Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Najdin Aqmarina (17011567)
B. Tinjauan Pustaka :
Spektroskopi UV-Vis didasarkan pada serapan sinar UV tampak yang menyebabkan terjadinya
transisi diantara tingkat energi elektronik molekul. Transisi ini dapat terjadi antara orbital ikatan
(bonding) atau orbital anti ikatan (anti bonding). Panjang gelombang sinar yang diserap sebanding dengan
perbedaan tingkat energi orbital (∆E).
(Tri, Panji. 2012 : 1 dan 5)
Penyerapan sinar tampak atau ultraviolet oleh suatu molekul dapat menyebabkan terjadinya
Eksitasi molekul tersebut dari tingkat energy dasar (ground stated) ke tingkat energy yang lebih tinggi
(excited stated). Proses ini melalui 2 tahap:
Tahap 1 : M + hv → M*
Tahap 2 : M* → M + heat
Proses diatas disebut reaksi fasa kimia. Ada tiga jenis transisi electron yaitu transisi yang melibatkan (1)
electron-elektron π, σ, n. (2) electron-elektron d dan f. (3) charge transfer electron.
Meliputi molekul / ion organic juga sejumlah anion anorganik. Semua senyawa organic mampu
mengabsorbsi cahaya, sebab semua senyawa organic mengandung electron valensi yang dapat dieksitasi
ke tingkat energy yang lebih tinggi. Energy eksitasi untuk electron pembentukan ikatan tunggal adalah
cukup tinggi sehingga pengabsorbsiannya terbatas pada daerah ultraviolet vakum (λ < 185 nm).
Electron-elektron yang bertanggung jawab pada pengabsorbsian cahaya oleh suatu molekul
organic adalah: (1) electron-elektron yang terlibat langsung di dalam pembentukan ikatan diantara atom-
atom. (2) electron-elektron bebas / tak berpasangan seperti pada atom-atom oksigan, halogen, belerang,
dan nitrogen.
1. Transisi σ – σ*
Jauh, energinya besar, dan λ mask kecil < 150 nm, didaerah UV vakum, sukar diamati.
Contoh : CH4, C – C, C – H λ mask 125 nm.
2. Transisi n – σ *
Senyawa jenuh yang mengandung PEB, energinya kecil, λ 150 – 250 nm.
Contoh : methanol λ maks 185 nm.
3. Transisi n – π*
Energinya kecil, λ panjang, ɛ 10 – 100 L/ cm mol.
4. Transisi π – π*
Senyawa organic tak jenuh, ɛ 1000 – 10.000 L/ cmmol.
Pergeseran panjang gelombang dipengaruhi oleh beberapa hal: (1) pelarut, (2) konjunggasi, (3)
aukrosom.
1. Pelarut, dalam pelarut polar, transisi n – π* terjadi pada λ yang lebih pendek (pergeseran biru
atau hipsokhromik). Transisi π – π* terjadi pada λ yang lebih panjang (pergeseran merah atau
batokhromik).
2. Konjunggasi, menyebabkan tingkat energy orbital π* turun, energy kecil, dan λ maks besar
(pergeseran batokhormik).
3. Auksokhormik, (pergeseran merah) gugus fungsi yang tidak menyerap di daerah ultraviolet
tapi dapat menggeser puncak kromofor.
Absorbs yang Melibatkan Elektron d dan f.
Kebanyakan ion-ion logam transisi mengabsorbsi radiasi di daerah spectrum ultraviolet/ sinar
tampak. Untuk deret lantanida dan aktinida, proses pengabsorbsian menyebabkan transisi electron 4f dan
5f. Sedangkan untukderet pertama dan kedua logam transisi menyababkan transisi 3d, 4d.
Kebanyakan pengabsorbsian anorganik dan pengabsorbsi organic, spectra ion-ion lantanida dan
aktinida, meruncing, jelas, dan khas, yang sedikit dipengaruhi oleh jenis ligan yang bergabung dengan ion
logam. Hal ini disebabkan karena orbital-orbital dalam dihalangi oleh pengaruh luar electron-elektron
yang menempati bilangan kuantum utama yang lebih tinggi.
Ion-ion dan komplek-komplek dari 18 unsur transisi deret pertama dan kedua cenderung
mengabsorbansi sinar tampak. Berbeda dengan unsur-unsur aktinida dan lantanida, unsur-unsur transisi
ini sering mempunyai pita abrorbsi yang lebar dan sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan.
Komplek anorgaik memperlihatkan absorbs perpindahan muatan dan karenanya disebut komplek
perpindahan muatan (charge transfer complexes). Contoh yang umum dari komplek tersebut adalah
komplek besi (III) tiosianat dan fenolat, besi (II) o-penantrolina, komplek molekul yodium yodida, dan
komplek molekul fero-feri sianida yang berwarna biru Prussia.
Suatu komplek memperhatikan spectrum perpindahan muatan, kalau salah satu komponennya
mempunyai sifat penyumbang electron (electron donor), maka komponen lain yang sifatnya penerima
electron (electron acceptor).
Absorbansi radiasi menyebabkan perpindahan electron dan donor ke aseptor. Akibatnya, terbentuk
tereksitasi merupakan hasil proses oksidasi reduksi internal. Sifat ini berbeda dengan sifat kromofor
organic, dimana electron dalam keadaan tereksitasi berada dalam orbital molekul yang dibentuk oleh dua
atom atau lebih.
Semakin besar kecenderungan perpindahan electron, semakin kecil energy yang dibutuhkan pada
proses perpindahan electron, dan menyebabkan komplek mengabsorbansi radiasi pada panjang
gelombang yang lebih besar.
Cahaya saat mengenai larutan jernih (bening) akan mengalami dua hal yaitu :
1. Transmisi
- Transmitan larutan T merupakan bagian dari cahaya yang diteruskan melalui larutan.
𝑝
- Nilai transmitasi berbanding terbalik dengan absorbansi T = 𝑝𝑜
2. Absorbansi
- Cahaya akan diserap jika energy cahaya tersebut sesuai dengan energy yang dibutuhkan
untuk mengalami perubahan dalam molekul.
- Absorbansi larutan bertambah dengan pengutangan kekuatan sinar.
- Nilai absorbansi berbanding lurus dengan ketebalan dan konsentrasi.
- Nilai absorbansi berbanding terbalik dengan trasnmitan.
A=abc
1
A = - Log T atau A = Log 𝑇
- Energy maksimum yang diserap oleh larutan ditunjukan pada panjang gelombang yang
memiliki nilai absorbansi tertinggi dan % trasnmitan terrendah.
- Energy maksimum dinyatakan :
𝑐
E = h f atau E = h
λ
Hukum Lambert Beer “jika suatu cahaya monokromatis dengan kekuatan Po dilewatkan pada
balok yang tegak lurus pada permukaan dengan ketebalan b dan mengandung n partikel pengabsorbsian,
maka kekuatan cahaya menurun menjadi P” Syarat hokum lambert beer yaitu, konsentrasi harus rendah,
zat yang diukur harus stabil, cahaya yang dipakai harus monokromatis, larutan yang diukur harus jernih.
Tabung nessler
konvensional
Kolorimetri Dubosq
Instrumentasi
Fotokolorimetri
Modern
Spektrofotometer
A. Tabung nessler
Tabung nessler berupa tabung gelas besar yang dasarnya rata, ukuran tinggi 175 – 220 mm dan garis
tengah 25 – 32 mm. penentuan konsentrasi cuplikan dilakukan dengan membandingkan warna larutan
analit dengan warna larutan standar.
B. Kolorimeter Dubosq
ε1 b1 c1 = ε2 b2 c2
C. Fotokolorimetri
Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi yang stabil dan
intensitasnya tinggi. Sumber cahaya pada spektrofotometer UV-Vis ada dua macam :
a. Lampu Tungsten (Wolfram), Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada daerah tampak.
Bentuk lampu ini mirip dengna bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang gelombang antara 350-
2200 nm. Spektrum radiasianya berupa garis lengkung. Umumnya memiliki waktu 1000jam
pemakaian.
b. Lampu DeuteriumLampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm. Spektrum energy
radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak pada daerah uv. Memiliki
waktu 500 jam pemakaian.
Wadah Sampel
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi cahaya tunggal
(monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu. Bagian-bagian monokromator, yaitu :
a. Prisma
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya di dapatkan resolusi yang
baik dari radiasi polikromatis.
b. Grating (kisi difraksi)
Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi sinar akan disebarkan
merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat
digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum.
c. Celah optis
Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan dari sumber radiasi.
Apabila celah berada pada posisi yang tepat, maka radiasi akan dirotasikan melalui prisma, sehingga
diperoleh panjang gelombang yang diharapkan.
d. Filter
Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang diteruskan merupakan cahaya
berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang yang dipilih.
Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian diubah menjadi
sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan ditampilkan dalam bentuk angka-angka pada reader
(komputer). Detector dapat memberikan respons terhadap radiasi pada berbagai panjang gelombang Ada
beberapa cara untuk mendeteksi substansi yang telah melewati kolom. Metode umum yang mudah
dipakai untuk menjelaskan yaitu penggunaan serapan ultra-violet. Banyak senyawa-senyawa organik
menyerap sinar UV dari beberapa panjang gelombang. Jika anda menyinarkan sinar UV pada larutan
yang keluar melalui kolom dan sebuah detektor pada sisi yang berlawanan, anda akan mendapatkan
pembacaan langsung berapa besar sinar yang diserap. Jumlah cahaya yang diserap akan bergantung pada
jumlah senyawa tertentu yang melewati melalui berkas pada waktu itu. Anda akan heran mengapa pelarut
yang digunakan tidak mengabsorbsi sinar UV. Pelarut menyerapnya! Tetapi berbeda, senyawa-senyawa
akan menyerap dengan sangat kuat bagian-bagian yang berbeda dari specktrum UV. Misalnya, metanol,
menyerap pada panjang gelombang dibawah 205 nm dan air pada gelombang dibawah 190 nm. Jika anda
menggunakan campuran metanol-air sebagai pelarut, anda sebaiknya menggunakan panjang gelombang
yang lebih besar dari 205 nm untuk mencegah pembacaan yang salah dari pelarut.
Visual display/recorder
Merupakan system baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan dalam bentuk
% Transmitan maupun Absorbansi.
Metode
Aplikasi kuantitatif
Penetapan Fe(II) sebagai kompleks dengan o-fenantrolin (Vis)
Penetapan nitrat dalam makanan daging olahan
Penetapan kafein dalam berbagai keasaman minuman kaleng
Titrasi fotometri
Mendeteksi titik ekivalen titrasi, dimana analit, preaksi, atau hasil titrasi mengabsorbsi radiasi.
Bahan :
1) Garam Fe(NH4)2.6H2O 0,0702 gram
2) Hidroksilamin-HCl 5% ± 7 ml
3) CH3COONa 5% ± 56 ml
4) 1,10-fenantrolin 0,1% ± 35 ml
5) Aquades Secukupnya
6) Asam sulfat 2 M 5 ml
D. Prosedur Kerja
a. Pembuatan Larutan Induk Fe (II) 100 ppm
Garam Fe(NH4)2.6H2O ditimbang sebanyak 0,0700 gram, kemudian dilarutkan menggunakan
aquades. Setelah itu, larutan tersebut dimasukkan dalam labu ukur 100 ml. Sebanyak 5 ml H2SO4 2 M
ditambahkan dalam labu ukur, lalu ditambahkan aquades sampai tanda batas. Dihomogenkan.
h. Matching Kuvet
Kuvet yang diuji sebanyak 5 buah. Masing-masing kuvet diisi dengan larutan CoCl2. Kemudian,
diukur absorbansinya menggunakan larutan blanko aquades sebagai pembanding. Dari data
pengukuran yang didapat, diambil 2 kuvet yang nilai absorbansi larutan CoCl2 nya tidak terlalu
berbeda jauh.
Pengukuran absorbansi deret standar dimulai dari konsentrasi yang terendah hingga tertinggi
setelah diperoleh nilai absorbansi dari masing-masing konsentrasi, kemudian data tersebut diplotkan
kedalam grafik kurva kalibrasi. Dari grafik tersebut diperoleh persamaan garis y = 0,2213x + 0,0001
dengan r2 = 0,9916.
0.4
0.2
0
0 1 2 3 4
Konsentrasi (ppm)
Berdasarkan data hasil pengukuran terhadap sampel diperoleh absorbansi sampel sebesar 0,455.
Dengan konsentrasi 2,0555 ppm.
F. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum penentuan kadar Fe(II) dalam sampel dengan menggunakan spekrofotometer
UV-Vis diperoleh kadar Fe(II) dalam sampel sebesar 51,4177% dengan %kesalahan sebesar 13,85 %
LAMPIRAN
Pembuatan larutan
1. Pembuatan larutan baku Fe(II) 100 ml air dengan garam Fe(NH4OH) 2SO
Dik :
Mm Fe : 56 g/mol
Mm (NH4) 2 Fe(SO4) 2 . 6H2O : 392 g/mol
V 100 ml : 0,1 L
Dit : massa yang ditimbang?
𝑚𝑔 (NH4) 2 Fe(SO4) 2 .6H2O 𝑣 𝑙𝑎𝑏𝑢
Mg = 𝐴𝑟 𝐹𝑒
x ppm x 1000
392,14 100
Mg = x 100ppm x
56 1000
250
Massa Fe = 2
x 0,0514 mg = 6,4250 mg
Diketahui massa 1 kapsul obat rata-rata : 418,87 mg, Mr Fe glukonat = 448,156 g/mol
418,87 𝑚𝑔
Massa Fe (1 kapsul) : x 6,4250 mg = 26,9123 mg
100 𝑚𝑔
448,156 g/mol
Fe glukonat : x 26,9123 mg = 215,3734 mg
56 𝑔/𝑚𝑜𝑙
215,3734
% kadar Fe = x 100% = 51,4177 %
418,87
215,3734−250
% kesalahan = 250
x 100% = 13,85 %