Pemetaan Kemampuan Lahan Meresapkan Air Hujan Dan Teknologi Pengelolaannya
Pemetaan Kemampuan Lahan Meresapkan Air Hujan Dan Teknologi Pengelolaannya
PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
Pengelolaan :
Sawah, Tegalan,
Kebun, Pekarangan
Kehilangan tanah,
Air,Bahan organik,
Unsur Hara
15
Solum tanah,
Kesuburan tanah Kesejahteraan
Kepekaan erosi petani dan
buruhtani
Agroteknologi:
- pupuk, bibit
- teras bangku
SDA Air
SDA Tanah
SDA Vegetasi
Investasi:
Privat: publik:
saprodi teras
tenaga dam pengendali
saluran air
EKOSISTEM
LAHAN JATIM
Hasil sedimen
Harga saprodi BOD,polutan,
sayuran,susu perah banjir
Lokasi JATIM
Subsistem
Hidrologi
Subsistem
Masukan Lahan Keluaran:
Agroteknologis Hasil padi, sayuran,
Subsistem kopi, susu
Pertanian Kes. Kerja
Debit air, banjir
sedimen, BOD
Masukan Subsistem
Demografis Sosial-Ekonomi Kebutuhan
Pangan, pemu-
kiman,kesem-
patan kerja
Subsistem
Demografi
PEMDA Jatim
BRLKT Wilayah VI ,
Petani, Dinas Pengairan
Kesesuaian lahan
Jenis tanaman:
Padi, Jagung, Sayuran
Kopi, Kedelai
a. Permasalahan
mencapai 80% dari total hujan tahunan yang jatuh di daerah ini
sehingga limpasan hujan yang cukup deras merupakan masalah serius
yang dihadapi masyarakat di daerah ini.
Tata ruang pekarangan umumnya bernuansa tradisional,
ditandai rumah yang menjadi satu dengan kandang ternak (kalau
punya ternak), tempat pembuangan limbah ternak berdekatan dengan
sumur atau rumah, tidak terdapatnya parit atau saluran pembuang air,
sampah-sampah yang tidak terkumpul, sistem tanam yang rapat &
seolah-olah tidak teratur, menganut pola agroforestry. Lebih lanjut
ditemukan bahwa jenis tanaman yang dibudidayakan petani di lahan
pekarangan sangat beragam dengan hasil yang relatif rendah namun
berkesinambungan hampir sepanjang tahun. Tanaman tahunan
ekonomis seperti pete, kelapa, mangga, rambutan, pisang, nangka,
alpokad, pepaya, melinjo. Jenis lain berupa pohon kayu-kayuan
seperti Sengon, Akasia, Kaliandra, Gliricidae, Turi (Sesbania),
Kasuarina, mahoni, lamtoro gung, dan lainnya. Sedangkan tanaman
pangan dan sayuran yang diusahakan adalah sayuran, jagung,
kacang merah, koro-koroan, kacang-kacangan dan rerumputan pakan
ternak seperti rumput gajah, rumput setaria, kolomento dan lainnya.
Berbagai jenis ternak juga diupayakan seperti sapi, kambing dan
ayam buras, dalam jumlah yang relatif kecil. Sebagian penduduk
memelihara sapi kereman bukan milik sendiri tetapi memeliharakan
ternaknya orang lain dengan sistem "gaduhan" yaitu pembagian
keuntungan yang antara pemilik dan pemelihara ternak.
Dari segi pendidikan dan ketrampilan maupun pengetahuan
masih bersifat tradisional, hal ini ditandai bahwa kebanyakan petani-
petani tersebut berpendidikan SD atau bahkan hanya sampai kelas III
saja. Begitu juga halnya dengan pengetahuan tentang budidaya
tanaman maupun pengolahan tanah masih tradisional, mengingat
tanaman yang dibudidayakan tidak menunjukkan pertumbuhan
maupun hasil yang baik. Dalam hal pengolahan lahannya petani
sudah tampak mulai berupaya menerapkan kaidah-kaidah konservasi
tanah untuk mengen dalikan proses erosi dan limpasan permukaan.
Kursus- kursus ketrampilan usahatani konservasi pernah diikuti
(penyuluhan dari PPL/PLP), namun untuk menerapkannya secara
penuh masih terkendala oleh “terbatasnya” insentif ekonomi yang
dapat diperolehnya.
Sistem pengelolaan lahan pekarangan sudah mulai memp-
erhatikan prinsip-prinsip konservasi tanah dan air terutama untuk tanh-
tanah miring (sistem gulud, teras, rorak-rorak, saluran pembuangan air
maupun saluran diversi). Namun praktek-praktek ini masih perlu
penanganan lebih intensif, terarah dan berkesinambungan. Di satu sisi
pada musim kemarau air kurang tersedia, pada musim penghujan air
29
V. METODOLOGI
5.3. Pemetaan
Pemetaan kondisi lahan dilakukan dengan menggunakan
pendekatan fisiografik yang mendasarkan pada proses geomorfik di
muka bumi. Pengumpulan data dilaksanakan dengan metode survei
yang diawali dengan kerja laboratorium untuk mempersiapkan peta kerja
lapangan.
a. Peta-Peta
Sebagai bahan acuan atau pengujian di lapangan digunakan peta
dasar dan berbagai peta bantu lainnya
a. Peta Topografi skala 1 : 250.000 terbitan Bakosurtanal
b. Peta Penggunaan Lahan skala 1: 250.000
c. Peta Administrasi, sampai tingkat kecamatan publikasi BPN
c. Metode Pelaksanaan
Pekerjaan pemetaan dilakukan dengan metode survei yang
dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: (1) Persiapan, (2)
Penyiapan peta dasar, (3) Interpretasi, (4) Penggambaran peta
sementara, (5) Pengujian lapangan, (6) Interpretasi ulang, revisi peta
dan generalisasi peta dan (7) penggambaran peta arahan kapabilitas
lahan meresapkan air hujan.
Tahap Persiapan
Meliputi pengurusan perijinan, pengadaan peta-peta dan data
penunjang yang diperlukan.
Interpretasi.
Analisis klasifikasi parameter peta mengikuti klasifikasi yang
berlaku sesuai dengan ciri ekosistem yang dikaji. Klasifikasi
menggunakan proses geomorfik sebagai dasar pengelompokan,
pembagian lebih lanjut menggunakan parameter lainnya. Sehingga
delineasi pada peta menghasilkan keseragaman dalam proses, litologi,
relief, lereng dan tingkat penorehannya. Dengan demikian dalam
interpretasi sebelum mendelineasi batas satuan peta perlu mendeteksi,
mengidentifikasi, menganalisis dan mengklasifikasi proses geomorfik,
relief, lereng dan torehan sebagai elemen-elemen landform.
Analisis landuse menggunakan analisis elemen dengan
menggunakan rona, tekstur, pola, ukuran, bentuk, tinggi, bayangan,
33
Pengujian Lapangan
Kegiatan pengujian hasil interpretasi foto udara dilakukan
dengan kunjungan lapangan terhadap semua satuan peta yang telah
didapat. Pengujian lapang ini dilakukan untuk melengkapi hasil
interpretasi sementara dan sekaligus memperbaiki batas-batas yang
kurang relevan dengan fakta di lapangan.