Anda di halaman 1dari 43

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udara merupakan suatu komponen yang membentuk atmosfer bumi dan

berperan penting dalam kehidupan makhluk hidup. Udara dapat dibagi menjadi

dua yaitu udara luar ruangan (outdoor air) dan udara dalam ruangan (indoor air).

Mengingat hampir 90% aktivitas manusia di dalam ruangan, EPA (Environmental

Protection Agency of America) menyebutkan kualitas udara dalam ruangan 2-5

kali lebih buruk dibandingkan udara di luar ruangan.1 Dengan kualitas udara yang

buruk dapat menimbulkan pencemaran udara di dalam ruangan sehingga

berdampak pada kesehatan dan kenyamanan seseorang yang berada di dalamnya.2

Sumber pencemaran udara dalam ruangan berasal dari bioaerosol.

Bioaerosol dikenal sebagai mikroorganisme yang tersebar dalam ruangan.3

Mikroorganisme dapat berupa kapang, fungi, protozoa, virus dan bakteri. Dampak

bioaerosol terhadap kesehatan yaitu dapat menimbulkan berbagai gejala penyakit

seperti penyakit infeksi, efek toksik akut, alergi, sindrom saluran pernafasan akut

berat, dan kanker sebagai ancaman terberatnya.4 Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi keberadaan bioaerosol yaitu suhu, kelembaban, pencahayaan,

kepadatan hunian, sistem ventilasi, serta sifat dan aktivitas individu.1,5

Bentuk fasilitas pelayanan kesehatan yang paling umum digunakan adalah

pendingin ruangan berupa AC (Air Conditioner).


2

AC dirancang sepenuhnya untuk melindungi penghuninya dari kontak

langsung dengan lingkungan luar. Dengan sistem pengkondisian udara yang

mampu mengatur suhu dan kelembaban udara, hal ini dapat meningkatkan

kenyamanan dan produktivitas belajar serta mengurangi pencemaran melalui

saringan udara yang terdapat di dalamnya.6 Namun, AC yang jarang dibersihkan

dan tidak terawat dengan baik menjadi tempat nyaman berkembang biaknya

bakteri sehingga berimplikasi pada penurunan kesehatan dan aktivitas manusia.2

Berdasarkan data hasil penelitian di Taiwan melaporkan bahwa pada

beberapa ruang publik dijumpai jenis bakteri Staphylococcus spp, Micrococcus

spp., Corynebacterium spp.,dan Bacillus spp. Sedangkan untuk jenis jamur

Penicillium spp., Cladosporium spp., dan Aspergillus spp.7

Menurut data negara Eropa dan Amerika melaporkan dijumpai

organisme seperti Legionella pneumophilla, Streptococcus pneumonia, Bacillus

spp, Penicillium pneumocystis, Carinii, Aspergillus, Rhizopus, Fusarium, dan

Alternaria yang terdapat di saringan udara AC.8

Penelitian dari Brazil dengan membandingkan bakteri di AC pada

auditorium publik, rumah sakit, perusahaan dan pusat perbelanjaan dijumpai

bakteri coccus gram positif (22,22%), bakteri basil gram positif (59,26%), bakteri

basil gram negatif (18,52%) pada auditorium publik; bakteri coccus gram positif

(34,80%), bakteri basil gram positif (40,30%), bakteri basil gram negatif (24,90%)

pada rumah sakit; bakteri coccus gram positif (50,89%), bakteri basil gram positif

(23,96%), bakteri basil gram negatif (25,15%) pada perusahaan; bakteri coccus

gram positif (38,63%), bakteri basil gram positif (44,78%), bakteri basil gram
3

negatif (16,59%) pada pusat perbelanjaan. Sedangkan pada jamur sebagian besar

dijumpai berasal dari Divisio Deuteromycota seperti Penicillum, Aspergillus,

Eurotium, Wallemia, Cladosporium dan Alternaria.9

Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka peneliti ingin mengetahui

apa saja bakteri yang ditemukan pada AC (Air Conditioner) di ruangan FK

UMSU.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan bagaimanakah

gambaran bakteri dan jamur pada AC di ruangan FK UMSU ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran bakteri

dan jamur pada AC di ruangan FK UMSU.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui gambaran bakteri dan jamur pada AC di ruangan kuliah

2. Untuk mengetahui gambaran bakteri dan jamur pada AC di Laboratorium

3. Untuk mengetahui gambaran bakteri dan jamur pada AC di ruangan KKD

4. Untuk mengetahui gambaran bakteri dan jamur pada AC di ruangan SGD


4

1.4 Manfaat Penelitian

 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang bakteri

dan jamur yang terdapat pada pendingin ruangan (AC / Air Conditioner).

 Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan atau referensi untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang mikrobiologi terutama bakteri dan

jamur yang terdapat pada AC.

1.5 Hipotesa

Hipotesa pada penelitian ini adalah adanya keberagaman jenis spesies

bakteri dan jamur yang ditemukan pada pendingin ruangan (AC/ Air Conditioner)

.
5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 AC

AC (Air Conditioner) adalah suatu peralatan elektronik yang mengatur

sirkulasi udara dalam ruangan sehingga memberikan kenyamanan pada makhluk

hidup di dalamnya.10

2.1.1 Komponen AC

a. Kompresor

Kompresor berfungsi untuk memompakan refrigerant yang berbentuk gas

agar tekanannya meningkat sehingga mengakibatkan temperaturnya meningkat.11

b. Kondensor

Kondensor berfungsi untuk menyerap panas pada refrigerant yang telah

dikompresikan oleh kompresor dan mengubah refrigerant yang berbentuk gas

menjadi cair.11
6

c. Dryer/receiver

Dryer/receiver berfungsi untuk menampung refrigerant cair untuk

sementara yang untuk selanjutnya mengalirkannya ke evaporator melalui

expansion valve.11

d. Expansion valve

Expansion valve berfungsi untuk mengabutkan refrigerant kedalam

evaporator agar refrigerant cair dapat segera berubah menjadi gas. 11

e. Evaporator

Evaporator berfungsi untuk menyerap panas dari udara melalui sirip-sirip

pendingin evaporator sehingga udara tersebut menjadi dingin.11

f. Blower/ Fan

Blower/ fan berfungsi untuk meniup atau menghembuskan udara melewati

sirip-sirip evaporator .11

g. Filter (Saringan)

Filter digunakan untuk menyaring debu atau kotoran yang dialirkan

melewatinya.11

i. Thermostat

Thermostat berfungsi untuk mengatur suhu ruang sesuai dengan duhu

yang dikehendaki.11
7

j. Air Duct (Saluran Udara)

Air duct berfungsi untuk mengalirkan udara terkondisi ke tempat yang

dituju secara terprogram.11

k. Pipa kondensat

Pipa kondensat berfungsi untuk mengalirkan air hasil kondensasi dari

evaporator secara gravitasi ke arah pembangunan yang direncanakan.11

l. Supply Air Diffuser (SAD)

Supply Air Diffuser merupakan kisi-kisi tempat udara keluar dari mesin

dan memasuki ruangan yang dikondisikan.11

m. Return Air Grille (RAG)

Merupakan kisi-kisi udara ruang kembali terhisap ke uni AC (Air

Conditioner) untuk diambil panasnya atau didinginkan.11

n. Manifold gauge

Manifold gauge berfungsi untuk mengosongkan atau mengisi refrigerant.

Selain untuk juga digunakan untuk mendeteksi kerusakan-kerusakan yang terjadi

pada sistem AC. 11

o. Refrigerant

Refrigerant merupakan media yang berbentuk senyawa yang digunakan

dalam siklus panas yang mengalami perubahan fasa dari gas ke cair atau

sebaliknya .11
8

p. Pelumas kompresor

Pelumas kompresor berfungsi untuk melumasi bantalan-bantalan serta

bidang permukaan yang saling bergesekan agar tidak terjadi kerusakan atau

keausan.11

o. Freon

Freon merupakan fluida atau zat pendingin yang berperan penting dalam

kulkas. Freon termasuk dalam pendingin buatan yaitu hidro, chloro, fluoro dan

carbo.12

2.1.2 Klasifikasi AC

a. AC Window

Merupakan pendingin yang relatif murah untuk kapasitas kecil, mudah

digunakan dan mudah pemasangannya. Cocok digunakan untuk ruangan yang

kecil.

b. Sistem Split

Terbagi atas 2 unit yaitu satu dibagian luar ruangan (outdoor unit) yang

berisi kondensor dan kompresor dan satu di dalam ruangan (indoor unit) berisi

evaporator dan kipas udara. Untuk AC split dengan kapasitas besar, unit pada

sistem ini untuk mengalirkan udara dingin dibantu dengan sistem ducting,

sehingga jangkauannya lebih luas dan merata.


9

c. AC Sentral

AC Sentral biasa digunakan di hotel, mall, gedung-gedung dengan

ruangan yang banyak. Dalam sistem ini refrigerant yang digunakan tetap sama,

tetapi untuk mendistribusikan ke FCU dan AHU digunakan air dingin (chilled

water) dengan suhu sekitar 5°C. Air dingin dihasilkan oleh chiller (mesin

penghasil air dingin yang juga menggunakan refrigerant sebagai zat pendingin).

AC Sentral mempunyai dua unit terpisah, yaitu indoor unit (evaporator)

dan outdoor unit (kompresor dan kondensor).11

2.1.3 Perawatan (Maintenance) AC Split

Menurut Assauri (2004) jenis perawatan yaitu :

1) Perawatan Terencana (Planned Maintenance)

Merupakan perawatan yang dilakukan secara terorganisasi dan

sesuai dengan rencana perawatan yang telah dibuat sebelumnya.

Perawatan ini dibedakan menjadi dua yaitu Preventive Maintenance dan

Corrective Maintenance.

2) Perawatan Tak Terencana (Unplanned Maintenance)

Merupakan perawatan darurat atau perawatan yang perlu segera

dilakukan untuk mencegah akibat yang lebih serius.

Komponen AC harus mendapat perawatan yang dapat dijadwalkan baik

bulanan maupun tiap 3 – 4 bulanan. Tujuannya agar komponen AC tetap

berfungsi dengan baik dan dapat mengontrol kegiatan pemeliharaan.13


10

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi kualitas udara dalam ruangan

Kualitas udara dalam ruangan dipengaruhi oleh bahan bangunan (misal:

asbes), struktur bangunan (misal: ventilasi), bahan pelapis furnitur, elemen

interior, fasilitas pendingin ruangan, kepadatan hunian, kualitas udara luar rumah

(ambient air quality), radiasi dari Radon (Rd), formaldehid, debu, dan

kelembaban yang berlebihan, pencemar biologi (mikroorganisme).

Selain itu, kualitas udara juga dipengaruhi oleh kegiatan dalam ruangan

seperti penggunaan energi tidak ramah lingkungan, penggunaan sumber energi

yang relatif murah seperti batubara dan biomasa (kayu, kotoran kering dari hewan

ternak, residu pertanian), perilaku merokok dalam ruang, penggunaan pestisida,

penggunaan bahan kimia pembersih, dan kosmetika.14,15

2.1.5 Persyaratan kualitas udara dalam ruangan

Persyaratan kualitas udara dalam ruang meliputi :

a. Kualitas fisik, terdiri dari parameter: partikulat (Particulate Matter/ PM2,5

dan PM10), suhu udara, pencahayaan, kelembaban, serta pengaturan dan

pertukaran udara (laju ventilasi).

No. Jenis Parameter Satuan Kadar yang

dipersyaratkan

1 Suhu °C 18 – 30

2 Pencahayaan Lux Minimal 60

3 Kelembaban % Rh 40 – 60
11

4 Laju Ventilasi m/dtk 0,15 – 0,25

5 PM2,5 μg/m3 35 dalam 24 jam

6 PM10 μg/m3 ≤ 70 dalam 24 jam

b. Kualitas kimia, terdiri dari parameter: Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen

dioksida (NO2), Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Timbal

(Plumbum=Pb), asap rokok (Environmental Tobacco Smoke/ETS), Asbes,

Formaldehid (HCHO), Volatile Organic Compound (VOC).

No. Jenis Parameter Satuan Kadar Keterangan

maksimal yang

dipersyaratkan

1 Sulfur dioksida (SO2) Ppm 0,1 24 jam

2 Nitrogen dioksida (NO2) Ppm 0,04 24 jam

3 Carbon monoksida (CO) Ppm 9,00 8 jam

4 Carbondioksida(CO2) Ppm 1000 8 jam

5 Timbal (Pb) μg/m3 1,5 15 menit

6 Asbes serat serat/ml 5 Panjang serat 5μ

7 Formaldehid (HCHO) Ppm 0,1 30 menit

8 Volatile Organic Ppm 3 8 jam

Compound (VOC)

9 Environmental Tobaco μg/m3 35 24 jam

Smoke (ETS)
12

c. Kualitas biologi terdiri dari parameter: bakteri dan jamur.

No. Jenis Parameter Satuan Kadar maksimal

1 Jamur CFU/m3 0 CFU/m3

2 Bakteri pathogen CFU/m3 0 CFU/m3

3 Angka kuman CFU/m3 < 700 CFU/m3

Catatan :

- CFU= Coloni Form Unit

- Bakteri patogen yang harus diperiksa : Legionela, Streptococcus aureus,

Clostridium dan bakteri patogen lain bila diperlukan.15

2.1.6 Dampak bagi kesehatan

Bangunan yang menggunakan AC (Air Conditioner) selalu berkaitan

dengan kejadian SBS (Sick Building Syndrome). SBS merupakan sekumpulan

gejala yang disebabkan oleh karena buruknya kualitas udara ruangan. Gejalanya

tidak khas dan biasanya berkaitan dengan waktu yang dihabiskan seseorang di

dalam ruangan (≥ 8 jam).16 Adapun tanda dan gejala dari SBS meliputi mata

pedih, merah, berair, sakit kepala, batuk, pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin,

rongga mulut sakit, rongga mulut kering, badan panas dingin, mual, tidak nafsu

makan, lesu, kelelahan, pegal-pegal anggota tubuh dan kulit gatal.17


13

2.2 Bakteri

Bakteri adalah salah satu golongan prokariotik (tidak memiliki selubung

inti). Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki informasi genetik berupa

DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam tempat khusus (nukleus) dan tidak ada

membran inti.18

2.2.1 Morfologi Bakteri

Bakteri memiliki bentuk yang bervariasi, seperti bulat (kokus),

melengkung (kurva), spiral dan batang (basil). Secara umum, bakteri dapat dibagi

menjadi dua kelompok besar berdasarkan reaksi pulasan Gram yang

mencerminkan struktur dinding sel bakteri. Sebagian bakteri akan berwarna

biru/hitam (Gram-positif), dan yang lainnya akan berwarna merah (Gram-

negatif).19
14

2.2.2 Identifikasi Bakteri

Terdapat beberapa cara untuk identifikasi bakteri antara lain :

a. Pemeriksaan Mikroskopis

Pemeriksaan langsung digunakan untuk mengamati pergerakan,

dan pembelahan secara biner, mengamati bentuk dan ukuran sel yang

alami, yang pada saat mengalami fiksasi panas serta selama proses

pewarnaan mengakibatkan beberapa perubahan.

b. Pembiakan Bakteri

Pembenihan atau media yaitu campuran bahan-bahan tertentu yang

dapat menumbuhkan bakteri, jamur ataupun parasit, pada derajat

keasaman dan inkubasi tertentu. Pembiakan diperlukan untuk mempelajari

sifat bakteri untuk dapat mengadakan identifikasi, determinasi, atau

differensiasi jenis-jenis yang ditemukan. Medium pembiakan terdiri dari :

1) Medium pembiakan dasar

Pembiakan dasar adalah medium pembiakan sederhana yang

mengandung bahan yang umum diperlukan oleh sebagian besar

mikroorganisme dan dipakai juga sebagai komponen dasar untuk membuat

medium pembiakan lain. Medium ini dibuat dari 3 g ekstrak daging, 5 g

pepton dan 1000 ml air. Dinamakan juga bulyon nutrisi . Dengen

penambahan 15 agar-agar diperoleh apa yang dinamakan agar nutrisi atau

bulyon agar.
15

2) Medium pembiakan penyubur (Euriched Medium)

Medium pembiakan penyubur dibuat dari medium pembiakan

dasar dengan penambahan bahan lain untuk mempersubur pertumbuhan

bakteri tertentu yang pada medium pembiakan dasar tidak dapat tumbuh

dengan baik. Untuk keperluan ini ke dalam medium pembiakan dasar

sering ditambahkan darah, serum, cairan tubuh, ekstrak hati dan otak.

3). Medium pembiakan selektif

Medium pembiakan selektif digunakan untuk menyeleksi bakteri

yang diperlukan dari campuran dengan bakteri-bakteri lain yang terdapat

dalam bahan pemeriksaan. Dengan penambahan bahan tertentu bakteri

yang dicari dapat dipisahkan dengan mudah. Medium pembiakan ini

berdasarkan pada sifat kerjanya dapat dibedakan dalam :

a. Selektivitas karena perbedaan tumbuh

b. Selektivitas karena penghambatan.

Medium pembiakan selektif dalam pemakaiannya diberi

bermacam-macam bentuk yang sesuai dengan tujuannya, yaitu sebagai

berikut :

a. Bentuk medium cair

b. Bentuk medium padat dengan penambahan agar-agar atau gelatin


16

Yang termasuk ke dalam media selektif dan differensial diantaranya :

Agar Garam Mannitol

Mengandung konsentrasi garam tinggi (7,5% NaCl), yang dapat

menghambat pertumbuhan kebanyakan bakteri, kecuali Staphylococcus.

Media ini juga mengadakan fungsi differensial karena mengandung

karbohidrat mannitol, dimana beberapa Staphylococcus dapat melakukan

fermentasi, “phenol red” (pH indikator) digunakan untuk mendeteksi

adanya asam hasil fermentasi manitol. Staphylococcus ini memperlihatkan

suatu zona berwarna kuning di sekeliling pertumbuhannya,

Staphylococcus yang tidak melakukan fermentasi tidak akan menghasilkan

perubahan warna.

Agar Darah

Darah dimasukkan ke dalam medium untuk memperkaya unsur

dalam pembiakan mikroorganisme terpilih seperti Streptococcus sp. Darah

juga akan memperlihatkan sifat hemolysis yang dimiliki Streptococcus.

a) Gamma hemolisis : tidak terjadi lisis sel darah merah, tidak adanya

perubahan medium di sekitar koloni

b) Alpha hemolisis : terjadi lisis sel darah merah dengan reduksi

hemoglobin menjadi metahemoglobin menghasilkan

lingkaran kehijauan sekitar pertumbuhan bakteri.


17

c) Beta hemolisis : terjadi lisis sel darah merah dilengkapi kerusakan dan

penggunaan hemoglobin oleh mikroorganisme menghasilkan zona bening

sekeliling koloni.

Agar McConkey

Menghambat pengaruh kristal ungu terhadap pertumbuhan bakteri

Gram positif, selanjutnya bakteri Gram-negatif dapat diisolasi. Medium

dilengkapi dengan karbohidrat (laktosa), garam empedu, dan “neutral red”

sebagai pH indikator yang mampu membedakan bakteri enterik sebagai

dasar kemampuannya untuk memfermentasi laktosa (Kusnadi, 2003).

c. Uji Biokimia

Sifat metabolisme bakteri dalam uji biokimia biasanya dilihat dari

interaksi metabolit-metabolit yang dihasilkan dengan reagen-reagen kimia. Selain

itu dilihat kemampuannyamenggunakan senyawa tertentu sebagai sumber karbon

dan sumber energi. Adapun uji biokimia yang sering dilakukan yaitu :

1. Uji SIM (Sulfat Indol Motility)

Hasil yang diperoleh pada uji ini adalah positif, hal ini terlihat

adanya penyebaranyang berwarna putih seperti akar disekitar inokulasi.

Hal ini menunjukan adanyapergerakan dari bakteri yang diinokulasikan,

yang berarti bahwa bakteri ini memilikiflagella. Dari uji juga terlihat ada

warna hitam, yang berarti bakteri ini menghasilkan Hidrogen Sulfat (H2S).

2. Uji TSIA

Triple Sugar Iron Agar medium, biasanya digunakan untuk

konfirmasi pengujian E. coli dan dapat digunakan untuk identifikasi


18

bakteri gram negatif yang memfermentasi dekstrosa/laktosa/sukrosa dan

produksi H2S. Dari fungsi tersebut media ini dapat diusulkan untuk

konfirmasi Salmonella dan memilahkan dari Pseudomonas yang tumbuh

pada media lain BSA dan BGA. Terjadinya fermentasi dekstrosa oleh

Salmonella akan menurunkan pH menjadi asam. Kondisi ini akan

menyebabkan perubahan phenol red (media merah) menjadi kuning.

Sedangkan Pseudomonas karena tidak mampu memfermentasi dekstrosa,

maka media akan tetap berwarna merah. Dengan demikian media ini dapat

dengan mudah memilah Salmonella dari Pseudomonas.

3. Uji Simmon Sitrat

Simmon sitrat atau nama lainnya Simmons Citrate Medium

mengandung amonium dihidrogen fosfat, natrium klorida, natrium sitrat.

Magnesium sulfat, agar, bromtimol biru, aquades dan memiliki pH 6,9.

4.Uji Motilitas

Uji motilitas dilakukan untuk membedakan bakteri motil dan non

motil. Motilitas bakteri dapat diamati dari pertumbuhan bakteri pada

media. Prosedurnya, inokulasi bakteri pada media SIM (Sulfida Indol

Motility) dilakukan secara aseptis dengan menusukkan jarum ose steril

yang mengandung isolat bakteri lurus ke dalam tabung. Kemudian di

inkubasi selama 24 jam.


19

5. Uji Indol

Uji Indol dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri

menghasilkan Indol dari asam amino triptophan, inokulum bakteri diambil

dengan ose steril, kemudian diinokulasi ke media SIM , lalu diinkubasi

selama 24-48 jam.20

d. API 20 E

Analytical Profile Index (API) merupakan sistem identifikasi untuk

Enterobacteriaceae dan batang Gram-negatif non-kritis lainnya. API 20 E adalah

sistem identifikasi yang telah distandarkan yang mana menggunakan 20 miniatur

tabung atau sumur untuk uji biokimia mikroorganisme dan sebuah database.

Semua data yang telah didapat pada ke-20 miniatur tabung atau sumur tersebut

dimasukkan ke dalam tabel identifikasi sehingga spesies bakteri dapat diketahui.21

2.2.3 Klasifikasi Bakteri

Klasifikasi bakteri patogen Gram positif19

BAKTERI GRAM-POSITIF

Pengelompokan Pertumbuhan Genus Contoh spesies

Aerob/Anaerob yang penting

secara klinis

Kokus Gram-

positif

Berkelompok Keduanya Staphylococcus S.aureus,


20

S.epidermidis,

S.saprophyticus

Rantai/berpasangan Keduanya Streptococcus S.pneumoniae,

S.pyogenes,

Enterococcus

faecalis

Bujur sangkar Keduanya Micrococcus

Rantai Anaerob Peptococcus dan

Peptostreptococcus

Basil Gram-positif

Berspora Aerob Bacillus B.anthracis,

B.cereus

Tidak membentuk Keduanya Corynebacterium C.diphteriae

spora Listeria L.monocytogenes

Aerob/mikroaerofilik Lactobacillus

Anaerob/mikroaerofilik Clostridium

Berspora Anaerob Clostridum C.difficile,

C.botulinum,

C.tetani,

C.perfringens.

Tidak membentuk Anaerob Propionibacterium P.acnes

spora

Bercabang Anaerob Actinomyces A.israeli


21

Aerob Nocardia N.asteroides

Klasifikasi bakteri patogen Gram Negatif19

BAKTERI GRAM-NEGATIF

Bentuk Pertumbuhan Pengelompokan Genus Contoh spesies

Aerob/anaerob utama yang penting

secara klinis

Kokus Aerob Neisseria N.gonorrhoeae

N.meningitidis

Kokus Anaerob Veillonella

Basil Enterobacteriaceae Enterobacter E.chloaceae

(Koliform) Escheria E.coli

Klebsiella K.pneumoniae

Salmonella S.typhimurium

Serratia S.marcescens

Shigella S.sonnei

Yersinia Y.enterocolica

Basil Aerob Pseudomonas P.aeruginosa

Bentuk Keduanya Vibrio Vibrio V.parahaemolyticus

koma V.cholerae

Campylobacter C.jejuni

Helicobacter H.pylori
22

Basil Bervariasi Parvobakteri Bordetella B.pertussis

sesuai genus Brucella B.abortus

Haemophilus H.influenza

H.parainfluenza

Pasteurella P.multocida

Basil Aerob Legionella L.pneumophila

Basil Anaerob Bacteroides B.fragilis

Fusobacterium
23

2.3 Jamur (Fungi)

Jamur adalah organisme eukariotik, memiliki sedikitnya satu nukleus,

memiliki membran inti, retikulum endoplasma, mitokondria dan apparatus

sekretori. Mayoritas fungi hidup secara aerob obligat atau aerob fakultatif dan

kemotropik dengan cara mengeluarkan enzim degradasi untuk mencerna berbagai

substrat organik mengubahnya menjadi nutrien yang larut dan secara pasif atau

transport aktif akan masuk ke dalam sel fungi.18

2.3.1 Morfologi jamur

Fungi tumbuh dalam dua bentuk morfologi dasar yaitu ragi ( yeast) dan

kapang (mold).

Pertumbuhan dalam bentuk mold berasal dari koloni multisel filamentosa.

Filamen ini berupa tubulus bercabang yang disebut hifa (hyphae) dengan diameter

antara 2-10 μm. Kondensasi untai hifa yang terbentuk selama pertumbuhan aktif

disebut mycelium. Sebagian hifa tampak jelas sel-selnya terpisah oleh septa, yang

khas terlihat selama periode pembentukan hifa. Zygomycetes memproduksi hifa


24

yang hampir tidak bersepta. Hifa yang mempenetrasi medium dan menyerap

nutrien disebut hifa vegetatif (substrate hyphae). Sebaliknya aerial hyphae

menonjol ke permukaan mycelium dan merupakan struktur reproduktif.

Ragi adalah sel tunggal umumnya berbentuk sferis dengan diameter antara

3-15 μm. Mayoritas ragi bereproduksi dengan cara bertunas (budding). Beberapa

spesies memproduksi tunas yang gagal memisah dan jadi memanjang seperti

rantai yang disebut pseudohyphae. Koloni ragi umumnya lembut, opaque,

berukuran 1–3 mm, cream-colored. Semua fungi memiliki dinding yang kaku

(rigid) yang menjaga keutuhan bentuknya. Dinding sel tersebut berupa lapisan

karbohidrat yaitu rantai panjang polisakarida dan ditambah glikoprotein serta

lipid. Beberapa fungi memiliki dinding sel dengan zat tambahan melanin

yang diduga berperan sebagai salah satu faktor virulen.

Selain dalam bentuk vegetatif, fungi dapat membentuk spora untuk

meningkatkan daya survival. Spora dapat terbentuk pada fase reproduksi seksual

maupun aseksual.18

2.3.2 Sifat hidup jamur

Jamur pada dasarnya bersifat heterotrof yaitu organisme yang dapat menyerap

zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miselium untuk memperoleh

makanannya, dan kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Semua zat

seperti karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya diperoleh dari

lingkungannya. Jamur dapat bersifat :


25

 Parasit obligat

Jamur jenis ini hanya dapat hidup pada inangnya dan tidak dapat

hidup di luar inangnya.

 Parasit fakultatif

Jamur jenis ini dapat hidup di luar inangnya. Jamur jenis ini

bersifat parasit jika hidup pada inang yang sesuai dan bersifat saprofit jika

hidup pada inang yang tidak sesuai.

 Saprofit

Jamur yang bersifat saprofit dan dapat melapukkan zat organik

seperti pada kayu tumbang dan buah jatuh. Selain itu, hifa dapat juga

menyerap secara langsung bahan-bahan organik dalam bentuk sederhana

yang dikeluarkan oleh inangnya.

2.3.3 Klasifikasi jamur

Klasifikasi jamur (fungi) didasarkan pada mekanisme dan spora yang

berasal dari reproduksi sekdual, yang pada sebagian besar keadaan, melibatkan

strain yang dapat berpasangan, menjalani fusi dan meiosis nuclear, dan pertukaran

informasi genetik.

Jamur (fungi) dibagi dalam 4 kelompok utama :

 Zygomycotina (Phycomycetes)

Reproduksi seksual menghasilkan zigospora; reproduksi aseksual terjadi

melalui sporangia. Hifa vegetative bersepta jarang.


26

Contoh : Rhizopus, Absidia, Mukor, Pilobolus.

 Ascomycotina (Ascomycetes)

Reproduksi seksual melibatkan kantong atau askus, tempat terjadinya

kariogami dan meiosis, menghasilkan askospora. Reproduksi aseksual

terjadi melalui konidia. Kapang mempunyai hifa bersepta.

Contoh : Penicillum, Piedraia hotai, Saccharomyces cerevisiae,

Aspergillus nigera, Ajellomyces, Artroderma.

 Basidiomycotina (Basidiomycetes)

Reproduksi seksual menghasilkan 4 basidiospora progeni yang ditunjang

oleh basidium berbentuk gada. Hifa mempunyai septa kompleks.

Contoh : Jamur merang (Volvariella volvaceae), jamur tiram (Pleurotes),

Filobasidiella neoformans.

 Deuteromycotina (Deuteromycetes)

Kelompok ini merupakan pengelompokan artifisial untuk fungi imperfekta

yang sifat teleomorph atau reproduksi seksualnya belum ditemukan.

Keadaan anamorfik ditandai dengan konidia aseksual. Bila ditemukan

siklus seksual, suatu spesies digolongkan kembali yang menunjukkan

filogeninya secara tepat.

Contoh : Histoplasma capsulatum, Epidermiphyton floocosum, Candida

albicans, Coccidiodes immitis, Paracoccidioides brasiliensis.18


27

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme

a. Nutrien

Nutrien dibutuhkan oleh mikroorganisme secara keseluruhuan

mengandung : sumber karbon (karbohidrat), sumber nitrogen (protein, amoniak),

ion-ion anorganik tertentu (Fe, K), metabolit penting (vitamin, asam amino) dan

air.22,23

b. Suhu

Spesies mikroba yang berbeda membutuhkan suhu optimal yang beragam

untuk pertumbuhannya. Bentuk psikrofilik tumbuh paling baik pada suhu rendah

(15-20°C); bentuk mesofilik tumbuh paling baik pada (30-37°C); sebagian besar

bentuk termofilik tumbuh paling baik pada (50-60°C). Sebagian besar organisme

adalah mesofilik; 30°C adalah suhu optimal untuk banyak bentuk mikroba yang

hidup bebas dan suhu tubuh penjamu adalah suhu optimal untuk simbiosis hewan

berdarah panas.18

c. Tersedianya oksigen

Konsentrasi oksigen yang tersedia mempengaruhi jenis dan pertumbuhan

mikroorganisme. Oksigen dibutuhkan bakteri untuk proses respirasi.24


28

d. pH

Sebagian besar organisme (neutralofil) paling baik tumbuh pada pH 6,0-

8,0, meskipun beberapa bentuk (asidofil) mempunyai pH optimal 3,0 dan yang

lain (alkalifil) mempunyai pH optimal 10,5.18

e. Pencahayaan

Adanya sumber cahaya dalam ruangan dapat menghambat pertumbuhan

bakteri. Pencahayaan harus cukup baik waktu siang maupun malam hari. Paparan

cahaya dengan intensitas sinar ultraviolet (UV) tinggi dapat berakibat fatal bagi

pertumbuhan mikroorganisme.25

f. Kelembaban

Sumber kelembaban dalam ruangan berasal dari konstruksi bangunan yang

tidak baik. Kelembaban relatif udara yang tinggi dapat meningkatkan

pertumbuhan mikroorganisme.25

g. Kepadatan hunian

Jumlah penghuni dalam ruangan berpengaruh terhadap suhu dan

penyebaran mikroorganisme dalam ruangan. Semakin banyak penghuni maka

udara akan menjadi semakin panas. Selain itu bakteri juga bisa terbawa oleh

penghuni dan menyebar ke udara sekitar ruangan sehingga mengkontaminasi

udara ruangan. Penghuni dalam ruangan dapat juga berasal dari penghuni itu

sendiri berasal dari droplet yang dikeluarkan melalui batuk, bersin dan berbicara.
29

Menghitung kepadatan hunian ruangan dapat dilihat dari luas ruangan, jumlah

penghuni dalam ruangan dengan rumus :26

Kepadatan hunian = Jumlah luas bangunan

Jumlah penghuni dalam ruang

= ……….……………….m2/orang

2.5 Mikroorganisme di AC

Mikroorganisme yang tersebar di sekitar udara disebut biaerosol. Contoh

bioaerosol diudara bakteri (Legionella, Actinomycetes), jamur (Histoplasma,

Alternaria,Pencillium, Aspergillus, Stachybotrys, aflatoxins), protozoa

(Naegleria, Acanthamoeba), virus (Influenza (flu)). Bakteri di udara biasanya

menempel pada permukaan tanah, lantai, ruangan, perabot ruangan maupun

penghuni ruangan. Bakteri tersebut sebagian besar adalah saprofit dan bersifat non

patogenik, tetapi dengan bertambahnya bakteri non patogenik dalam jumlah yang

relative besar dapat berpotensi sama seperti bakteri patogenik. Selain itu, droplet

juga mempengaruhi jumlah bakteri pada udara. Bakteri disebarkan oleh droplet

yang dikeluarkan melalui hidung atau mulut selama batuk, bersin dan bicara.

(Chan PMJE. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press)

Beberapa penyakit paru disebabkan oleh mikroorganisme yang

mengkontaminasi udara dan berkembang biak di dalam AC. Mikroorganisme

hidup pada pipa AC yang menyalurkan udara dingin ke ruangan. Penggunaan AC


30

yang mewajibkan tertutupnya seisi ruang dapat mengakibatkan pertumbuhan

kuman, bakteri dan virus penyebab penyakit semakin subur.

Bakteri tumbuh pada tempat yang lembab. Udara yang dihasilkan oleh AC

berdampak turunnya temperature suhu ruangan sehingga ruangan menjadi lembab.

Bila suhu terlalu rendah dan kelembaban meningkat yang pastinya jamur dan

parasite akan timbul. Tempat dan AC yang tidak dijaga kebersihannya juga

penyebab utama masalah kesehatan. Sistem kerja AC adalah menyerap udara

panas kemudian diubah menjadi dingin. Apabila udara panas yang terserap adalah

dari tempat yang kotor maka udara dingin yang dihasilkan AC akan kotor.

Filter dalam unit penyejuk udara/AC dirancang untuk mencegah

penyebaran bakteri dan virus. Namun, dalam tugasnya filter AC mengumpulkan

polutan. Dalam proses itu bakteri dapat berkembang biak pada filter AC jika tidak

dibersihkan secara teratur dan menyebarkan bakteri ke udara.. (fulltext)

2.6 Hubungan keberadaan bakteri dan jamur terhadap pendingin

ruangan (AC)

Sistem AC yang jarang dibersihkan dan tidak terawat, dapat menyebabkan

tumbuhnya bakteri dan jamur yang akan berimplikasi pada penurunan kesehatan

dan aktivitas manusia.


31

2.7 Kerangka Teori

AC

Maintenance kurang
baik
Nutrien

Kualitas udara buruk


Suhu

Pertumbuhan
Oksigen
mikroorganisme
32

pH Dampak kesehatan
Faktor-faktor
(Sick Building
mempengaruhi
Syndrome)

Pencahayaan

Kelembaban

Kepadatan Hunian

Ventilasi ruang

2.8 Kerangka Konsep

Kepadatan hunian Jumlah bakteri & jamur

Ventilasi ruang Gambaran bakteri & jamur


33

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional

Tabel 3. 1 Definisi operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil

Operasional Ukur Ukur

1. Jumlah bakteri dan Jumlah Mac Conkey dan Rasio 0= buruk (>700

jamur di AC keberagaman Mueller Hinton cfu/m3)

bakteri dan Agar 1= baik (≤700

jamur di AC. cfu/m3)

2. Gambaran bakteri Gambaran Mikroskop Nominal Jenis/ nama bakteri

dan jamur di AC variasi bakteri

dan jamur.

3. Ventilasi Elemen penting Observasi Nominal Terbuka

yang berguna Tertutup


34

untuk

menggantikan

udara kotor

dalam ruangan.

4. Kepadatan hunian Jumlah luas Observasi Rasio m2/orang

bangunan per

jumlah

penghuni

dalam ruangan.

(Ventilasi : Ide P. 2007. Inner Healing In The Office ; Strategi Menangkal Penyakit Di Tempat

Kerja Dan Mencapai Kedamaian Batin. Jakarta : PT Elex Media Komputindo)

(Padat Hunian : Siregar MP. Hasan W, Ashar T. 2012. Hubungan Karakteristik Rumah Dengan

Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam.

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara)

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional untuk mengidentifikasi

keberagaman bakteri dan jamur di ruangan ber-AC

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

3.3.1 Waktu Penelitian


35

No Kegiatan Bulan

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

November

Desember

Januari
1 Pengajuan judul

2 Pembuatan

proposal

3 Seminar proposal

4 Penelitian

5 Analisis data

6 Laporan

3.3.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah pendingin ruangan (AC/ Air Conditioner) di

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

3.4.2 Sampel Penelitian


36

Sampel penelitian ini adalah AC di lingkungan Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

3.4.3 Besar Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus simple

random sampling (Federer 1963) dengan rumus :

(t-1)(n-1) ≥ 15
Keterangan :

t = jumlah kelompok percobaan (ruang kuliah, sgd, kkd, lab)

n = jumlah sampel tiap kelompok

(t-1)(n-1) ≥ 15

(4-1)(n-1) ≥ 15

3n – 1 ≥ 15

n ≥ 16/3

n ≥ 5 (tiap kelompok)

Jadi, total sampel yang dibutuhkan adalah 20 sampel. Total sampel

tersebut diambil dari 4 lokasi yang berbeda yaitu Ruang Kuliah, SGD, KKD, dan

Laboratorium.

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Alat dan Bahan

3.5.1.1 Alat
37

Alat

 Cawan petri  Inkubator

 Tabung reaksi  Refrigerator

 Lampu Bunsen  Deck glass

 Ose  Mikroskop

 Kaca objek  Pipet tetes

3.5.1.2 Bahan

Bahan

 Sampel AC  Gentian Violet

 MCA (MacConkey Agar)  Lugol

 MHA (Mueller Hinton  Alkohol

Agar)

 MSA (Mannithol Salt Agar)  Safranin

 BA (Blood Agar)  Aquades

 Cimmon Citrate Agar  NaCL 0,9%

 TSI Agar  Handscoon

 Saborroud Dextrose Agar  Masker

 Potato Dextrose Agar  Minyak imersi

3.5.2 Cara Kerja


38

Pengambilan sampel

Pada setiap ruangan, dipaparkan tiga cawan petri, masing-masing satu

cawan MacConkey Agar, satu cawan Mueller Hinton Agar dan satu cawan

Saborroud Agar. Pemaparan dilakukan selama 15 menit dan diletakkan 80-100 cm

di atas lantai serta berjarak 100-150 cm dari dinding. Pemaparan cawan petri

dilakukan setelah aktivitas belajar-mengajar berlangsung. Selanjutnya cawan petri

ditutup dan dikemas, lalu dibawa ke laboratorium. (Prosiding Biotik Hendra

Yulisman)

Identifikasi Bakteri

 Hari-I : Setelah pengambilan, sampel diinokulasi pada media

McConkey dan Mueller Hinton Agar, selanjutnya dieramkan di

inkubator pada suhu 37°C selama 24 jam.

 Hari-II : Mendeteksi bakteri pada media McConkey & Mueller

Hinton Agar.

 Hari-III : Melakukan pewarnaan gram .

Jika ditemukan bakteri gram positif selanjutnya dilakukan uji MSA

(Mannithol Salt Agar) dan Blood Agar.

Jika ditemukan bakteri gram negatif selanjutnya dilakukukan uji

biokimia Cimmon Citrate Agar dan TSI Agar.

 Hari-IV : Mengamati hasil berdasarkan koloni yang tumbuh pada

bakteri.

Identifikasi Jamur
39

 Hari-I : Setelah pengambilan, sampel diinokulasi pada media

Saborroud Dextrose Agar diieramkan pada suasana anaerob dengan

kelembaban.

 Hari-III & V : Mengamati hasil koloni jamur dan mengidentifikasi

morfologi jamur yang tumbuh.

3.6 Pengolahan Data dan Analisis Data

3.6.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan untuk mengubah data yang masih mentah

menjadi sebuah informasi yang dapat digunakan untuk menjawab tujuan

penelitian.

1. Editing

Kegiatan melakukan pengecekan kelengkapan data

2. Coding

Kegiatan merubah dan mengklasifikasikan data berbentuk huruf menjadi

bentuk angka/bilangan

3. Processing

Pemrosesan dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam perangkat

komputer

4. Cleaning

Melakukan pemeriksaan kembali data yang sudah di proses untuk

menghindari kesalahan.
40

3.6.2 Analisis Data

3.7 Kerangka Kerja

Sampel AC

Total jumlah bakteri dan Isolasi dan identifikasi (pada


jamur (Total plate count) media spesifik, pewarnaan gram,
tes biokimia)

Bakteri Jamur

Gram positif Gram negatif


41

Daftar pustaka

1. Marie A. Coggins, Sean Semple, Fintan Hurly AS. Indoor Air Pollution

and Health. Vol 57.; 2013. doi:10.1136/oem.57.4.285f

2. Iswadi, Samingan, Hendra Y. Prosiding Seminar Nasional Biotik tentang

Identifikasi jenis bakteri udara di ruangan bersistem HVAC (Heating

Ventilation and Air Conditioning). 2014;2(September):978-979. doi :

ISBN: 978-602-70648-0-5

3. Stryjakowska-Sekulska M, Piotraszewska-Pajak A, Szyszka A, Nowicki M,

Filipiak M. Microbiological quality of indoor air in university rooms.

Polish J Environ Stud. 2007;16(4):623-632.

doi:10.12980/APJTB.4.2014C807

4. Srikanth et al. Bio-aerosols in indoor environment : composition , health

effects,and analysis. 2008;26:302-312.

5. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1077/MENKES/PER/V/2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam

Rumah. 2011:1-32.

http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK No. 1077 ttg

Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah.

6. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sistem Pengkondisian Udara dan


42

Ventilasi. 2012;2(38).

7. Lisyastuti ESI. Jumlah koloni mikroorganisme udara dalam ruang dan

hubungannya dengan kejadian. Tesis. 2010:1-55.

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20300373-T 30520-Jumlah koloni-full.

8. Anas G, Sunday Aligbe D, Suleiman G, Warodi FA. Studies on

Microorganisms Associated with Air-Conditioned Environments. IOSR J

Environ Sci Toxicol Food Technol Ver I. 2016;10(7):2319-2399.

doi:10.9790/2402-1007011618

9. Ross C, Menezes JR De, Inez T, Svidzinski E. Biology and technology:

Studies on Fungal and Bacterial Population of Air- conditioned

Environments. 2004;47(September):827-835.

10. Handoko J. 2008. Merawat & Memperbaiki AC. Jakarta : Kawan Pustaka.

11. Triyono, Wahyu. 2010. Pedoman Praktis Merawat AC Mobil. Jakarta:

Gelora Aksara Pratama

12. Pamungkas GM, Adam MF, Mesin JT, Semarang UN. Frocogerator ( Free

Freon Cooler Refrigerator ) Sebagai Inovasi Kulkas Penyimpan Buah Dan

Sayuran Yang Ramah Lingkungan Berbasis Transfer Kalor Adsorben-

Adsorbat. 2010:1-4

13. Suminto C, Rasti F, Amilia C, dkk. Analisis Penjadwalan Kegiatan

Preventive Maintenance AC Split Gedung Pusat PDAM Tirta. Wahana

Teknik Sipil. Vol. 19 No. 2 Desember 2014 63-70


43

14. Alamsyah A, Marlina T, Riau P, Selatan T, Riau P. Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Cakupan. 2016;1(February):17-22

15. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1077/MENKES/PER/V/2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam

Rumah. 2011:1-32

16. Ratodi M, Zubaidah T, Marlinae L. Predicting the Sick Building Syndrome

( SBS ) occurrence among Pharmacist assistant in Banjarmasin South

Kalimantan. 2017;8(2):118-123. doi:10.22435/hsji.v8i2.6427.118-123

17. Joshi. The sick building syndrome. 2008;12(2).

Anda mungkin juga menyukai