Anda di halaman 1dari 10

Ekonomi Makro

Disusun oleh :
(KELOMPOK 6)

1. Afrida Lia Sari (1607511023)


2. Kadek Mas Diana Sari (1607511038)
3. Ni Putu Popi Oktarina (1607511005)
4. Wafa Fahrudin (1607511074)
5. Muhammad Nadhifa Suandy (1607511101)

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Udayana

2017/2018
1. Angka Penggandaan dan Efeknya Terhadap Pendapatan Nasional

Kadek Mas Diana Sari (1607511038)

Pendapatan Nasional dalam perekonomian tertutup, memiliki beberapa pos yaitu


konsumsi, investasi, dan belanja pemerintah yang dimodelkan dalam persamaan Y = C + I + G.
Tentunya dalam pertambahan setiap pos pendapatan nasional akan menyebabkan pertambahan
dalam pendapatan nasional itu sendiri. Lalu, bagaimana besarnya jumlah pertambahan tiap pos
dengan pertambahan pendapatan nasional? Nah, hal ini yang akan dibahas dalam postingan ini
yaitu mengenai MULTIPLIER EFFECT atau yang sering disebut sebagai efek pengganda.
Multiplier Effect adalah hasil kali pertambahan tiap pos pendapatan nasional. Multiplier
Effect sendiri yang paling populer adalah pengganda Pajak, Pengganda Investasi, dan Pengganda
Belanja Pemerintah. Untuk melogika dengan mudah sebelum masuk ke pembahasan, kita logika
dulu bagaimana pengaruh ketiga efek yang telah disebutkan tadi terhadap pendapatan nasional.

Angka pengganda menggambarkan perbandingan diantara jumlah


pertambahan/pengurangan dalam pendapatan nasional dengan jumlah pertambahan/pengurangan
dalam pengeluaran agregat yang telah menimbulkan perubahan dalam pendapatan nasional.
Multiplier Pendapatan nasional berubah sebagai akibat dari perubahan nilai komponen, yaitu:

a) Investasi,
b) Konsumsi,
c) pengeluaran pemerintah,
d) eksport dan import.

Perubahan pendapatan agregat sama dengan perubahan konsumsi ditambah perubahan


investasi karena perubahan konsumsi tergantung pada perubahan dalam investasi, kita dapat
menghapus konsumsi dari persamaan. Perubahan dalam pendapatan agregat sama dengan
pengganda investasi kali perubahan investasi.

Multiplier investasi berkaitan dengan kecenderungan mengkonsumsi marjinal:


kecenderungan marjinal mengkonsumsi adalah 1 dikurang (satu dibagi dengan pengganda
investasi)
Dalam berikut menunjukkan perubahan; C = konsumsi; MPC = kecenderungan
mengkonsumsi marjinal; I = investasi; Y = pendapatan; k = investasi penggali.

•C = MPC (•Y), perubahan dalam konsumsi sama dengan kecenderungan mengkonsumsi


marjinal kali perubahan pendapatan

•Y = k•I, perubahan pendapatan sama dengan pengganda investasi kali perubahan investasi

•Y = •C + •I, perubahan pendapatan juga sama dengan perubahan konsumsi ditambah perubahan
investasi

Oleh Karena itu, pengganda investasi kali perubahan investasi sama dengan
kecenderungan mengkonsumsi marjinal kali pengganda investasi kali perubahan investasi, lebih
jelasnya: kI = MPC (k•I) + •I k•I – MPC

(kI) = I kI (1 – MPC) = I

1 – MPC = 1 / k

MPC = 1 -1 / k

Fungsi investasi otonomus berubah menjadi I1 = 250, Konsumsi = 100 dan MPC = 100 +
0,8, sehingga pengeluaran agregat juga berubah menjadi: AE1 = C + I1 = 100 + 0,8Y + 250 =
350 + 0,8Y Output keseimbangan yang baru (Y1) adalah : Y = AE = 350 + 0,8Y1 0,2Y1 = 350
Y1 = 1750 •Y = Y1 – Y = 1750 – 1500 = 250

Penambahan investasi otonomus sebesar 50 menyebabkan Y meningkatkan sebesar 250.


Kasus ini menunjukan bahwa perubahan pengeluaran otonomus (A), yaitu : konsumsi otonomus
(C0) dan atau investasi otonomus (I0), telah menyebabkan penambahan Y berlipat ganda.
Artinya penambahan pengeluaran otonomus menimbulkan efek pelipatgandaan terhadap output
keseimbangan (Y). Efek inilah yang disebut sebagai efek pelipatgandaan atau efek multiplier.

Konsep ini menunjukan bahwa perubahan pengeluaran otonomus sebesar satu unit akan
mengubah output keseimbangan beberapa kali lipat besarnya perubahan pengeluaran otonomus
(A). Dalam kasus diatas, penambahan A (I0 atau C0) sebesar 50 unit, telah menambah Y, sebesar
250 unit. •Y = •Y / •A = 5. Angka 5 disebut sebagai angka pengganda. Sehingga dapat
diasumsikan bahwa angka pengganda ditentukan oleh besarnya angka MPC.

Afrida Lia Sari (1607511023)

Yang pertama yaitu pajak, apa pengaruh perubahan pajak terhadap pendapatan nasional?
Tentunya kita sekalian tahu bahwa Pajak akan mengurangi konsumsi masyarakat yang
dilambangkan oleh variabel "C" dalam pos pendapatan nasional Y = C + I + G. Menilik hal ini
dengan mudah didapat bahwa pertambahan dalam pajak akan mengurangi konsumsi dan akan
menurunkan pendapatan pun dengan sebaliknya, penurunan pajak akan menaikkan konsumsi dan
akan meningkatkan pendapatan nasional.

Selanjutnya adalah perubahan dalam Investasi dan Belanja Pemerintah yang masing-masing
berturut-turut dilambangkan dalam variabel I dan G. Hal ini akan jelas terlihat bahwa
pertambahan Investasi dan Pengeluaran Pemerintah akan meningkatkan pendapatan nasional pun
sebaliknya. Setelah menganalisa bagaimana akibat terhadap pendapatan nasional, maka kita
uraikan pos pendapatan nasional dengan rumus yang kita punyai. kita memiliki rumus pos
pendapatan nasional sebagai berikut:
Y=C+I+G
Selanjutnya, kita juga memiliki fungsi konsumsi oleh J. M. Keynes seperti berikut:
C = a + b(DI)
dimana C adalah konsumsi, a adalah konsumsi saat pendapatan = 0 atau sering disebut
autonomus consumption, b adalah MPC atau kecenderungan mengkonsumsi marjinal, dan DI
adalah disposable income yang didapat dari Pendapatan dikurangi Pajak atau dapat dirumuskan:
DI = Y – T
sehingga kita dapat Fungsi Konsumsi secara lengakap:

C = a + b(Y-T)

Setelah mendapatkan rumus-rumus diatas, kita substitusikan pada rumus Pos Pendapatan
Nasional dimana:

Y=C+I+G

Y = a + b(Y-T) + I + G

Y= a + bY - bT + I + G

Y - bY = a - bT + I + G

Y(1-b) = a - bT + I + G

rumus terakhir kita dapat :


Y = (a / (1-b)) - ( b / b-1) T + ( 1 / (1 - B)) I + (1 / (1-b)) G

Setelah mendapatkan rumus terakhir ini, maka dapat kita peroleh rumus pengganda pajak:
dengan mengasumsikan variabel lain seperti a, I, dan G tidak berubah didapat bahwa:

Pengganda Pajak = -MPC/(1-MPC)

Jadi, setiap penambahan 1 rupiah dalam pajak, akan menurunkan pendapatan nasional sebesar
MPC/(1-MPC). misal MPC sebesar 0,8 maka penambahan pajak sebesar 1 rupiah akan
menyebabkan penurunan pendapatan nasional sebesar 4 rupiah.
Sama halnya dengan pengganda Investasi dan pengganda pengeluaran pemerintah, tanpa melihat
variabel lain berubah, didapat bahwa:

Pengganda investasi = 1 / (1 - MPC)

Pengganda Pengeluaran Pemerintah = 1 / (1 - MPC)

Asumsikan bahwa MPC sebesar 0,5. jadi tiap investasi bertambah sebesar 1 rupiah, maka akan
terjadi penambahan pendapatan nasional sebesar 5 rupiah. tiap penambahan 1 rupiah dalam
pengeluaran pemerintah akan meningkatkan pendapatan nasional sebesar 5 rupiah.

2. Pengaruh Perubahan Ekspor Impor Terhadap Neraca Perdagangan

Wafa Fahrudin (1607511074)

- Ekspor
Menurut para ahli ekspor ialah :
o Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang- barang
dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor
merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah Negara ke negara lain, termasuk
diantara barang-barang, asuransi, danjasa-jasa pada suatu tahun tertentu (Triyoso, 2004).
o Ekspor adalah salah satus ektor perekonomian yang memegang peranan penting melalui
perluasan pasar antara beberapa negara, di mana dapat mengadakan perluasan dalam
suatu industri, sehingga mendorong dalam industri lain, selanjutnya mendorong sektor
lainnya dari perekonomian (Baldwin, 2005).

- Impor

- Menurut para ahli impor ialah :

o Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Transaksi impor
adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke dalam daerah
pabean Indonesia dengan mematuhi ketentuan peraturan perudang-undangan yang
berlaku (Tandjung, 2011: 379).
o MenurutSusilo (2008: 101) impor bisa diartikan sebagai kegiatan memasukkan barang
dari suatu negara (luarnegeri) ke dalam wilayah pabean negara lain.

- Neraca perdagangan

o Neraca perdagangan ialah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan


perbedaan selisih antara ekspor dan impor. Neraca perdagangan bisa disebut dengan
ekspor NETO. Neraca perdagangan yang positif berarti negara tersebut mengalami
ekspor yang nilai moneternya melebihi impor yang bisa disebut surplus perdagangan.
Perdagangan internasional melibatkan berbagai transaksi ekonomi antara satu Negara
dengan negara lain. Transaksi ekonomi tersebut kemudain dicatat dalam bentuk neraca.
Neraca perdagangan internasional merupakan salah satu komponen penting dalam neraca
pembayaran internasional.

Ni Putu Popi Oktarina (1607511005)

- Faktor – factor yang mempengaruhi neraca perdangan


o Biaya produksi (tanah, tenaga kerja, modal, pajak, insentif, dll) ekspor dalam
perekonomian mereka dalam perekonomian impor.
o Biaya dan ketersediaan bahan baku, barang setengah jadi dan input lainnya.
o Bursa pergerakan nilai.
o Multilateral, bilateral dan unilateral pajak atau pembatasan perdagangan.
o Hambatan non-tarif seperti linghkungan, kesehatan atau standar keselamatan.
o Ketersediaan devisa yang memadai yang dapat digunakan untuk membayar impor.
o Harga pokok produksi di rumah (dipengaruhi oleh respon dari pasokan).

- Efek perubahan ekspor impor terhadap neraca perdagangan


o Neraca Perdagangan (Trade Balance) adalah sebuah ukuran selisih antara nilai impor dan
ekspor atas barang nyata dan jasa. Tingkat neraca perdagangan dan perubahan ekspor dan
impor diikuti secara luas dalam pasar valuta asing. Efek terhadap neraca perdagangan
cenderung menaikkan barang-barang impor. Sebaliknya, apabila suatu Negara tidak
mampu bersaing, maka ekspor tidak berkembang. Keadaan ini dapat memperburuk
kondisi neraca pembayaran. Efek buruk lain dari globalisasi terhadap neraca pembayaran
adalah pembayaran neto pendapatan faktor produksi dari luar negeri cenderung
mengalami defisit. Investasi asing yang bertambah banyak menyebabk analiran
pembayaran keuntungan (pendapatan) investasi keluar negeri semakin meningkat. Tidak
berkembangnya ekspor dapat berakibat buruk terhadap neraca pembayaran.

Muhammad Nadhifa Suwandy (1607511101)

3. Kasus

NERACA PERDAGANGAN

INDONESIA-PERU

2004-2009

(DALAM US$)

TAHUN EKSPOR IMPOR NERACA VOLUME

2004 25.250.200 25.775.700 -570.500 51.025.900

2005 27.838.800 36.422.200 -8.538.400 64.261.000

2006 34.399.600 31.175.300 + 3.224.300 65.574.900

2007 42.154.400 27.971.500 + 14.173.900 70.125.900

2008 49.850.700 36.180.600 + 13.670.100 86.031.300

2009 51.171.500 36.472.300 + 14.699.200 87.643.800

Analisis :

Di lihat dari neraca perdagangan internasional Indonesia - Peru pada tahun 2004 - 2009 yaitu
pada tahun 2004 dan 2005 Indonesia mengalami devisit. Tetapi pada tahun 2006-2009 Indonesia
mendapatkan surplus, yaitu pada tahun 2006 US$ 3,244 juta, tahun 2007 US$ 14,173 juta, tahun
2008 US$ 13,670, dan tahun 2009 US$ 14,699 juta. Ekspor Indonesia ke Peru antara lain radio
tape, asam sulfur, printer, karet alam, gelas, computer, kamera video, produk tekstil, pakaian,
kertas, kendaraan bermotor (rakitan di Indonesia), suku cadang kendaraan bermotor, ban, alas
kaki, dinner ware, kulkas. Sedangkan komoditi impor Indonesia dari Peru antara lain tepung ikan
dan fish oil, anggur segar, copper sulfate, produk perunggu, kabel akrilik, kapas, wool (alpaca
dan llama).

Referensi :

Sadonosukirono, PengantarTeoriMakroEkonomi

Gregory Mankiw,EustonQuah,Peter Wilson/PengantarEkonomiMakro/


SalembaEmpat/Jakarta/2013.

http://scandalum.wordpress.com/2007/10/17/10-the-marginal-propensity-to-consume-and-the-
multiplier/

Prathama Rahardja, MandalaManurung, Teori Ekonomi Makro

Anda mungkin juga menyukai