Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang
untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan oran lain karena
komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bawa
komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks
yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi
dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus
berlangsung secara dinamis yang maknanya dipacu dan ditransmisikan.Untuk memperbaiki
interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus tidak terburu-buru dan mengurangi
kebisingan dan distraksi.Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti dipakai untuk
menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan dalam
mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran.Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat
dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu. (Bruner & Suddart, 2001:
188).
Mengingat usia individu tidak dapat dielakkan terus bertambah dan berlangsung konstan
dari lahir sampai mati, sedangkan penuaan dalam masyarakat tidak seperti itu, proporsi
populasi lansia relatif meningat di banding populasi usia muda.Pertumbuhan jumlah
penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia. Jumlah
lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar
11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lansia di Indonesia akan berada di
peringkat empat dunia, di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat.Terdapat banyak bukti
bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia tidak hanya bergantung pada
kebutuhan biomedis akan tetapi juga tergantung dari perhatian terhadap keadaan sosial,
ekonomi, kultural dan psikologis pasien tersebut. Walaupun pelayanan kesehatan secara
medis pada pasien lanjut usia telah cukup baik tetapi mereka tetap memerlukan komunikasi
yang baik serta empati sebagai bagian penting dalam penanganan persoalan kesehatan
mereka. Komunikasi yang baik ini akan sangat membantu dalam keterbatasan kapasitas
fungsional, sosial, ekonomi, perilaku emosi yang labil pada pasien lanjut usia (William et al.,
2007).
Seseorang yang mengalami kepikunan, mungkin mengalami kesulitan untuk mengerti apa
yang dikatakan orang lain atau untuk mengatakan apa yang pasien pikirkan dan inginkan. Hal

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA PAGE 1


ini sangat mengecewakan dan membingungkan pasien dan pemberi asuhan. oleh karena itu,
perawat perlu menciptakan komunikasi yang mudah. (Wahjudi Nugroho, 2008)
1.2 Rumusan masalah
Dari penjelasan diatas, dalam pembahasan makalah komunikasi keperawatan ini, kita akan
membahas tentang Komunikasi Terapeuik pada lansia
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar kita sebagai mahasiswa keperawatan dapat
menerapkan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia. Sehingga kita dapat mengaplikasikannya
dalam praktik klinik ataupun di dunia kerja nanti.

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA PAGE 2


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Komunikasi Terapeutik pada lansia
Menurut Wahjudi Nugroho (2008) Komunikasi dengan lansia adalah proses
penyampaian pesan atau gagasan dari petugas atau perawat kepada lanjut usia dan
diperoleh tanggapan dari lanjut usia sehingga diperoleh kesepakatan tentang isi pesan
komunikasi.
Komunikasi yang baik pesannya singkat, jelas, lengkap dan sederhana. Sarana
komunikasi meliputi panca indra manusia (mata, mulut, tangandan jari) dan buatan
manusia (TV, Radio, surat kabar). Sikap penyampaian pesan harus dalam jarak dekat,
suara jelas, tidak terlalu cepat, menggunakan kalimat pendek, wajah berseri-seri,
sambil menatap lansia, sabar, telaten, tidak terburu-buru, dada sedikit membungkuk
dan jempol tangan bersikap mempersilahkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar
komunikasi berjalan lancar adalah menguasai bahan atau pesan yang akan
disampaikan, menguasai bahasa setempat, tidak terburu-buru, memiliki keyakinan,
bersuara lembut, percaya diri, ramah, dan sopan. Lingkungan yang mendukung
komunikasi adalah suasana terbuka, akrab, santai, menjaga tetap ramah, posisi
menghormati, dan memahai keadaan lanjut usia. (Wahjudi Nugroho, 2008)
2.2 Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia
1. Perawat memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
2. Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk merespon verbal.
3. Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien
4. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas
5. Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan respon
nonverbal
6. Perawat harus memperhatikan respon pasien dengan mendengarkan dengan cermat.
7. Lingkungan harus dibuat nyaman
2.3 Teknik Komunikasi Pada Lansia
Beberapa teknik komunikasi yang dapat di terapkan antara lain:
a. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan
menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika
pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat di mengerti.

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA PAGE 3


b. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakana
bentuk perhatian petugas kepada klien.
c. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi
komunikasi yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-
pertanyaan di luar materi yang di inginkan, maka perawat hendaknya
mengarahkan maksud pembicaraan.
d. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara
bertahap menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan ini perlu di
sikapi dengan menjaga kesetabilan emosi klien lansia, misalnya dengan
mengiyakan, senyum dan mengagukan kepala ketika lansia mengungkapkan
perasaannya sebagai sikap hormat menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini
dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak menjadi
beban bagi keluarganya..
e. Klarifikasi
Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan
lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita
dapat di terima dan di persepsikan sama oleh
f. Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-
perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini bila
tidak di sikapai dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel
bagi perawat sehingga komunikasi yang di lakukan tidak terapeutik, namun dapat
berakibat komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan
hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.
2.4 Teknik Komunikasi Lansia Pada Reaksi Penolakan
Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia
dengan reaksi penolakan, antara lain :
1) Kenali segera reaksi penolakan klien
2) Membiarkan klien lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu.
3) Orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri
4) Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA PAGE 4
2.5 Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi
Menurut Lilik Ma’rifatul Azizah (2011) pendekatan perawatan lanjut usia antara lain:
a. Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian, yang
dialami, peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai
dan dikembangkan serta penyakit yang dapat dicegah progresifitasnya.
Pendekatan ini relative lebih mudah di laksanakan dan di carikan solusinya
karena riil dan mudah di observasi.
b. Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan prilaku,
maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan
pendekatan ini perawat berperan sebagai konselor, advokat, supporter,
interpreter terhadap sesuatu yang asing atau sebagai penampung masalah-
masalah yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
c. Pendekatan social
Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi dalam
lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau
mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari
pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama klien maupun
dengan petugas kesehatan.
d. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa membeikan kepuasan batin dalam hubunganya dengan
Tuhan atau agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam keadaan sakit.

2.6 Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia


a. Menunjukkan rasa hormat
b. Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien
c. Pertahankan kontak mata dengan pasien
d. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kunci
komunikasi efektif
e. Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya
f. Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan bahasa dan
kalimat yang sederhana.
g. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA PAGE 5
h. Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien
i. Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien
j. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau bahu.
k. Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi.
2.7 Karakteristik komunikasi terapeutik pada lansia
Ada 3 hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaiu sebagi berikut
(Arwani, 2003 : 54) :
1. Ikhlas (genuiness)
Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien harus bisa diterima dan
pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan
kepada pasien untuk mengkonsumsikan kondisi secara tepat
2. Empati (Emphaty)
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi klien. Objektif dalam
memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan
3. Hangat (warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat
memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa
mengekspresikan persaannya lebih mendalam.
2.8 Hambatan Komunikasi Terapeutik pada Lansia
1. Gangguan neurology serring menyebabkan gangguan bicara dan berkomunikasi
dapat juga karena pengobatan medis, mulut yang kering dan lain-lain.
2. Penurunan daya pikir sering menyebabkan gangguan dalam mendengarkan
3. Perbedaan budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan saling
percaya.
4. Gangguan sensoris dalam pendengarannya
5. Gangguan penglihatan sehingga sulit menginterprestasikan pesan-pesan non-
verbal.
6. Gangguan fisik yang menyebabkan sulit berfokus dalam pembicaraan

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA PAGE 6


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi pada lansia membutuhkan perhatian khusus.Perawat harus waspada
terhadap perubahan fisik psikologi, emosi, dan social yang mempengaruhi pola
komunikasi. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga menghalangi proses
pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran terhadap suara. Komunikasi yang biasa
dilakukan lansia bukan hanya sebatas tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan
pengalaman, tetapi juga hubungan intim yang terapeutik.Manfaat komunikasi terapeutik
adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui
hubungan perawat dan pasien serta mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji
masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat. Teknik komunikasi yang
baik akan memperbaiki outcome pasien lanjut usia dan caregiver-nya. Bukti
mengindikasikan bahwa outcome perawatan kesehatan untuk orang tuatidak hanya
tergantung pada perawatan kebutuhan biomedis tetapi juga tergantung pada hubungan
perawatan yang diciptakan melalui komunikasi yang efektif. Dengan komunikasi yang
efektif antara perawat – pasien lanjut usia :
1) Pasien dan keluarganya dapat menceritakan gejala dan masalahnya, yang akan
memungkinkan perawat memberikan pelayanan sesuai dengan masalah dan
kebutuhan pasien lansia.
2) Instruksi dan saran perawat akan lebih mungkin untuk ditaati.

3.2 Saran
Bagi perawat harus memahami tentang aplikasi komunikasi terapeutik pada lansia
agar pemeriksaan pasien lansia di rumah sakit berjalan dengan lancar dan Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini sangat banyak sekali kesalahan. Besar
harapan kami kepada para pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA PAGE 7


DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’arifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu
William, S.L., Haskard, K.B., Dimatteo, M.R. 2007. The therapeutic effects of the
physician-older patient relationship: effective communication with vulnerable older
patients. Clin Interv Aging
Indrawati. 2003. Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta : EGC
Arwani. 2003. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA PAGE 8

Anda mungkin juga menyukai