Anda di halaman 1dari 12

Gagal ginjal kronis atau penyakit ginjal tahap akhir merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan

irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit, menyebabkan anemia, (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah.
(Suharyanto & Madjid, 2010, p. 183)

Suharyanto, T., & Madjid, A. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan.

Chronik Kidney Desease adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk memperhatikan metabolisme keseimbangan cairan dan elektrolit
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth.
2002).Jakarta: Trans Info Media.

Penyebab GGK menurut Price, 1992; 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara lain:
 Infeksi misalnya pielonefritis kronik
 Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
 Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
 Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
 Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis
tubulus ginjal
 Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
 Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
 Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,
fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur
uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:

a. Sistem kardiovaskuler
 Hipertensi
 Pitting edema
 Edema periorbital
 Pembesaran vena leher
 Friction sub pericardial
b. Sistem Pulmoner
 Krekel
 Nafas dangkal
 Kusmaull
 Sputum kental dan liat
c. Sistem gastrointestinal
 Anoreksia, mual dan muntah
 Perdarahan saluran GI
 Ulserasi dan pardarahan mulut
 Nafas berbau amonia
d. Sistem muskuloskeletal
 Kram otot
 Kehilangan kekuatan otot
 Fraktur tulang
e. Sistem Integumen
 Warna kulit abu-abu mengkilat
 Pruritis
 Kulit kering bersisik
 Ekimosis
 Kuku tipis dan rapuh
 Rambut tipis dan kasar
f. Sistem Reproduksi
 Amenore
 Atrofi testis

Komplikasi dari chronik kidney desease yaitu : hiperkalemia perikarditis, efusi perikardial, hipertensi,
anemia dan penyakit tulang.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut marilynn E .Doenges (2000) adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan Urine
Volume Biasanya kurang dari 400 ml / 24 jam atau urine tak ada
(anuria)
Warna Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan
oleh pus
bakteri, lemah, partikel koloid, fosfat atau urat.

Berat jenis Kurang dari 1,05 (menetap pada 1,010 menunjukkan


kerusakan ginjal berat)
Osmolalitas Kurang dari 300 mosm / kg menunjukkan kerusakan
tubular dan rasio urine serum sering 1 : 1
Klirens Kreatinin Mungkin agak menurun.stadium satu CCT(40
70ml/menit), stadium kedua, CCT (20-40ml/menit)
dan stadium ketiga, CCT(5 ml/menit)
Natrium Lebih besar dari 40 g/dl, karena ginjal tidak mampu
mereabsorpsi natrium. (135-145 g/dL)
Protein Derajat tinggi proteinuria (3 – 4 + ) secara kuat
menunjukkan kerusakan glomerulus bila SDM dan
fragmen juga ada.

Pemeriksaan Darah
BUN/Kreatinin Meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi, kadar
kreatinin 10 mg/dl. Diduga batas akhir mungkin rendah
yaitu 5

Hitung darah Ht namun pula adanya anemia Hb : kurang dari 7 – 8


lengkap 9/dl, Hb untuk perempuan (13-15 g/dL), laki-laki (13-16
g/dL)
SDM Waktu hidup menurun pada defesiensi eriropoetin
seperti pada azotemia.
Pemeriksaan GDA
pH Penurunan asidosis (kurang dari 7,2) terjadi karena
kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekskresi
hidrogen dan amonia atau hasil akhir katabolisme
protein. Bikarbonat menurun PCo2 menurun natrium
serum mungkin rendah (bila ginjal ”kehabisan”
natrium atau normal (menunjukkan status difusi
hipematremia)
Kalium Peningkatan normal (3,5- 5,5 g/dL) sehubungan
dengan rotasi sesuai dengan perpindahan selular
(asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis SDM)
pada tahap akhir pembahan EKG mungkin tidak
terjadi sampai umum gas mengolah lebih besar.
Magnesium/ Intraseluler (27 g/dL), plasma (3 g/dL), cairan intersisial
fosfat meningkat (1,5 g/dL).
Kalsium menurun Intra seluler (2 g/dL), plasma darah (5 g/dL), cairan
intersisial (2,5 g/dL)
Protein Kadar semua menurun dapat menunjukkan kehilangan
(khususnya protein melalui urine pemindahan cairan penurunan
albumin 3,5-5,0 pemasukan atau penurunan sintesis karena asam amino
g/dL) esensial
Osmolalitas Lebih besar dari 285 mos m/kg. Sering sama dengan
serum Urine
PENATALAKSANAAN
Menurut Sylvia Price (2000) adalah sebagai berikut :
a. Penatalaksanaan Medis
 Obat anti hipertensi yang sering dipakai adalah Metildopa (Aldomet),
propanolol dan klonidin. Obat diuretik yang dipakai adalah furosemid (lasix).
 Hiperkalemia akut dapat diobati dengan pemberian glukosa dan insulin
intravena yang memasukan K+ ke dalam sel, atau dengan pemberian kalsium
glukonat 10% intravena dengan hati-hati sementara EKG terus diawasi. Bila
kadar K+ tidak dapat diturunkan dengan dialisis, maka dapat digunakan resin
penukar kation natrium polistiren sulfonat (Kayexalate).
 Pengobatan untuk anemia yaitu : rekombinasi eritropoetin (r-EPO) secara
meluas, saat ini pengobatan untuk anemia uremik : dengan memperkecil
kehilangan darah, pemberian vitamin, androgen untuk wanita, depotestoteron
untuk pria dan transfusi darah.
 Asidosis dapat tercetus bilamana suatu asidosis akut terjadi pada penderita yang
sebelumnya sudah mengalami asidosis kronik ringan, pada diare berat yang
disertai kehilangan HCO3. Bila asidosis berat akan dikoreksi dengan pemberian
pemberian NaHCO3 parenteral.
 Dialisis : suatu proses dimana solut dan air mengalir difusi secara pasif melalui
suatu membran berpori dari suatu kompartemen cair menuju kompartemen
lainnya.
 Dialisis peritoneal : merupakan alternatif dari hemodialisis pada penanganan
gagal ginjal akut dan kronik.
 Pada orang dewasa, 2 L cairan dialisis steril dibiarkan mengalir ke dalam
rongga peritoneal melalui kateter selama 10-20 menit. Biasanya keseimbangan
cairan dialisis dan membran semipermeabel peritoneal yang banyak
vaskularisasinya akan tercapai setelah dibiarkan selama 30 menit.
 Transplantasi ginjal : prosedur standarnya adalah memutar ginjal donor dan
menempatkannya pada fosa iliaka pasien sisi kontralateral. Dengan demikian
ureter terletak di sebelah anterior dari pembuluh darah ginjal, dan lebih mudah
dianastomosis atau ditanamkan ke dalam kandung kemih resipien.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
 Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
 Penimbangan berat badan setiap hari
 Batasi masukan kalium sampai 40-60 mEq/hr
 Mengkaji daerah edema.
 Melakukan perawatan kulit
 Lakukan perawatan oral hygien
 Lakukan pengukuran EKG, mengindikasi adanya hiperkalemia
c. Penatalaksanaan diit
Tinggi karbohidrat, rendah protein, rendah natrium, batasi diit rendah protein sampai
mendekati 1g / kgBB selama fase oliguri. Untuk meminimalkan pemecahan protein
dan untuk mencegah penumpukan hasil akhir toksik. Batasi makanan dan cairan yang
mengandung kalium dan fosfor (pisang, buah dan jus-jusan serta kopi).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penekanan diafragma, edema pulmo
ditandai dengan dipsnea
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebihan
dan retensi cairan serta natrium.
3. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah, pembatasan diet dan perubahan membran mukosa mulut.
4. Gangguan integritas kulit, berhubungan dengan gangguan status metabolic, akumulasi
toksik dalam tubuh ↓, menurunya aktifitas kelenjar keringat, (kalsium, fosfat), oedema
dan nuoropati, ditandai dengan : gatal, luka, kulit kering, eksariasi, oedema
5. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai oksigen
ditandai dengan produksi Hb turun,
6. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan
cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskular sistemik,
gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung, ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia),
akumulasi toksin (urea) klasifikasi jaringan lunak.

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


Dx 1 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penekanan diafragma, edema pulmo
ditandai dengan dipsnea
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kebutuhan
oksigen terpenuhi
Kriteria Hasil :
 Pasien tidak mengeluh sesak nafas
 Sesak nafas berkuran / hilang
 Tidak cyanosis
 Suara nafas vesikuler
 Klien tampak tenang
 R 16 – 20 x/mnt
No Intervensi Rasional
1 Beri posisi tidur semi fouler Meningkatkan ekspansi dada
2 Ciptakan suasana tenang Memberikan kenyamanan dalam
bernafas
3 Anjurkan klien untuk nafas efektif Membantu mengurangi sesak
4 Observasi perubahan warna kulit, kuku, Adanya perubahan warna kuku, kulit
jari, catat adanya cyanosis menandakan menurunnya suplai
oksigen
5 Monitor respirasi dan nadi Respirasi rate yang normal
menandakan suplai oksigen yang
adekuat
6 Berikan oksigen Memenuhi kebutuhan oksigen yang
adekuat

Dx 2 : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet


berlebihan dan retensi cairan serta natrium.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan haluaran urine
normal
Kriteria Hasil :
 Intake dan output normal
 turgor kulit normal tanpa ada edema
 tanda–tanda vital normal
 tidak adanya distensi vena leher
 mukosa bibir lembab
No Intervensi Rasional
1 Kaji status cairan dengan menimbang Memonitoring adanya peningkatan
BB perhari, keseimbangan masukan atau penurunan volume cairan
dan haluaran, turgor kulit tanda-tanda
vital
2 Batasi pemasukan cairan Pembatasan cairan akn menentukan
BB ideal, haluaran urin, dan respon
terhadap terapi
3 Jelaskan pada pasien dan keluarga Pemahaman meningkatkan
tentang pembatasan cairan kerjasama pasien dan keluarga
dalam pembatasan cairan
4 Anjurkan pasien / ajari pasien untuk Untuk mengetahui keseimbangan
mencatat penggunaan cairan terutama input dan output
pemasukan dan haluaran

Dx 3 : Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah, pembatasan diet dan perubahan membran mukosa mulut.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan
nutrisi klien terpenuhi
Kriteria Hasil :
 nafsu makan meningkat
 BB tidak turun
 Mual muntah berkurang
No Intervensi Rasional
1 Awasi konsumsi makanan / cairan Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
2 Perhatikan adanya mual dan muntah Gejala yang menyertai akumulasi
toksin endogen yang dapat
mengubah atau menurunkan
pemasukan dan memerlukan
intervensi
3 Berikan makanan sedikit tapi sering Porsi lebih kecil dapat meningkatkan
masukan makanan
4 Lakukan oral hygien Menurunkan ketidaknyamanan
stomatitis oral dan rasa tak disukai
dalam mulut yang dapat
mempengaruhi masukan makanan
5 Kolaborasi dengan tim gizi Penghitungan kebutuhan kalori klien
harus diperhatikan

Dx 4 : Gangguan integritas kulit, berhubungan dengan gangguan status metabolic, akumulasi


toksik dalam tubuh ↓, menurunya aktifitas kelenjar keringat, (kalsium, fosfat), oedema dan
nuoropati, ditandai dengan : gatal, luka, kulit kering, eksariasi, oedema
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam integritas kulit tetap
terjaga
Kriteria Hasil :
 Tidak ada itching (kulit kering)
 Kulit bersih, tidak kemerahan, tidak bersisik
 Tidak ada gangguan fungsi
No Intervensi Rasional
1 Inspeksi kulit terhadap perubahan Menandakan area sirkulasi buruk
warna, turgor, vaskuler, perhatikan atau kerusakan yang dapat
kadanya kemerahan menimbulkan pembentukan
dekubitus / infeksi.
2 Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit Mendeteksi adanya dehidrasi atau
dan membran mukosa hidrasi berlebihan yang
mempengaruhi sirkulasi dan
integritas jaringan
3 Ubah posisi sesering mungkin Menurunkan tekanan pada udem ,
jaringan dengan perfusi buruk untuk
menurunkan iskemia
4 Anjurkan pasien menggunakan kompres Menghilangkan ketidaknyamanan
lembab dan dingin untuk memberikan dan menurunkan risiko cedera
tekanan pada area pruritis
5 Anjurkan memakai pakaian katun Mencegah iritasi dermal langsung
longgar dan meningkatkan evaporasi lembab
pada kulit
6 Berikan obat antihistamin dan anti Menurunkan rasa gatal
pruritis hasi kolaborasi dokter.

Dx 5 : Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai oksigen


ditandai dengan penurunan kadar Hb
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
perfusi jaringan perifer adekuat
Kriteria Hasil :
 Akral hangat
 Nadi perifer teraba kuat
 CRT kembali < 2detik
 TTV normal
 Sianosis ( - )
No Intervensi Rasional
1 Observasi adanya pucat, Vasokonstriksi sistemik diakibatkan oleh
sianosis, kulit dingin/lembab, penurunan curah jantung mungkin
catat kekuatan nadi perifer. dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit
dan penurunan nadi.
2 Observasi TTV Untuk memotitoring keadaan pasien
3 Pertahankan tirah baring Membantu untuk menurunkan rangsangan
simpatis, meningkatkan relaksasi
4 Amati warna kuli, kelembaban, Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan
suhu dan CRT CRT lambat mungkin berkaitan dengan
vasokontriksi pembuluh darah.
5 Kolaborasi pemberian obat Merileksasikan otot-otot polos vaskuler
vasodilator

Dx 6 : Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak


seimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskular
sistemik, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung, ketidakseimbangan elektrolit,
hipoksia), akumulasi toksin (urea) klasifikasi jaringan lunak.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien tidak
mengalami penurunan curah jantung
Kriteria Hasil :
 TTV normal
 EKG normal
 Nadi perifer kuat dan sama dengan CRT
No Intervensi Rasional
1 Auskultasi bunyi jantung dan paru S3/S4 dengan tonus muffled,
akikardia, frekuensi jantung tidak
teratur, takipnea, dispnea, mengi, dan
edema menunjukkan GGK
2 Kaji adanya/derajat hipertensi Hipertensi bermakna dapat terjadi
karena gangguan pada system
aldosteron rennin-angiotensin
(disebabkan oleh disfungsi ginjal)
3 Evaluasi bunyi jantung (perhatikan Adanya hipotensi tiba-tiba, nadi
friction rub), TD, nadi perifer, pengisian paradoksik, penyempitan tekanan
kapiler nadi, penurunan nadi perifer, distensi
jugular, pucat, dan penyimpangan
mental cepat menunjukkan
tamponade, yang merupakan
kedaruratan medic
4 Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap Kelelahan dapat menyertai GGK
aktivitas
5 Kolaborasi pemberian obat antihipertensi Menurunkan tahanan vaskuler
sistemik dan/atau pengluaran rennin
untuk menurunkan kerja miokardial
DAFTAR PUSTAKA

Kowalak, dkk. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC

Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit :


Pathophysiology. Clinical Concepts of Desease Processes / Sylvia Anderson Price, Lorraine
McCarty Wilson : Alih Bahasa, Peter Anugerah ; Editor, Caroline Wijaya, - Ed.4 – Jakarta : EGC,
1995.

Suyono, Slamet (2001). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Gaya Baru.

Tucker, Susan Martin. (1998). Patient Care Standards : Nursing Process, Diagnosis and Outcome.
Vol 3. (Penerjemah : Yasmin Asih Etal). (Sumber Asli diterbitkan tahun 1992).

Engram, Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – bedah. Vol. 1 / Barbara


Engram : Alih Bahasa, Suharyati Samba ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester. Jakarta :
EGC. 1998.

Brunner and Suddarth. (2000). Hand Book for Brunner & Suddarth Text Book Medical
Surgical Nursing. (Penerjemah Yasmin Asih, S.Kp). Lipincott – Raven Publishers. (Sumber Asli
diterbitkan tahun 1996).

Doenges. Marilynn. E (2000). Nursing Care Plans Guidelines For Planning and
Documenting Patients. (Penerjemah : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati). Philadelphia, F.A.
Davis. (Sumber Asli diterbitkan tahun 1993).

Anda mungkin juga menyukai