Anda di halaman 1dari 10

PROFIL ANEMIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA

“BUDHI LUHUR” DAN HUBUNGANNYA DENGAN FAKTOR-FAKTOR


RESIKONYA
Maria Ulfa1, Adang M Gugun2
1
Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, 2Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UMY

ABSTRAK

Lansia merupakan keadaan alamiah yang dialami oleh setiap orang ketika
telah mencapai umur tertentu. Menurut UU no. 13 tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lansia yang dimaksud dengan kelompok lansia adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 tahun atau lebih. Anemia terjadi ketika tidak
cukupnya sel darah merah yang sehat dalam tubuh. Kondisi ini bisa dideteksi
ketika ada angka hemoglobin dalam darah dibawah normal. Oleh Badan
Kesehatan Dunia telah ditetapkan batasan anemia yaitu untuk wanita apabila
konsentrasi hemoglobinnya di bawah 12 gr/dL (hematokrit 38%) dan untuk pria
apabila konsentrasi hemoglobinnya di bawah 13 gr / dL (hematokrit 36%).
Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah berupa
penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional, untuk mengetahui
prevalensi, jenis dan faktor resiko kejadian anemia pada lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha “Budhi Luhur”. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan sampel darah dan alat yang digunakan adalah spuit 3 cc dan ABX
Micros 60 Hematology Analyze.
Penelitian berhasil mendapatkan 30 orang lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha “Budhi Luhur”. Setelah para lansia menyetujui dan mengisi lembar
informed consent, didapatkan subyek untuk penelitian ini berjumlah 30 orang
lansia, yaitu laki-laki sebanyak 14 orang (46,7%) dan perempuan sebanyak 16
orang (53,3%).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan prevalensi anemia pada lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha “Budhi Luhur” sebanyak 12 orang (40%) dengan
jumlah laki-laki 6 orang (50%) dan perempuan 6 orang (50%). Karakteristik
anemia berdasarkan morfologi darah tepi, didapatkan hasil berdasarkan nilai
MCV, yaitu: 2 orang (16,7%) mengalami anemia mikrositik, 10 orang (83,3%)
mengalami anemia normositik, dan 0 orang (0%) mengalami anemia makrositik.
Jenis anemia berdasarkan kemungkinan etiologinya, yaitu: anemia peyakit kronik
pada 5 orang, anemia penyakit kronik atau perdarahan kronik pada 1 orang,
anemia perdarahan kronik pada 1 orang, anemia aplastik pada 1 orang, anemia
karena defisiensi nutrisi pada 1 orang, dan terdapat 3 orang mengalami anemia
yang tidak diketahui penyebabnya .

Kata kunci : anemia, lansia, prevalensi, etiologi


THE PROFILE ANEMIA ON ELDERLY AT TRESNA WERDHA “BUDHI
LUHUR” SOCIAL INSTITUTION AND ITS RELATION WITH RISK
FACTORS

ABSTRACT

Elderly is a nature statue and suffered by any person when it has reached
a certain age. According to Law no. 13, 1998 on Elderly Welfare is a group of
elderly who has attained by the age of 60 years or more. Anemia occurs when it
doesn’t have enough healthy red blood cells in the body. This condition can be
detected when there are a number of hemoglobin in the blood below normal. By
the World Health Organization, it has set limits for women are anemic when
hemoglobin concentration below 12 g / dL (hematocrit 38%) and for men when
the concentration of hemoglobin below 13 g / dL (hematocrit 36%).
This type of research is conducted in this study is observational research
with cross sectional approach and it determines the prevalence, types and risk
factors in the incidence of anemia in elderly in tresna werdha "Budhi Luhur"
social institution. The materials in this study using blood samples and instruments
were 3 cc syringes and ABX Micros 60 Hematology Analyze.
The study has gotten 30 people in the elderly in tresna werdha "Budhi
Luhur" social institution. The elderly agree and complete an informed consent,
the subjects obtained for this study are 30 elderly people, there are men are 14
people (46.7%) and women are 16 people (53.3%).
The research results can be concluded that the prevalence of anemia in the
elderly in tresna werdha "Budhi Luhur” social institution are 12 people (40%) by
the number of men are 6 people (50%) and females are 6 people (50%). The
characteristics of anemia is based on morphology of erythrocyte, the obtained
results based on the value of MCV, there are 2 people (16.7%) had microcytic
anemia, 10 people (83.3%) had normocytic anemia, and 0 people (0%) had
macrocytic anemia. This type of anemia based on the possibility of etiology, there
are anemia cronic disease was 5 people, anemia of chronic disease or chronic
bleeding was 1 person, anemia of chronic bleeding was 1 person, aplastic anemia
was 1 person, anemia due to nutritional deficiencies was 1 person, and there were
3 people who have anemia of unknown causes.

Keywords: anemia, elderly, prevalence, etiology

Pendahuluan
Lansia merupakan keadaan alamiah kekurangan gizi yang mungkin terjadi
yang dialami oleh setiap orang ketika telah pada waktu yang sama. Peningkatan
mencapai umur tertentu. Menurut UU no. prevalensi anemia berkaitan dengan fakta
13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan bahwa penduduk lansia umumnya kurang
Lansia yang dimaksud dengan kelompok mandiri dan memiliki gangguan fisik yang
lansia adalah seseorang yang telah berlebih sehingga membuat para lansia
mencapai usia 60 tahun atau lebih (Besral, membutuhkan perawatan dari orang lain
Meilianingsih, Sahar, 2007). (Anonim, 2010). Adapun proses yang
Anemia terjadi ketika tidak mendasari terjadinya anemia pada lansia
cukupnya sel darah merah yang sehat adalah karena proses “menua” yang
dalam tubuh. Kondisi ini bisa dideteksi merupakan proses menghilangnya secara
ketika ada angka hemoglobin dalam darah perlahan-perlahan kemampuan jaringan
dibawah normal (Anonim, 2009). Oleh untuk memperbaiki diri/ mengganti diri
Badan Kesehatan Dunia (WHO: World dan mempertahankan struktur dan fungsi
Health Organization) telah ditetapkan normalnya sehingga tidak dapat bertahan
batasan anemia yaitu untuk wanita apabila terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
konsentrasi hemoglobinnya di bawah 12 memperbaiki kerusakan yang diderita
gr/dL (hematokrit 38%) dan untuk pria (Darmojo, 2009).
apabila konsentrasi hemoglobinnya di Sebagai penyebab tersering anemia
bawah 13 gr / dL (hematokrit 36%) (Bakta, pada orang–orang lansia adalah anemia
2007). Berdasarkan pengamatan klinik dan penyakit kronik dengan prevalensinya
laboratorik, didapatkan bukti bahwa pada sekitar 35%, diikuti oleh anemia defisiensi
batas umur tertentu, sumsum tulang besi sekitar 15%. Penyebab lainnya yaitu
mengalami involusi, sehingga cadangan defisiensi vitamin B12, defisiensi asam
sumsum tulang pada usia lanjut mengalami folat, perdarahan saluran cerna dan
penurunan (Suharti P, Soenarto, 2009). sindroma mielodisplastik.
Hasil survei kesehatan rumah
tangga (1995) menunjukkan bahwa Bahan dan Cara
prevalensi anemia tertinggi (57,9%)
terjadi pada lansia, kemudian diikuti oleh Jenis penelitian yang dilakukan
remaja (57,1%) dan ibu hamil (50,9%) pada penelitian ini adalah berupa
(Kurniawan, 2006). Prevalensi anemia penelitian observasional dengan
pada lansia adalah sekitar 8–44%, dengan pendekatan cross sectional, untuk
prevalensi tertinggi pada laki–laki usia 85 mengetahui prevalensi, jenis dan faktor
tahun atau lebih. Dari beberapa hasil studi resiko kejadian anemia pada lansia di Panti
lainnya dilaporkan bahwa prevalensi Sosial Tresna Werdha “Budhi Luhur”.
anemia pada laki–laki lansia adalah 27– Menurut Iqbal Hasan (2002),
40% dan wanita lansia sekitar 16–21% sesuai dengan tabel penentuan besar
(suryadi, 2003). Dari tiga puluh empat sampel penelitian dengan desain cross
tempat penelitian dengan menggunakan sectional, jika diketahui populasi 88 orang,
kriteria WHO, didapatkan prevalensi rata- maka besar sampelnya yaitu 72 orang.
rata terjadinya anemia pada lansia dalam Akan tetapi karena keterbatasan waktu dan
keseluruhan populasi sebanyak 17% (30- biaya, peneliti mendapatkan 30 sampel
50%), dan terdapat 12% (3-25%) dalam untuk penelitian. Pemilihan sampel dengan
masyarakat, 47% (31-50%) pada panti menggunakan teknik Random Sampling.
jompo, dan 40% (40-72%) kasus terjadi di Kriteria inklusi adalah sebagai
rumah sakit (Gaskell, et al, 2008) . berikut adalah: lansia usia > 60 tahun,
Beberapa faktor yang faktor resiko pada lansia terhadap kejadian
menyebabkan anemia pada lansia seperti anemia di Panti Sosial Tresna Werdha
penyakit kronik, peradangan gigi, dan “Budhi Luhur”, kesadaran diri, tempat, dan
waktu masih utuh, dan kooperatif. uji di laboratorium, dan analisa data. 3)
Sedangkan kriteria eksklusinya adalah Tahap akhir adalah pembuatan kesimpulan
sebagai berikut: lansia dengan riwayat penelitian dan seminar hasil penelitian.
anemia yang terjadi sebelum lansia dan Analisis hasil studi dilakukan
yang tidak kooperatif. dengan menggunakan analisa Deskriptif
Bahan yang digunakan dalam Chi-Square, mengenai: prevalensi anemia
penelitian ini menggunakan sampel darah pada lansia, jenis anemia berdasarkan
dan alat yang digunakan adalah spuit 3 cc morfologinya, dan faktor risiko anemia
dan ABX Micros 60 Hematology Analyze. pada lansia.
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan oleh
laboran di Laboratorium Prima Hasil dan Penelitian
Yogyakarta.
Dalam penelitian ini dilakukan 3 Penelitian berhasil mendapatkan 30
tahap diantaranya: 1) Tahap persiapan orang lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
yaitu menyelesaikan administrasi “Budhi Luhur” . Setelah para lansia
pendaftaran KTI, melakukan survey untuk menyetujui dan mengisi lembar informed
menentukan lokasi penelitian, telaah judul consent, didapatkan subyek untuk
penelitian, penyusunan proposal, penelitian ini berjumlah 30 orang lansia,
pembuatan surat izin penelitian, persiapan yaitu laki-laki sebanyak 14 orang (46,7%)
anggota untuk pengambilan sampel darah. dan perempuan sebanyak 16 orang
2) Tahap pelaksanaan meliputi; melakukan (53,3%).
anamnesis dan pengambilan sampel darah,
Tabel 1. Karakteristik sampel menurut jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
Laki-laki 14 46,7
Perempuan 16 53,3
Total 30 100

Setelah dilakukan penelitian, anemia dengan jumlah laki-laki 6 orang


didapatkan 12 orang (40%) mengalami (50%) dan perempuan 6 orang (50%).
Tabel 2. Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Anemia Tidak Anemia
Laki-laki 6 (20%) 8 (26,7%)
Perempuan 6 (20%) 10 (33,3%)
Total 12 (40%) 18 (60%)

Berdasarkan usia lansia yang kelompok usia 71-80 tahun sebanyak 3


mengalami anemia, dapat dikategorikan orang (25%), dan kelompok usia lebih dari
menjadi 3 kelompok, yaitu : kelompok 80 tahun sebanyak 3 orang (25%).
usia 60-70 tahun sebanyak 6 orang (50%),
Tabel 3. Hasil penelitian berdasarkan kategori usia dan jenis kelamin
Kategori Usia Jenis Kelamin Total
Laki-laki Perempuan
60-70 tahun 2 orang (16,7%) 4 orang (33,3%) 6 orang (50%)

71-80 tahun 2 orang (16,7%) 1 orang (8,3%) 3 orang (25%)

>80 tahun 2 orang (16,7%) 1 orang (8,3%) 3 orang (25%)


Total 6 orang (50%) 6 orang (50%) 12 orang (100%)

Berdasarkan klasifikasi anemia ringan, 2 orang lansia (16,7%) mengalami


menurut berat-ringannya, diperoleh hasil 9 anemia sedang, dan 1 orang lansia (8,3%)
orang lansia (75%) mengalami anemia mengalami anemia berat.
Tabel 4. Hasil penelitian berdasar berat-ringannya
Klasfikasi Anemia Jumlah (orang) Persentase (%)
Anemia Ringan 9 75
Anemia Sedang 2 16,7
Anemia Berat 1 8,3
Total 12 100

Ditinjau dari karakteristik anemia mikrositik, 10 orang (83,3%) mengalami


berdasarkan morfologi darah tepi, anemia normositik, dan 0 orang (0%)
didapatkan hasil berdasarkan nilai MCV, mengalami anemia makrositik.
yaitu: 2 orang (16,7%) mengalami anemia
Tabel 5. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik anemia
Karakteristik Anemia Jumlah (Orang) Persentase (%)
Mikrositik 2 16,7
Normositik 10 83,3
Makrositik 0 0
Total 12 100

Dari penelitian didapatkan hasil berdasarkan morfologinya, riwayat


laboratorium seperti di tabel 6 yang penyakit, dan kemungkinan penyebab
berisikan kadar hemoglobin, angka anemianya.
eritrosit, hematokrit, jenis anemia
Tabel 6. Berdasarkan kemungkinan etiologi
Subyek Hb AE Hmt Jenis Anemia Riwayat Anemia
(gr/ (juta/ (%) Berdasar Penyakit Berdadsar
dl) mm3) Morfologi Etiologi
1 Diabetes Anemia
Normositik Mellitus, Aplastik
5,9 1,8 17 Normokromik Osteoporosis
2 Hipertensi, Anemia
Normositik Osteoartritis penyakit
8,3 3,03 26 Normokromik kronik
3 Osteoartritis Anemia
Mikrositik penyakit
8,9 3,6 27 Normokromik kronik
4 Gout Artritis, Anemia
Hemorrhoid penyakit
kronik atau
Normositik Perdarahan
10,2 3,45 29 Normokromik kronik
5 Hipertensi, Anemia
Mikrositik Osteoartritis penyakit
10,4 4,2 32 Normokromik kronik
6 10,5 3,95 33 Normositik Hipertensi, Anemia
Normokromik Diabetes penyakit
Mellitus kronik
7 Normositik Stroke -
10,5 3,35 31 Normokromik
8 Hipertensi, Perdarahan
Perdarahan kronik
Normositik telinga pasca
10,6 3,49 31 Normokromik trauma
9 Normositik Hipertensi -
10,7 3,95 34 Normokromik
10 36 Hipertensi, Defisiensi
pola makan Nutrisi
yang tidak
Normositik teratur akibat
11,9 4,54 Normokromik dyspepsia
11 Normositik Hipertensi -
12,9 4,38 40 Normokromik
12 Bronchitis, Anemia
suspek ISK, penyakit
Normositik Artritis kronik
12,8 4,45 38 Normokromik reumatoid

Dari tabel diatas diketahui jenis dan sebagai penyebab tersering anemia
anemia berdasarkan kemungkinan pada lansia adalah anemia penyakit kronik
etiologinya, yaitu: anemia peyakit kronik dengan prevalensi sekitar 35% diikuti
terjadi pada 5 orang, anemia aplastik pada dengan anemia defisiensi besi 15% dan
1 orang, anemia penyakit kronik atau penyebab lainnya yaitu defisiensi vitamin
perdarahan kronik pada 1 orang, anemia B12, defisiensi asam folat, perdarahan
perdarahan kronik pada 1 orang, anemia saluran cerna dan sindroma
karena defisiensi nutrisi pada 1 orang, dan mielodisplastik.
terdapat 3 orang mengalami anemia yang Pada penelitian ini didapatkan jenis
tidak diketahui penyebabnya . anemia terbanyak berdasarkan
morfologinya adalah anemia normositik
Diskusi normokromik dengan kemungkinan
anemia berdasarkan etiologinya yaitu
Dari hasil penelitian didapatkan anemia penyakit kronik, perdarahan
prevalensi anemia pada lansia di Panti kronik, anemia aplastik, defisiensi nutrisi,
Sosial Tresna Werdha “Budhi Luhur” dan anemia yang tidak diketahui
sebanyak 40%. Hasil ini sesuai dengan penyebabnya. Sesuai dengan hasil
hipotesis yang saya jelaskan diawal bahwa penelitian Smith (2000) mengatakan
prevalensi anemia pada lansia berkisar 31- bahwa anemia penyakit kronik adalah
50%. Hal ini didukung oleh penelitian bentuk paling umum dari anemia pada
Gaskell dkk,. (2008) yang menyatakan lansia. Banyak penyakit yang berhubungan
bahwa prevalensi rata-rata terjadinya dengan anemia penyakit kronik, akan
anemia pada lansia dalam keseluruhan tetapi ada pula suatu kasus yang tidak
populasi sebanyak 30-50% dan pada panti teridentifikasi penyakitnya. Kelainan
jompo berkisar antara 31-50% dan juga hematologi anemia penyakit kronik adalah
didukung oleh penelitian Suryadi (2003) gangguan kemampuan untuk
yang menyatakan bahwa prevalensi menggunakan besi yang tersimpan dalam
anemia pada lansia berkisar antara 8-44% sistem retikuloendotelial. Alasan sel
retikuloendotelial tidak melepaskan besi anemia aplastik ini, yaitu pansitopenia dan
tidak diketahui. Pasien dengan anemia hiposeluler sumsum tulang. Adapun
penyakit kronis memiliki anemia ringan etiologi dari anemia aplastik adalah
sampai sedang yang cenderung berkorelasi sebagai berikut: 1) Anemia aplastik yang
dengan tingkat keparahan penyakit yang diperoleh, seperti; Idiopatik, Secondary
mendasarinya. Dalam anemia penyakit yang meliputi; bahan-bahan kimia seperti
kronik, eritrosit biasanya normokromik Benzena, pestisida juga dapat disebabkan
dan normositik, namun sekitar sepertiga oleh obat-obatan seperti antibiotik,
dari pasien dengan anemia penyakit kronis NSAIDs, obat anti tiroid, obat-obatan
memiliki microcytosis. untuk diabetes mellitus, diuretik, obat
Menurut Suryadi (2003), untuk malaria, allopurinol, obat anti
Mekanisme bagaimana terjadinya anemia kejang. Anemia aplastik yang diperolah
pada penyakit kronik sampai dengan juga bisa disebabkan oleh radiasi,
sekarang masih banyak yang belum bisa kehamilan, hepatitis, SLE, artritis
dijelaskan walaupun telah dilakukan reumatoid. 2) Anemia aplastik yang
banyak penelitian. Akan tetapi ada diwariskan (Inherited), seperti anemia
pendapat yang mengatakan bahwa sitokin– fanconi dan dyskeratosis congenita.
sitokin proses inflamasi seperti tumor Anemia perdarahan kronik
nekrosis faktor alfa (TNF α), interleukin 1 biasanya dikaitkan dengan anemia
(IL-1) dan interferon gama (γ) yang defisiensi besi karena suatu perdarahan
diproduksi oleh sumsum tulang penderita akan menimbulkan penurunan kadar besi
anemia penyakit kronik akan menghambat sehingga menyebabkan anemia defisiensi
terjadinya proses eritropoiesis. Pada pasien besi. Pada awal perdarahan, morfologi
anemia penyakit kronik, kadar eritropoetin darah tepi akan menunjukkan anemia
memang lebih rendah dari pasien anemia normositik, namun sumsum tulang akan
defisiensi besi, tetapi tetap lebih tinggi dari dirangsang untuk meningkatkan produksi
orang–orang bukan penderita anemia. hemoglobin sehingga terjadi penurunan
Menurut Ohta (2009), kadar besi pada tubuh. Setelah terjadi
Kemungkinan penyakit-penyakit yang bisa penurunan kadar besi yang sangat drastis,
menyebabkan anemia penyakit kronik, maka sintesis hemoglobin akan terganggu
dibagi menjadi: 1) Infeksi penyakit kronik, dan terjadi perubahan morfologi darah tepi
yang terdiri dari abses paru, tuberculosis yang semula normositik menjadi
paru, pneumonia, endokarditis subakut, mikrositik hipokromik (Harper, 2011).
meningitis, osteomyelitis kronik, infeksi Adapun perdarahan yang menyebabkan
saluran kemih, infeksi pelvis kronik, anemia defisiensi besi, yaitu periode
infeksi jamur kronik, AIDS, dan lain-lain. menstruasi yang berkepanjangan, kanker
2) Peradangan kronik, meliputi; reumatoid esofagus, kanker usus, varises esofagus,
artritis, osteoartritis, SLE, polimiositis, penggunaan obat aspirin, ibuprofen, obat
vaskulitis, dan lain-lain. 3)Tumor ganas, artritis jangka panjang, dan ulkus lambung
meliputi; kanker, kanker sumsum tulang. (Chen, 2011)
4) Penyakit ginjal; gagal ginjal kronik. 4) Pada hipotesis dikatakan juga
Penyakit hepar, meliputi; hepatitis kronik, bahwa anemia pada lansia dapat terjadi
sirosis hepatis, hemokromatosis, dan lain- karena pola makan yang kurang teratur,
lain. 5) Penyakit endokrin, seperti; tapi pada penelitian didapatkan bahwa
hipotiroid, disfungsi kelenjar adrenal, anemia dapat terjadi pada lansia yang
hipopituitari, hiperparatiroid, dan lain-lain. memiliki pola makan yang teratur.
Menurut anonim (2010), anemia Kemungkinan ini terjadi karena kebutuhan
aplastik didefinisikan sebagai kegagalan kalori pada setiap lansia di panti jompo
sumsum tulang dalam memproduksi tersebut berbeda sedangkan makanan yang
komponen sel-sel darah. Tanda utama dari disediakan dalam porsi yang sama,
sehingga dapat terjadi anemia pada lansia Desember 2011, dari
yang membutuhkan kalori yang lebih http://www.cancer.org/acs/groups/ci
banyak dari yang lainnya. d/documents/webcontent/002279-
pdf.pdf
Bakta, I made. 2007. Pendekatan Terhadap
Kesimpulan Pasien Anemia. Dalam Aru W.
Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus
Setelah dilakukan penelitian Profil Alwi, et al. (Eds). Buku Ajar Ilmu
anemia pada lansia di Panti Sosial Tresna Penyakit Dalam, Jilid II. Edisi IV.
Werdha “Budhi Luhur” dan hubungannya Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
dengan faktor-faktor resikonya. Prevalensi Penyakit Dalam Fakultas
anemia pada lansia di Panti Sosial Tresna Kedokteran Universitas Indonesia.
Werdha “Budhi Luhur” sebanyak 12 orang Jakarta. 622-623
(40%) dengan jumlah laki-laki 6 orang Besral, Lia Meilianingsih, Junaiti Sahar.
(50%) dan perempuan 6 orang (50%). 2007. Pengaruh Minum Teh
Karakteristik anemia berdasarkan Terhadap Kejadian Anemia Pada
morfologi darah tepi, didapatkan hasil Usila di Kota Bandung. Makara,
berdasarkan nilai MCV, yaitu: 2 orang Kesehatan. 11(1):39. Diakses 31
(16,7%) mengalami anemia mikrositik, 10 Maret 2011, dari
orang (83,3%) mengalami anemia http://www.scribd.com/doc/3956868
normositik, dan 0 orang (0%) mengalami 4/Anemia-Lansia
anemia makrositik. Chen, Yi-Bin. 2011. Iron Deficiency
Jenis anemia berdasarkan Anemia. Medline Plus. Diakses 26
kemungkinan etiologinya, yaitu: anemia Desember 2011, dari
peyakit kronik pada 5 orang, anemia http://www.nlm.nih.gov/medlineplus
penyakit kronik atau perdarahan kronik /ency/article/000584.htm
pada 1 orang, anemia perdarahan kronik Darmojo, R.Boedhi. 2009. Teori Proses
pada 1 orang, anemia aplastik pada 1 Menua. Dalam H. Hadi Martono,
orang, anemia karena defisiensi nutrisi Kris Pranarka (Eds). Buku Ajar
pada 1 orang, dan terdapat 3 orang Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu
mengalami anemia yang tidak diketahui Kesehatan Usia Lanjut). Edisi IV.
penyebabnya . Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 3
Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus
Daftar Pustaka Kedokteran Dorland. Edisi: 29, 268.
EGC. Jakarta
Anonim. 2010. Anemia is Common for Eliana, Fatimah, Czeresna H Soejono, et
Elderly Residents in Long-Term al. 2005. Iron Deposit State and Risk
Care Facilities. National Anemia Factors for Anemia in The Elderly.
Council Action. Diakses 31 Maret Acta Med Indones-Indones J Intern
2011, dari Med. 37(3): 118-119. Diakses 31
http://www.anemia.org/patients/featu Maret 2011, dari
re- http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal
articles/content.php?contentid=0004 /37305118125.pdf
90&sectionid=00015 Gaskell, Helen, Sheena Derry, R. Andrew
Anonim. 2009. The Free Dictionary By Moore, et al. 2008. Prevalence of
Farlex. Diakses 6 juni 2011, dari anemia in older persons: systematic
http://medicaldictionary.thefreedictio review. BMC Geriatrics. Diakses 28
nary.com/chronic+disease April 2011, dari
Anonim. 2010. Aplastic Anemia. American http://www.biomedcentral.com/1471
Cancer Society. Diakses 26 -2318/8/1
Guyton and Hall. 2008. Buku Ajar 24 Desember 2011, dari
Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. http://www.med.or.jp/english/journal
EGC. Jakarta. p. 175 /pdf/2009_04/219_223.pdf
Harper, James L, MD. 2011. Iron Onema, Yalcin, Hakan Terekecia, Yasar
Deficiency Anemia Clinical Kucukardalia, et al. 2009. Albumin,
Presentation. Medscape reference. hemoglobin, body mass index,
Diakses pada 26 Desember 2011, cognitive and functional
dari performance in elderly persons
http://emedicine.medscape.com/artic living in nursing homes. (Abstracts).
le/202333-clinical Pubmed.gov. diakses 31 Maret 2011
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok materi dari
metopen dan aplikasinya. Ghalia http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme
Indonesia. Jakarta. p. 63 d/19233487
Panjaitan, Suryadi. 2003. Beberapa Aspek
Hoffbrand, A.V., J.E. Pettit, P.A.H. Moss. Anemia pada Penyakit Kronik pada
2005. Kapita Selekta Hematologi. Lanjut Usia. Penelitian Cross
Edisi IV. EGC. Jakarta. p. 18-22 Sectional di Bagian / SMF Ilmu
Kurniawan, Dr.dr. Aniek, M.Sc. 2006. Penyakit Dalam Fakultas
Kebijakan Penanggulangan Masalah Kedokteran USU/ RSUP H. Adam
Defisiensi Seng (Zn) di Indonesia. Malik. Medan
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Prasetyo, Yudha Fitrian. 2008. Hubungan
Department Kesehatan RI: Jakarta. Usia Terhadap Anemia pada Pasien
P. 71. Diakses 31 Maret 2011, dari Geriatri dengan Penyakit Kronik.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/h Penelitian Karya Tulis Ilmiah
andle/123456789/41997/prosiding% Program Pendidikan Sarjana
20penanggulangan%20masalah%20 Fakultas Kedokteran Universitas
defisiensi%20seng5.pdf?sequence=1 Diponegoro. Semarang. Diakses 31
Mehta, Atul, Victor Hoffbrand. 2008. At a Maret 2011, dari
Glance Hematologi. Edisi II. http://eprints.undip.ac.id/24348/1/Yu
Erlangga: Jakarta. p. 24-25 dha.pdf
Murray, Robert K., Daryl K. Granner, Setiati, Siti, Kuntjoro Harimurti, Arya
Peter A. Mayes, Victor W. Rodwell. Govinda Roosheroe. 2007. Proses
2003. Biokimia Harper. Edisi: 25. Menua dan Implikasi Kliniknya.
EGC: Jakarta. p. 828-829 Dalam Aru W. Sudoyo, Bambang
O’Meara, Eileen, Tim Clayton, Margaret Setiyohadi, Idrus Alwi, et al (Eds).
B. McEntegart, et al. 2006. Clinical Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Correlates and Consequences of Jilid III. Edisi IV. Pusat Penerbitan
Anemia in a Broad Spectrum of Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Patients With Heart Failure: Results Fakultas Kedokteran Universitas
of the Candesartan in Heart Failure: Indonesia. Jakarta. 1335-1336
Assessment of Reduction in Smith, Douglas L., MD. 2000. Problem
Mortality and Morbidity (CHARM) Oriented Diagnosis Anemia in the
Program. Circulation: Journal of the Elderly. American Academy of
American Heart Association. Family Physicians. Diakses 13 April
Diakses 31 Maret 2011, dari 2011, dari
http://circ.ahajournals.org/cgi/reprint http://www.aafp.org/afp/20001001/1
/113/7/986 565.html
Ohta, Masatsugu. 2009. Management of Steensma, David P., MD, Ayalew Tefferi,
anemia in elderly. The Journal of the MD. 2007. Anemia in the Elderly:
Japan Medical Association. Diakses How Should We Define It, When
Does It Matter, and What Can Be
Done?.
www.mayoclinicproceedings.com.
82(8): 958-961. Diakses 31 Maret
2011, dari
http://www.mayoclinicproceedings.c
om/content/82/8/958.full.pdf+html
Suharti P., C., Soenarto. 2009. Kelainan
Hematologi Pada Usia Lanjut.
Dalam H. Hadi Martono, Kris
Pranarka (Eds). Buku Ajar Boedhi-
Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut). Edisi IV. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta.327-330

Anda mungkin juga menyukai