuk
keluar masuk nya udara. Semua DAMIU memiliki kelembapan
yang memenuhi syarat sehingga memberikan kenyamanan dalam
melakukan pekerjaan atau aktivitas.
Semua DAMIU memiliki akses fasilitas sanitasi yang
masih minimal. Semua DAMIU sudah memiliki akses kamar
mandi dan jamban di dalam lingkungan DAMIU dan juga
memiliki saluran air limbah yang alirannya lancar atau tidak
tersumbat dan tertutup. Akan tetapi, semua DAMIU tidak
memiliki tempat sampah yang tertutup. Semua tempat
sampah dalam keadaan terbuka sehingga dapat menjadi sumber
pencemar. Hanya tiga DAMIU yang memiliki fasilitas tempat
cuci tangan yang dilengkapi air mengalir dan sabun. Operator
pada enam DAMIU lainnya biasanya menggunakan keran
pencucian galon atau air kamar mandi ketika ingin mencuci
tangan. Semua DAMIU memenuhi persyaratan bebas dari tikus,
lalat dan kecoa yang dapat mengotori ataupun merusak peralatan.

C. Higiene Sanitasi Peralatan DAMIU


semua DAMIU menggunakan peralatan yang terbuat
dari bahan tara pangan seperti stainless steel dan polyvinyl
karbona. Peralatan yang digunakan seperti mikrofilter
dan alat sterilisasi juga masih dalam masa pakai. Kondisi
tandon air baku pada semua DAMIU dalam keadaan
tertutup dan tidak terkena sinar matahari langsung. Semua
DAMIU juga melakukan pembersihan pada wadah/galon sebelum
dilakukan pengisian. DAMIU tidak mempunyai stock botol
(galon) yang telah diisi, lebih dari 1x24 jam, botol (galon) yang
telah diisi langsung diberikan ke konsumen.
Semua DAMIU melakukan pembersihan tabung filter
menggunakan system pencucuian terbalik (back washing) dengan
cara mengalirkan air tekanan tinggi secara terbalik sehingga
kotoran atau residu yang tersaring selama ini dapat keluar.
7 Depot menggunakan peralatan sterilisasi atau
desinfeksi berupa ultraviolet dan satu DAMIU menggunakan
peralatan sterilisasi atau desinfeksi berupa ozonisasi. Dari hasil
observasi juga dapat dilihat bahwa semua DAMIU melakukan
pencucian dan pembilasan botol (galon) untuk membersihkan
galon dari sisa pemakaian sebelumnya. Pengisian botol (galon)
dilakukan dalam ruangan tertutup untuk mencegah kontaminasi
dari luar. Botol (galon) yang telah diisi diberi tutup botol baru
yang bersih tetapi tidak dengan metode wrapping (pemberian
segel). Kemasan AMIU harus bebas dari kontaminasi karena
kemasan yang terkontaminasi menjadi media berbagai kuman
yang menimbulkan berbagai penyakit seperti diare, tifus, hepatitis
A dan polio (Wulandari, S., Siwiendrayanti, A., Wahyuningsih,
2015).

D. Higiene Sanitasi Operator DAMIU


semua penjamah/operator yang diobservasi
dalam keadaan sehat dan bebas dari penyakit menular terutama
penyakit bawaan air seperti diare. Pada satu DAMIU ditemukan
penjamah/operator yang tidak berperilaku higiene dan sanitasi
karena melayani konsumen sambil merokok. Hanya
penjamah/operator di tiga DAMIU yang mencuci tangan dengan
air mengalir sebelum melakukan pengisian botol (galon).
Semua penjamah/operator tidak memakai pakaian kerja khusus
yang bersih dan rapi, tidak melakukan pemeriksaan
kesehatan secara berkala dan tidak memiliki sertifikat telah
mengikuti kursus higiene sanitasi depot air minum.
Pada penelitian lain (Kasim, K.P., Setiani, O., Endah,
2014), disebutkan bahwa kunci dari sistem pengelolaan DAMIU
adalah pada kualitas operatornya. Selain bertugas melakukan
pengoperasian sistem pengolahan air, operator juga bertugas
melakukan perawatan dan pemeliharaan alat. Dari hasil
penelitian juga ditemukan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara kondisi higiene sanitasi operator dengan
cemaran mikroba yang ada pada AMIU.

Kesimpulan Kondisi higiene sanitasi tempat dan peralatan DAMIU


secara umum baik, namun yang perlu diperhatikan adalah tata
ruang dan ventilasi serta belum adanya tempat sampah tertutup
dan tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir dan
sabun. Kondisi higiene sanitasi penjamah yang harus diperhatikan
adalah tidak memakai pakaian kerja khusus yang bersih dan rapi,
tidak melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala dan
tidak memiliki sertifikat telah mengikuti kusrus higiene sanitasi
depot air minum.
Review Jurnal 4

Judul Kualitas Air Minum Yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang Di
Kecamatan Bungus Padang Berdasarkan Persyaratan Mikrobiologi
Penulis Rido Wandrivel, Netty Suharti, Yuniar Lestari
Nama Jurnal Jurmal Kesehatan Andalas.
http://jurnal.fk.unand.ac.id
Vol/No -
ISBN/ISSN -
Penerbit Fk.Unand
Tahun terbit 2012; 1 (3)
Latar Belakang Masalah Pengadaan air bersih untuk keperluan air minum, harus
memenuhi persyaratan yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah. Air minum aman bagi kesehatan
apabila memenuhi persyaratan secara fisika, mikrobiologi,
kimia, dan radioaktif. Parameter wajib penentuan kualitas air
minum secara mikrobiologi adalah total bakteri Coliform dan
Escherichia coli. Penentuan kualitas air secara mikrobiologi
dilakukan dengan Most Probable Number Test. Jika di dalam 100
ml sampel air didapatkan sel bakteri Coliform memungkinkan
terjadinya diare dan gangguan pencernaan lain.
Sekitar tahun 1999, mulai muncul usaha depot air
minum isi ulang. Depot air minum adalah usaha industri yang
melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan
menjual langsung kepada pembeli. Pengujian mutu produk wajib
dilakukan oleh depot air minum di Laboratorium Pemeriksaan
Kualitas Air yang ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten/Kota atau
yang terakreditasi sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali.
Pengujian tersebut bertujuan menjamin mutu produk air minum
yang dihasilkan, mendukung terciptanya persaingan usaha yang
sehat, dan sebagai upaya perlindungan kepada konsumen.
Depot Air Minum merupakan jenis sumber air minum
terbanyak ketiga yang digunakan masyarakat Sumatera Barat
berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskades) 2010 dengan
persentase 17,2 % setelah sumur gali terlindung dan air
ledeng dengan persentase masing-masing 22,1 % dan 20,8 %
(4).
Jumlah depot air minum isi ulang di Kota Padang berdasarkan
data dari Dinas Kesehatan Kota Padang per November 2011
sebanyak 604 depot. Depot air minum isi ulang yang melakukan
pemeriksaan mutu produk air dari Juni sampai November 2011
atau yang memenuhi Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan (Kepmenperindag) No. 651 Tahun 2004 sebanyak
120 depot. Kecamatan Bungus merupakan satu-satunya
kecamatan di Kota Padang dengan depot air minum yang tidak
melakukan uji produk air sesuai dengan aturan yang berlaku.
Tidak satupun dari sembilan depot air minum yang melakukan
pengujian produk air. (9)
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh air minum yang
kualitas mikrobiologisnya buruk adalah diare (20). Diare termasuk
sepuluh penyakit terbanyak di Kota Padang. Berdasarkan profil
kesehatan Kota
Padang tahun 2010, jumlah kasus diare sebanyak 12.744
kasus. Morbidity rate diare di Kecamatan Bungus yaitu
21,3 dan merupakan morbidity rate diare tertinggi ke dua di Kota
Padang setelah Kecamatan Padang Selatan yaitu 29. (5)

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk Mengetahui


kualitas air minum yang di produksi depot air minum isi ulang di
Kecamatan Bungus Padang berdasarkan persyaratan mikrobiologis
yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun
2010 tentang persyaratan kualitas air minum.
Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang bulan
November 2011 sampai Mei 2012. Sampel pada penelitian ini
adalah air minum dari seluruh depot air minum isi ulang di
Kecamatan Bungus Padang sebanyak sembilan depot. Penelitian
ini adalah penelitian deskriptif laboratorium. Penelitian
dilakukan dengan terlebih dahulu mengobservasi beberapa faktor
yang mungkin mempengaruhi kualitas air minum yang
dihasilkan depot, kemudian melakukan pemerikaan
mikrobiologi dengan menggunakan Most Probable Number
Test yang terdiri dari presumptive test menggunakan medium
lactose broth, confirmative test menggunakan medium Brilliant
green lactose broth, dan complete test menggunakan medium
endo agar.

Hasil dan Pembahasan Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas air
minum isi ulang yang dihasilkan, yaitu: sumber air baku, kondisi
depot, kebersihan operator, dan penanganan terhadap wadah
pembeli sebelum diisi dengan air minum.
didapatkan bahwa jumlah tabung yang positif pada
tes presumtif sebanyak 20 tabung (24,7%) dari total tabung reaksi
yang digunakan. Dari hasil tersebut didapatkan bahwa lima dari
sembilan sampel (55,5%) sampel air, sampel 1, 4, 5, 6, 7,
menunjukkan hasil positif pada tes presumtif. Sampel yang
positif dilanjutkan ke tes konfirmatif.

Tes selanjutnya ialah menunjukkan bahwa semua hasil


positif pada tes presumtif juga menunjukkan hasil positif pada
tes konfirmatif. Produksi gas pada tabung reaksi tersebut
menunjukkan adanya pertumbuhan koloni bakteri Coliform pada
medium yang digunakan,sehingga hasil positif pada tes
konfirmatif dapat dimasukkan kedalam tabel jumlah perkiraan
terdekat untuk mendapatkan total bakteri Coliform yang
terkandung dalam 100 ml sampel air

menunjukkan tiga dari lima sampel atau 60% sampel yang


mengandung bakteri Coliform, yaitu sampel 1,5, dan 6 mengandung
E. coli, sedangkan dua sampel lainnya menunjukkan pertumbuhan
koloni bakteri lain. Pada reaksi biokimia ditemukan kuman
Pseudomonas sp.

Kesimpulan Dari hasil penelitian ini didapatkan lima dari sembilan


sampel atau 55,6% sampel tidak memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010.
Dari lima sampel penelitian yang positif, tiga sampel
mengandung E. coli, sementara dua sampel lain
mengandung bakteri Coliform lain. Bakteri
Coliform/E. Coli terdapat pada lingkungan alami dan
pada feses manusia dan binatang. Kelompok bakteri
ini umumnya tidak membahayakan kesehatan,
tapi kehadiran Bakteri Coliform/E. Coli dalam badan
air meng indikasikan air tersebut sudah tercemar. Hal
ini mengindikasikan buruknya mutu produksi air
minum isi ulang yang dihasilkan depot air minum.
Temuan ini berbeda dengan hasil penelitian tentang
kualitas air minum isi ulang sebelumnya. Hasil
analisis laboratorium Institut Pertanian Bogor tahun
2002, dari 120 sampel Air Minum isi ulang dari 10
kota besar diIndonesia (Jakarta, Bogor, Tangerang,
Bekasi, Cikampek, Semarang, Yogyakarta, Surabaya,
Medan, dan Denpasar) ditemukan sekitar 16% sampel
terkontaminasi bakteri Coliform.(19) Penelitian yang
dilakukan Supriyono Asfawi tahun 2004, dari 49
sampel depot air minum isi ulang di kota Semarang,
sebanyak 15 depot (30,6%) tidak memenuhi syarat
sebagai air minum. Perbedaan ini mungkin terjadi
karena sumber air baku yang digunakan depot pada
penelitian sebelumnya mempunyai kualitas lebih baik,
peralatan yang digunakan baik dan terawat, dan
penangan terhadap wadah pembeli serta kebersihan
operator depot lebih diperhatikan.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas produk air yang dihasilkan
adalah bahan baku, penanganan terhadap wadah pembeli, kebersihan
operator, dan kondisi depot. 55,6% depot
Review Jurnal 5

Judul Analisis Kualitas Air Minum Isi Ulang Beberapa Depot Air Minum Isi Ulang
(DAMIU) di Tangerang Selatan
Penulis Nita Rosita
Nama Jurnal Jurnal Kimia Valensi,
Vol/No
Vol. 4 No. 2

ISBN/ISSN ISSN : 1978 - 8193


Penerbit Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jl. Ir. H.
Juanda No.95 Ciputat 15412
Tahun terbit November 2014 (134-141)
Latar Air merupakan kebutuhan yang mendasar dan sangat diperlukan oleh
Belakang manusia, hewan maupun tumbuhan. Oleh manusia air dimanfaatkan untuk berbagai
Masalah keperluan hidup seperti minum, mandi, memasak, mencuci dan keperluan lainnya.
Kebutuhan akan air untuk keperluan sehari-hari berbeda untuk tiap tempat dan
tiap tingkatan kehidupan artinya semakin tinggi taraf kebutuhan hidup manusia,
semakin meningkat pula jumlah air yang diperlukan (Suriawiria 1996).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
(PERMENKES) No. 492 Tahun 2010, Air minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum. Kecenderungan penggunaan air minum isi ulang oleh
masyarakat di perkotaan semakin meningkat, salah satu penyebabnya adalah
pencemaran air tanah yang semakin parah hingga saat ini. Air minum isi ulang
adalah salah satu jawaban pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat yang murah
dan praktis. Hal ini yang menjadi alasan mengapa masyarakat memilih air
minum isi ulang untuk dikonsumsi.
Air minum isi ulang adalah salah satu jenis air minum yang dapat langsung
diminum tanpa dimasak terlebih dahulu, karena telah mengalami proses pemurnian
baik secara penyinaran ultraviolet, ozonisasi, ataupun keduanya. Pada era sekarang
ini kesadaran masyarakat untuk mendapatkan air yang memenuhi syarat kesehatan
semakin meningkat. Seiring dengan hal tersebut maka dewasa ini semakin
menjamur pula depot air minum isi ulang (DAMIU) yang menyediakan air siap
minum.
Namun tidak semua depot air minum isi ulang (DAMIU) dikelola
dengan baik
sesuai persyaratan permenkes
nomor492/menkes/per/IV/2010tentang persyaratan kualitas air minum baik
parameter fisika, kimia maupun biologi. Parameter fisika adalah salah satu
parameter yang digunakan untuk mengukur kadar kualitas air yang
berhubungan dengan fisika seperti suhu,
kecepatan arus, kecerahan dan tinggi air, kecerahan, kedalaman, warna air,
kekeruhan, salinitas, TDS (total dissolved solid) atau TSS (total suspended
solid).Parameter kimia adalah parameter yang sangat penting untuk menentukan air
tersebut dikatakan baik atau tidak.Parameter kimia meliputi dissolved oxygen
(DO), pH, amoniak, nitrat, nitrit,kesadahan, sulfat maupun logam.
Parameter biologi meliputi ada atau tidaknya bahan organik atau
mikroorganisme
seperti bakteri coli, virus, bentos dan plakton.
Organisme yang peka akan mati di lingkungan air yang tercemar. Bakteri patogen
yang memengaruhi kualitas air sesuai Kepmenkes yaitu bakteri coliform, seperti
Escherichia coli, Clostridium perfringens, dan Salmonella. Bakteri coliform adalah
golongan bakteri intestinal, yaitu hidup didalam saluran pencernaan manusia.
Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih
tepatnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri
patogen.Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah
koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri pathogen E. coli
jika masuk ke dalam saluran pencernaan dalam jumlah banyak dapat
membahayakan kesehatan. Walaupun E. coli merupakan bagian dari mikroba
normal saluran pencernaan, tapi saat ini telah terbukti bahwa galur-galur tertentu
mampu menyebabkan gastroenteritis taraf sedang hingga parah pada manusia dan
hewan. Sehingga, air yang akan digunakan untuk keperluan sehari-hari berbahaya
dan dapat menimbulkan penyakit infeksius (Suriaman 2008).
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai
uji kualitas
depot air minum isi ulang di wilayah
Tangerang Selatan sehingga dapat diketahui layak atau tidak untuk dikonsumsi
sesuai
dengan baku mutu yang ditetapkan.

Metode Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lingkungan Pusat


Penelitian Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengumpulan data
dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan analisa sampel air minum isi ulang.
Pengumpulan data dilakukan dengan survey secara langsung untuk mengetahui
jumlah depot air minum isi ulang di Tangerang Selatan khususnya dekat Kampus
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Setelah diketahui data jumlah depot yang ada,
maka dipilih depot yang akan diuji atau mewakili dari jumlah depot yang ada
dengan metode cluster sampling dan sistematic sampling. Pengambilan sampel
dilakukan hanya sekali untuk setiap sampel yang diuji.Pengambilan sampel
menggunakan peralatan yang steril dan sesuai dengan metode penelitian air.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat instrumen
spektroskopi serapan atom merk Perkin-Elmer Analyst 700, UV-VIS
spektrofotometer, Water Quality Checker (WQC), pH meter, peralatan gelas
laboratorium, Neraca analitik, hot plate stirer Heildolph MR 3001, buret dan statif,
botol winkler, botol polietylen.Semua reagen yang akan digunakan mempunyai
tingkat kemurnian yang tinggi keluaran Merck. Bahan yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah aquadest, natrium hidroksida, natrium nitroprussid, phenol,
natrium hipoklorit, ammonium klorida, sulfanilamid, natrium nitrit, NEDH,
BaCl2, gliserol, HNO3 pekat, natrium klorida, K2CrO4, AgNO3, EBT, buffer
4 dan 12, larutan induk Fe dan Mn, 12sampel
air minum isi ulang.

Parameter Fisika
Parameter fisika diukur dengan alat WQC
metode direct.

Parameter Kimia
Parameter kimia yang diuji meliputi :
1. pH : Cara kerja analisa pH sesuai dengan
SNI 06-6989.11-2004 tentang Cara ujiderajat keasaman (pH) dengan menggunakan
alat pH meter.
2. Ammonia (N-NH3) : Cara kerja analisa ammonia sesuai dengan SNI 06-
6989.30-2005 tentang Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat.
3. Kesadahan : Cara kerja analisa kesadahan sesuai dengan SNI 06-6989.12-2004
tentang Cara uji kesadahan total kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dengan metode
titrimetri.
4. Sulfat : Cara kerja analisa sulfat sesuai dengan SNI 06-2426-1991 tentang
Cara uji
sulfat secara spektrofotometri.
5. Nitrit : Cara kerja analisa nitrit sesuai dengan SNI06-6989.9-2004 tentang
Cara uji nitrit (NO2-N) secara spektrofotometri
6. Logam Mangan : Cara kerja analisa logam
mangan sesuai dengan SNI 06-6989.5-2004 tentang Cara uji mangan (Mn)
dengan
spektrofotometer serapan atom (SSA)-nyala.
7. Logam Besi : Cara kerja analisa logam besi sesuai dengan SNI 6989.4-2009
tentang Cara uji besi (Fe) dengan spektrofotometer serapan atom (SSA)-nyala.

Parameter Biologi
1. Bakteri Escherichia Coli (E.Coli) : Cara
kerja Bakteri E.Coli sesuai dengan SNI 2897
Tahun 1992 tentang Cara uji cemaran mikroba.

2. Bakteri Coliform :Cara kerja analisis bakteri coliform sesuai dengan


SNI 2897
Tahun 1992 tentang cara uji cemaran mikroba.

Analisis Data
Data hasil penelitian akan dibandingkan dengan baku mutu persyaratan
kualitas air minum sesuai dengan PERMENKES No. 492 Tahun 2010.
Hasil dan Hasil pengujian parameter fisika ditampilkan pada tabel 1. Berdasarkan tabel
Pembahasan 1 terlihat bahwa semua depot (100%) memenuhi standar baku mutu
PERMENKES No. 492 Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum.
Berdasarkan hasil pengukurandi masing-masing lokasi penelitian menunjukkan
bahwa pengujian TDS (total dissolved solid)berkisar antara 55-101 mg/L
dengan kadar TDS (total dissolved solid)maksimum yang diizinkan adalah 1000
mg/L. TDS adalah ukuran jumlah partikel yang terlarut dalam air. Konsentrasi TDS
(total dissolved solid)yang tinggi dalam air dapat mempengaruhi kejernihan, warna
dan rasa. TDS biasanya terdiri atas zat organik, garam organik dan zat terlarut. Bila
TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula (Mukti 2008).
Tabel 1. Hasil pengujian parameter fisika

NO KODE LOKASI PARAMETER


SAMPEL SAMPEL TDS KEKERUHAN SUHU Rasa BAU
o
Sat mg/ NT - -
ua Pesanggraha L U C
n 1 n 2 Tidak Tidak
12 2 Semanggi II 855 3.
4 1.
21.2 Berasa
Tidak Berasa Berbau
Tidak
5 7 35 Berbau
3 3 Gang Limun 101 3. 21.4
1 Tidak Berasa Tidak
4 4 BBS 86 8
3. 5
21.5 Tidak Berasa Berbau
Tidak
5 5 Legoso 1 87 3
3. 9
21.9 Tidak Berasa Berbau
Tidak
6 6 Kertamukti 1 87 9
3. 2
21.5 Tidak Berasa Berbau
Tidak
7 7 Kertamukti 2 85 3
3. 1
21.5 Tidak Berasa Berbau
Tidak
8 8 Tarumanegar 86 2
3. 3
22.1 Tidak Berasa Berbau
Tidak
9 9 aLegoso 2 63 2
3. 9
22.5 Tidak Berasa Berbau
Tidak
10 1 Citanduy 1 72 4
3. 5
22.7 Tidak Berasa Berbau
Tidak
11 10 Citanduy 2 73 8
3. 7
22.3 Tidak Berasa Berbau
Tidak
12 11 Kampung 64 54 3
22.3 Tidak Berasa Berbau
Tidak
2 Utan 6 Berbau
Tabel 1 terlihat nilai suhu dari masing- masing depo masih berada dibawah
baku mutu dimana suhu yang diperbolehkan adalah suhu udara ± 30C, suhu air
berkisar antara 21.25- 22.77 0C. Suhu air mempengaruhi jumlah oksigen terlarut.Makin
tinggi suhu air, jumlah oksigen terlarut makin rendah.Pengujian rasa dan bau air
minum isi ulang tidak berasa dan berbau.Bau dan rasa dapat disebabkan oleh adanya
organisme dalam air seperti alga, juga oleh adanya gas H2S hasil peruraian senyawa
organik yang berlangsung secara anaerobik (Hanum 2002).
Tabel 1 menunjukkan nilai kekeruhan berkisar antara 3.2-4 NTU dengan
kadar kekeruhan maksimum yang diizinkan adalah 5 NTU. Nilai kekeruhan
dipengaruhi oleh adanya koloid dari partikel yang kecil atau adanya
pertumbuhan mikroorganisme. Semakin banyak partikel dan mikroorganisme dalam
air, maka semakin besar nilai kekeruhannya. Data diatas menunjukkan bahwa
kualitas air baku air minum isi ulang sudah baik dari segi parameter fisika.
Hasil analisis di masing-masing lokasi penelitian menunjukkan bahwa tingkat
pH berkisar antara 5.67-6.54 (Tabel 2). Bebarapa sampel menunjukkan di bawah baku
mutu menurut PERMENKES No. 492 Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air
minum adalah 6.5-8.5. Lokasi penelitian yang memenuhi syarat hanya berada di tiga
lokasi penelitian yaitu Citanduy 1 (6.5), Citanduy 2 (6.54) dan Kampung Utan (6.5).
Derajat keasaman atau pH merupakan nilai yang menunjukkan aktivitas ion hydrogen
dalam air. Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa parameter, antara lain aktivitas biologi,
suhu, kandungan oksigen dan ion-ion. Pengaruh pH terhadap air adalah sangat besar,
untuk air minum jika pH air terlalu rendah akan berasa pahit atau asam, sedangkan jika
terlalu tinggi maka air akan berasa tidak enak (kental atau licin).
Tabel 2 Hasil pengujian parameter kimia

NO KODE LOKASI PARAMETER


SAMPEL SAMPEL pH Fe Mn Nitrit Ammonia Sulfat Kesadahan
Satuan X mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
1 1 Pesanggrahan 5.67 0.18 0.001 0 0.05 2.13 100
2 2 Semanggi II 5.72 0.19 0 0 0.03 0.38 170
3 3 Gang Limun 5.84 0.21 0 0 0.02 0.36 130
4 4 BBS 5.96 0.31 0.007 0 0.02 0.61 110
5 5 Legoso 1 6.11 0.17 0 0 0.03 1.45 60
6 6 Kertamukti 1 6.2 0.13 0 0 0.03 1.14 40
7 7 Kertamukti 2 6.22 0.16 0 0.019 0.04 2.18 70
8 8 Tarumanegara 6.32 0.22 0.006 0 0.05 1.47 50
9 2 9 Legoso 2 6.29 0.14 0 0 0.03 0.7 60
10 10 Citanduy 1 6.5 0.17 0.008 0 0.02 0.84 50
11 11 Citanduy 2 6.54 0.46 0.001 0 0.02 1.48 80
12 12 Kampung 6.5 1.47 0.012 0 0.01 0.84 80
Utan

Tabel 2 menunjukkan bahwa parameter logam Mn, nitrit, ammonia, sulfat


dan kesadahan memenuhi standar baku mutuPERMENKES No. 492 Tahun 2010
tentang persyaratan kualitas air minum. Berdasarkan hasil pengukurandi masing-
masing lokasi penelitian menunjukkan bahwa pengujian logam Mn berkisar antara
0.000-0.012 mg/L dengan kadar logam Mn maksimum yang diizinkan adalah 0.4
mg/L. Pengujian nitrit berkisar antara 0.000-0.019 m/L dengan kadar nitrit
maksimum yang diizinkan adalah 3 mg/L. Nitrit bersifat racun karena dapat
bereaksi dengan hemoglobin dalam darah, sehingga darah tidak dapat mengangkut
oksigen, disamping itu juga nitrit membentuk nitrosamin (RRN-NO) pada air
buangan tertentu dan dapat menimbulkan kanker. Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO -)
adalah ion-ion anorganik alami, yang merupakan bagian dari siklus nitrogen.
Tabel 2 di atas menunjukkan pengujian ammonia berkisar antara 0.01-0.05
mg/L dengan kadar ammoniak maksimum yang diizinkan adalah1.5 mg/L.
Kandungan ammoniak dapat berasal dari sumber air baku yang digunakan oleh depo
air minum isi ulang, yaitu dari nitrogen organik dan nitrogen anorganik yang terdapat
dalam tanah dan air yang berasal dari dekomposisi bahan organik oleh mikroba dan
jamur. Selain itu ammoniak juga dapat berasal dari limbah domestik (Marganof 2007;
Violita et al. 2010).
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa pengujian sulfat berkisar antara 0.36-
2.18 mg/L dengan kadar sulfat maksimum yang diizinkan adalah 250 mg/L. Senyawa
sulfat bersifat iritasi pada saluran pencernaan (saluran gastro intestinal), bila kurang
mengkonsumsi airdapat merusak saluran pencernaan. Sedangkan untuk analisis
kesadahan rata-rata adalah 40-170 mg/L dengan kadar kesadahan maksimum yang
diizinkan adalah 500 mg/L. Kesadahan air disebabkan oleh adanya garam-garam
kalsium dan magnesium yang terdapat dalam air. Air yang bersifat sadah bila
dikonsumsi manusia akan menyebabkan gangguan kesehatan. Air yang mempunyai
tingkat kesadahan terlalu tinggi sangat merugikan di antaranya dapat menimbulkan
karatan atau korosi.
Tabel 2 di atas menunjukkan hasil analisis di masing-masing lokasi
penelitian menunjukkan bahwa tingkat logam Fe total berkisar antara 0.13-1.47
mg/L. Bebarapa sampel menunjukkan melebihi baku mutu menurut
PERMENKES No. 492 Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum adalah
0.3 mg/L. Konsentrasi Fetotal tertinggi (1.47 mg/L) berada di lokasi penelitian
yaitu Kampung Utan, dan terendah (0.13 mg/L) berada di lokasi penelitian yaitu
Kertamukti 1. Munculnya kandungan Fe total dalam pengukuran dapat
disebabkan oleh terkikisnya peralatan (pipa besi) yang digunakan dalam produksi
serta kondisi air baku yang digunakan. Apabila sumber air baku adalah air
tanah, maka ada kemungkinan terdapat kandungan Fe.
Konsentrasi besi dalam air minum dibatasi maksimum 0.3 mg/l hal ini
berdasarkan alasan masalah warna, rasa serta timbulnya kerak yang menempel pada
sistem perpipaan. Manusia dan mahluk hidup lainnya dalam kadar tertentu memerlukan
zat besi sebagai nutrient tetapi untuk kadar yang berlebihan perlu dihindari. Garam ferro
misalnya (FeSO4) dengan konsentrasi 0.1–0.2 mg/L dapat menimbulkan rasa yang tidak
enak pada air minum. Dengan dasar ini standar air minum WHO untuk Eropa
menetapkan kadar besi dalam air minum maksium 0.1 mg/l sedangkan USEPA
menetapkan kadar maksimum dalam air yaitu 0.3 mg/l. (Arifin
2007; Eaton et al. 2005; Said 2003).
Pengujian parameter biologi meliputi uji bakteri E. coli yang telah dilakukan
pada 12 sampel menunjukkan 6 sampel (50%) air minum isi ulang memperoleh hasil
negatif atau 0 jumlah per 100 mL sampel. Nilai tersebut berada pada lokasi
penelitian Legoso I, Kertamukti 2, Tarumanegara, Legoso 2 dan Citanduy 1. Hal
ini dimungkinkan karena kualitas air baku yang digunakan sudah relatif baik, letak
depot air minum jauh dari saluran pembuangan, kondisi sanitasi dan kebersihan depot
sudah diperhatikan dan adanya pengawasan yang rutin dalam memeriksa kelayakan
produksi air minum isi ulang.

Hasil pengujian parameter biologi

6 depot air minum isi ulang di Tangerang Selatan yang belum memenuhi
baku mutu sesuai dengan PERMENKES No. 492 Tahun 2010 tentang persyaratan
kualitas air minum dengan kadar bakteri E. colimaksimum yang diizinkan adalah
0 per 100 ml sampel. Hasil pemeriksaan bakteri E. coli yang telah
dilakukan pada 12 sampel ternyata sebagian besar dari sampel yaitu 6 sampel
(50%) air minum isi ulang didapatkan hasil positif bakteri E. coli
denganrentang kadar bakteri total E. coli air minum isi ulang adalah 0-170
per 100 ml sampel. Nilai E coli tertinggi berada di lokasi penelitian yaitu
semanggi 2 (170 per 100 mL sampel).
Pengujian bakteri coliform yang telah dilakukan pada 12 sampel ternyata
6 sampel (50%) air minum isi ulang didapatkan hasil negatif atau 0
jumlah/100 mL sampel sedangkan sisa 6 depot air minum isi ulang tidak
memenuhi baku mutu sesuai dengan PERMENKES No. 492 Tahun 2010 tentang
persyaratan kualitas air minum dengan kadar bakteri coliform maksimum yang
diizinkan adalah 0 per 100 ml sampel. Hasil pemeriksaan bakteri Coliform yang
telah dilakukan pada 12 sampel ternyata sebagian besar dari sampel yaitu 6
sampel (50%) air minum isi ulang didapatkan hasil positif bakteri coliform
dengan rentang kadar bakteri total coliformair minum isi ulang adalah 0-240 per 100
ml sampel. Bakteri E. coli dan Coliform terdapat pada lingkungan alami dan pada
feses manusia dan binatang, kelompok bakteri ini umumnya tidak membahayakan
kesehatan, tapi kehadiran bakteri E. coli dan Coliform dalam badan air
mengindikasikan air tersebut sudah tercemar.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 11 dari 12 depot air minum isi ulang
di daerah Tangerang Selatan khususnya dekat kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tidak layak konsumsi sesuai dengan baku mutu yang berlaku baik dari segi fisika,
kimia dan biologi, hanya satu depot saja yang memenuhi syarat sesuai dengan
permenkes 492 tahun 2010 tentang kualitas air minum.
Hal ini mengindikasikan buruknya kualitas mutu produk air minum isi ulang
yang dihasilkan depot air minum. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas
produk air yang dihasilkan adalah bahan baku, lamanya waktu penyimpanan air dalam
tempat penampungan, penanganan terhadap wadah pembeli, kebersihan operator,
kebersihan lingkungan di sekitar DAMIU kurang diperhatikan dan kondisi depot yang
kurang bersih. Jumlah ini tentu sangat memprihatinkan mengingat 11 dari 12
depot air minum di Tangerang Selatan tidak memenuhi standar air minum yang aman
bagi kesehatan. Pengujian mutu produk yang sudah dilakukan tidak dapat menjamin
air yang dihasilkan bebas dari pencemaran dan aman bagi kesehatan masyarakat.
Pengawasanterhadap penyelenggaraan usaha depot air minum perlu ditingkatkan
mengingat banyaknya depot yang tidak memeriksakan mutu produk air masih
beroperasi dan melayani konsumen.
Penelitian sejenis juga menunjukan di daerah lain belum semua DAMIU
menerapkan higiene sanitasi seperti pada penelitian Sri Malem (2008) di Kota
Medan 20% DAMIU dan di Wonogiri 22.2% DAMIU tidak memenuhi syarat
higiene sanitasi. Di kedua daerah tersebut memiliki kesamaan dengan lokasi
penelitian yaitu belum ada peraturan daerah yang mewajibkan higiene sanitasi
menjadi salah satu syarat dalam mendirikan usaha DAMIU dan tidak ada
pengawasan dari dinas terkait dalam menjaga agar DAMIU tetap menjaga
higiene sanitasinya agar selalu memenuhi persyaratan yang ada. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah tidak adanya operator yang memiliki sertifikat pelatihan
operator DAMIU, operator cenderung tidak menjaga higiene perorangan
dan sanitasi DAMIU (Sri Malem2008).
Bahan baku yang digunakan dapat berbeda untuk tiap depo, dapat berasal
dari air gunung, mata air, sumur, air PAM dan lain sebagainya sehingga higienitas
depo air minum isi ulang tidak dapat ditentukan. Dalam penelitian ini tidak
dibedakan sumber air yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan air minum isi
ulang.
Kesimpulan Kualitas air minum yang diproduksi depot air minum isi ulang di
Tangerang Selatan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan
100% sampel memenuhi persyaratan secara fisika.Persyaratan Kualitas air minum
secara kimia menunjukkan bahwa ada dua parameter yang tidak memenuhi syarat
yaitu ph dan Fe total. Konsentrasi pH berkisar 5.67-6.54 dan konsentrasi Fe total
berkisar antara 0.13-1.47 mg/L. Sedangkan parameter kimia lain logam Mn, nitrit,
ammonia, sulfat dan kesadahan memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologi menunjukkan bahwa enam
dari dua belas sampel (50%) mengandung bakteri E coli dan Coliform
dengan konsentrasi berkisar antara 0-170 per 100 ml sampel dan 0-
240 per 100 ml sampel. Hanya 1 depot air minum isi ulang dari 12 DAMIU di
Tangerang Selatan khususnya sekitar kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
layak konsumsi sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan NO. 492 Tahun 2010
tentang kualitas air minum baik dari segi fisika, kimia maupun biologi.

Anda mungkin juga menyukai