Perbandingan Work Ethics PDF
Perbandingan Work Ethics PDF
SKRIPSI
YUDITH GUNAWAN
1106057475
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
DEPOK
JANUARI 2015
UNIVERSITAS INDONESIA
SKRIPSI
YUDITH GUNAWAN
1106057475
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
DEPOK
JANUARI 2015
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
iv
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
v
HALAMAN PENGESAHAN
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana pada program studi Psikologi,
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Prof. Dr. Frieda Mangunsong S., M.Ed Dr. Tjut Rifameutia, M.A.
NIP. 195408291980032001 NIP. 196001131987032002
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
vi
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus atas berkat dan rahmat-Nya, saya
dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dibuat sebagai pra-syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Saya ingin
menyampaikan terimakasih kepada beberapa pihak yang telah setia membantu,
menemani dan menguatkan saya dalam proses menyelesaikan skripsi ini, yaitu :
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
vii
Mohon maaf jika ada beberapa pihak yang belum sempat dituliskan.
Semoga Tuhan membalas segala kebaikan Anda. Akhir kata, semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan praktik di organisasi.
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
viii
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
(Yudith Gunawan)
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
ix
ABSTRAK
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
x
ABSTRACT
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
xi
DAFTAR ISI
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
xii
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
xiii
DAFTAR TABEL
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
2
Menurut Radjasa (2013) untuk tiap karyawan yang keluar, perusahaan harus
mengeluarkan biaya rekrutmen baru sebesar 30-200% dari anggaran tahunan
(annual salary) dan training bagi karyawan baru direkrut (dalam
http:/haygroup.com). Kerugian non-finansial adalah meningkatkan beban kerja
dan stress karyawan yang masih bekerja (Millenial Branding LLP, 2013).
Penurunan produktivitas terjadi jika karyawan yang keluar tergolong high
performer. Ini dapat meningkatkan beban kerja dan menimbulkan stres pada
karyawan yang masih bekerja.
Secara umum, terdapat tiga generasi dalam perusahaan, yaitu Baby
Boomers (lahir tahun 1946-1964), Generasi X (lahir 1965-1979), dan Generasi Y
(lahir 1980-2000) (Zemke dkk., 2000). Masalah turnover paling tinggi terjadi
pada Generasi Y. Survey dari Randstad Work Solutions (2004) menyatakan bahwa
hanya 36% karyawan Generasi Y yang berencana untuk tetap bekerja di
perusahaan yang sama selama dua tahun. Survey dari Payscale Inc (2009)
menyatakan bahwa rata-rata lama kerja Generasi Y (dua tahun) lebih pendek
daripada Generasi X (lima tahun) dan Generasi Baby Boomers (tujuh tahun).
Persentase turnover pada Generasi Y mencapai 31% lebih tinggi daripada
Generasi X (19%) dan Baby Boomers (17%), dan diprediksi akan terus meningkat
setiap tahun (CH2M HILL Inc., 2012).
Dalam hal ini, alasan Generasi Y berpindah-pindah pekerjaan disebabkan
oleh banyak faktor, yaitu rendahnya komitmen organisasi dan kepuasan kerja,
tingginya intensi untuk meninggalkan organisasi (Yucel, 2012), ditawari gaji lebih
tinggi di perusahaan lain (Radjasa, 2013), career advancement (Smola & Sutton,
2002), dan konflik antar generasi (Gonzalez, 2006). Generasi Y disebut generasi
yang tidak sabar sehingga cenderung mencari career advancement yang lebih baik
di perusahaan lain. Ini berdampak pada kepuasan kerja Generasi Y sehingga
terjadi turnover (Westerman & Yamamura, 2006). Survei Society for Human
Resource Management tahun 2013 menunjukkan sebanyak 25% praktisi Sumber
Daya Manusia (SDM) melaporkan terjadinya konflik antar generasi di tempat
kerja. Survey dari Work Ethics Primary Conflict (dalam Eisner, 2005)
menyatakan konflik tersebut terjadi antara karyawan junior (younger workers)
dengan karyawan senior (older workers). Konflik yang terjadi antar generasi
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
3
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
4
Masih terbatas penelitian yang membahas perbedaan work ethics antar generasi,
khususnya Generasi X dan Generasi Y (Meriac, dkk. 2010). Ada dua alasan work
ethics penting diteliti. Pertama, work ethics dapat meningkatkan produktivitas
kerja karyawan dan menurunkan angka absenteeism. Mann (2010) menjelaskan
bahwa work ethics mempengaruhi persepsi individu dalam bekerja dan tingkah
laku menolong di organisasi (organizational citizenship behaviors). Bentley dkk.
(2004) menyatakan bahwa work ethics merupakan predisposisi yang kuat dalam
memotivasi individu untuk bekerja keras.
Kedua, work ethics berpotensi menjawab masalah turnover pada Generasi
Y. Secara teoritis, work ethics memiliki hubungan dengan turnover karyawan.
Saks, Mudrack dan Ashforth (1996) mengatakan bahwa work ethics merupakan
kunci untuk mengurangi angka voluntary turnover pada karyawan. Survei dari
Society for Human Resource Management (2004) menjelaskan bahwa 40%
potensi terjadinya konflik antar generasi karena perbedaan persepsi pada dimensi-
dimensi work ethics. Miller dan Woehr (2002) menjelaskan bahwa konsep work
ethics perlu mendapat perhatian khusus dari perusahaan terkait penerapan
kebijakan yang tepat bagi dua generasi ini. Piktialis (2004) menyarankan
pemimpin perusahaan perlu meningkatkan kesadaran tentang perbedaan generasi
dalam work ethics agar berhasil merekrut dan mempertahankan tenaga kerja
terampil.
Seperti yang telah diketahui, Generasi X dan Generasi Y merupakan
generasi yang sedang mendominasi dunia kerja (McCrindle, 2006). Dalam
penelitiannya, Kratz (2013) meyakini bahwa pada tahun 2014 Generasi Y
memiliki proporsi 36% di dunia kerja (dalam http:/onlinemba.unc.edu). Proporsi
Generasi Y di dunia kerja akan meningkat pada tahun 2020 sebanyak 10%,
menjadi 46%. Ini menunjukkan bahwa dalam beberapa tahun ke depan, Generasi
Y akan mendominasi dunia kerja dan memegang peranan penting untuk jabatan
pada level tertentu di perusahaan. Cara manajemen yang tepat bagi karyawan
dapat membantu perusahaan mengurangi angka turnover. Penelitian ini akan
dilakukan pada sejumlah karyawan Generasi X dan Generasi Y di wilayah
Jabodetabek yang bertujuan untuk menemukan apakah terdapat perbedaan pada
masing-masing dimensi work ethics pada kedua generasi.
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
5
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
6
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai referensi untuk mengetahui
sikap, keyakinan dan nilai fundamental yang dianggap penting oleh karyawan
Generasi X dan Generasi Y dalam seting kerja. Penelitian ini akan menggali lebih
dalam perbedaan work ethics setiap dimensinya. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi referensi bagi perusahaan atau organisasi untuk memotivasi
karyawan Generasi X dan Generasi Y yang disesuaikan dengan sikap, keyakinan
dan nilai fundamental yang dipegang oleh mereka.
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan teori mengenai variabel-variabel yang akan
diteliti di dalam penelitian, yaitu work ethics dan generasi, serta hubungan yang
ada pada kedua variabel tersebut.
Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan mengenai variabel work ethic
yaitu definisi, dimensi, faktor yang mempengaruhi, dampak work ethics pada
organisasi, dan juga pengukuran dari work ethics.
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
8
Miller dkk. (2002) menyatakan bahwa konstruk work ethics bersifat multi-
dimensi, berkaitan dengan aktivitas yang menyangkut pekerjaan secara
keseluruhan (tidak spesifik hanya pada jenis pekerjaan tertentu saja), dapat
dipelajari, mengacu kepada serangkaian sikap dan keyakinan (bukan hanya pada
tingkah laku), dapat digambarkan melalui tingkah laku, dan bersifat sekuler (tidak
mengacu pada keyakinan agama tertentu).
Gonzalez (2006) juga memiliki pendapat yang sama dengan Miller, dkk.
(2002) untuk mendefinisikan work ethics :
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
f. Moralitas/Etika (Morality/Ethics)
Dimensi morality/ethics merupakan keyakinan individu pada keadilan dan
kesadaran adanya moral di dalam hidup (Miller dkk., 2002). Individu yang
memiliki nilai tinggi pada dimensi ini berusaha untuk memperlakukan orang lain
seperti dirinya, tidak pernah mengambil atau berusaha merebut barang atau benda
milik orang lain, serta berusaha untuk hidup secara jujur dan adil. Dimensi
morality/ethics diukur melalui skor individual MWEP pada sejumlah item dari
dimensi morality/ethics.
Universitas Indonesia
ethics). Penelitian Levy dkk. (2006) pada sekelompok orang di Afrika pasca
terjadinya badai Katarina menunjukkan adanya perubahan yang signifikan
terhadap work ethics masyarakatnya. Pasca terjadinya musibah tersebut, sebagian
besar masyarakat mengalami resesi ekonomi sehingga menimbulkan trauma
(Mann, 2010). Trauma ekonomi diyakini membawa dampak pada kondisi SES
orangtua dan usia berdasarkan tahun kelahiran individu, yang pada akhirnya
memengaruhi work ethics.
Kondisi SES orangtua juga dapat mempengaruhi work ethics individu.
Mann (2010) menemukan bahwa individu dengan SES tinggi semasa kecil
cenderung untuk menunjukkan tingkah laku bekerja berdasarkan work ethics yang
dimiliki orang tuanya. Mann (2010) meyakini ini dapat terjadi karena work ethics
yang diwariskan atau diajarkan orangtua kepada anaknya. Sebagian besar
orangtua yang memiliki tingkat SES tinggi menempati sejumlah posisi penting di
dalam sistem manajemen organisasi. Ini diyakini menjadi penyebab individu lebih
berkeinginan untuk mendukung kegiatan manajemen organisasi.
Rotter (1966) mendefinisikan locus of control sebagai persepsi individu
untuk mengatur masa depannya. Jika individu memiliki locus of control internal
tinggi, ia akan meyakini bahwa hasil yang didapatkannya berasal dari keputusan
dan perbuatannya sendiri. Sebaliknya, individu dengan locus of control eksternal
tinggi akan menganggap sebagai keberuntungan, takdir atau hal-hal yang jauh
melampaui dirinya (Furnham, 1990). Furnham (1990) meyakini bahwa individu
dengan locus of control internal tinggi akan meningkatkan work ethics. Individu
bekerja keras dengan harapan akan mencapai kesuksesan yang hanya dapat diraih
melalui dirinya sendiri, bukan melalui sebuah keberuntungan atau takdir. Marler
(dalam Mann, 2010) menjelaskan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi locus
of control internal individu. Oleh sebab itu, menurut Marler (dalam Mann, 2010),
tingkat pendidikan dan locus of control internal seseorang dapat mempengaruhi
work ethics yang dimiliki.
Pengalaman bekerja (work experience) berhubungan dengan self-efficacy
individu. Bandura (dalam Gonzalez, 2006) mengungkapkan bahwa self-efficacy
merupakan keyakinan individu tentang kemampuan dan kapabilitas yang dimiliki
dirinya. Bandura menjelaskan bahwa self-efficacy merupakan persepsi mengenai
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 2.1.
Perbandingan Alat Ukur Work Ethics
No. Tokoh (tahun) Scale Dimensi & Deskripsi
Jumlah Item
1 Meriac, Woehr, Multi- 7 Dimensi Versi singkat
Gorman & Thomas dimensional Work 28 Butir dari MWEP
(2013) Ethic Profile
Short Form
(MWEP-SF)
Universitas Indonesia
Measurement of Vocational Students in Georgia”. Boatwright, J., & Slate, J. 2000. Journal of
Vocational Education research, 25, 532-574., “A new look at selected employability skills: A
factor analysis of the occupational work ethic”. Hill, R., & Petty, G. 1995. Journal of Vocational
Education, 20(4), 59-73.
Tabel 2.1. terdapat enam alat ukur multi-dimensi yang mengukur faset yang
berbeda, antara lain kegagalan dan kesuksesan bekerja (work failure and work
success) (McMurray & Scott, 2003); kehadiran dan ketepatan waktu (attendance
and punctuality), integritas dan kejujuran (integrity and honesty), produktivitas
(productivity), kerja sama dalam kelompok (cooperativeness and teamwork),
responsif terhadap supervisi (responsiveness to supervision), ketaatan pada
kebijakan (adherence to policies), ketepatan penggunaan alat dan sumber daya
(proper use of tools and resources), ketaatan pada ketentuan keselamatan
(observance of safety provisions) (Boatwright & Slate, 2000); kemampuan
interpersonal (interpersonal skills), insiatif (initiative), being dependable, reverse
work ethics (Hill & Petty, 1995; Petty, 1993). Alat ukur MWEP (Multi-
dimensional Work Ethics Profile) yang dikembangkan oleh Miller dkk. (2002)
juga bersifat multi-dimensional. MWEP mengukur self-reliance, morality ethics,
hard work, centrality of work, wasted time, delay of gratification, dan leisure.
Masing-masing alat ukur dikembangkan dengan tujuan yang berbeda-beda
dan unik (Mann, 2010). Contohnya, alat ukur Lim dkk. (2007) yang merupakan
versi singkat dari MWEP, dikembangkan dengan tujuan mengukur work ethics
secara spesifik pada budaya Korea. Sementara itu, alat ukur yang dikembangkan
oleh Boatwright dan Slate (2000); Petty (1993) mengukur work ethics remaja
yang akan masuk ke sekolah teknik dan remaja yang dalam masa peralihan dari
siswa menjadi seorang pekerja kantoran. Hill dan Petty (1995) melalui alat ukur
OWEI (Occupational Work Ethics Inventory) mengukur work ethics berdasarkan
pendekatan sekuler, bukan berdasarkan pemahaman agama seperti Weber. Ini
serupa dengan alat ukur MWEP yang dikembangkan oleh Miller dkk. (2002).
Miller dkk. (2002) memperbaiki konstruk work ethics yang dikembangkan
oleh Weber bukan didasarkan pada pemahaman agama, namun sekuler, dapat
dipelajari, dan bersifat multi-dimensi. MWEP terdiri dari 65 item yang mencakup
pengukuran 7 dimensi work ethics telah dikembangkan, diuji, direvisi dan
Universitas Indonesia
divalidasi oleh para peneliti. Berdasarkan analisis faktor, MWEP terbukti tepat
untuk mengukur 7 dimensi faktor sesuai dengan teori yang dikembangkan.
Berdasarkan penjabaran tersebut, peneliti memutuskan untuk menggunakan
alat ukur MWEP-SF yang dikembangkan oleh Meriac dkk. (2013). Dimensi-
dimensi di dalam MWEP-SF memiliki nilai mean korelasi dengan dimensi-
dimensi MWEP sebesar 0,92. Ini menandakan bahwa alat ukur MWEP-SF
berkorelasi tinggi dengan alat ukur MWEP (Meriac dkk., 2013). Kelebihan alat
ukur MWEP-SF yaitu memiliki korelasi yang tinggi dengan variabel eksternal,
seperti job involvement, job satisfaction, commitment, Big Five Personality
factors dan needs, dimana pada alat ukur MWEP sebelumnya tidak mengukur
trait personal individu (Meriac dkk., 2013). Oleh sebab itu, alat ukur MWEP-SF
baik untuk mengukur work ethics karyawan di dalam organisasi.
2.2. Generasi
Pada bagian ini akan dijelaskan definisi generasi, kelompok Generasi X
dan Generasi Y, serta karakteristik yang dimiliki oleh kedua kelompok tersebut.
An identifiable group that shares birth years and significant life events at
critical developmental stages (Kupperschmidt, 2000, hal.19).
Universitas Indonesia
Tabel 2.2.
Generasi X
No. Tokoh (Tahun) Tahun Lahir Generasi X
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kelahiran tersebut karena berada pada titik tengah dari rentang waktu yang
diungkapkan oleh peneliti lain. Oleh sebab itu, peneliti merasa tepat jika
menggunakan rentang waktu menurut Keles (2011) untuk mendefinisikan
Generasi Y.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
security dan independency sebagai nilai utama dalam bekerja (Chen & Choi,
2008).
Ketiga, ada perbedaan persepsi pentingnya bekerja di dalam hidup pada
Generasi X dan Generasi Y (Gursoy dkk., 2008). Karyawan Generasi X
menempatkan kepentingan keluarga sebagai prioritas dalam bekerja. Hasil studi
dari Rajput dkk. (2012) menyatakan bahwa karyawan Generasi X lebih
mementingkan isu yang terkait dengan kehidupan mereka, seperti memiliki jadwal
bekerja yang fleksibel, memprioritaskan tempat kerja yang dekat dengan rumah,
dan memiliki stabilitas finansial agar dapat menghidupi keluarga. Sementara itu,
karyawan Generasi Y menempatkan perkembangan karir (career development)
sebagai hal utama yang harus dicapai (Rajput dkk., 2012). Karyawan Generasi Y
juga menempatkan waktu di saat tidak bekerja sebagai nilai utama. Ini karena
karyawan Generasi Y tidak menginginkan pekerjaan mendominasi hidup.
Generasi Y memandang bahwa bekerja harus dinikmati dan untuk membiayai
gaya hidup mereka (Rajput dkk., 2012).
Adanya tiga perbedaan tersebut mengindikasikan perbedaan sikap dan
keyakinan kedua generasi tentang pekerjaan atau work ethics (Miller dkk., 2002).
Meskipun demikian, hal tersebut belum dapat menjawab pertanyaan peneliti.
Arsenault (2004) dan McNamara (2005) menjelaskan bahwa setiap generasi unik
disebabkan karena adanya keyakinan, nilai, norma yang dibentuk oleh kejadian
historis dan signifikan yang mendominasi selama masa perkembangannya. Egri
dan Ralston (2004) mengatakan bahwa perbedaan keadaan sosial, ekonomi, dan
politik menyebabkan perbedaan pandangan dalam bekerja pada masing-masing
generasi. Berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh kedua generasi, peneliti
menduga akan ada perbedaan hasil penelitian saat ini mengenai perbedaan work
ethics antara karyawan Generasi X dan Generasi Y. Peneliti berusaha untuk
menemukan dimensi work ethics apa saja yang masing-masing dominan terdapat
pada karyawan Generasi X dan Generasi Y.
Universitas Indonesia
Pada bab ini, peneliti membahas mengenai variabel yang diteliti, hipotesis
penelitian, instrumen penelitian, tipe dan desain penelitian, responden penelitian,
teknik pengumpulan data, prosedur penelitian, hingga teknik analisis data yang
digunakan.
21
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
22
Tabel 3.1
Konstruk work ethics bersifat multi-dimensi memiliki tujuh skor total dari
setiap dimensi. Skor total masing-masing dimensi yang mungkin diperoleh
responden berkisar antara 4 (skor minimum) hingga 20 (skor maksimum).
Penilaian skala yang digunakan untuk item alat ukur Multi-dimensional Work
Ethics Profile Short Form (MWEP-SF) adalah 1 untuk “sangat tidak setuju”, 2
untuk “tidak setuju”, 3 untuk “netral”, 4 untuk “setuju”, dan 5 untuk “sangat
setuju”. Khusus penilaian skala pada dimensi leisure skor di-reverse menjadi 5
untuk “sangat tidak setuju”, 4 untuk “tidak setuju”, 3 untuk “netral”, 2 untuk
“setuju”, dan 1 untuk “sangat setuju”.
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
23
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
24
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
25
penelitian ini, peneliti tidak membatasi sektor industri tertentu. Selain itu,
responden diminta untuk memilih atau menuliskan jabatan atau posisi saat ini dan
lamanya menjabat di jabatan tersebut.
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
26
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
27
menyebarkan kuesioner secara online yaitu dengan google form dan secara offline
(hardcopy) pada sejumlah karyawan di beberapa perusahaan.
Peneliti melakukan uji reliabilitas masing-masing dimensi alat ukur MWEP-
SF. Koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha hasil uji coba pertama kali pada
masing-masing dimensi dapat dilihat pada Tabel 3.2. Untuk meningkatkan
reliabilitas alat ukur MWEP-SF, peneliti melakukan uji coba kedua kali pada 15
responden Generasi X dan 22 responden Generasi Y. Dapat dilihat peningkatan
koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha pada hasil uji coba kedua kali pada Tabel
3.2.
Tabel 3.2
Koefisien Reliabilitas Cronbach’s Alpha Alat Ukur MWEP-SF
Dimensi Nilai Hasil Uji Coba 1 Hasil Uji Coba 2
Self-reliance Reliabilitas 0,72 0,728
Korelasi antar- 0,61 – 0,739 0,614 - 0,788
item
Morality / Ethics Reliabilitas 0,678 0,69
Korelasi antar- 0,612 – 0,664 0,703 - 0,721
item
Leisure Reliabilitas 0,73 0,779
Korelasi antar- 0,643 – 0,699 0,741 - 0,765
item
Centrality of Work Reliabilitas 0,739 0,752
Korelasi antar- 0,641 – 0,735 0,666 - 0,771
item
Hard Work Reliabilitas 0,824 0,86
Korelasi antar- 0,717 – 0,82 0,729 - 0,898
item
Wasted Time Reliabilitas 0,605 0,643
Korelasi antar- 0,437 – 0,627 0,575 - 0,746
item
Delay of Reliabilitas 0,496 0,618
Gratification
Korelasi antar- 0,363 – 0,492 0,632 - 0,739
item
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
28
menyebutkan bahwa koefisien reliabilitas sebesar 0,6 sampai 0,8 dapat diterima.
Oleh sebab itu, berdasarkan perhitungan koefisien Cronbach’s Alpha dapat
dikatakan bahwa alat ukur dalam penelitian ini reliabel menurut Anastasi dan
Urbina (1997).
Peneliti melakukan revisi dalam pemberian instruksi. Ini dilakukan karena
pada saat uji coba pertama kali, beberapa butir pernyataan (nomor 6 dan nomor 8)
pada dimensi delay of gratification alat ukur MWEP-SF diduga menimbulkan
banyak interpretasi. Pada saat dilakukan uji coba kedua kali, reliabilitas pada alat
ukur meningkat seperti yang ada pada Tabel 3.2.
Peneliti juga melakukan revisi terhadap kata-kata pada butir pernyataan
nomor 6 dengan mengganti kata “membeli” menjadi “memperoleh” karena
dianggap kurang sesuai dengan terjemahan dari Bahasa Inggrisnya. Selain itu,
peneliti memutuskan untuk membuang butir pernyataan nomor 17 pada dimensi
wasted time karena nilai Cronbach’s Alpha akan meningkat menjadi 0,655. Oleh
sebab itu, total butir pernyataan di dalam alat ukur MWEP-SF yang digunakan di
dalam penelitian ini sebanyak 27. Butir-butir pernyataan yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat di Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
29
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
30
nomor 17 pada dimensi wasted time serta melakukan revisi kata-kata pada butir
nomor 6 dengan mengganti kata “membeli” menjadi “memperoleh”.
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
BAB 4
HASIL DAN ANALISIS
Pada bab ini, peneliti akan menjabarkan hasil penelitian dan hasil
pengolahan data secara statistik. Ada tiga bagian utama yaitu gambaran umum
subyek, analisis utama dan analisis tambahan.
31
Universitas Indonesia
Generasi X Generasi Y
Karakteristik
N % N %
Tahun Kelahiran 102 33,7 201 66,3
Jenis Kelamin
Laki-laki 68 66,6 98 48,7
Perempuan 34 33,4 103 51,3
Tingkat Pendidikan
SMP/Sederajat 0 0 1 0,4
SMA/Sederajat 19 18,6 30 14,9
Diploma 8 7,8 21 10,5
S1 61 59,8 139 69,3
S2 14 13,8 10 4,9
Lama Bekerja
<1 tahun 1 1 28 13,9
1 – 5 tahun 35 34,3 158 78,6
6 – 10 tahun 23 22,5 15 7,5
11 – 15 tahun 18 17,6 0 0
16 – 20 tahun 9 8,9 0 0
>20 tahun 16 15,7 0 0
Jabatan
Staf 46 45,1 157 78,2
Supervisor 27 26,5 24 11,9
Manajer 21 20,5 7 3,5
General Manajer 2 2 2 1
Direktur 2 2 1 0,5
Lain-lain 4 3,9 10 4,9
32
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
dalam penelitian ini merupakan karyawan Generasi Y. Pada aspek jenis kelamin,
jumlah responden penelitian lebih banyak laki-laki pada Generasi X. Sementara
itu, jumlah responden lebih banyak perempuan pada Generasi Y. Pada aspek
tingkat pendidikan, sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir S1
baik pada Generasi X dan Generasi Y. Pada aspek lama bekerja, sebagian besar
responden penelitian bekerja di perusahaan selama 1 - 5 tahun. Pada aspek
jabatan, sebagian besar responden merupakan staf. Pada aspek pengalaman
bekerja di perusahaan lain menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki pengalaman bekerja selama 1 – 5 tahun.
33
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
Tabel 4.2.
Hasil Perbedaan Skor Rerata Work Ethics pada Generasi X dan Generasi Y
Morality / Ethics
Generasi X 3 5 0,455 4,387 0,594
Generasi Y 3 5 0,452 4,417
Leisure
Generasi X 1,5 5 0,690 3,269 0,000*
Generasi Y 1 4,5 0,729 2,912
Centrality of Work
Generasi X 2,25 5 0,573 3,794 0,322
Generasi Y 1 5 0,602 3,723
Hard Work
Generasi X 2,5 5 0,581 4,157 0,914
Generasi Y 1,75 5 0,544 4,164
Wasted Time
Generasi X 3 5 0,513 4,062 0,176
Generasi Y 2,67 5 0,534 3,975
Delay of Gratification
Generasi X 1,5 4,75 0,703 2,980 0,047**
Generasi Y 1,5 5 0,671 3,145
34
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
gratification yang signifikan antara Generasi X dan Generasi Y dan perbedaan
dimensi delay of gratification dapat dijelaskan oleh generasi.
Peneliti melakukan pengujian post hoc effect size. Effect size merupakan
ukuran mengenai signifikansi praktis hasil penelitian yang berupa ukuran
besarnya korelasi atau perbedaan, atau efek dari suatu variabel pada variabel lain
(Cohen, 1988). Ukuran ini melengkapi informasi hasil analisis pada uji
signifikansi. Di dalam penelitian ini, uji effect size menggunakan acuan dari
Cohen (1988). Berdasarkan hasil uji indeks effect size (Cohen’s d) pada dimensi
leisure, didapatkan nilai d sebesar 0,502 (r=0,243) dan nilai d pada dimensi delay
of gratification sebesar 0,204 (r=0,119). Menurut Cohen (1988), besar nilai d 0 -
0,2 tergolong kecil dan nilai 0,3 < d < 0,5 tergolong sedang. Ini menandakan
bahwa perbedaan signifikansi skor kedua generasi pada dimensi leisure tergolong
sedang, namun pada dimensi delay of gratification tergolong kecil. Dapat
disimpulkan bahwa skor dimensi leisure pada Generasi X dan Generasi Y cukup
berbeda signifikan. Sementara, skor dimensi delay of gratification pada Generasi
X dan Generasi Y tidak cukup berbeda signifikan.
Sementara itu, pada dimensi hard work, centrality of work, self reliance,
wasted time dan morality/ethic secara statistik tidak berbeda signifikan antara
Generasi X dan Generasi Y (p>0.05). Hasil ini menolak hipotesis HA1, HA2, HA4,
HA5 dan HA6 yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan skor dimensi hard
work, centrality of work, self reliance, wasted time dan morality/ethic yang
signifikan antara Generasi X dan Generasi Y.
35
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
Tabel 4.3
Hasil Uji Multivariat terhadap Dimensi Work Ethics
Efek p-value
Tingkat Pendidikan
Pillai’s Trace 0,142
Wilks’Lambda 0,144
Hotelling’s Trace 0,145
Roy’s Largest Root 0,016
Lama Kerja
Pillai’s Trace 0,156
Wilks’Lambda 0,155
Hotelling’s Trace 0,154
Roy’s Largest Root 0,001
Level Jabatan
Pillai’s Trace 0,683
Wilks’Lambda 0,678
Hotelling’s Trace 0,674
Roy’s Largest Root 0,008
Pengalaman Kerja
Pillai’s Trace 0,031*
Wilks’Lambda 0,032*
Hotelling’s Trace 0,033*
Roy’s Largest Root 0,005
36
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
Tabel 4.4
Hasil Uji Parsial Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Dimensi Work Ethics
Dimensi p-value
Self-reliance 0,466
Morality / Ethics 0,069
Leisure 0,302
Centrality of Work 0,802
Hard Work 0,169
Wasted Time 0,097
Delay of Gratification 0,408
Berdasarkan Tabel 4.4, nilai signifikansi ketujuh dimensi work ethics, yaitu
hard work, centrality of work, self reliance, wasted time, delay of gratification,
leisure dan morality/ethic berada di atas 0,05 (p>0,05). Ini berarti bahwa
pengalaman kerja tidak signifikan mempengaruhi ketujuh dimensi pada Generasi
X dan Generasi Y. Dapat disimpulkan, pengalaman kerja tidak dapat menjelaskan
perbedaan work ethics pada kedua generasi.
37
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Bab ini terdiri dari tiga bagian, yaitu kesimpulan penelitian, diskusi hasil
penelitian serta saran. Kesimpulan merupakan jawaban pertanyaan penelitian dari
hasil pengolahan data. Diskusi penelitian terdiri dari diskusi hasil pengolahan data
analisis utama, diskusi analisis tambahan, dan diskusi metode penelitian. Saran
terdiri dari tigaa bagian yaitu saran teoritis dan metode penelitian sebagai acuan
untuk penelitian selanjutnya, serta saran praktis untuk menjawab fenomena.
5.1. Kesimpulan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan work ethics pada
masing-masing dimensi antara Generasi X dan Generasi Y. Berdasarkan hasil uji
statistik, lima hipotesis alternatif peneliti (HA1, HA2, HA4, HA5, dan HA6) ditolak.
Artinya, work ethics pada dimensi hard work, centrality of work, self reliance,
wasted time dan morality/ethic tidak berbeda signifikan pada Generasi X dan
Generasi Y. Sementara itu, hipotesis alternatif pada dimensi leisure dan delay of
gratification (HA3 dan HA7) diterima. Ini menandakan bahwa work ethics pada
dimensi leisure dan delay of gratification berbeda signifikan pada Generasi X dan
Generasi Y.
Berdasarkan rerata skor dimensi leisure, karyawan Generasi X memiliki
nilai mean yang lebih tinggi daripada nilai mean karyawan Generasi Y. Artinya,
karyawan Generasi X memiliki work ethics yang lebih tinggi daripada karyawan
Generasi Y, khususnya dalam hal pemanfaatan waktu luang. Hasil ini
menjelaskan bahwa karyawan Generasi X lebih mementingkan bekerja daripada
bersantai di waktu luang dibandingkan karyawan Generasi Y.
Berdasarkan rerata skor dimensi delay of gratification, karyawan Generasi
Y memiliki nilai mean yang lebih tinggi daripada nilai mean karyawan Generasi
X. Ini menandakan bahwa karyawan Generasi Y memiliki work ethics yang lebih
tinggi dibandingkan karyawan Generasi X dalam hal penundaan kepuasan sesaat
(instant gratification). Artinya, karyawan Generasi Y tidak ingin mendapatkan
reward yang hanya memberikan kepuasan sesaat dibandingkan karyawan
Generasi X. Dalam hal ini, karyawan Generasi Y lebih berorientasi pada masa
depan dan bekerja keras dengan harapan akan diberikan reward yang lebih besar
38
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
lagi dibandingkan karyawan Generasi X. Hasil uji r menunjukkan bahwa
perbedaan skor karyawan Generasi X dan Generasi Y pada dimensi leisure dan
delay of gratification tergolong kecil-sedang. Dapat disimpulkan, skor karyawan
Generasi X dan Generasi Y pada dimensi leisure dan delay of gratification tidak
terlalu cukup berbeda signifikan. Nilai d yang tidak cukup besar menyebabkan
peneliti tidak dapat menyimpulkan bahwa perbedaan tersebut mampu menjawab
masalah turnover pada karyawan Generasi Y.
Peneliti juga melakukan analisis data tambahan untuk memperkuat hasil
analisis utama dan mengetahui faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian. Hasil analisis tambahan menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
responden, jenis kelamin, pengalaman kerja di tempat lain serta level jabatan,
tidak signifikan mempengaruhi work ethics pada kedua generasi.
5.2. Diskusi
Pada bagian ini, peneliti akan mendiskusikan tiga hal yaitu hasil utama
penelitian, hasil tambahan penelitian serta metode penelitian. Peneliti akan
mendiskusikan aspek-aspek yang dapat menjelaskan hasil penelitian ini.
39
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
karyawan Generasi X tentang pentingnya bekerja keras. Hasil penelitian ini
berbeda dengan hasil dari Lancaster dan Stillman (2005).
Kedua, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
skor dimensi centrality of work yang signifikan pada Generasi X dan Generasi Y.
Dapat dikatakan bahwa kedua generasi memiliki keyakinan yang sama bahwa
bekerja merupakan kegiatan yang penting dan tidak terelakkan karena
memberikan arti dan tujuan pada hidup. Hasil ini sejalan dengan penelitian
Chalofsky (2003) yang menjelaskan bahwa Generasi X dan Generasi Y sama-
sama menganggap bahwa bekerja dapat memberikan arti dan tujuan pada hidup.
Kedua generasi sama-sama meyakini bahwa bekerja merupakan kegiatan yang
tidak terelakkan dan penting karena memberikan pemenuhan secara finansial dan
keamanan dalam hidup dan mencari job security. Hasil penelitian ini berbeda
dengan penelitian Logan (2008) yang mengungkapkan bahwa Generasi Y tidak
menganggap bahwa job security bukanlah hal utama yang dicari dalam bekerja.
Dapat disimpulkan bahwa kedua generasi sama-sama menempatkan bahwa job
security sebagai hal penting karena memberikan keamanan secara finansial.
Ketiga, tidak adanya perbedaan skor yang signifikan pada dimensi wasted
time menunjukkan bahwa kedua generasi menggunakan waktu kerja secara
efektif. Ini menunjukkan Generasi X dan Generasi Y membuat rencana dan
mengkoordinasikan aktivitasnya dengan baik agar tidak menyia-nyiakan waktu.
Dwan (2004) menjelaskan bahwa kedua generasi ini membuat rencana agar dapat
menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu (sebelum deadline) dan menghindari
berlama-lama berada di tempat kerja. Dapat disimpulkan bahwa Generasi X dan
Generasi Y memiliki keyakinan yang sama dalam memanfaatkan waktu secara
produktif.
Keempat, tidak adanya perbedaan skor yang signifikan pada dimensi
morality/ethic menunjukkan bahwa kedua generasi memiliki keyakinan yang
sama untuk memperlakukan orang lain sebagaimana dirinya ingin diperlakukan
dan tidak pernah mengambil hak orang lain. Ini sejalan dengan penelitian
McCortney dan Engels (2003) yang menjelaskan bahwa generasi yang lebih muda
memperbaharui keyakinan work ethics dan norma di tempat kerja. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa kedua generasi memiliki keyakinan yang sama pada
40
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
keadilan dan moral. Kelima, hasil penelitian pada dimensi self reliance
menunjukkan bahwa Generasi X dan Generasi Y sama-sama meyakini pentingnya
kemandirian dalam bekerja. Dapat disimpulkan bahwa kedua generasi sama-sama
memiliki keyakinan yang sama pada morality/ethic dan self reliance.
Adanya perbedaan yang signifikan pada dimensi delay of gratification
menunjukkan bahwa Generasi X dan Generasi Y berbeda dalam hal menunda
kepuasan. Hasil penelitian ini berbeda dengan Howe dan Strauss (2000) yang
menyatakan bahwa Generasi X dan Generasi Y sama-sama menginginkan
gratifikasi instan. Hasil penelitian ini juga berbeda dengan penelitian Solnet &
Hood (2008) tentang Generasi Y sebagai generasi yang menginginkan hal-hal
instan, seperti pemberian umpan balik dan lainnya, dibandingkan Generasi X.
Berdasarkan rerata skor dalam dimensi delay of gratification, dapat disimpulkan
bahwa Generasi X lebih menginginkan reward atau gratifikasi instan
dibandingkan Generasi Y.
Penelitian ini menunjukkan perbedaan dua dimensi (leisure dan delay of
gratification) yang secara statistik signifikan. Meski demikian, pada saat
dilakukan uji Cohen’s d, nilai yang didapatkan cenderung kecil hingga sedang.
Hasil ini kurang sesuai dengan dugaan peneliti. Peneliti menduga perbedaan skor
pada kedua dimensi tersebut akan besar.
Peneliti melakukan analisis tambahan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
apa saja yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Analisis dilakukan pada
bagian data kontrol kuesioner penelitian, yaitu tingkat pendidikan, jenis kelamin,
pengalaman bekerja di perusahaan lain, dan level jabatan. Berdasarkan hasil olah
data, tidak terdapat signifikansi faktor-faktor tersebut pada hasil penelitian ini.
Hasil ini cukup berbeda dengan penelitian yang telah ada sebelumnya, dimana
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi work ethics menurut Miller dkk, (dalam
Mann, 2010) antara lain tingkat pendidikan (education), pengalaman bekerja
(work experience), jenis kelamin dan level jabatan.
Peneliti berasumsi bahwa salah satu dari penyebab tidak terbuktinya lima
hipotesis di atas adalah kekurangan pada metode penelitian, yaitu saat
pengambilan data. Penyebab pertama adalah jumlah responden yang tidak
seimbang (Generasi Y 66,3% dan Generasi X 33,7%) diduga memengaruhi hasil
41
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
penelitian ini yang menyebabkan nilai rerata skor pada masing-masing generasi
menjadi tidak sama. Kedua, jumlah responden banyak pada sektor industri
tertentu. Peneliti lebih banyak mendapatkan responden yang bekerja di sektor
pertambangan (oil & mining) sehingga data yang diperoleh kurang representatif
pada sektor industri lainnya. Dugaan peneliti bahwa tuntutan tinggi dari
perusahaan pada sektor industri oil & mining mempengaruhi jawaban responden
pada beberapa dimensi seperti hard work, centrality of work, self-reliance, wasted
time, dan morality/ethics. Selain itu, komposisi penyebaran kuesioner yang tidak
seimbang menyebabkan peneliti tidak melakukan analisis mendalam berdasarkan
aspek industri untuk mengetahui signifikansi terhadap penelitian.
5.3. Saran
Pada bagian ini, peneliti memberikan saran yang dapat digunakan untuk
penelitian selanjutnya. Peneliti memberikan saran teoritis dan metodologis untuk
masukan bagi penelitian selanjutnya serta praktis berkaitan dengan hasil
penelitian.
42
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
lebih banyak dari sektor aneka industri. Diharapkan peneliti selanjutnya
dapat melakukan uji MANOVA untuk mengetahui perbandingan rerata skor
pada sektor industri.
2. Penelitian selanjutnya perlu memperhatikan keseimbangan jumlah
responden Generasi X dan Generasi Y. Pada penelitian ini, jumlah
responden karyawan Generasi X dan Y tidak seimbang.
43
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
DAFTARPUSTAKA
44
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
45
Cherrington, D. J. (1980). The work ethics: Working values and values that work.
New York: AMACOM.
Cohen, J. (1988). Statistical power analysis for the behavioral sciences (2nd ed.).
Hillsdale N. J.: Erlbaum Associates.
Deloitte Development. (2008). Generation Y: Powerhouse of the global economy.
Deloitte Consulting.
Deloitte Consulting LLP. (2009). Generation Y: Powerhouse of the Global
economy Restless Generation is a Challenge and a Huge Opportunity for
Employers. Diunduh dari http://www.deloitte.com.
DeMeuse, Kenneth P, PhD, & Mlodzik, K. J., Korn. (2010). A second look at
Generational differences in the workforce: Implications for HR and talent
management. People and Strategy, 33(2), 50-58. Diunduh 11 September
2014, dari
http://search.proquest.com/docview/763410781?accountid=17242.
D’Netto, B. (2010). Generation Y: Human resource management implication.
Published thesis, Catholic University of Australia, Australia. Diunduh dari
http://www.wbiconpro.com/452-Brian.pdf.
Dries, N., Pepermans, R., & De Kerpel, E. (2008). Exploring four generation’s
beliefs about career: Is “satisfied” the new “successful”?. Journal of
Managerial Psychology, 23, 907-928.
DuRrett, A. (2004). The Generation Y earthquake: Why care about Gen Y? It’s
the future of fitness. IDEA Health & Fitness Source, 22, 28-36. Diakses 5
November 2014, dari InfoTrac database.
Dwan, S. (2004). From one generation to the next: There is plenty of potential for
misunderstandings and communication breakdown between baby boomers
and the youngsters coming up behind them. NZ Business, 18, 40-41.
Diakses 16 Desember 2014, dari InfoTrac database.
Eaton, D. E. (2009). An investigation of generational differences in job
satisfaction in a bureaucratic environment. Dissertation Abstracts
International: Section A. Humanities and Social Sciences, 69(11), 4403.
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
46
Egri, C.P., Ralston, D.A., 2004. Generation cohorts and personal values: a
comparison of China and the United States. Journal of Organizational
Science, 15 (2), 210–220.
Eisner, S.P. (2005). Managing generation Y. S.A.M. Advanced Journal, 70 (4), 4.
Furnham, A. (1990). The Protestant work ethics: The psychology of work-related
beliefs and behaviors. London: Routledge.
Gonzalez, C. J. A. (2006). A causal comparative study of work ethics as a
function of generational cohorts. Diunduh pada 25 Oktober 2014, dari
ProQuest Dissertations and Theses database.
Hill, R., & Petty, G. (1995). A new look at selected employability skills: A factor
analysis of the occupational work ethic. Journal of Vocational Education,
20(4), 59-73.
Howe, N., & Strauss, W. (2000). Millennials rising: The next great generation.
New York: Vintage Books.
Jenkins, J. (2007). Leading the four generations at work. Diunduh 4 Oktober,
2014, dari http://www.amanet.org/movingahead/editorial.cfm?Ed=452
Kapoor, C. & Solomon, C. (2011). Understanding and managing generational
differences. Worldwide Hospitality and Tourism Themes, 3 (4), 308-318.
Keles, H. N. (2011). Y Kusagi Çalisanlarinin Motivasyon Profillerinin
Belirlenmesine Yönelik Bir Arastirma (English Version). Journal of
Organization and Management Studies, 3 (2), 129-139.
Kelloway, K.E., & Harvey, S. (1999). Learning to Work: The Development of
Work Beliefs. In Barling, J., & Kelloway, K.E. (Eds.), Young Workers:
Varieties of Experience. Washington: APA Books.
Kratz, H. (2013). Maximizing millenials: The who, how, and why of managing
Gen Y. Diunduh pada 3 September 2014, dari
http://www.onlinemba.unc.edu
Kumar, R. (1999). Research methodology: A step by step guide for beginners.
London: Sage Publications Ltd.
Kupperschmidt, B. (2000). Multigenerational employees: strategies for effective
management. The Health Care Manager, Vol. 19 No. 1, pp. 65-76.
Lancaster, L., & Stillman, D. (2002). Clashing Generations, Futurist, 36 (2), 59.
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
47
Lancaster, L., & Stillman, D. (2005). From a gold clock to founders’ stock
rewarding the generations. (Back Talk). In Potentials, 35, 26-27.
Lessnoff, M. H. (1994). The spirit of capitalism and the Protestant ethic: An
enquiry into the Weber thesis. Brookfield , VT: E. Elgar.
Levy, S., Frietas, A., Mendoza-Denton, R., & Kugelmass, H. (2006). Hurricane
Katrina’s Impact on African American‟s and European American‟s
Endorsement of the Protestant Work Ethic. Analyses of Social Issues and
Public Policy, 6(1), 75-85.
Lim, D., Woehr, D., You.Y., & Gorman, A. (2007). The Translation and
development of a Short Form of the Korean language Version of the
Multidimensional Work EthicProfile. Human Resource Development
International, 10, 319-331.
Logan, G. (2008). Anatomy of a Gen Y-er. Personnel Today, 24-25.
Mannheim, K. (1972). Essays on the Sociology of Knowledge. New York: Oxford
University Press.
Mann, M. J. (2010). A quantitative and qualitative analysis identifying
antecedents of work ethic beliefs and the relationship between work
ethics beliefs and in-role and extra-role work behavior: new work ethics
dimensions and scale introduced. Diunduh pada 25 Oktober 2014, dari
ProQuest Dissertations and Theses database.
Martin, C. A., & Tulgan, B. (2001). Managing Generation Y: Global citizens born
in the late seventies and early eighties. Amherst, MA: HRD Press.
McCortney, A., & Engels, D., (2003). Revisiting the work ethic in America.
Career Development Quarterly, 52, 132-141. Diakses 15 Desember 2014,
dari InfoTrac database.
McCrindle, M. (2006). Bridging the gap. Australia: McCrindle Research.
McMurray, A.J., & Scott, D. (2003). Work Values Ethic: A New Construct for
Measuring Work Commitment. Journal of American Academy of Business,
2(2), 505-509.
McNamara, S. (2005). Incorporating generational diversity. Association of
Operating Room Nurse. AORN Journal, 81, 1149-1153. Diunduh 6
November 2014, dari ProQuest database.
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
48
Meier, Justin, Austin, Stephen, F., & Crocker, M. (2010). Generation Y in the
workforce: Managerial Challenges. Journal of Human Resource and Adult
Learning, 6(1).
Meriac, J. P., Woehr, D. J., Gorman, C. A., & Thomas, A. L. E. (2013).
Development and validation of a short form for the multidimensional work
ethic profile. Journal of Vocational Behavior, 82, 155-164.
Meriac, J. P., Woehr, D. J., & Bannister, C. (2010). Generational differences in
work ethic: An examination of measurement equivalence across three
cohorts. Journal of Business Psychology, 25, 315–324. DOI
10.1007/s10869-010-9164-7.
Meriac, J. P., Poling, T., & Woehr, D. J. (2009). Are there gender differences in
work ethic? An examination of the measurement equivalence of the
multidimensional work ethic profile. Personality and Individual
Differences, 47, 209-213.
Millenial Branding. (2013). The Cost of Millenial Retention. Diunduh 3
September 2014, dari http://millenialbranding.com.
Miller, C. K., & Pierce Norton, M. (2003). Making God real for a new
generation: Ministry with millennials born from 1982-1999. Nashville,
TN: Discipleship Resources.
Miller, M. J. (1997). Work ethics: The development and evaluation of a
multidimensional measure. Diunduh 15 Oktober 2014, dari ProQuest
Dissertations and Theses database.
Miller, M. J., Woehr, D. J., & Hudspeth, N. (2002). The meaning and
measurement of work ethic: Construction and initial validation of a
multidimensional inventory. Journal of Vocational Behavior, 60, 451-489.
Mohammad, E. & Siva, N. (2008). Antecendents and consequences of financial
analyst turnover. Review of Accounting & Finance, 7, 355-371.
DOI:10.1108/14757700810920766
Pham, V. H., Case, J., Miyake, L., &Gil, S. (2008). The gen Y perceptions study.
Diunduh 26 September 2014, dari
http://campusapps2.fullerton.edu/career/pdf/Gen_Y.pdf.
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
49
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
50
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
51
LAMPIRAN
Cronbach's N of Items
Alpha
,707 4
Item Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
,646 4
Item Statistics
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
52
Cronbach's N of Items
Alpha
,686 4
Item Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
,674 4
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
53
Cronbach's N of Items
Alpha
,530 3
Item Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
,732 4
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
54
Cronbach's N of Items
Alpha
,647 4
Item Statistics
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
55
Lama_kerja
Status_kepegawaian
Gaji
Rp 11.000.000,00 - Rp
45 14,9 14,9 93,4
Valid 20.000.000,00
Rp 21.000.000,00 - Rp
13 4,3 4,3 97,7
30.000.000,00
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
56
Nama_jabatan
Pendidikan terakhir
SMP/Sederajat 1 ,3 ,3 ,3
Generasi
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
57
Pengalaman_kerja
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
58
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
59
F Sig. t df
Lower Upper
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
60
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
61
F Sig. t df
Lower Upper
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
62
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
63
Group Statistics
F Sig. t df
Lower
Upper
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
64
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
65
F Sig. t df
Lower
Upper
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
66
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
67
F Sig. t df
Lower
Upper
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
68
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
69
F Sig. t df
Lower Upper
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
70
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
71
F Sig. t df
Lower
Upper
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
72
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
73
Box's M 243,432
F 1,185
df1 140
df2 4163,240
Sig. ,071
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
74
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
75
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
76
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014
77
27
AV_SR 122,046 ,437
9
27
AV_WT 74,179 ,266
9
30
AV_HW 5341,250
3
30
AV_COW 4359,563
3
30
AV_ME 5945,938
3
30
Total AV_L 2950,250
3
30
AV_DOG 3034,813
3
30
AV_SR 4451,750
3
30
AV_WT 4942,889
3
30
AV_HW 93,326
2
30
AV_COW 106,122
2
30
AV_ME 61,804
2
30
Corrected Total AV_L 162,920
2
30
AV_DOG 141,862
2
30
AV_SR 136,264
2
30
AV_WT 84,216
2
Universitas Indonesia
Perbedaan work ethics pada..., Yudith Gunawan, F.PSIKOLOGI UI, 2014