Anda di halaman 1dari 56

RANCANG BANGUN ALAT PEMBUKA ALUR TANAH

UNTUK UNIT PENANAM BENIH JAGUNG BERBASIS


TERRESTRIAL ROBOTIC VEHICLE (TRV)

THOYIB AL MUFTI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rancang Bangun Alat
Pembuka Alur Tanah untuk Unit Penanam Benih Jagung Berbasis Terrestrial
Robotic Vehicle (TRV) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015

Thoyib Al Mufti
NIM F14100125
ABSTRAK
THOYIB AL MUFTI. Rancang Bangun Alat Pembuka Alur Tanah Untuk Unit Penanam
Benih Jagung Berbasis Terrestrial Robotic Vehicle (TRV). Dibimbing oleh RADITE
PRAEKO AGUS SETIAWAN.

Penggunaan Terrestrial Robotic Vehicle (TRV) saat ini telah dikembangkan untuk daerah
yang sulit dijangkau manusia seperti luar angkasa, urban search and rescue, dan
tujuan militer. Namun, di Indonesia TRV atau mobil RC hanya digunakan sebatas
hiburan untuk anak-anak. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan TRV agar
dapat digunakan sebagai media pendidikan dalam bidang pertanian. Penelitian ini dimulai
dengan pengambilan data dasar dan beberapa informasi yang dibutuhkan dalam proses
perancangan, analisis dalam pendisainan, gambar disain, simulasi kuat bahan, pembuatan
alat, dan pengujian alat. Rancangan yang dihasilkan berupa alat pembuka alur tanah
berbentuk baling-baling dua bilah dan empat bilah. Pengujian dilakukan di lahan dengan
menggunakan alat penarik dengan tiga kecepatan yang berbeda. Alat yang dirancang
dapat berfungsi dan mampu membuat alur tanah saat pengujian. Berdasarkan kedalaman
alur tanah yang dihasilkan, implemen empat bilah lebih tinggi dibandingkan dengan
implemen dua bilah. Dari hasil pengujian tersebut, implemen dapat digunakan sebagai
alat pembuka alur tanah untuk benih jagung dengan kedalaman yang dihasilkan sekitar 3-
4.8 cm.

Kata kunci: alat pembuka alur tanah, implemen dua bilah, implemen empat bilah, benih
jagung, alat penarik, kedalaman.

ABSTRACT
THOYIB AL MUFTI. Design of Soil Furrow Opener Tool For Corn Planters Unit
Powered by Terrestrial Robotic Vehicle (TRV). Supervised by RADITE PRAEKO
AGUS SETIAWAN.

Research on Terrestrial Robotic Vehicle (TRV) has gained recently especially for
future, and application related for out space technology, urban search and rescue,
and military purpose. However, in Indonesia TRV or RC car is only used as a
mere entertainment for children. This study aimed to develop a TRV to be used as
a medium of education in the field of agriculture. The study began with a
collection of basic data and some of the information required in the design
process, the analysis in designing, engineering drawing, robust simulation of
materials, manufacture of tools, and testing tools. Object of the design was soil
furrow opener vane shaped with two blades and four blades. Tests carried out in
the field by using a puller with three different speeds. A tool designed to function
and was able to make furrows when tested. Based on the resulting of soil furrow
depth, implement with four blades had better depth than the implemen with two
blades. Based on the the results of these tests, implements can be used as a soil
furrow opener for corn seeds to a depth of about 3-4.8 cm.

Key words: soil furrow opener tool, implement with two blades, implement with four
blades, corn seed, puller, depth.
RANCANG BANGUN ALAT PEMBUKA ALUR TANAH
UNTUK UNIT PENANAM BENIH JAGUNG BERBASIS
TERRESTRIAL ROBOTIC VEHICLE (TRV)

THOYIB AL MUFTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi : Rancang Bangun Alat Pembuka Alur Tanah untuk Unit Penanam
Benih Jagung Berbasis Terrestrial Robotic Vehicle (TRV)
Nama : Thoyib Al Mufti
NIM : F14100125

Disetujui oleh

Dr Ir Radite Praeko Agus Setiawan, MAgr


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Desrial, MEng
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puja dan puji syukur senantiasa penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang mana telah menjaga ketetapan iman, ihsan, serta memberi segala nikmat,
ujian, dan petunjuk yang tidak dapat diperkirakan datangnya sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan. Penelitian berjudul “Rancang Bangun Alat Pembuka Alur
Tanah untuk Unit Penanam Benih Jagung Berbasis Terrestrial Robotic Vehicle
(TRV)” dilaksanakan sejak bulan Februari dan selesai pada bulan September
2014. Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Radite Praeko A.S., M.Agr. dan
Dr. Lenny Saulia, STP, MSI. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan serta dukungan selama proses penelitian dan pembuatan skripsi.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Wawan Hermawan,
MS. Dan Dr. Ir. Mohammad Solahudin, M.Si. selaku dosen penguji ujian skripsi,
serta kepada Dr. Ir. I Wayan Astika, M.Si dan seluruh dosen pengajar khususnya
di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Ucapan terimakasih juga penulis
sampaikan kepada Pak Dharma, Relo Prabudi, Deny Saputro, Maman, Elgy,
Reno, Oji, Asep, Ruli, Marcha, Karim, Asiyah, Johan, selaku saudara saya, dan
tidak lupa kepada teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

Thoyib Al Mufti
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Budidaya Jagung 2
Mesin Penanam Benih 4
Pembuka Alur 6
Kebutuhan Torsi 7
METODOLOGI 8
Waktu dan Tempat Pelaksanaan 8
Alat dan Bahan 8
Tahapan Penelitian 9
HASIL DAN PEMBAHASAN 21
Benih Jagung 21
Pembuatan Gambar 22
Simulasi Kuat Bahan 23
Pengujian Alat Pembuka Alur Tanah 24
SIMPULAN DAN SARAN 29
Simpulan 29
Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 30
LAMPIRAN 32
RIWAYAT HIDUP 44
DAFTAR TABEL
1 Varietas unggul jagung komposit dan hibrida 3
2 Karakteristik benih jagung 4
3 Alat dan bahan yang digunakan 8
4 Rancangan fungsinal 15
5 Rata-rata diameter benih jagung 22
6 Kadar air, dry bulk density, tahanan penetrasi, dan tahanan geser tanah 27
7 Rata-rata hasil pengujian implemen dua bilah 29
8 Rata-rata hasil pengujian implement empat bilah 29
9 Hasil pengambilan data awal 32
10 Penentuan diameter poros dan bantalan (Sularso dan Suga 2004) 36
11 Data kalibrasi pocket penetrometer 43

DAFTAR GAMBAR
1 Mobil RC 1
2 Mesin penanam dan pemupuk jagung terintegrasi bertenaga
traktor roda dua (Hermawan et al. 2009) 5
3 Alat tanam sebar dan hasil penempatannya (Srivastava et al. 1996) 5
4 Mesin tanam acak dan hasil penempatannya (Srivastava et al. 1996) 6
5 Mesin tanam presisi dan hasil penempatan (Srivastava et al. 1996) 6
6 Tipe pembuka alur (Bainer et al. 1960) 7
7 Alat pengebor tanah mekanis pembuat lubang tanam (Saleh 2007) 7
8 Diagram alir penelitian 9
9 Pembuka alur tipe lengkung (Srivastava et al. 1996) 11
10 Pembuka alur tipe datar (Srivastava et al. 1996) 11
11 Pembuka alur tipe parabolik (Mushoffa 2006) 12
12 Pembuka alur tipe piringan (Srivastava et al. 1996) 12
13 Benih jagung dan celah di dalam alur tanah 13
14 Sketsa implemen pembuka alur 16
15 Disain lubang alat penjatah benih jagung (Priyonggo 2014) 17
16 Benih jagung (Tarighi et al. 2011) 22
17 Disain implemen dua bilah 22
18 Disain implemen empat bilah 23
19 Disain implemen pembuka alur dan bagian-bagiannya 23
20 Simulasi implemen dua bilah 24
21 Simulasi implemen empat bilah 24
22 Implemen dua bilah 25
23 Implemen empat bilah 25
24 Alat pembuka alur tanah 25
25 Alat penarik mobil RC 26
26 Tahanan penetrasi tanah hasil pengujian implemen dua bilah 27
27 Tahanan penetrasi tanah pada pengujian implemen empat bilah 28
28 Grafik kadar air dan dry bulk density 32
29 Grafik tahanan penetrasi dan tahanan geser 33
30 Motor DC 35
31 Disain implemen pembuka alur tanah dua bilah 38
32 Disain implemen pembuka alur tanah empat bilah 39
33 Disain motor DC 40
34 Disain rangka dan mobil RC 41
35 Disain alat pembuka alur 42
36 Grafik Kalibrasi pocket penetrometer 43
37 Alat pocket penetrometer 43

DAFTAR LAMPIRAN
1 Rata-rata kadar air, dry bulk density, tahanan penetrasi, dan tahanan
geser 32
2 Perhitungan kecepatan putar implemen 34
3 Spesifikasi motor DC 35
4 Tabel ketentuan penentuan ukuran diameter poros dan bantalan 36
5 Analisis perhitungan tebal badan bilah 37
6 Gambar disain pembuka alur 38
7 Data kalibrasi pocket penetrometer 43
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penggunaan TRVs (Terrestrial Robotic Vehicles) di negara-negara maju


sudah sangat berkembang yaitu untuk Urban Search And Rescue (USAR) dan
modern military. TRVs ini sangat menarik karena alat ini dapat dikirim ke suatu
tempat yang tidak dapat dijangkau manusia dan mengirimkan data melalui sensor
yang ada pada TRVs ini (Carlson 2005). Seperti yang telah dikembangkan oleh
National Aeronautics and Space Administration (NASA) dengan adanya robot
yang memiliki kemampuan bergerak dan visualisasi terhadap benda yang ada di
depannya dengan jarak tertentu, bahkan beberapa robot telah dilengkapi sensor
khusus yang memungkin robot untuk mendapatkan sistem navigasi sehingga robot
mampu bergerak maju ataupun mundur dengan menghindari rintangan (Garzon et
al. 2013). Beberapa robot juga telah menggantikan sebagian besar tugas manusia
khususnya dalam dalam bidang militer seperti: robot yang dikembangkan agar
dapat menelusuri tempat-tempat gelap yang dirasa beresiko tinggi bila dilakukan
manusia, mendeteksi adanya ranjau, menyimpan data teroris, dan robot untuk
survey kerusakan dari senjata biokimia (Lin et al. 2008).
Penggunaan TRVs atau lebih dikenal dengan istilah mobil Remote Control
(RC) di Indonesia juga semakin berkembang. Seperti yang dilakukan oleh
beberapa mahasiswa yang mengembangkan mobil RC pemadam api dengan kaki
berbentuk roda untuk berjalan. Namun demikian, beberapa jenis mobil RC hanya
digunakan sebagai hiburan yaitu untuk mainan anak-anak. Pengembangan mobil
RC (Gambar 1) di beberapa bidang khususnya pertanian belum menunjukkan
kemajuan yang signifikan terlebih lagi saat ini minat generasi muda di bidang
pertanian menurun.

Gambar 1 Mobil RC

Penurunan minat yang terjadi di bidang pertanian dipengaruhi oleh adanya


pemikiran bahwa bidang pertanian dirasa kurang menjanjikan dalam hal
mendapatkan keuntungan terutama di kawasan perkotaan. Hal tersebut diperkuat
dengan adanya fakta penyerapan tenaga kerja sektor pertanian perkotaan pada
tahun 2005 yang hanya mencapai 5.3 % (Supriyanti 2010). Penurunan minat
generasi muda di bidang pertanian di latar belakangi oleh kurangnya pemahaman
sejak dini mengenai peran penting bidang pertanian bagi kelangsungan hidup yang
2

berkaitan dengan memberi pemahaman kepada generasi muda untuk tertarik


memasuki jenjang perguruan tinggi (PT) berbasis pertanian (pangan) dan
mempunyai keinginan untuk menekuni profesi di sektor pertanian dan pangan.
“Pertanian sebagai ilmu”, seharusnya dikembangkan atas dasar paradigma bahwa
pertanian dan pangan merupakan sistem sosio kultural teknis. Sebagai suatu
paradigma bahwa pertanian dan pangan merupakan sistem sosio kultural teknis,
maka ilmu pertanian dan pangan atau pendidikan pertanian dilandasi konsep
efisiensi, ekonomis, dan efektif sehingga merupakan teknik yang tertib prosedur,
tata laksana, dan tata cara dalam berusahatani. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
perubahan paradigma dalam sistem pendidikan ilmu pertanian dan pangan di
Indonesia dari konvensional seperti saat ini menjadi sistem pendidikan yang
berkompetensi pada pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
(IPTEKS) bagi pengelolaan dan pembudidayaan alam tropika yang lestari dan
kesejahteraan manusia, serta diselenggarakan dalam suatu sistem pendidikan yang
berorientasi pada mutu. Terkait dengan hal tersebut, PT berbasis pertanian dan
pangan mengemban tugas untuk mengembangkan sumber daya manusia
khususnya di Indonesia agar dapat memiliki dan mengembangkan IPTEKS, serta
mampu mengamalkannya bagi kesejahteraan manusia, sehingga dapat
meningkatkan harkat bangsa Indonesia di masyarakat dunia sejajar dengan
bangsa-bangsa lain yang berperadaban (Rahman 2014).
Berangkat dari beberapa hal di ataslah yang mendorong penulis untuk
membuat suatu rancangan disain alat pembuka alur untuk unit penanam benih
jagung yang berbasis TRV, sehingga TRV tidak hanya digunakan sebagai hiburan
untuk anak-anak, namun dapat digunakan sebagai media pendidikan sehingga
meningkatkan minat para generasi muda khususnya dalam bidang pertanian.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang bangun sebuah pembuka alur
untuk unit penanam benih jagung berbasis Terrestrial Robotic Vehicle (TRV).

TINJAUAN PUSTAKA

Budidaya Jagung

Jagung (Zea maysL.) termasuk bahan pangan utama kedua setelah beras.
Jagung merupakan sumber karbohidrat yang bahan terbatas. Nilai kalori jagung
hampir sama dengan beras, bahkan jagung mempunyai keunggulan bila di
bandingkan dengan beras. Jagung mengandung asam lemak esensial yang sangat
bermanfaat bagi pencegahan penyakit penyempitan pembuluh darah (Lesilolo et
al. 2012).
Benih yang baik di dalam budidaya jagung adalah yang mempunyai daya
tumbuh lebih dari 95%. Hal ini penting karena dalam budidaya jagung tidak
dianjurkan melakukan penyulaman tanaman yang tidak tumbuh dengan menanam
ulang benih pada tempat tanaman yang tidak tumbuh. Pertumbuhan tanaman
3

sulaman biasanya tidak normal karena adanya persaingan untuk tumbuh dan biji
yang terbentuk dalam tongkol tidak penuh akibat penyerbukan tidak sempurna,
sehingga tidak akan mampu meningkatkan hasil (Murni dan Arief 2008). Berikut
adalah beberapa varietas unggul jagung komposit dan hibrida seperti yang
ditunjukkan Tabel 1.

Tabel 1 Varietas unggul jagung komposit dan hibrida


Varietas Tahun Potensi hasil Umur Ketahanan Keunggulan
pelepasan (ton ha-1) panen penyakit spesifik
(hari) bulai
Komposit/bersari
bebas
Lamuru 2000 7.6 95 Agak Tahan
Toleran kekeringan
Sukmaraga 2003 8.5 105 Toleran Tahan
Kemasaman
Hibrida
BISI 12
BISI 16 11 105
NK 22 12 110
NK 77 9 95
PIONEER 11 10 95
PIONEER 12 11 105
PIONEER 21 12 105
PIONEER 23 12 110
DK3 10 105
Semar-8 1999 9 94 Toleran Umur
sedang
Semar-10 2001 9 97 Agak Biomas
Toleran tinggi
Bima-1 2001 9 97 Agak Stay green
Toleran
Bima-2 B 2006 11 100 Agak Stay green
Toleran
Bima-3 B 2006 10 100 Toleran Stay green
Sumber: Murni dan Arif 2008

Jagung termasuk tanaman yang tidak memerlukan persyaratan tanah yang


khusus dalam penanamannya. Jagung dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh
di lahan kering, sawah dan pasang surut. Secara umum ada beberapa persyaratan
kondisi yang dikehendaki tanaman jagung antara lain (Purwono dan Hartono
2007):
1. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain andosol, latosol dan
bisa juga grumosol. Namun pada dasarnya, tanah yang akan menjadi
media tanam jagung, perlu adanya pengolahan tanah secara baik serta
aerasi dan drainase yang baik pula.
2. Keasaman tanah (pH) yang sesuai bagi pertumbuhan jagung antara 5.6 –
7.5.
4

3. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air


dalam kondisi baik.
Jarak tanam tergantung pada varietas jagung yang akan ditanam. Jarak
tanam untuk jagung sangat bervariasi, untuk jagung berumur panen lebih 100 hari
sejak penanaman, jarak tanamnya 40×100 cm (2 tanaman/lubang). Jagung
berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25×75 cm (1 tanaman/lubang).
Panen<80 hari, jarak tanamnya 20×50 cm (1 tanaman/lubang). Kedalaman lubang
tanam antara 2.5-5 cm. Tanah yang cukup lembab, kedalaman lubang tanam
cukup 2.5 cm. Sedangkan untuk tanah yang agak kering, kedalaman lubang tanam
adalah 5 cm (Martodireso dan Suryanto 2002).
Pembuatan lubang tanam benih jagung yang saat ini digunakan adalah
dengan cara manual dan mekanisasi. Cara manual dalam pembuatan lubang tanam
adalah dengan menggunakan tugal, sedangkan secara mekanisasi adalah dengan
menggunakan mesin penanam benih. Perancangan mesin penanam benih biasanya
diperlukan data terkait karakteristik benih jagung seperti yang ditunjukan Tabel 2.

Tabel 2 Karakteristik benih jagung


No Parameter Nilai Satuan Keterangan
Dimensi Sumber: M. Bulent
- Panjang 10.56 ± 0.78 mm Coskun, Ibrahim
1
- Lebar 7.91 ± 0.57 mm Yalcın and Cengiz O
- Tebal 3.45 ± 0.35 mm zarslan (2005)
2 Bobot (1000 benih) 131.2 s.d 145.5 gram (Data tersebut
3
3 Berat jenis 1133.8 s.d 1225.5 kg/m didapatkan pada
selang KA 11.54% -
4 Kerapatan tumpuk 482.1 s.d 474.3 kg/m3
19.74% bk)
o Sumber Stroshine,
5 Angle of repose 27-38
Richard L (1998)
Jarak tanam 20 x 70 cm Sumber : PT. Bisi
6
Kedalaman tanam ±3 cm Internasional Tbk
Sumber: Priyonggo 2014

Mesin Penanam Benih

Mesin penanam benih adalah mesin yang dioperasikan dengan daya yang
digunakan untuk menempatkan biji atau bagian tanaman ke dalam atau di atas
tanah untuk perkembangbiakan, produksi pangan, serat, dan pakan (Smith dan
Wilkes 1997). Perkembangan teknologi di bidang pertanian khususnya budidaya
jagung mengalami perkembangan yang signifikan. Hal ini ditunjukan dengan
munculnya inovasi-inovasi didalam perancangan mesin penanam benih terutama
benih jagung, seperti yang pertama adalah mesin penanam dan pemupuk jagung
terintegrasi bertenaga traktor roda dua (Hermawan et al. 2009) yang ditunjukkan
pada Gambar 2.
5

Gambar 2 Mesin penanam dan pemupuk jagung terintegrasi bertenaga


traktor roda dua (Hermawan et al. 2009)

Penebaran benih dan pola pertanaman dengan alat penanam ini dapat
digolongkan menjadi 5 macam diantaranya: broadcasting (benih disebar pada
permukaan tanah), drill seedling (benih dijatuhkan secara random dan diletakkan
pada kedalaman tertentu dalam alur sehingga diperoleh jalur tanaman tertentu),
presicion drilling (benih ditanam secara tunggal dengan interval yang sama
dengan alur), hill dropping (kelompok benih dijatuhkan secara random dengan
interval yang hampir sama dengan alur), dan chezktow planting (benih diletakkan
pada tempat tertentu sehingga diperoleh lajur tanaman dengan dua arah yang
sama). Secara umum mesin penananam benih dapat digolongkan menjadi tiga
(Putra 2012).

Mesin Tanam Sebar (Broadcast Seeder)


Pada alat ini penjatahan benih dari hoper melalui satu lubang variabel
(variable orifice). Suatu agitator ditempatkan diatas lubang variabel tersebut
untuk mencegah kemacetan karena benih-benih saling mengunci (seed bridging),
juga agar aliran benih dapat kontinyu. Centrifugal spreader merupakan alat yang
cukup fleksibel karena dapat dipergunakan untuk menyebar benih, pupuk,
pestisida dan material lain yang berupa butiran. Setelah operasi tanam sebar
kemudian dilakukan operasi pengolahan tanah kedua untuk menutup benih dengan
tanah. Alat tanam sebar dan hasil penempatannya dapat dilihat pada Gambar 3.
-

Gambar 3 Alat tanam sebar dan hasil penempatannya (Srivastava et al. 1996)
6

Mesin Tanam Acak Dalam Lajur (Drill Seeder)


Biasanya pada setiap alur tanam, benih dijatah dari hoper oleh suatu
silinder bercoak yang digerakkan dengan roda tanah (ground wheel). Jumlah
benih per satuan waktu atau laju benih dikontrol melalui lebar bukaan yang dapat
diatur. Benih tersebut melewati tabung penyalur benih jatuh secara gravitasi ke
lubang tanam yang dibuat oleh pembuka alur, bisa berupa disk atau bentuk
lain. Mesin tanam acak dan hasil penempatannya dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Mesin tanam acak dan hasil penempatannya (Srivastava et al. 1996)

Mesin Tanam Presisi (Precision Seeder)


Mesin tanam presisi memberikan penempatan yang tepat dari setiap
benih pada interval yang sama dalam setiap alur tanam. Jarak antar alur tanam
atau sering juga disebut jarak antar barisan, umumnya dibuat cukup lebar untuk
keperluan penyiangan. Sumber tenaga tarik yang digunakan dapat menggunakan
manusia, hewan, traktor roda-2 maupun traktor 4-roda. Secara umum ada 4
bagian utama yang selalu ada dalam alat tanam presisi, yaitu: pembuka alur
(furrow opener) untuk mengontrol kedalaman tanam, penjatah benih (metering
seed) untuk menjaga interval jarak benih dalam alur dapat seragam, penutup alur
untuk menutup alur tanam, dan roda tekan (pressing wheel) untuk memadatkan
tanah disekitar benih agar kontak antara benih dan tanah cukup baik (Srivastava et
al. 1996). Mesin tanam presisi dan hasil penempatannya ditunjukkan pada
Gambar 5.

Gambar 5 Mesin tanam presisi dan hasil penempatan (Srivastava et al. 1996)

Pembuka Alur

Pembuka alur merupakan salah satu bagian dari unit mesin penanam
benih yang digunakan untuk membuat alur dengan ukuran tertentu sehingga benih
yang akan ditanam dapat masuk ke dalamnya. Secara umum pembuka alur
memiliki empat tipe (Bainer et al. 1960), yaitu: tipe pembuka alur lengkung
(curverunner), pembuka alur lurus (stub runner), piringan tunggal (single disk),
7

dan piringan ganda (double disk). Dari keempat tipe pembuka alur (Gambar 6),
tipe pembuka alur lengkung merupakan tipe yang paling umum, sedangkan tipe
pembuka alur lurus cocok digunakan untuk tanah yang kasar (Putra 2011).

Gambar 6 Tipe pembuka alur (Bainer et al. 1960)

Kebutuhan Torsi

Torsi adalah gaya yang menyebabkan putaran dikalikan jarak ke titik


pusat. Beberapa implemen pembuat lubang tanam memanfaatkan putaran untuk
dapat beroprasi misalnya alat pengebor tanah mekanis untuk membuat lubang
tanam (Saleh 2007) seperti yang ditunjukkan Gambar 7.

Gambar 7 Alat pengebor tanah mekanis pembuat lubang tanam (Saleh 2007)

Alat pengebor tanah mekanis untuk membuat lubang tanam ini


membutuhkan motor dengan torsi tertentu untuk dapat menggerakkan mata bor
alat tersebut. Kebutuhan torsi suatu bor dihitung dengan mempertimbangkan
bentuk mata bornya, seperti halnya mata bor yang berbentuk vane, dimana alat ini
biasanya terdiri dari empat pelat baja tipis dengan dimensi yang sama yang
dilaskan ke sebuah batang putar. Kebutuhan torsi pada alat ini dihitung dengan
menggunakan persamaan 1 (Das et al. 1993).
8

h d
T   (d 2 (  )) (1)
2 6
Keterangan:
T = Torsi yang dibutuhkan (kgf.cm)
 = Tahanan geser dari tanah (kgf/cm2)
d = Diameter mata bor (cm)
h = Tinggi batang pemutar (cm)

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini mencakup beberapa tahapan kegiatan, pada tahap


identifikasi dan pengujian akhir alat pembuka alur untuk unit penanam benih
jagung berbasis TRV dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Siswadhi
Soepardjo, sedangkan untuk proses disain dan pembuatan prototype dilaksanakan
di Laboratorium Teknik Mesin dan Otomasi (TMO) Departemen Teknik Mesin
dan Biosistem, Institut Pertanian Bogor (IPB) yang dilaksanakan mulai Februari
hingga September 2014
.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi dua macam
yaitu: yang berupa suatu software (perangkat lunak ) dan hardware (perangkat
keras). Perangkat lunak yang digunakan pada penelitian ini adalah Solidworks
2010 untuk proses pembuatan gambar disain dan simulasi disain, sedangkan
perangkat keras yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari beberapa alat dan
bahan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Alat dan bahan yang digunakan


No Alat Bahan
1 Ring sample TRV
2 Vane shear Alloy steel
3 Penetrometer Motor DC
4 Oven Baut M-2
5 Timbangan Kabel
6 Desikator Saklar
7 Obeng Baterai
8 Alat uji penarik
9 Timer
9

Tahapan Penelitian

Berikut ini adalah tahapan kegiatan penelitian yang telah dilakukan, seperti
yang ditampilkan pada Gambar 8.

Mulai

Identifikasi Masalah

Data dan Konseptual disain


informasi
penunjang

Analisis teknik

Pembuatan gambar
Tidak

Simulasi kuat bahan

Disain
sesuai?

Ya

Pembuatan alat

Pengujian
Tidak

Hasil
sesuai?

Ya

Selesai

Gambar 8 Diagram alir penelitian


10

Identifikasi Masalah
Pada tahapan ini dilakukan pengambilan data awal karakteristik tanah
yaitu tahanan geser tanah yang dikaitkan dengan kadar air, densitas, dan tahanan
penetrasi. Hasil yang didapatkan pada tahapan ini digunakan sebagai dasar
perancangan alat pembuat alur untuk penempatan benih jagung dengan lebar alur
sekitar 0.9-1.3 cm dan kedalaman alur sekitar 2.5-5 cm mengacu pada kedalaman
lubang tanam untuk benih jagung pada umumnya (Martodireso dan Suryanto
2002).

Konseptual Disain
Konseptual disain yang dimaksudkan adalah konsep dari alat pembuka
alur yang dirancang mengacu pada beberapa tipe pembuka alur yang telah ada dan
dipilih salah satu dari tipe pembuka alur yang sesuai dengan beberapa kriteria
yang telah ditentukan. Beberapa kriteria yang ditentukan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Mampu membuat alur dengan lebar sekitar 1 cm dan kedalaman alur 3-4
cm sehingga benih jagung dapat masuk ke dalam alur.
2. Dapat ditarik dengan menggunakan Terrestrial Robotic Vehicle (TRV).
3. Dapat disambungkan dengan poros motor DC.
4. Memiliki bentuk yang sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk
berputar mengikuti putaran poros motor DC.

Tipe pembuka alur yang biasa digunakan hingga saat ini adalah tipe
lengkung, tipe datar, parabolik, piringan, dan berbentuk bilah. Berikut adalah
gambaran umum dari beberapa tipe pembuka pembuka alur yang kemudian dipilih
salah satu sebagai disain alat pembuka alur, yaitu sebagai berikut:
1. Pembuka alur tipe lengkung
Pembuka alur tipe lengkung adalah jenis pembuka alur yang paling umum
digunakan. Pembuka alur tipe ini biasa juga disebut hoe style karena memiliki
bentuk yang sederhana menyerupai cangkul. Berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan, implemen ini memang dapat digunakan untuk membuat alur. Namun
biasanya pada saat pembuatan alur, implemen tipe lengkung ini ditarik oleh
traktor dan bergerak maju mengikuti traktor sehingga terbentuklah alur. Pembuka
alur tipe lengkung memungkinkan untuk dipasangkan pada poros motor DC dan
ditarik oleh TRV dengan menyesuaikan ukuran dari pembuka alur ini, namun
pembuka alur tipe ini tidak memerlukan putaran untuk dapat membuat alur,
sehingga implemen ini kurang sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan.
Berikut adalah gambar dari pembuka alur tipe lengkung seperti yang ditunjukkan
Gambar 9.
11

Gambar 9 Pembuka alur tipe lengkung (Srivastava et al. 1996)

2. Pembuka alur tipe datar


Pembuka alur tipe datar biasanya digunakan untuk pembuatan alur pada
jenis tanah yang tergolong keras. Seperti halnya pembuka alur tipe lengkung,
pembuka alur tipe datar ini memang mampu digunakan untuk membuat alur untuk
penanaman bahkan untuk jenis tanah yang cenderung keras. Namun, pembuka
alur dengan bentuk seperti ini dirasa akan membutuhkan tenaga tarik yang lebih
besar, sehingga kurang cocok bila nantinya dipasangkan pada poros motor DC dan
ditarik dengan menggunakan TRV mengingat terbatasnya tenaga tarik yang
dimiliki oleh TRV. Sehingga pembuka alur dengan bentuk serperti ini kurang
sesuai dengan beberapa kriteria yang ditentukan, berikut adalah gambar dari
pembuka alur tipe datar seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10.

Gambar 10 Pembuka alur tipe datar (Srivastava et al. 1996)

3. Pembuka alur tipe parabolik


Pembuka alur tipe parabolik merupakan salah satu pengembangan dari
pembuka alur tipe lengkung dan memang dapat digunakan untuk membuat alur
bahkan pembuka alur tipe ini dapat memberikan tahanan tarik yang lebih kecil
dibandingkan pembuka alur yang berbentuk lurus (Tupper 1997). Pembuka alur
tipe ini didisain hanya untuk bergerak maju mengikuti traktor seperti halnya
pembuka alur tipe lengkung dan tipe datar, sehingga bila dipaksakan untuk
disambungkan dengan poros motor DC dan berputar mengikuti putaran motor,
implemen tidak akan dapat membentuk alur. Pembuka alur tipe ini belum
12

memenuhi kreteria yang ditentukan, berikut adalah pembuka alur tipe parabolik
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11.

Gambar 11 Pembuka alur tipe parabolik (Mushoffa 2006)

4. Pembuka alur tipe piringan


Pembuka alur tipe piringan biasanya digunakan untuk tanah yang
tergolong tidak keras yaitu tanah yang memiliki tahanan penetrasi dan tahanan
geser rendah. Pembuka alur tipe ini mampu membuat alur seperti halnya pembuka
alur tipe lengkung, datar, dan parabolik. Pembuka alur tipe ini memang
memungkinkan untuk dipasang pada poros motor DC dan ditarik dengan
menggukanan TRV dengan menyesuaikan ukuran pembuka alur tersebut. Namun
pembuka alur ini dirancang hanya untuk ditarik dengan kecepatan maju tertentu,
sehingga apabila pembuka alur tipe ini disambungkan pada poros motor DC dan
berputar mengikuti putaran motor akan menghasilkan alur tanah yang tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Pembuka alur tipe piringan ini masih belum memenuhi
kreteria yang telah ditentukan. Berikut adalah pembuka alur tipe piringan seperti
yang ditunjukkan Gambar 12.

Gambar 12 Pembuka alur tipe piringan (Srivastava et al. 1996)


13

5. Pembuka alur berbentuk bilah


Pembuka alur tipe ini merupakan pembuka alur yang memiliki bentuk
sedemikian rupa yang terdiri dari beberapa bilah sehingga memungkinkan untuk
dilakukan putaran pada implemen ini. Pembuka alur dengan bentuk bilah ini
dirasa telah memenuhi beberapa kriteria yang telah ditentukan, dimana pembuka
alur tipe ini dapat disambungkan pada poros motor DC layaknya mata bor dan
membuat alur berdasarkan putaran mengikuti putaran motornya, dan juga TRV
mampu menarik pembuka alur tipe ini.

Analisis Teknik
Pada tahapan analis teknik ini, dilakukan analisis terkait penentuan ukuran
dari implemen pembuka alur, pangkal implemen pembuka alur (bagian implemen
yang disambungkan pada poros motor DC), dan kebutuhan motor DC yang
digunakan. Berikut adalah beberapa tahapan analisis yang dilakukan yaitu:
1. Penentuan ukuran implemen
Lebar dari implemen pembuka alur yang dirancang didasarkan pada
kebutuhan lebar agar benih jagung dapat masuk. Lebar implemen tidak dirancang
tepat sesuai dengan ukuran benih jagung, mengingat diperlukan adanya celah
antara benih jagung dan tanah (Gambar 13) serta kemungkinan alat yang mungkin
tidak bekerja 100% sesuai yang diharapkan. Panjang implemen pembuka alur
ditentukan berdasarkan kedalaman lubang tanam benih jagung yaitu sekitar 5 cm
(Martodireso dan Suryanto 2000).

Gambar 13 Benih jagung dan celah di dalam alur tanah

2. Penentuan ukuran pangkal implemen pembuka alur


Pangkal implemen adalah bagian dari implemen yang disambungkan pada
poros motor DC. Ukuran pangkal implemen ini ditentukan berdasarkan
pertimbangan ukuran poros mengacu pada tabel ukuran diameter poros dan
bantalan (Sularso dan Suga 2004).
3. Penentuan motor DC
Penentuan motor DC berdasarkan besarnya torsi yang dimiliki oleh motor
DC tersebut. Nilai torsi ini didapatkan berdasarkan perhitungan kebutuhan torsi
minimum yang dibutuhkan agar dapat membuat alur di lahan. Penentuan torsi
minimum mengacu pada rata-rata nilai tahanan geser tanah (Lampiran 1) yang
telah didapatkan. Perhitungan kebutuhan torsi minimum motor DC menggunakan
persamaan 2 sebagai berikut (Das et al. 1997).
14

h d
T   (d 2 (  )) (2)
2 6
Keterangan:
T = Torsi yang dibutuhkan motor DC (kgf.cm)
 = Tahanan geser dari tanah (kgf/cm2)
d = Diameter implemen pembuka alur (cm)
h = Tinggi badan bilah implemen pembuka alur (cm)

Setelah didapatkan nilai torsi minimum dengan menggunakan persamaan 2


tersebut menjadi dasar survey di pasaran terkait kriteria motor DC yang
dibutuhkan. Sehingga diperlukan motor DC dengan daya yang dapat
menghasilkan torsi dengan nilai sesuai yang telah didapatkan pada perhitungan
kebutuhan torsi tersebut. Perhitungan daya motor DC dilakukan berdasarkan
persamaan 3 berikut (Sularso dan Suga 2004).

T n
P (3)
974  10 5
Keterangan:
P = Daya yang dibutuhkan (kW)
T = Torsi motor DC (kgf.mm)
n = Jumlah putaran poros motor DC (rpm)

4. Penentuan kecepatan putar


Kecepatan putar yang dimaksudkan adalah kecepatan putar dari
implemen pembuka alur agar dapat membuat alur saat dilakukan pengujian.
Penentuan kecepatan putar dilakukan dengan menggunakan persamaan 4 berikut
(Khurmi 2005).

v  jumlahsudu  60 (4)
n
 l
Keterangan:
n = Putaran implemen yang dibutuhkan (rpm)
v = Kecepatan maju (mm/s)
l = Panjang sudu (mm)

Setelah didapatkan nilai kebutuhan putar dilakukan perkiraan nilai pitch


pemotongan dimana nilai pitch ini harus lebih kecil daripada lebar sudu agar
badan implemen tidak menabrak tanah saat implemen pembuka alur berputar.
Perhitungan penentuan kecepatan dan perkiraan pitch pemotongan ditunjukkan
pada Lampiran 2.

Rancangan Fungsional
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari konseptual disain didapatkan
rancangan implemen pembuka alur dengan bentuk bilah yang memungkinkan
untuk disambungkan pada poros motor DC dan berputar mengikuti putaran poros
tersebut. Disain implemen ini juga mengacu pada prinsip kerja salah satu tipe
15

pembuka alur yaitu tipe piringan. Pembuka alur tipe ini memiliki kemiringan
tertentu dengan tujuan agar implemen dapat mengeruk tanah yang ada di
depannya dan melemparkannya ke arah samping seiring dengan majunya traktor
(alat penarik) hingga terbentuklah alur. Berbeda dengan traktor, TRV yang dirasa
tidak memiliki cukup daya untuk dapat menarik implemen untuk pembuatan alur
sehingga diperlukan suatu tambahan mekanisme memotong tanah dengan
memanfaatkan tenaga putar dari motor DC untuk mengurangi beban yang diterima
TRV saat bergerak maju dalam pembuatan alur. Implemen pembuka alur memiliki
ketajaman pada sisi-sisinya, dengan tujuan agar didapatkan fungsi untuk
memotong tanah.
Berdasarkan bentuk salah satu implemen pembuka alur tipe piringan yang
memanfaatkan sudut untuk dapat melemparkan tanah, sehingga diperlukan suatu
disain implemen dengan bentuk bilah yang memiliki mata bilah dan sudut antar
bilah sehingga dapat memotong tanah dan melemparkannya dengan
memanfaatkan putaran poros motor DC. Sebagai masukan untuk motor DC
adalah daya listrik yang berasal dari baterai yakni tegangan dan arus listrik
kemudian keluaran dari motor adalah daya mekanik yaitu torsi dan
kecepatan rotor (Salamena 2012). Berdasarkan hubungan rangkaian penguat
medannya, jenis motor DC yang digunakan adalah motor DC yang memiliki
kecepatan putaran yang konstan dan tidak tergantung pada beban (Putra dan
Dinzi 2014).
Berdasarkan fungsi utama yaitu memotong dan melempar tanah
dibutuhkan bagian-bagian pada implemen bilah dengan bentuk dan ukuran
tertentu agar alat yang didisain dapat membuat alur. Berikut adalah bagian-bagian
yang dibutuhkan implemen pembuka alur agar dapat bekerja, seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Rancangan fungsional


No Fungsi Bagian
1. Menyambungkan implemen bilah dengan Pangkal bilah
poros motor DC
2. Sebagai penopang mata bilah Badan bilah
3. Memotong dan melemparkan tanah Mata bilah
4. Pemotong tanah di awal implemen masuk ke Ujung bilah
dalam tanah

Implemen bilah berputar dengan memanfaatkan tenaga gerak dari motor


DC. Putaran dari motor DC ditransmisikan secara langsung melalui pangkal bilah.
Pangkal bilah memiliki lubang poros yang disesuaikan dengan poros motor DC
dan pasak yang telah dirancang. Badan bilah terdiri dari dua rancangan yaitu bilah
dengan dua mata pisau dan bilah dengan empat mata pisau. Mata bilah yang
berfungsi untuk memotong tanah memiliki bagian tajam yang berada di tengah.
Ujung bilah terdapat pada bagian bawah implemen dan berbentuk runcing untuk
dapat masuk ke dalam tanah pada awal pengoperasian.
16

Rancangan Struktural
Perancangan struktural alat pembuka alur untuk unit penanam benih
jagung dibuat berdasarkan kriteria disain dan data-data karakteristik tanah yang
telah diambil. Parameter yang digunakan sebagai dasar perancangan alat ini
adalah tahanan geser tanah. Alat yang didisain ini dirancang untuk kondisi lahan
yang telah diolah.Bagian-bagian dari rancangan struktural adalah sebagai berikut:
1. Motor DC
Keriteria pemilihan motor DC yang digunakan dalam perancangan adalah
berdasarkan torsi yang dimiliki motor DC tersebut. Penentuan torsi minimal motor
DC ditentukan berdasarkan perhitungan kebutuhan torsi yang telah dilakukan
dengan memasukan nilai tahanan geser tanah dari data yang telah diambil yaitu
0.20 kgf/cm2 mengacu pada persamaan (2). Berikut adalah perhitungan kebutuhan
torsi motor DC yang digunakan berdasarkan ukuran dari implemen pembuka alur
dalam bentuk sketsa (Gambar 14).

Gambar 14 Sketsa implemen pembuka alur

h d
T   (d 2 (  ))
2 6
4 1.4
= 0.20(3.14  1.42(  ))
2 6
= 2.74 kgf.cm = 27 kgf.mm

Keterangan:
T = Torsi yang dibutuhkan motor DC (kgf.cm)
 = Tahanan dari tanah (kgf/cm2)
d = Diameter, yang merupakan lebar badan bilah (cm)
h = Tinggi, yang merupakan tinggi badan bilah (cm)

Berdasarkan hasil perhitungan, torsi minimal motor DC yang dibutuhkan


adalah 27 kgf.mm. Setelah dilakukan survey di pasaran, tidak ditemukan Motor
DC dengan torsi 27 kgf.mm namun didapatkan motor DC dengan torsi yang lebih
besar yaitu sekitar 30 kgf.mm sehingga motor DC (Lampiran 3) dari hasil survey
yang digunakan dalam perancangan alat. Motor DC yang didapatkan di pasaran
17

memiliki poros sebesar 3 mm, sehingga dilakukan perhitungan ukuran diameter


pangkal bilah (bagian yang menghubungkan implemen dengan poros motor DC).
Mengacu pada ketentuan penentuan ukuran diameter poros dan bantalan (Sularso
dan Suga 2004) yang ditunjukkan pada Lampiran 4, didapatkan ukuran diameter
bantalan yaitu 6.5 mm, sehingga:
1. Poros = 3 mm
Diameter bantalan = 6.5 mm
Jari-jari fillet = (6.5-3)/2 = 1.75
Alur pasak = 22
Fillet = 0.25
penyambungan pangkal implemen ke poros motor DC dengan menggunakan
baut M-2.
2. Konsentrasi pada poros bertangga
α=2
β = 1.2
α>β
3. 5.1  33.12/6.53 = 0.62 kg/mm2
Z a = 4.41  2/2.3 = 3.83 kg/mm2
Z b = 0.62  2  1.5 = 1.86 kg/mm2
Z b < Z a , OK.

Perkiran diameter implemen pembuka alur harus lebih besar dari diameter
benih jagung agar jagung dapat masuk ke dalam alur yang dibuat. Dalam
perancangan alat pembuka alur ini, diameter dari implemen dirancang berdasarkan
besar dari disain lubang alat penjatah benih (Gambar 15) yaitu 12-14 mm
(Priyonggo 2014).

Gambar 15 Disain lubang alat penjatah benih jagung (Priyonggo 2014)

Setelah didapatkan perkiraan diameter dari implemen pembuka alur,


dilakukan perhitungan untuk memperkirakan apakah motor DC mampu memutar
implemen. Selain itu, diperlukan nilai tahanan geser yang dimiliki implemen harus
lebih besar dari pada tahanan geser tanah, agar implemen mampu membuat alur.
Sehingga dilakukan perhitungan sebagai berikut.
18

Perkiraan D dari implemen adalah sekitar 14 mm, sehingga:


τ = 5.1  33.12/(14)3
τ = 0.06 kg/mm2
Z c = 0.06  2  1.5 = 0.18 kg/mm2
Z a = 4.41  2/2.3 = 3.83 kg/mm2
τ tanah < Z c < Z a , OK. Sehingga diperkirakan motor DC akan dapat memutar
implemen dan membuat alur.

2. Pangkal bilah
Berdasarkan perhitungan pada tahap kebutuhan poros motor DC,
didapatkan diameter bantalan 6.5 mm yang digunakan sebagai pangkal bilah yang
dihubungkan ke poros motor DC. Namun dalam pembuatan implemen pembuka
alur tanah, ukuran 6.5 mm pada bagian pangkal bilah yang tersambung ke badan
bilah dirasa terlalu kecil, sehingga dalam perancangan pangkal bilah dibuat dua
silinder yang disambungkan dengan ukuran 6.5 mm (yang dihubungkan ke poros
motor DC) dan 8 mm (yang disambungkan dengan badan bilah).
3. Badan bilah
Badan bilah terdiri atas dua rancangan yaitu dua bilah dan empat bilah.
Badan bilah memiliki bentuk balok dengan panjang 40 mm, lebar 10 mm, dan
tebal 2 mm. Penentuan panjang badan bilah dilakukan berdasarkan pengurangan
panjang total implemen (tanpa pangkal bilah) dengan ujung bilah, penentuan lebar
badan bilah dilakukan berdasarkan pengurangan dari lebar total implemen
pembuka alur tanah dengan dua kali tinggi mata bilah, dan penentuan tebal badan
bilah dilakukan berdasarkan perhitungan yang dilakukan (Lampiran 5).
4. Mata bilah
Pada implemen yang dirancang, tinggi total implemen (tanpa pangkal
bilah) adalah 50 mm, dengan panjang badan bilah 40 mm. Panjang badan bilah
didapatkan dari pengurangan panjang implemen total (tanpa pangkal bilah)
dengan ujung bilah yaitu sebesar 10 mm, sehingga didapatkan tinggi badan bilah
40 mm. Untuk tinggi ujung mata bilah yang berbentuk segitiga, didapatkan
berdasarkan perhitungan berikut (Sularso dan Suga 2004):

D = 10 mm
v = 3.14x10x1075/(60x1000)
= 0.56 m/s
Ft = 102x33.12x10-3/0.56
= 6.03 kgf
σb = Ft x L / (bh2/6)
0.72 = 6.03 (L)/(40x22/6)
L = 3.14 = 2 mm

Mata bilah berbentuk prisma segitiga yang berada di sisi badan bilah
dengan tinggi segitiga 2 mm, sehingga lebar total alat (lebar badan bilah ditambah
tinggi segitiga) adalah 14 mm yang diasumsikan sebagai lebar tanah untuk
pembuatan alur tanam benih jagung.
19

5. Ujung bilah
Pada disain implemen pembuka alur tanah, ujung bilah didisain dengan
tinggi 10 mm mengikuti lebar badan bilah. Hal tersebut bertujuan agar ujung bilah
memiliki bentuk lancip berbentuk limas segitiga (segitiga sama kaki dengan tinggi
dan lebar alas 10 mm), sehingga implemen dapat memotong tanah saat awal
masuk ke dalam tanah.
Penentuan panjang dan lebar total implemen pembuka alur tanah
didapatkan dari asumsi kedalaman alur untuk tanam benih jagung yaitu 5 cm
(Martodireso dan Suryanto 2002) dan dua kali rata-rata diameter benih jagung
yang berkisar yaitu 7 mm (Tarighi et al. 2011). Implemen yang dirancang tidak
secara tepat memiliki panjang total 5 cm, sebab dibutuhkan sekitar 1 cm sebagai
penghubung antara implemen pembuka alur tanah dan motor DC, sehingga
panjang total implemen adalah 6 cm.

Pembuatan Gambar dan Simulasi Kuat Bahan


Pembuatan gambar dilakukan dengan menggunakan aplikasi solidworks
2010 berdasarkan ukuran yang telah didapatkan pada tahapan rancangan struktural.
Setelah dilakukan proses pembuatan gambar, dilakukan simulasi kuat bahan yang
berupa pengujian gambar 3 dimensi yang telah dibuat. Pengujian yang
dimaksudkan berupa pensimulasian gambar tersebut dengan bahan dan ukuran
sesuai dengan yang telah direncanakan, serta penginputan beban rencana yang
akan diterima oleh bagian alat yang dirancang. Beban yang dimasukkan pada
proses simulasi ini didapatkan dari hasil pengambilan data awal pada tahap
indentifikasi masalah dengan data dan informasi pendukung. Tahap simulasi kuat
bahan ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi apakah bahan yang
digunakan dengan ukuran tersebut akan mampu menahan beban. Jika bahan tidak
mampu menahan beban dalam hal ini melebihi batas aman bahan untuk digunakan
tanpa mengalami kerusakan maka akan dilakukan analisis kembali, namun jika
bahan mampu menahan beban atau masih dalam batas aman bahan untuk
digunakan tanpa ada kerusakan maka dilanjutkan tahapan selanjutnya.

Pembuatan Alat
Pada tahapan ini dilakukan pembuatan alat berdasarkan gambar teknik
pada tahap konseptual disain. Pada tahapan ini dilakukan pemotongan plat besi
untuk dibentuk bilah dan dibentuk sesuai ukuran yang telah ditentukan, kemudian
dilakukan pengelasan dengan baja silinder yang sebelumnya telah dibubut untuk
dijadikan kepala alat dan disambungkan dengan poros motor DC. Selanjutnya alat
tersebut dipasang pada rangka motor DC untuk dilakukan pengujian. Implemen
pembuka alur tidak disambungkan dengan poros motor DC secara permanen,
karena akan dilakukan pengujian dengan menggunakan dua rancangan implemen
pembuka alur tersebut (dua bilah dan empat bilah).

Pengujian
Pengujian dilakukan di laboraturium Lapangan Siswadhi Soepardjo
dengan maksud untuk mengetahui bagaimana hasil yang didapatkan. Pengujian
dilakukan di lahan dengan menggunakan alat penarik yang memiliki tiga
kecepatan yang berbeda. Pengujian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui
apakah alat mampu membuat alur tanah dan untuk mengetahui alur tanah yang
20

telah terbentuk oleh alat tersebut. Pengujian alat ini dilakukan pengambilan data
karakteristik tanah yaitu sebagai berikut:
1. Kadar air tanah
Pengukuran kadar air tanah dilakukan di laboratorium yang selalu
dilakukan untuk menentukan jumlah air dalam tanah. Kadar air tanah merupakan
nisbah antara berat air dengan berat tanah kering atau nisbah berat air dengan
berat tanah basah atau nisbah antara volume air dengan volume tanah utuh, yang
umum digunakan adalah basis kering dan basis volume seperti yang ditunjukkan
persamaan 5 berikut (Sapei et al. 1990).

ma  mb (5)
W  100%
mb  mc
Keterangan:
= Kadar air tanah (%)
ma = Berat tanah sebelum dioven dan wadah (gram)
mb = Berat tanah setelah dioven dan wadah (gram)
mc = Berat wadah (gram)

Alat yang digunakan dalam pengukuran kadar air tanah yaitu: ring sample,
neraca, descicator, dan oven. Prosedur yang dilakukan dalam pengambilan kadar
air tanah yaitu: pengambilan sampel tanah di lahan dengan menggunakan ring
sample, penimbangan sampel tanah dan wadah sebelum dioven, pengeringan
tanah dengan oven pada suhu 110 oC selama 24 jam, penimbangan tanah dan
wadah setelah dikeringkan, penimbangan wadah, dan penghitungan kadar air
menggunakan rumus.

2. Bobot isi tanah kering (dry bulk density)


Kerapatan isi tanah dapat dinyatakan dalam bobot isi tanah dalam kondisi
kering dan basah. Bobot isi tanah basah adalah massa tanah total per unit volume;
sedangkan bobot isi tanah kering adalah rasio antara massa tanah kering oven
dengan volume total. Untuk menghitung bobot isi kering biasanya menggunakan
persamaan 6 (Hillel 1980).

ms (6)
Vt
Keterangan:
= Dry bulk density (gram/cm3)
m s = Massa tanah kering (gram)
Vt = Volume tanah atau volume ring sample (cm3)

Alat dan prosedur yang dilakukan pada pengukuran dry bulk density ini
sama dengan alat dan prosedur yang dilakukan pada pengambilan data kadar air
tanah.
21

3. Tahanan penetrasi tanah


Pengukuran tahanan penetrasi tanah dilakukan dengan menggunakan cone
penetrometer. Alat ini digunakan untuk mengukur daya dukung tanah secara
langsung berdasarkan pengolahan hasil test cone penetrometer yang dilakukan
dengan cara mengukur berapa dalam ujung konus ke dalam tanah dasar tersebut
setelah mendapat tumbukan dan penetrasi ujung conus dari alat cone penetrometer
ke dalam tanah akan memberikan gambaran kekuatan tanah dasar pada titik-titik
tertentu. Untuk mengukur besar tahanan penetrasi tanah digunakan persamaan 7
(Sapei et al. 1990):

q c = (( z  0.384) + walat ) / A (7)

Keterangan:
q c = Cone index (kgf/cm2)
= Nilai pembacaan dari dialgauge
= Berat alat (kgf)
= Luas kerucut (cm2)

Prosedur yang dilakukan dalam pengukuran tahanan penetrasi tanah yaitu:


memasangkan alat secara vertical pada titik tanah yang akan diukur, dorong
perlahan-lahan dan bertahap ke dalam tanah dengan kecepatan dorong 1 cm/s,
catat kekuatan tanah pada masing-masing kedalaman dengan dasar kerucut
sebagai titik referensi untuk mengukur kekuatan tekan tanah, dan hitung nilah
tahan penetrasi tanah dengan menggunakan rumus.
4. Tahanan geser tanah
Tahanan geser pada tanah merupakan syarat propertis tanah yang sangat
dibutuhkan untuk mendisain struktur. Alat vane shear merupakan salah satu alat
yang langsung dapat digunakan untuk menentukan nilai kuat geser tanah. Pada
dasarnya pengujian dilakukan dengan menempatkan sebuah baling berdaun empat
dalam lapisan tanah tak terganggu. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan
persamaan 8 (Das et al. 1993):

d2 (8)
Keterangan:
= Tahanan geser tanah (kgf/cm2)
= Momen torsi (kgf.cm)
d = Diameter baling-baling (cm)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Benih Jagung

Benih jagung yang diamati digunakan sebagai dasar penentuan lebar


implemen pembuka alur yang dirancang. Hal ini dimaksudkan agar benih jagung
22

dapat masuk ke dalam alur yang dihasilkan implemen. Berikut adalah gambar
benih jagung (Gambar 16) dan tabel rata-rata diameter benih jagung (Tabel 5).

Gambar 16 Benih jagung (Tarighi et al. 2011)

Tabel 5 Rata-rata diameter benih jagung


Varietas Diameter rata-rata (mm)
Bisma 6.9
Gumarang 6.9
Sukmaraga 4.7
Hibrida Sw 7.3
Bima 3 7.1
Sumber: Tarighi et al. 2011

Pembuatan Gambar

Setelah dilakukan perhitungan dalam perancangan struktural, dilakukan


penggambaran disain pembuka alur tanah yang dibuat dengan menggunakan
solidworks 2010. Gambar yang dibuat terdiri dari dua gambar disain, yaitu:
gambar disain implemen dua bilah (Gambar 17) dan gambar implemen empat
bilah (Gambar 18). Selain itu, berikut adalah gambar disain dari alat pembuka alur
dan bagian-bagiannya seperti yang ditunjukan pada Gambar 19 berikut. Gambar
rancangan lainnya dilampirkan pada Lampiran 6.

Gambar 17 Disain implemen dua bilah


23

Gambar 18 Disain implemen empat bilah

Gambar 19 Disain implemen pembuka alur dan bagian-bagiannya

Simulasi Kuat Bahan

Setelah dilakukan penentuan ukuran berdasarkan perhitungan dan


penggambaran disain, dilakukan simulasi kuat bahan. Simulasi kuat bahan
dilakukan untuk memperkirakan apakah bahan yang digunakan mampu menahan
tahanan geser tanah saat digunakan atau tidak. Simulasi yang dilakukan
menggunakan solidworks dengan memasukkan beban berupa rata-rata tahanan
geser tanah berdasarkan data yang telah diambil. Besar tahanan geser tanah yang
bebankan pada implemen yang dirancang adalah sebesar 0.20 kgf/cm2.
Berdasarkan hasil simulasi alat pembuka alur yang dirancang (dua bilah dan
empat bilah) mampu menahan tahanan geser tanah 0.20 kgf/cm2 atau 2000 kgf/m2,
berikut adalah hasil simulasi yang ditunjukan pada Gambar 20 dan Gambar 21.
24

Gambar 20 Simulasi implemen dua bilah

Gambar 21 Simulasi implemen empat bilah

Pengujian Alat Pembuka Alur Tanah

Setelah dilakukan simulasi disain alat pembuka alur tanah dilakukan


pembuatan alat. Pembuatan alat pembuka alur tanah dilakukan di bengkel,
kegiatan pembuatan alat meliputi: pemotongan plat, pengelasan, dan pembubutan.
Kegiatan selanjutnya adalah penyambungan implemen alat pembuka alur tanah ke
poros motor DC, berikut adalah gambar alat yang ditunjukan pada Gambar 22 dan
Gambar 23.
25

Gambar 22 Implemen dua bilah

Gambar 23 Implemen empat bilah

Alat yang telah dirancang dipasangkan pada bagian belakang rangka mobil
RC untuk selanjutnya dilakukan pengujian di lahan. Pemasangan motor DC ke
rangka mobil RC dilakukan secara permanen, sedangkan implemen dua bilah dan
empat bilah dipasang tidak permanen agar dapat diganti-ganti. Implemen
dikencangkan dengan menggunakan baut M-2 sehingga tiap implemen bilah dapat
dipasang dan dilepas dari poros motor DC. Gambar 24 menyajikan alat pembuka
alur tanah.

Gambar 24 Alat pembuka alur tanah

Pengujian alat pembuka alur tanah dilakukan untuk mengetahui apakah


alat mampu digunakan untuk membuat alur tanah ataukah sebaliknya. Mekanisme
pengujian menggunakan alat penarik (Gambar 25) dengan kecepatan yang kecil.
26

Penentuan kecepatan penarik yang digunakan dilakukan berdasarkan perhitungan


berikut:

diasumsikan panjang tanah yang terpotong oleng implemen pembuka alur


mengikuti panjang pisau yang dalam hal ini adalah tinggi mata bilah yaitu 2 mm
dan dalam 1 kali putaran, implemen pembuka alur dapat menghancurkan tanah
dan membentuk alur mengikuti ukuran implemen, sehingga:
n
v= l
60
1075
= 2
60
= 35 mm/s = 2.5-3.5 cm/s

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, didapatkan kecepatan maju yang


dapat digunakan adalah 2.5-3.5 cm/s. Sehingga untuk mengetahui bagaimana
apakah kecepatan berpengaruh terhadap hasil kedalaman alur yang terbentuk
dilakukan pengujian dengan menggunakan tiga kecepatan berbeda sebagai
perlakuan, yaitu: 0.57 cm/s (0.57  10-2 m/s), 2.5 cm/s (2.5  10-2 m/s), dan 5 cm/s
(5  10-2 m/s).

Gambar 25 Alat penarik mobil RC

Pengujian dilakukan pada setiap implemen dengan tiga kecepatan tersebut


secara bergantian dengan tiga kali ulangan untuk masing-masing implemen
dengan jarak tempuh 1 m hingga 2 m. Setelah dilakukan pengujian pada alat yang
didisain, dilakukan pengukuran lebar, kedalaman hasil olahan, dan pengukuran
tahanan penetrasi tanah dengan menggunakan pocket penetrometer yang telah
dikalibrasi (Lampiran 7).
Pengukuran tahanan penetrasi dilakukan untuk mengatahui pengaruh
kecepatan maju alat pembuka alur terhadap proses penghancuran tanah, karena
proses penghancuran tanah akan mempengaruhi kedalaman dan lebar olah yang
dihasilkan oleh alat pembuka alur. Pengukuran tahanan penetrasi ini dilakukan
pada lima titik untuk satu kali pengujian dalam satu lintasan. Satu kali pengujian
yang dimaksudkan adalah pembuatan alur tanah oleh salah satu implemen dengan
salah satu kecepatan tarik alat penarik, sehingga jumlah total pengujian yang
dilakukan pada satu ulangan pertama adalah sebanyak enam lintasan, yang terdiri
27

dari: pengujian implemen dua bilah (dengan kecepatan satu, dua, dan tiga) dan
pengujian implemen empat bilah (dengan kecepatan satu, dua, dan tiga).
Kedalaman tanah yang diukur tahanan penetrasinya pada setiap titik
adalah pada kedalaman 1 cm, 2 cm, 3 cm, 4 cm, dan 5 cm. Pengukuran tahanan
penetrasi dilakukan untuk mengetahui tingkat kehancuran tanah yang dihancurkan
menggunakan implemen, sehingga dapat diketahui apakah kecepatan dan jenis
bilah berpengaruh terhadap nilai tahanan penetrasi tanah yang dihancurkan
ataukah sebaliknya.
Pengujian dilakukan di lahan yang ada di Laboratorium Lapangan
Siswadhi Soepardjo dengan keadaan tanah seperti yang ditunjukan Tabel 6.

Tabel 6 Kadar air, dry bulk density, tahanan penetrasi, dan tahanan geser tanah
Kedalaman Kadar Dry bulk Tahanan Momen torsi Tahanan geser
(cm) air (%) density penetrasi (kgf.cm) (kgf/cm2)
3 2
(g/cm ) (kgf/cm )
5 15.53 0.98 6.83 45.00 0.19
10 26.29 1.01 8.77 68.00 0.29

Pengujian pada implemen dua bilah dan empat bilah dilakukan sebanyak
tiga kali ulangan untuk setiap kecepatan, berikut adalah hasil pengukuran tahanan
penetrasi tanah yang ditunjukan Gambar 26 dan Gambar 27.

Tahanan penetrasi (kgf/cm2)


0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
0

1 sebelum dialur
Kedalaman (cm)

0.57 cm/s
2
2.5 cm/s
5 cm/s
3

Gambar 26 Tahanan penetrasi tanah hasil pengujian implemen dua bilah


28

Tahanan penetrasi (kgf/cm2)


0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
0

1 sebelum dialur
Kedalaman (cm)

0.57 cm/s
2
2.5 cm/s
5 cm/s
3

Gambar 27 Tahanan penetrasi tanah hasil pengujian implemen empat bilah

Berdasarkan hasil pengujian yang didapatkan, motor DC yang digunakan


mampu memutar implemen pembuka alur. Selain itu, berdasarkan data yang
didapatkan dan ditunjukkan oleh kedua gambar di atas, didapatkan bahwa tahanan
penetrasi tanah yang telah dihancurkan dipengaruhi oleh kecepatan maju dan jenis
alat pembuka alur tanah. Pada kedalaman 1-5 cm tahanan penetrasi tanah yang
dihancurkan dengan tiga kecepatan (0.57x10-2 m/s, 2.5x10-2 m/s, dan 5x10-2 m/s)
tersebut tidak berbeda nyata. Namun berdasarkan data yang telah didapatkan,
perbedaan nilai tahanan penetrasi tanah terlihat pada kedalaman 5 cm. Perbedaan
tahanan penetrasi tanah pada kedalaman 5 cm tersebut disebabkan oleh
kemampuan alat penghancur tanah yang tidak mampu menghancurkan tanah
hingga kedalaman 5 cm. Secara keseluruhan baik pada pengujian implemen dua
bilah maupun empat bilah, tahanan penetrasi terkecil didapatkan pada saat
menggunakan kecepatan maju terkecil yaitu 0.57x10-2 m/s. Sehingga dapat
dikatakan bahwa semakin rendah kecepatan maju alat pembuka alur, maka akan
semakin kecil tahanan penetrasi tanah (pada kedalaman 5 cm). Semakin kecil
tahanan penetrasi tanah, semakin baik pula penghancuran tanah yang dilakukan
oleh alat pembuka alur. Pada kedalaman 5 cm, tahanan penetrasi tanah terendah
diperoleh saat menggunakan penghancur tanah empat bilah dengan kecepatan
maju 0.57x10-2 m/s yaitu 0.32 kgf/cm2. Hal ini disebabkan oleh gaya yang bekerja
pada implemen empat bilah menjadi lebih rendah dibandingkan dengan gaya yang
bekerja pada implemen dua bilah, karena perbedaan jumlah bilah. Semakin
banyak jumlah bilah maka semakin semakin baik tingkat kehancuran tanah yang
dihasilkan.
Pada pengujian alat pembuka alur tanah, selain pengukuran tahanan
penetrasi dilakukan pengukuran kedalaman dan lebar olah alat pembuka alur
untuk melihat lebar dan kedalaman olah yang dihasilkan seperti yang disajikan
pada Tabel 7 dan Tabel 8.
29

Tabel 7 Rata-rata hasil pengujian implemen dua bilah


Kecepatan (cm/s) Kedalaman (cm) Lebar (cm)
0.57 4.4 1.2
2.5 4.3 1.1
5 4.2 1.0

Tabel 8 Rata-rata hasil pengujian implemen empat bilah


Kecepatan (cm/s) Kedalaman (cm) Lebar (cm)
0.57 4.8 1.2
2.5 4.5 1.0
5 4.4 0.9

Berdasarkan hasil yang didapatkan, kedalaman olah tertinggi diperoleh


pada saat menggunakan implemen empat bilah dengan kecepatan 1 (0.57x10-2
m/s) yaitu 4.8 cm. Hal itu disebabkan pada kecepatan 1, implemen memiliki
waktu yang lebih panjang untuk menghancurkan tanah pada satu titik tertentu
dibandingkan saat menggunakan kecepatan maju 2 dan 3. Kedalaman olah
implemen empat bilah lebih tinggi daripada kedalaman olah implemen dua bilah.
Hal itu disebabkan oleh kurangnya waktu yang dibutuhkan bagi implemen dua
bilah untuk menghancurkan tanah pada titik tertentu, sehingga pada saat
implemen dua bilah belum selesai menghancurkan tanah pada titik tertentu, alat
penghancur sudah bergerak maju sehingga alat penghancur terdorong ke atas
hingga mengurangi kedalaman olah, sedangkan pada implemen empat bilah, saat
alat penghancur tanah bergerak maju, implemen empat bilah telah selesai
menghancurkan tanah pada titik tertentu dan implemen tidak terdorong ke atas.
Pada Tabel 4 dan Tabel 5 ditunjukan bahwa lebar olah yang dihasilkan implemen
dua bilah lebih besar daripada lebar olah implemen empat bilah. Hal itu
disebabkan oleh perbedaan besar sudut antar bilah dari kedua implemen, di mana
implemen dua bilah memiliki sudut antar bilah yang lebih besar daripada
implemen empat bilah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Motor DC yang digunakan dalam alat pembuka alur mampu memutar


implemen pembuka alur yang telah dirancang pada saat dilakukan pengujian.
Implemen yang telah dirancang juga telah mampu membuat alur tanah saat
dilakukan pengujian di lahan. Kecepatan maju implemen mempengaruhi kinerja
implemen dalam menghancurkan tanah sehingga juga berpengaruh terhadap
pembuatan alur tanah. Semakin kecil kecepatan maju implemen, akan semakin
baik penghancuran tanah dan akan semakin baik kedalaman alur yang dihasilkan
oleh implemen. Sehingga dilihat dari besar tahanan penetrasi tanah yang telah
dihancurkan oleh masing-masing implemen dan kedalaman olah yang dihasilkan,
implemen empat bilah memiliki kedalaman olah yang lebih tinggi dibandingkan
30

dengan implemen dua bilah. Kedalaman tanah yang dihasilkan dengan


menggunakan implemen empat bilah mencapai 4.8 cm yang mana sudah dapat
diterapkan untuk proses pembuatan alur tanam jagung dengan kedalaman yang
berkisar antara 3-5cm.

Saran

Pengujian alat pembuka alur tanah sebaiknya dilakukan dengan


menggunakan kecepatan maju yang lebih rendah sehingga implemen pembuka
alur tanah (dua bilah dan empat bilah) dapat menghancurkan tanah dengan baik
dan implemen dua bilah tidak terdorong ke atas sehingga dapat menghasilkan alur
tanah yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Bainer RR, Kepner RA, Barger EL. 1960. Principles of Farm Machinery. New
York (US): Jhon Wiley & Sons Inc.
Carlson J. 2005. How UGVs physically fail in the field [ulasan]. IEEE, 21(3):1-2.
Das BM, Endah N, Mochtar IB. 1993. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip
Rekayasa Geoteknis) jilid 1 Terjemahan Principles of Geotechnical
Engineering. Jakarta (ID): Erlangga.
Garzon M, Valente J, Zapata D, Barrientos A. 2013. An aerial-ground robotic
system for navigation and obstacle mapping in large outdoor areas. J Sens,
13:1247-1267.doi:10.3390/s130101247.
Gill WR, Berg GEV. 1968. Soil Dynamic in Tillage and Traction. U.S.A (US):
Departement of Agriculture.
Hermawan W, Mandang T, Radite PAS. 2009. Pengembangan mesin pengolah
tanah, penanam, dan pemupuk terintegrasi untuk budidaya jagung.
Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian IPB. Bogor (ID): Insitut
Pertanian Bogor.
Hillel D. 1980. Fundamentals Of Soil Physics. New york (US): Academic Pr.
Khurmi RS, Gupta JK. 2005. Text Book of Machine Design Eurasia. New Delhi
(IN): Publising House.
Lesilolo MK, Patty J, Tetty N. 2012. Penggunaan desikan abu dan lama simpan
terhadap kualitas benih jagung (zea mays l.) pada penyimpanan ruang
terbuka. J Agrol, 1(1):51-59.
Lin p, Bekey G, Abney K. 2008. Autonomous Military Robotics: Risk, Ethics, and
Design. California (US): Depart of The Navy.
Martodireso S dan Suryanto WA. 2002. Terobosan Teknologi Pemupukan dalam
Era Pertanian Organik. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Murni AM, Arief RW. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Bandar Lampung (ID):
BPPP.
Mushoffa AA. 2006. Disain ditcher untuk saluran drainase pada budidaya
tanaman tebu lahan kering [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
31

Priyonggo B. 2014. Disain konseptual mekanisme penjatah benih pada penanam


jagung berbasis rc mobile untuk edukasi pertanian [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Purwono dan Hartono R. 2007. Bertanam Jagung Unggul. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Putra AEDH. 2012. Peningkatan kinerja unit pemupuk pada mesin penanam dan
pemupuk jagung terintegrasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Putra DHY dan Dinzi R. 2014. Studi pengaturan kecepatan motor DC shunt
dengan metode ward leonard. Singuda Ensikom, 6(1):13-14.
Putra PM. 2011. Peningkatan kinerja unit penanam dan pemupuk pada mesin
penanam dan pemupuk jagung terintegrasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Rahman S. 2014. Pentingnya ilmu pertanian dan pangan digeluti generasi muda.
JATP, 3(2):1-2.
Salamena V. 2012. Simulasi karakteristik arus dan kecepatan motor DC terhadap
masukan penyearah gelombang penuh di simulink-matlab. J Tekno,
9(1):1012-1017.
Saleh A. 2007. Uji performansi dan kenyamanan modifikasi alat pengebor tanah
mekanis untuk membuat lubang tanam [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Sapei A, Dhalhar MA, Fujii K, Miyauchi S, Sudou S. 1990. Buku Penuntun
Pengukuran Sifat-Sifat Fisik dan Mekanik Tanah. Bogor (ID): JICA IPB.
Srivastava AK, Goering CE, Rohrbach RP. 1996. Engineering Principles of
Agricultural Machines. Michigan (US): ASAE.
Sularso dan Suga K. 2004. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Jakarta (ID): Pradnya Paramita.
Supriyanti. 2010. Dinamika ekonomi ketenagakerjaan pertanian: permasalahan
dan kebijakan strategis pengembangan. JAKP, 8(1):49-65.
Tarighi J, Mahmoudi A, Alavi N. 2011. Some mechanical and physical properties
of corn seed. J Agric, 6(16):3691-3699.doi:10.5897/AJAR10.521.
Tupper GR. 1997. Low Till Parabolic Subsoiler: A New Design for Reduce Soil
Surface Disturbance and Power Requirement. Missisipi (US): Bulletin 858
Agric and Forest.
32

Lampiran 1 Rata-rata kadar air, dry bulk density, tahanan penetrasi, dan tahanan
geser

Tabel 9 Hasil pengambilan data awal


Kedalaman Kadar Dry bulk Tahanan Torsi Tahanan geser
(cm) air (%) density (g/cm3) penetrasi (kgf.cm) (kgf/cm2)
(kgf/cm2)

5 26.05 0.91 5.29 47.00 0.20

10 33.55 0.94 7.18 82.00 0.35

15 35.12 1.02 14.32 213.00 0.91

40 1.04

35 1.02

Dry bulk density (g/cm3)


30
1
Kadar air (%)

25
0.98
20
0.96
15
0.94
10

5 0.92
Kadar air
0 0.9 Dry bulk density
0 5 10 15 20
Kedalaman (cm)

Gambar 28 Grafik kadar air dan dry bulk density


33

Tahanan penetrasi (kgf/cm2)


Tahanan geser (kgf/cm2)
0 5 10 15 20
0
2
Kedalaman (cm)

4 Tahanan penetrasi
6 Tahanan geser
8
10
12
14
16
Gambar 29 Grafik tahanan penetrasi dan tahanan geser
34

Lampiran 2 Perhitungan kecepatan putar implemen

Perhitungan kecepatan putar implemen pembuka alur dilakukan dengan


menggunakan persamaan (4) yaitu sebagai berikut:

v  jumlahsudu
n  60
 l
25  4
=  60
3.14  2
= 15.9  60
= 960 rpm

Rpm motor DC yang dibutuhkan untuk memutar implemen pembuka alur adalah
sekitar 960 rpm. Saat dilakukan survey di pasaran, didapatkan motor DC dengan
dengan rpm 1075. Sehingga motor DC tersebutlah yang digunakan dalam
perancangan. Dalam perancangan ini tidak dilakukan pengurangan jumlah rpm
karena rpm dari motor DC yang didapatkan tidak jauh berbeda dengan rpm hasil
perhitungan, selain itu juga untuk menekan kebutuhan biaya dalam pembuatan.
Selanjutnya penentuan pitch pemotongan adalah sebagai berikut (Khurmi 2005).

jumlahsudu  n
Jumlah putaran bilah =
60
4  1075
=
60
= 71.6
v
Pitch pemotongan =
jumlahputa ranbilah
25
=
71.6
= 0.4 mm = 1 mm

Berdasarkan perhitungan di atas, didapatkan nilai pitch pemotongan yang lebih


kecil daripada lebar sudu, sehingga diperkirakan badan bilah tidak akan
membentur tanah saat dilakukan pengujian.
35

Lampiran 3 Spesifikasi motor DC

Spesifikasi motor DC yang digunakan:


Team Powers High Power Stock 540 Brushed Motor Black Can, TP-540B-94F
Dimensi motor (Diameter  Panjang) : 35.8 mm  51 mm
Diameter poros : 3.17 mm
Daya : 33.12 watt (terukur saat bekerja di lahan)
Kecepatan : 1075 rpm pada 7.2V
Berat : 170 gram
Torsi : 30 kgf.mm

Gambar 30 Motor DC
36

Lampiran 4 Tabel ketentuan penentuan ukuran diameter poros dan bantalan

Tabel 10 Penentuan diameter poros dan bantalan (Sularso dan Suga 2004)
(Satuan mm)
4 10 *22.4 40 100 *224 400
24 (105) 240
11 25 42 110 250 420
260 440
4.5 *11.2 28 45 *112 280 450
12 30 120 300 460
*31.5 48 *315 480
5 *12.5 32 50 125 320 500
130 340 530
35 55
*5.6 14 *35.5 56 140 *355 560
(15) 150 360
6 16 38 60 160 380 600
(17) 170
*6.3 18 63 180 630
19 190
20 200
6.5 22 65 220
7 70
*7.1 71
75
8 80
Sumber: Sularso dan Suga 2004

Keterangan:
1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari bilangan
standar.
2. Bilangan di dalam kurung hanya dipakai untuk bagian dimana akan dipasang bantalan
gelinding.
37

Lampiran 5 Analisis perhitungan tebal badan bilah

Tebal badan bilah didapatkan berdasarkan hitungan berikut (Sularso, 2004):

diameter badan bilah yang merupakan lebar badan bilah (D) = 1.4 cm
v = 3.14  14  1075/(60x1000) Keterangan:
= 0.787 m/s Ft : Gaya tangensial (kgf)
Ft = 102  33.12  10-3/0.787 σ : diambil dari nilai tahanan
= 4.29 kgf geser tanah (kg/cm2)
σ = Ft  X / {(1/12)bh3} X:½  D
0.20 = 4.29 (0.07)/{(1/12)(b)(43)} h : tinggi badan bilah (cm)
0.20 = 0.30/5.33(b)
b = 0.28 cm = 2-3 mm

Berdasarkan hasil perhitungan ketebalan minimal yang dibutuhkan adalah 2-3 mm,
namun dengan mempertimbangkan hemat bahan yang dipakai sehingga dipilih 2
mm sebagai tebal badan bilah.
38

Lampiran 6 Gambar disain pembuka alur

Gambar 31 Disain implemen pembuka alur tanah dua bilah


39

Pembuka Alur 4 bilah

Gambar 32 Disain implemen pembuka alur tanah empat bilah


40

Gambar 33 Disain motor DC


41

Gambar 34 Disain rangka dan mobil RC


42

Gambar 35 Disain alat pembuka alur


43

Lampiran 7 Data kalibrasi pocket penetrometer

Tabel 11 Data kalibrasi pocket penetrometer


Skala pada pocket Terbaca timbangan (g) Setara dengan nilai
penetrometer (kgf/cm2)
0.5 870 0.69
1 1689 1.34
1.5 2394 1.89
2 3114 2.47
2.5 4091 3.24
3 4672 3.70
3.5 5325 4.22
4 6312 5.00
4.5 6627 5.25

8000

7000 y = 1477.2x + 206.25


R² = 0.9958
Terbaca timbangan (gF)

6000
Kaliberasi
5000
Pocket
4000 Penetrometer

3000
Linear
2000 (Kaliberasi
Pocket
1000 Penetrometer)

0
0 2 4 6
Skala pocket penetrometer

Gambar 36 Grafik Kalibrasi pocket penetrometer

Gambar 37 Alat pocket penetrometer


44

RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Penulis menempuh pendidikan dasar di Madrasah
Ibtidaiyah, dan melanjutkan pendidikan ke Sekolah
Menengah Pertama POMOSDA, serta Sekolah Menengah
Atas POMOSDA yang merupakan pondok modern berupa
sekolah berasrama yang ada di Jawa Timur. Pondok
modern yang dimaksudkan adalah tempat pendidikan
berbasis pondok dengan materi keseharian berupa
pendidikan agama serta keharusan untuk menggunakan
bahasa Arab dan Inggris dalam percakapan sehari-hari.
Penulis kemudian melanjutkan kuliah di Institut Pertanian
Bogor melalui jalur masuk BUD DEPAG, dengan memilih jurusan Teknik Mesin
dan Biosistem sebagai program studi tujuan. Selama masa studi di Institut
Pertanian Bogor, beberapa kali penulis mengikuti serminar-seminar yang
diadakan di kampus. Seminar yang pernah penulis ikuti adalah Seminar Bank
Mandiri dan Seminar Motivasi bersama Gubernur Gorontalo. Penulis juga pernah
melaksanakan Praktik Lapangan selama 40 hari kerja di PG Rajawali II , Subang.

Anda mungkin juga menyukai