Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SETENGAH PADAT DAN CAIR

SEDIAAN KRIM ANTIREMATIK NATRIUM DIKLOFENAK


“NAMA PRODUK”

Waktu praktikum: Selasa, pukul 13.00 – 15.50 WIB


Responser: Ayun Erwina Arifianti, M. Farm., Apt

Disusun oleh:
Kelompok 6
Praktikum Teknologi Sediaan Solid B

Agnes Aurelia Valencia 1606894723


Ardhea Pramesti Ningrum 1606923912
Dina Angga Wardani 1606924354
Geavani Widya 1606828873
Rafiqah Nur Viviani 1606924291

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
MARET, 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan,
pikiran dan tenaga sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Ungkapan terima kasih
juga tak lupa kami ucapkan kepada dosen pengajar mata kuliah Praktikum Teknologi Sediaan Setengah Padat
dan Cair, terutama Ibu Ayun Erwina Arifianti, M. Farm., Apt beserta rekan serta semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Adapun penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas matakuliah Praktikum Teknologi Sediaan
Setengah Padat dan Cair dan juga untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca, terutama mahasiswa
program sarjana farmasi mengenai pembuatan sediaan farmasi yang aman, bermutu, dan berkhasiat.
Penulis pun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis meminta
maaf atas segala kekurangan dalam makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi
penulis dan bagi pembaca.

Depok, Maret 2019

Tim Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Rheumatoid arthritis atau rematik merupakan masalah kesehatan yang biasanya ditandai dengan
rasa nyeri pada sendi. Rhumatoid arthritis atau RA dapat terjadi pada semua usia, dengan prevalensi yang
terus meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Penyakit ini tiga kali lebih sering terjadi pada
wanita. Pada wanita, RA dapat terjadi pada usia 15-45 tahun, sedangkan pada laki-laki biasanya terjadi
pada usia di atas 60 tahun.
Gejala pada RA ini dapat mengganggu kegiatan sehari-hari. Oleh karena itulah, diperlukan produk
untuk mengurangi rasa nyeri pada sendi sehingga pasien RA tetap dapat beraktivitas seperti biasanya. Produk
antirematik untuk mengobati rasa nyeri pada pasien RA harus memiliki onset yang cepat supaya segera
menghilangkan rasa nyeri tersebut. Produk antirematik ini juga harus mudah dibawa dan mudah dalam
pengaplikasiannya. Hal ini tentunya akan meningkatkan nilai efektivitas dan efisiensi dari produk
antirematik tersebut.
Sediaan krim antirematik yang praktikan buat adalah krim minyak dalam air. Krim minyak dalam
air akan terasa lembut, mudah menyebar dan tidak menimbulkan rasa lengket. Dengan adanya
penambahan rasa menthol, krim tersebut diharapkan menimbulkan sensasi hangat yang dapat
merelaksasi otot-otot di sekitar sendi. Praktikan berharap makalah yang praktikan buat ini dapat
bermanfaat dan dapat dipertimbangkan formulasinya serta kualitas krim yang ditinjau dari evaluasi-evaluasi
yang dilakukan, untuk digunakan di pasaran.

1. 2. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini:
1.2.1. Zat aktif apa saja yang digunakan dan komposisinya?
1.2.2. Eksipien apa saja yang digunakan dan komposisinya?
1.2.3. Bagaimana cara pembuatan krim antirematik?
1.2.4. Bagaimana kualitas krim yang dihasilkan ditinjau dari evaluasinya?
1.2.5. Apa kemasan yang cocok untuk krim antirematik

1. 3. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk pemenuhan tugas mata kuliah Praktikum Teknologi
Sediaan Semi Solid yaitu untuk melaporkan hasil praktikum formulasi sedian krim yang telah dilakukan.
Makalah ini juga bertujuan menginformasikan zat aktif yang terkandung serta bahan tambahan yang
digunakan dalam krim beserta alasan pemilihannya. Makalah ini juga memberikan informasi mengenai proses
pembuatan krim tersebut dan evaluasi yang dilakukan sehingga dapat dilakukan analisa terhadap krim
tersebut.

1. 4. Metedologi Penulisan
Metode yang digunakan untuk pembuatan makalah ini adalah metode penelitian dan kepustakaan.
Praktikan melakukan praktikum untuk mengetahui apakah praformulasi yang dilakukan tepat atau
tidak. Praktikan juga mencari data dan informasi dari buku-buku untuk menunjang teori-teori yang
mendasar tentang krim dan praktikum formulasi serta penulisan makalah ini.

1. 5. Sistematika Penulisan
Sistematika penyusunan proposal ini adalah sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Metodologi Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Rheumatoid arthritis
2.2 Krim
2.3 Kajian Farmakologis
BAB 3 METODE PEMBUATAN DAN EVALUASI KRIM ANTIREMATIK
3.1 Studi Pra-formulasi
3.2 Formulasi
3.3 Evaluasi Krim
3.4 Kemasan
3.5 Labeling
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN EVALUASI
4.1. Uji Penampilan Fisik
4.2. Uji pH
4.3. Pengukuran Viskositas dan Sifat Alir
4.4. Uji Konsistensi
4.5. Uji Homogenitas
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran DAFTAR
PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Reumatoid Arthritis

Rheumatoid arthritis atau rematik adalah penyakit sistemik yang biasanya ditandai dengan peradangan
sendi yang bersifat simetris (Dipiro et al, 2008). RA terjadi akibat adanya disregulasi komponen humoral dan
dimediasi oleh sistem imun (reaksi autoimun tipe III). Kebanyakan pasien RA menghasilkan antibodi
yang disebut faktor rheumatoid. Reaksi autoimun ini terjadi pada membran sinovial.. Membran sinovial
berfungsi untuk memproduksi cairan sinovial yang dibutuhkan oleh sendi. Proses fagositosis
menghasilkan enzim-enzim dalam sendi yang akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, poliferasi
membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan sehingga
menimbulkan erosi tulang. Akibatnya permukaan sendi menghilang yang akan menganggu gerak sendi. Otot
akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya
elastisitas otot dengan kekuatan kontraksi otot.
Kekakuan sendi pada pasien RA umumnya memburuk pada pagi hari setelah bangun tidur melebihi
30 menit dan dapat berlangsung sepanjang hari. Hal ini dikarenakan pasien terlalu lama tidak bergerak
sehingga menghilangkan elastisitas sendi. Gejala lain yang mungkin timbul pada pasien RA antara lain
ditemukan benjolan dibawah kulit akibat membran sinovial yang membengkak (inflamasi). Selain itu,
pasien RA sering mengalami nyeri saat bergerak, lelah, dan demam.
Terdapat dua kelas obat yang digunakan untuk mengobati RA, (1) obat fast acting (lini pertama)
dan (2) obat slow acting (lini kedua). Obat lini pertama ditujukan untuk mengurangi nyeri dan
peradangan, seperti obat-obat analgesic dan AINS. Sedangkan, obat lini kedua ditujukan untuk mencegah
terjadinya deformitas atau kelainan bentuk sendi dan menjaga fungsi persendian agar tetap dalam
keadaan baik, namun tidak memberikan efek antiinflamasi. Yang termasuk ke dalam obat lini kedua ini
adalah DMARD (Disease Modifying Arthritis Rheumatid Drugs), seperti golongan emas, metotreksat,
sulsazalazin dan hidroksiklorokuin, serta obat-obat kortikosteroid, seperti prednisolone, betametason,
triamsinolon asetonid, dan lainnya.

2.2 Sediaan Krim


2.2.1 Definisi krim
Menurut Ansel (2011), krim adalah sediaan semi solid yang mengandung satu atau lebih zat aktif
yang terlarut atau terdispersi dalam emulsi A/M, emulsi M/A, atau jenis lain dari basis tercuci air. Menurut
Farmakope Indonesia Edisi V, krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Syarat dasar krim yang baik dan ideal yaitu stabil, lunak dan homogen, mudah digunakan, cocok
dengan zat aktif, bahan obat dapat terbagi halus dan terdistribusi merata dalam basis krim (Syamsuri
dalam Amaliah, n.d.). Contoh basis krim tipe M/A yaitu vanishing cream dan husa’s cream, sedangkan
contoh basis krim tipe A/M yiatu cold cream.

2.2.2 Komponen dalam sediaan krim


Komponen dalam sediaan krim meliputi zat aktif, basis krim, dan zat tambahan.
a) Zat aktif, merupakan zat berkhasiat. Pemilihan zat aktif harus disesuaikan dengan fungsi dari krim
yang akan dibuat. Krim dibagi menjadi dua, yaitu medicated dan nonmedicated.
b) Basis krim, merupakan komponen terbesar dari seluruh sediaan krim. Pemilihan basis krim
bergantung pada sifat zat aktif yang dipilih dan jenis krim apa yang akan dibuat. Basis menentukan
kecepatan atau pelepasan obat yang akan memengaruhi keberhasilan terapi. Basis krim dapat
dibedakan menjadi tipe A/M dan M/A, yang secara umum terdiri dari fase minyak, fase air, dan
emulgator.
c) Zat tambahan yang biasa digunakan dalam sediaan krim yaitu humektan, antioksidan, agen
pengkelat, pengatur pH, peningkat penetrasi, pengawet, pewangi, serta pewarna.
 Humektan, digunakan untuk meminimalisasi kehilangan kandungan air dalam sediaan
sehingga mencegah sediaan tersebut kering. Contoh humektan yaitu propilenglikol,
gliserol, dan sorbitol.
 Antioksidan, digunakan untuk memperlambat terjadinya oksidasi yang dapat
menyebabkan krim berbau tengik. Contoh antioksidan yaitu butylated hydroxyanisole
(BHA), dan butylated hydroxytoluene (BHT).
 Agen pengkelat, digunakan untuk membentuk kompleks dengan ion-ion metal yang
mungkin terbawa saat proses produksi. Contoh agen pengkelat yaitu EDTA.
 Pengatur pH (pH adjustment), digunakan supaya sediaan memiliki pH sesuai yang
dibutuhkan.
 Peningkat penetrasi (penetration enhancer), digunakan untuk meningkatkan permeabilitas
stratum korneum secara reversibel.
 Pengawet, digunakan untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan
kerusakan pada sediaan. Contoh pengawet yaitu metilparaben, propilparaben, dan asam
benzoat.
 Pewangi, digunakan untuk meningkatkan kenyamanan pasien dalam penggunaan
sediaannya. Pewangi lebih memenuhi fungsi estetika.
 Pewarma, digunakan untuk memenuhi warna obat yang kurang baik dan membuat sediaan
menjadi lebih menarik. Sama seperti halnya pewangi, pewarna lebih memenuhi fungsi
estetikanya.
2.2.3 Metode Pembuatan Krim
Metode pembuatan sediaan semi solid dapat terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Metode Levigasi (levigation)
Metode levigasi melibatkan pencampuran sederhana antara basis dengan komponen lainnya
meggunakan spatula stainless steel untuk semisolid
b. Metode Pelelehan (fusion)
Metode digunakan hanya saat komponen-komponen yang digunakan bersifat stabil pada
temperatur pelelehan.
Salep dan krim yang mengandung lilin putih, lilin kuning, parafin, stearil alkohol, dan PEG dengan
berat molekul tinggi umumnya menggunakan dengan proses pelelehan. Pemilihan metode levigasi
atau metode pelelehan tergantung pada tipe basis, jumlah komponen lain, dan karakteristik
kelarutan dan stabilitasnya.
 Salep berbasis minyak dibuat menggunakan metode levigasi dan pelelehan. Jumlah kecil
serbuk dimasukkan ke dalam basis hidrokarbondengan bantuan agen levigasi seperti
petrolatum cair, yang membantu membasahi serbuk. Komponen serbuk tercampur dengan
agen levigasi melaluui triturasu dan kemudian dimasukkan ke dalam basis menggunakan
spatulasi. Semua komponen padat dapat dihaluskan dan di ayak sebelum dicampurkan
dengan basis untuk menghindari sensasi kasar pada hasil akhirnya. Metode peelehan
dilakukan setelah obat (zat aktif) dan bahan solid lainnya terlarut dalam basis ointment,
basis dicairkan dan komponen yang dapat terlarut dilarutkan dalam basis yang meleleh
tersebut. Campuran kemudian didiamkan membeku dengan pendinginan. Pelelehan
dilakukan dengan steam-jacketed vessels atau piringan porcelain. Campuran yang
membeku tersebut kemudian di campur dengan spatula (perataan) ataupun dengan triturasi
(pengenceran) untuk mendapatkan tekstur yang halus. Perlu diperhatikan juga kemudian
degradasi yang mungkin terjadi karena pemanasan/proses pelelehan.
 Pembuatan salep atau krim tipe absorpsi dilakukan dengan pencampuran sejumlah besar
air kedalam basis hidrokarbon dengan bantuan agen pengemulsi hidrofobik. Zat aktif yang
larut air ditambahkan secara mekanik ataupun dengan metode pelelehan. Sama seperti
salep basis minyak, agen levigasi juga ditambahkan untuk meningkatkan pembasahan pada
zat padat. Agen larut air seperti alkohol, gliserin atau propilen glikol dapat ditambahkan
ke dalam fase air jika dibutuhkan. Jika zat aktif butuh dimasukkan ke dalam fase minyak,
minyak mineral dapat ditambahkan sebagai agen levigasi. Penambahan komponen larut air
dapat dilakukan dengan penambahan perlahan larutan zat aktif ke dalam basis hidrofobik
menggunanan pile tile dan spatula. Jika proporsi fase air lebih besar, penambahan sejumlah
emulsifier dan pemanasan mungkin diperlukan untuk mendapatkan dispersi yang seragam.
 Pembuatan salep dan krim terhapus air yang secara umum adalah emulsi tipe hidrofilik
dapat digunakan metode pelelehan yang diikuti pendekatan penambahan mekanik.
Komponen hidrokarbon dilebur bersama dan ditambahkan ke dalam fase air yang
mengandung komponen larut airdengan pengadukan konstan hingga campuran mengeras
atau mengental. Agen emulsifier yang hidrofilik termasuk dalam fase fase air yang
digunakan untuk menstabilkan dispersi minyak dalam air. Sodium lauril sulfat digunakan
dalam pembuatan salep hidrofilik menurut USP.
 Salep dan krim larut air tidak mengandung komponen fase minyak. Penbuatannya adalah
dengan memasukkan komponen larut maupun tidak larut air ke dalam nasis larut air
menggunakan metode levigasi dan pelelehan. Jika zat aktif dan komponen lain tersebut
larut air maka akan terlarut dalam sejumlah kecil air dan kemudian dicampurkan ke dalam
masis menggunakan pencampuran sederhana menggunakan saleb slab. Jika komponen
tidak larut dalam air, maka digunakan agen levigasi cair seperti gliserin, propilen glikol
atau PEG liquid. Komponen hidrofobik dicampur dengan agen levigasi kemudian
dimasukkan ke dalam basis.
2.3. Pembuatan Krim

Pada prinsipnya metode pembuatan sediaan semi solid dibagi menjadi dua, yaitu:

2.3.1. Metode pelelehan (fusion)

Metode pelelehan dilakukan dengan melelehkan zat pembawa dan zat


berkhasiat bersama-sama dan diaduk sampai membentuk fase yang homogen.
Pada metode ini perlu diperhatikan stabilitas zat berkhasiat terhadap suhu yang
tinggi pada saat pelelehan.
2.3.1. Metoda triturasi
Metode triturasi ini digunakan apabila zat aktif tidak larut di dalam fase minyak
ataupun fase air. Dalam metode ini terlebih dahulu dibuat basis krim, ketika basis
sudah terbentuk zat aktif yang tidak larut tersebut dilarutkan dalam basis yang
sudah jadi. Dapat juga digunakan pelarut organik untuk melarutkan terlebih
dahulu zat aktifnya, kemudian dicampur dengan basis yang akan digunakan
2.4. Eevaluasi Sediaan Krim
Sediaan semisolid sebelum dipasarkan harus dilakukan evaluasi terlebih dahulu agar produk yang
akan dipasarkan hasilnya baik, dapat diterima masyarakat, tidak mudah rusak, mudah mengalir, dan
mudah dikeluarkan dari wadah. Evaluasi pada sediaan krim dapat dilakukan secara fisik, kimia, dan
niologi. Secara fisik, dapat dilakukakn uji pengamatan visual terhadap sediaan (pengamatan organoleptis,
meliputi tekatur, warna, dan bau) serta uji pH. Selain itu, dilakukan uji konsistensi, uji kemampuan
penyebaran, uji penetrasi, uji rheologi, uji stabilitas, serta uji ukuran globul. Sedangkan, secara kimia,
dapat dilakukan pengujian terhadap penetapan kadar, inversi fase, dan batas logam berat. Secara biologi,
dilaklukan pengujian terhadap jumlah mikroba aerob viabel dalam semua jenis perbekalan farmasi, dan
untuk menyatakan perbekalan farmasi tersebut bebas dari mikroba tertentu.
2.4.1. Pengamatan Organoleptis
Pengamatan organoleptis merupakan uji sifat fisik atau penampilan bertujuan untuk
melihat bentuk sediaan mulai dari warna, bau (ketengikan), tekstur, serta kemungkinan terjadinya
pemisahan fase.
2.4.2. Uji pH
Harga pH adalah harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai,
yang telah dibakukan sebagaimana mestinya, yang telah diukur harga pH sampai 0,02 unit pH
menggunakan elektrode indikator yang peka terhadap aktivitas ion hidrogen, elektrode kaca,
dan elektrode pembanding yang sesuai seperti elektrode kalomel atau elektrode perak-perak
klorida (Farmakope Indonesi IV, 1995). Selain itu juga dapat digunakan indikator universal untuk
menentukan pH.

Penggukuran pH untuk sediaan semi solid biasanya disesuaikan dengan pH kulit yaitu
4,5-6,5. Bila sediaan terlalu asam maka dapat mengiritasi kulit namun bila terlalu basa
menyebabkan kulit menjadi bersisik.
2.4.3. Pengukuran Viskositas dan Sifat Alir
Viskositas adalah ukuran tahanan suatu cairan untuk mengalir. Makin besar tahanan
suatu zat cair untuk mengalir maka makin besar pula viskositasnya. Sedangkan rheologi adalah
ilmu yang mempelajari sifat aliran zat cair atau deformasi zat padat.
Hampir seluruh system terdispersi termasuk sediaan–sediaan farmasi yang berupa emulsi,
suspensi dan sediaan setengah padat tidak mengikuti hukum Newton. Viskositas cairan ini
bervariasi pada setiap kecepatan geser, sehingga untuk melihat sifat alirannya dilakukan
pengukuran pada beberapa kecepatan geser misalnya dengan menggunakan viscometer rotasi
Stormer atau Brookfield. Berdasarkan grafik sifat aliran (rheogram) cairan non Newton terbagi
atas 2 kelompok yaitu:

1. Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi oleh waktu:


 Aliran Plastik
 Aliran Pseudoplastik
 Aliran Dilatan
2. Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi oleh waktu:
 Aliran Tiksotropik
 Aliran Rheopeksi
 Aliran Antitiksotropik
Viskometer rotasi terdiri dari 2 bagian, yaitu mangkuk (wadah) yang berisi cairan yang
akan diuji dan silinder. Berdasarkan hal tersebut maka viskometer rotasi dibagi atas 2 jenis,
yaitu:
 Jenis Couette : yang berputar adalah mangkuknya
 Jenis Searle : yang berputar adalah silindernya

2.4.4. Uji Konsistensi


Uji konsistensi dilakukan bertujuan untuk mengetahu konsistensi atau kekerasan sediaan
semi solid. Pengukuran konsistensi dilakukan dengan alat bernama pnetrometer. Pada uji ini
dapat ditentukan seberapa mudah suatu sediaan dikeluarkan dari wadah dan mudah dioleskan.
Konsistensi/rheologi dipengaruhi oleh suhu. Penetrasi dinyatakan dalam satuan sepersepuluh
millimeter, merupakan ukuran kedalaman kerucut atau jarum standar menembus tegak lurus
sampel dalam waktu dan temperatur tertentu. Biasanya pengukuran dilakukan pada temperatur
250C selama 5 detik.
Dalam pengukuran konsistensi dengan penetrometer jika nilai yield value berkisar antara
100-1000 dyne/cm2 maka sediaan mudah tersebar. Apabila dibawah rentang (< 100 dyne/cm2 )
maka sediaan terlalu mudah mengalir sedangkan jika diatas rentang (> 1000 dyne/cm2) maka
sediaan terlalu keras dan tidak mudah disebar.
2.4.5. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui homogenitas bahan dalam sediaan krim,
dengan cara mengamati ukuran-ukuran partikel-partikel pada kaca objek, sehingga dapat diamati
terbentuknya partikel-partikel kasar. Homogenitas di antara dua lapis film dilakukan secara
makroskopis yaitu pengaliran zat di atas kaca.

2.4.6. Pengamatan Diameter Globul Rata-rata


Pengukuran glaobul rata-rat dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik, krim diletakkan di atas
kaca objek dan ditutup dengan gelas penutup kemudian dengan menggunakan haemasitometer
dan mikroskop pada perbesaran tertentu. Kemudian foto gambar yang diamati dengan
menggunakan kamera digital dan ukur partikelnya dan distribusi partikel.

2.4.7. Uji Kestabilan


Sebelum dipasarkan, harus dilakukan evaluasi terhadap stabilitas obat. Proses
pembuatan, bahan-bahan lain dalam formula, dan kondisi penyimpanan seperti cahaya, suhu,
dan kelembaban dapat mempengaruhi stabilitas sediaan farmasi. Ada beberapa metode yang
dapat digunakan untuk menguji stabilitas sediaan krim, diantaranya adalah pengamatan secara
visual, secara fotomikrografi, uji inversi fase, dan uji kestabilan dipercepat.
a. Secara visual
Emulsi diamati sebelum dan sesudah pengocokan.

b. Uji inversi fase


Tujuan dari uji inversi fase adalah untuk mengetahui adanya inversi fase yang dapat terjadi
secara tiba-tiba. Inversi fase merupakan ketidakstabilan sediaan, dalam hal ini sediaan bentuk
emulsi dimana dapat terjadi perubahan fase m/a menjadi a/m atau sebaliknya. Inversi fase dapat
mempengaruhi ketidakstabilan zat aktif.
Uji inversi fase dapat dilakukan dengan cara conductometry (penghantar). Jika dalam
suatu sistem dua fase, air berperan sebagai fase kontinyu, maka sediaan tidak akan menghantarkan
listrik yang ditandai dengan perubahan voltase yang tercatat pada alat conductometry. Cara lain
ialah dengan meneteskan larutan berwarna pada permukaan sediaan. Jika tipe sediaan m/a, maka
zat warna akan terdispersi dalam sistem, tetapi pada sistem a/m zat warna tidak akan terdispersi.
c. Stabilitas dipercepat

Untuk mengetahui adanya ketidakstabilan dalam suatu sediaan farmasi dapat digunakan
uji stabilitas dipercepat. Dalam uji stabilitas dipercepat ini, sediaan farmasi mendapatkan berbagai
perlakuan suhu, kelembaban relatif, pH, dan beberapa pengaruh lain seperti perlakuan dengan
penambahan hidrogen peroksida.

Tabel. Kondisi perlakuan sediaan pada uji stabilitas dipercepat

Kondisi penyimpanan Periode tes (kalibrasi skala


waktu)
40± 2°C, 75± 5 % kelembaban 6 bulan
relatif
25±2°C, kelembaban relatif 12 bulan
60±5%
pH ± 2, temperatur ruang 2 minggu
pH ± 7, temperatur ruang 2 minggu
pH ± 10-12, temperatur ruang 2 minggu
H2O2 0.1-2% pada pH 24 Am
netral, temperatur ruang

d. Uji mekanik (Sentrifugasi)


Sampel krim dimasukkan ke dalam alat sentrifugasi kemudian dimasukkan ke dalam
alat sentrifugator pada kecepatan 3750 rpm selama 5 jam atau 5000-10.000 rpm selama 30
menit. Perlakuan tersebut sama dengan perlakuan adanya gaya gravitasi selama setahun.
Kemudian diamati apakah terjadi pemisahan atau tidak.
2.5. Kemasan dan Labelling
Kemasan berperan sebagai pengawet dan pelindung dari kontaminasi, seperti cahaya,
panas, debu, kelembapan, mikroorganisme dan enzim, serta untuk menjaga kualitas, keamanan,
peningkatan waktu kadarluarsa, dan menghambat retardasi.
Jenis kemasan:
• Primer : langsung membungkus sediaan, sangat berpengaruh terhadap kestabilan obat.
• Sekunder : untuk mengemas dan melindungi produk yang telah dikemas dalam kemasan
primer, tidak mempengaruhi kestabilan obat.
• Tersier : untuk distribusi sediaan dalam skala besar
Berdasdarkan bentuknya, kemasan primer suatu sediaan semi solid dapat dibedakan
menjadi tube; baik tube logam maupun tube plastik, pot; baik pot kaca maupun pot plastik; dan
botol. Pemilihan jenis kemasan dan material yang digunakan harus dilakukan agar kemasannya tidak
memberikan efek yang merugikan bagi produk (seperti reaksi kimia) dan produk tidak memberikan
efek yang merugikan bagi kemasan (contoh : mengubah bentuk kemasan atau menghilangkan fungsi
proteksinya).
Label pada kemasan semi solid harus mencantumkan hal-hal di bawah ini:
a) Nama obat
b) Komposisi
c) Indikasi
d) Dosis dan aturan pakai
e) Efek samping
f) Kontraindikasi
g) Peringatan dan perhatian
h) Interaksi
i) Cara penyimpanan
j) Informasi lain
Jika informasi yang dibutuhkan tidak cukup tercantum pada label, maka dibuatlah nrodur.
Informasi yang perlu dicantumkan di dalam brosur pada kemasan obat adalah :
1. Nama obat
2. Komposisi obat
3. Indikasi
4. Aturan pakai
5. Peringatan perhatian
6. Tanggal Daluwarsa
7. Nama Produsen
8. Nomor batch/lot
9. Harga Eceran Tertinggi
10. Nomor registrasi
Aturan tentang nomor registrasi obat berdasarkan Permenkes RI no.
920/Menkes/Per/X/1995 menyebutkan bahwa nomor registrasi yang terdiri dari 15 angka memiliki
arti tersendiri, yakni:
1. Kotak no 1 membedakan nama obat menjadi: D (nama dagang) dan G (nama generik)
2. Kotak no 2 menggolongkan golongan obat:
a. N: golongan narkotik
b. P: golongan psikotropik
c. T: golongan bebas terbatas
d. B: golongan obat bebas
e. K: golongan obat keras
3. Kotak no 3 membedakan jenis produksi
a. I: obat jadi impor
b. E: obat jadi untuk ekspor
c. L: obat jadi produksi dalam negeri atau lokal
d. X: obat jadi untuk keperluan khusus
4. Kotak no 4 dan 5 membedakan periode obat jadi
5. Kotak nomor 6,7 dan 8 menunjukkan nomor urut pabrik
6. Kotak nomor 9,10 dan 11 menunjukkan nomor urut obat jadi yang disetujui masing-
masing pabrik
7. Kotak no 12 dan 13 menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi. Macam sediaan yang ada
yaitu:
12: tablet hisap
37: sirup
24: bedak/talk
62: inhalasi
33: suspensi
30: salep
29: krim
10: tablet
01: kapsul
46: Collyria
36: drops
8. Kotak no 14 menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi A:
menunjukkan kekuatan obat yang pertama disetujui B:
menunjukkn kekuata obat kedua disetujui
C: menunjukkan kekuatan obat yang ketiga disetujui
9. Kotak no 15 menunjukkan kemasan yang berbeda untuk tiap nama, kemasan dan bentuk
sediaan obat jadi.
“1” menunjukkan kemasan yang pertama
“2” menunjukkan beda kemasan yang pertama
“3” menunjukkan beda kemas
BAB III
METODE PEMBUATAN DAN PROSEDUR EVALUASI
1. 3.1. STUDI PRAF ORMULA SI
2. 3.1.1. Zat A ktif
3. Ababa

3.1. STUDI PRAFORMULASI


Bahan berkhasiat yang diajukan adalah Na Diklofenak
3.1.1.1.Na Diklofenak
- Kelarutan : larut dalam air (50mg/ml), etanol, aseton, DMSO
- Penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat
- Khasiat dan pengggunaan : Analgesik, antiinflamasi
- Kajian Farmakologi : Natrium diklofenak adalah obat golongan AINS (Anti Inflamasi
Non Steroid) yang biasa digunakan untuk terapi reumatoid arthritis.
- Sebagai penggunaan topikal, Natrium Diklofenak dapat digunakan untuk penanganan
lokal inflamasi, traumatik pada tendon, ligamen, otot dan sendi,dan periartropati,
penyakit rematik lokal seperti, osteoarthritis pada sendi perifer. Mekanisme kerja Na-
Diklofenak adalah dengan menekan sensor nyeri yang terdapat pada stratum
granulosum kulit. Dosis Na-Diklofenak untuk topikal adalah 10 mg/ g digunakan 3-4
kali sehari (ISO 46)

Gambar 3.1. Rumus Struktur Na Diklofenak


3.1.2. ZAT TAMBAHAN
1. Vaselin Album

- Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; sukar larut dalam etanol
dingin atau panas dan dalam etanol mutlak dingin; mudah larut dalam
pelarut organik

- Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat tidak tembus cahaya.


- Kegunaan : Sebagai pembentuk massa
basis krim Titik Leleh : 38-60oC
- Alasan Pemilihan: Vaseline merupakan fase minyak yang stabil untuk sediaan
2. Setil Alkohol

Gambar 3.5. Rumus Struktur Setil Alcohol


- Rumus molekul : C16H34O
- Nama kimia : Hexadecan-1-ol
- Titik Leleh : 42-520C
- Viskositas : 7 mPa s (7cP) pada suhu 500oC
- Inkompatibilitas : dengan agen pengoksida kuat
- Penyimpanan : wadah tertutup baik
- Kegunaan : sebagai emollient, pengabsorpsi air, dan
berfungsi sebagai pengemulsi.
- Alasan Pemilihan : Pada emulsi minyak dalam air, setil
alcohol dapat meningkatkan stabilitas melalui kombinasi
dengan agen pengemulsi yang larut air.
3. Metil Paraben

Gambar 3.8. Rumus Struktur Metilparaben Nama kimia :


metil-4 hidroksibenzoat

- Rumus molekul : C8H8O3


- Kegunaan: pengawet antimikroba Konsentrasi : 0,02-0,3 %
pada sediaan topikal
- Inkompatibilitas : aktivitasnya berkurang dengan adanya surfaktan
nonionik. Inkompatibel dengan bentonit, magnesium trisilikat, talk,
tragakan, natrium alginat, minyak esensial, sorbitol dan atropin. Juga
bereaksi terhadap gula dan gula alkohol.
- Kelarutan: 1:50 etanol 95%; 1:2 air; praktis tidak larut dalam fixed oil.
- pH : 9,5 – 10,5 (0,1% w/v larutan encer).
- Alasan :sebagai pengawet antimikroba yang biasa digunakan dalam
sediaan kosmetik, makanan, dan formulasi sediaan farmasi yang lain.
- Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
4. Tween 20

W + x + y + z = 20 (Polysorbates 20, 40, 60, 65, 80, dan 85)


Gambar . Rumus Struktur Tween 20 ( Polisorbat 20)

o Nama kimia : Polyethylene glycol


sorbitan monostearate,
Polyoxyethylene sorbitan monostearate
o Rumus molekul : C64H126O26
o Kelarutan: Sukar larut dalam air, larut dalam air panas, tidak larut
pada minyak mineral dan minyak sayur.
o Viskositas : 600 mPa
o Penggunaan : pengemulsi, surfaktan non ionik

o Konsentrasi : agen pengemulsi 1-10% (digunakan pada


emulsi minyak dalam air kombinasi
dengan pengemulsi hidrofilik), penggunaan tunggal 1-
15%; pelarut 1-15%; pembasah 0,1-3%.
o Inkompatibilitas : terjadi perubahan warna dan pengendapan
dengan adanya fenol, tanin, tars, dan komponen tarlike.
o Alasan : digunakan sebagai pengemulsi untuk menghasilkan
emulsi minyak dalam air yang stabil dan bersifat tidak toksik dan
tidak menimbulkan iritasi, merupakan basis nonionic yang tidak
bereaksi dengan garam natrium sehingga aman digunakan dan
stabil.
5. Span 20

Gambar 3.6. Rumus Span20 (sorbitan


monolaurate)
- Rumus Molekul : C24H46O6

- Kelarutan : larut atau terdispersi dalam minyak; larut dalam pelarut


organik; tidak larut dalam air.
- Titik leleh : 50-600C
- Kegunaan : agen pengemulsi, surfaktan non ionik Konsentrasi : agen
pengemulsi 1-10% (digunakan dalam kombinasi dengan emulsi hidrofilik
pada emulsi minyak dalam air); pelarut (1-10%); pembasah (0,1-3%
- Alasan Pemilihan: digunakan sebagai pengemulsi untuk menghasilkan
emulsi minyak dalam air yang stabil dan bersifat tidak toksik dan tidak
menimbulkan iritasi, merupakan basis nonionic yang tidak bereaksi dengan
garam natrium sehingga aman digunakan dan stabil..

3.2. FORMULASI SEDIAAN

Unruk membuat krim dalam kemasan tube plastik 20 gram, digunakan


formulasi sebagai berikut:
4.
R/ Natrtium diklofenak 2%
Vaselin album 25%
Setil Alkohol 20%
Emulgator 2%
Tween 60
Span 60
Metil paraben 0,18%
Aquades Ad 100

3.3.PERHITUNGAN BAHAN
3.3.1. SKALA KECIL

Bahan Konsentrasi Diambil

Na Diklofenak 2% 8 gram

Vaselin Album 25% 100 gram

Cetil Alkohol 20% 80 gram

(100 × 12) + (15 × 80) = 180 × HLB butuh


1200 + 1200 = 180 × HLB butuh
2400
𝐻𝐿𝐵 𝐵𝑢𝑡𝑢ℎ = = 13,33
180

Emulgator 2% 8gram

Tween 20 16,7T + 8,6S = 8×13,33 4,64 gram


16,7 T + 8,6 (8-T) = 106,4
8,1T = 37,6
T = 4,642 gram = 4,64 gram

Span 20 8 gram – 4,64 gram = 3,36 3,36 gram


gram

Nipagin 0,18% 0,72 gram

Aquadest Ad 400gr 204gr/204ml

Total 400 gr
3.3.2. SKALA BESAR

Bahan Konsentrasi Diambil

Na Diklofenak 2% 8 gram

Vaselin Album 25% 100 gram

Cetil Alkohol 20% 80 gram

(100 × 12) + (15 × 80) = 180 × HLB butuh


1200 + 1200 = 180 × HLB butuh
2400
𝐻𝐿𝐵 𝐵𝑢𝑡𝑢ℎ = = 13,33
180

Emulgator 2% 8gram

Tween 20 16,7T + 8,6S = 8×13,33 4,64 gram


16,7 T + 8,6 (8-T) = 106,4
8,1T = 37,6
T = 4,642 gram = 4,64 gram

Span 20 8 gram – 4,64 gram = 3,36 gram 3,36 gram

Nipagin 0,18% 0,72 gram

Aquadest Ad 400gr 204gr/204ml

Total 400 gr
Perhitungan harga:

Harga (per 20 gram)


Bahan Baku Rp26.720
Biaya produksi Rp10.000
Kemasan dan Labelling Rp7.500
Keuntungan yang Rp10.780
diharapkan
Total Rp55.000,00

3.4. METODE PEMBUATAN


Penimbangan bahan-bahan
 Menimbang seluruh bahan bahan yang diperlukan yaitu natrium diklofenak, vaseline
album, cethyl alcohol, tween 20, span 20, metilparaben, dan aquadest sejumlah yang
diperlukan.

Pembuatan fase minyak

 Masukan fase minyak yang terdiri dari vaseline album, cethyl alcohol, dan span 20
kedalam beaker glass 250mL, kemudian lelehkan campuran fase minyak pada
waterbath dengan suhu 750C. Panaskan sembari sesekali diaduk hingga meleleh
sempurna dan homogen. Jaga suhu agar tetap 600C

Pembuatan fase air

 Masukan fase air yang terdiri dari tween 20, metilparaben, dan air kedalam beaker
glass 500 mL kemudian panaskan campuran fase air pada waterbath dengan suhu
750C. Panaskan sembari sesekali diaduk. Jaga suhu agar tetap 600C

Pengadukan

 Campurkan fase minyak kedalam beaker glass 500mL berisi fase air yang sudah
dipanaskan dan diaduk dengan homogenizer selama 15 menit. Lakukan dengan
kecepatan 1500 rpm sembari dijaga suhunya agar tetap hangat selama pencampuran.

Penambahan zat aktif


 Bobot zat aktif yang ditimbang kemudian dibagi 3 di kertas perkamen. Zat aktif
ditambahkan 3 kali selama pengadukan. Pertama kali setelah basis terbentuk, dan
penambahan berikutnya berselang 30 detik dari pertama kali menambahkan zat aktif.
Setelah penambahan zat aktif ketiga kali, homogenizer kemudian dikecilkan
kecepatannya perlahan-lahan sampai akhirnya dimatikan.

Pengemasan

 Timbang berat tube yang ingin digunakan kemudian masukan sediaan kedalam wadah
tube plastik 20 g dengan menggunakan spuit untuk memasukkan krim kedalam tube.
Setelah itu, timbang kembali tube yang berisi krim untuk memastikan berat asli dari
krim yang dimasukkan

3.5. EVALUASI
1. Uji Penampilan Fisik (Organoleptis)
Evaluasi sediaan secara organoleptis bertujuan untuk memberikan nilai estetika atau
Pharmaceutical Elegance dari sediaan yang dibuat sebelum didistribusikan kepada
konsumen. Evaluasi organoleptis krim yang digunakan menggunakan panca indra, mulai
dari bau, warna, dan tekstur sediaan. Kemudahan dan metode aplikasi formulasi ditentukan
oleh sifat fisikokimia yang terdapat dalam krim.
2. Uji Viskositas dan Sifat Alir
Viskositas adalah ukuran tahanan suatu cairan untuk mengalir. Makin besar tahanan
suatu zat cair untuk mengalir makin besar pula viskositasnya. Sedangkan rheologi adalah
ilmu yang mempelajari sifat aliran zat cair atau deformasi zat padat. Tipe aliran sediaan
semi solid dapat diketahui menggunakan viskometer Brookfield.
Berdasarkan grafik sifat aliran (rheogram) cairan non Newton terbagi atas 2 kelompok
yaitu :
1. Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi oleh waktu :
- Aliran Plastik
- Aliran Pseudoplastik
- Aliran Dilatan
2. Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi oleh waktu :
- Aliran Tiksotropik
- Aliran Rheopeksi
- Aliran Anti-tiksotropik
Prosedur:
1. Wadah diisi dengan sediaan krim yang akan diuji
2. Spindel yang sesuai dipasang pada tempat gantungan spindle (putar ke kiri). Spindel
diturunkan sedemikian rupa sehingga batas pada spindle tercelup ke dalam krim.
3. Viskometer disambung dengan stop kontak dan dinyalakan motornya dengan cara
menekan tombol on. Biarkan spindle berputas hingga pembacaan stabil.
4. Angka yang ditunjukan oleh jarum merah pada skala dicatat dengan cara menekan clutch
jika dilakukan pada kecepatan tinggi serta mematikan motor.
5. Untuk menghitung viskositas, angka pembacaan hendaklah dikalikan dengan factor yang
sesuai dengan viscometer, spindle, dan kecepatan yang digunaka. Untuk memperoleh
ketelitian yang tinggi, hindari pembacaan dibawah 10,0 dan di atas 100,0.
6. Dengan mengubah-ubah rpm (boleh saat motor sedang berjalan) akan didapatkan
viskositas pada berbagai rpm.
7. Motor dimatikan jika ingin mengganti spindle atau mengganti sampel (disarankan
penggantian spindle dilakukan jika pembacaan kurang dari 10 atau lebih dari 100).
Sebelum membersihkan alat, spindle harus dilepas terlebih dahulu.
8. Viskositas sediaan dihitung dan dibuat rheogramnya. Untuk menghitung viskositas,
angka pembacaan dikaitkan dengan factor koreksi yang sesuai dengan
viscometer/spindle/speed yang digunakan.
9. Untuk mengetahui sifat aliran, dibuat kurva antara rate of shear sebagai sumbu y dan
shearing stress yang dibutuhkan untuk memutar spindle sebagai sumbu x.

Gambar 2. Alat Viskometer Brookfield


3. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat proses
pembuatan krim, bahan aktif obat dan bahan tambahan lain yang diperlukan, tercampur
secara homogen.
Cara kerja: Dilakukan dengan cara mengoleskan 0,1 gram sediaan pada kaca
transparan. Sediaan uji harus menunjukkan susunan yang homogen Jika bahan yang
digunakan dalam skala besar, uji dilakukan dengan sampling pada sediaan bagian atas,
tengah dan bawah.

4. Uji pH
Pengujian pH dilakukan untuk menyesuaikan pH sediaan terhadap pH organ
tubuh yang menjadi tempat pemberian krim. Alat yang digunakan adalah pH meter.

Gambar 7. Alat pH meter


Prinsipnya adalah pH sediaan krim untuk tujuan pemakaian topikal disesuaikan
dengan pH kulit normal, yaitu 4,5-6,5. Jika terlalu asam, sediaan akan menyebabkan
iritasi kulit. Jika terlalu basa, sediaan dapat menyebabkan gatal-gatal dan kulit bersisik.
Berikut ini merupakan prosedur kerja yang dilakukan pengujian pH dengan
menggunakan pH meter.
a. Kalibrasi elektrode dengan larutan dapar pH 4,0 dan pH 11,0
b. Masukkan 1 gram sediaan pada beaker glass 100mL. Tambahkan aquadest ad
100mL
c. Bilas elektrode dengan aquades kemudian keringkan dengan tissue bersih
d. Pada pH meter tekan tombol “cal/meas” dan tunggu hingga tertera tulisan
“meas” pada sudut layar
e. Celupkan elektrode yang telah dikalibrasi dan dibilas tersebut ke dalam larutan
sediaan
f. Baca dan catat angka yang tertera pada pH meter (tunggu hingga muncul tulisan
“ready”)
5. Uji Daya Sebar
Uji daya sebar ditujukan untuk mengetahui adanya pengaruh beban terhadap
perubahan diameter sebar yang diberikan oleh krim. Pengujian dilakukan
menggunakan kaca dan milimeterblock untuk melihat diameter sebaran krim yang
dilakukan.
Prosedur pengerjaannya adalah krim sebanyak 0,5 gram diletakkan ditengah-
tengah kaca, kemudian ditutup dengan kaca lainnya. Biarkan selama 1 menit dan catat
diameternya. Setelah itu perlahan lahan tambahkan beban satu persatu dari beban paling
kecil hingga beban paling besar. Masing masing dibiarkan selama 1 menit dan catat
apabila ada perubahan selama pengujian berlangsung.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Evaluasi Sediaan Krim


Evaluasi yang dilakukan terhadap sedian krim antirematik ini yaitu uji organoleptik,
pH, viskositas dan rheologi, daya sebar (spreadability), dan homogenitas.

4.1.1 Uji organoleptik


Pada pengamatan uji organoleptik krim antirematik dengan zat aktif natrium diklofenak
pada suhu ruangan (sesaat setelah sediaan jadi), diperoleh hasil sebagai berikut.
a) Warna : putih susu
b) Tekstur : halus (tidak ada butiran-butiran)
c) Bau : berbau tipis (tidak berbau yang berarti)
Pada tujuh hari setelah penyimpanan, sediaan masih tetap berwarna putih susu, halus
dan berbau tipis tanpa ada perubahan yang berarti.

4.1.2 Uji homogenitas


Berdasarkan hasil pengamatan, sediaan krim antirematik ini memiliki homogenitas
yang baik karena tidak terdapat butiran-butiran kasar ataupun gumpalan-gumpalan pada krim.

4.1.3 Uji pH
Berdasarkan hasil pengamatan menggunakan pH meter, diperoleh pH sebesar 4.23.
Sedangkan pH krim topikal harus disesuaikan dengan pH kulit manusia yang berkisar antara
4,5 – 6,5. Hal ini berarti, sediaan krim antirematik na diklofenak memiliki pH yang kurang
sesuai dengan persyaratan pH sediaan krim topikal, dengan adanya kemungkinan sediaan yang
bersifat asam lemah tersebut dapat mengiritasi kulit.

4.1.4 Uji viskositas dan rheologi


Berdasarkan pengukuran viskometer Brookfield menggunakan spindel nomor 6,
diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.1 Nilai viskositas, rate of shear, dan shearing stress sediaan krim antirematik natrium
diklofenak
Kerapatan Dial Faktor Viskositas Shearing stress Rate of shear
(rpm) reading koreksi (f) (ɳ = dr x f) (F/A = dr x (dv/dr = F/A x
(dr) 7.187) 1/ ɳ)
0.5 2.5 40000 100000 17.968 1.797 x 10-04
2 6 10000 60000 43.122 7.187 x 10-04
5 12.5 4000 50000 89.838 1.797 x 10-03
10 20 2000 40000 143.740 3.594 x 10-03
20 39.5 1000 39500 283.887 7.187 x 10-03
20 37 1000 37000 265.919 7.187 x 10-03
10 21.5 2000 43000 154.521 3.594 x 10-03
5 10 4000 40000 71.870 1.797 x 10-03
2 7 10000 70000 50.309 7.187 x 10-04
0.5 4 40000 160000 28.748 1.797 x 10-04

Berikut ini merupakan kurva hubungan antara rate of shear dan shearing stress pada sediaan
krim antirematik natrium diklofenak, yang menunjukkan tipe aliran tiksotropik.

Kurva hubungan antara rate of shear dan shearing stress


pada sediaan krim antirematik natrium diklofenak
8.000E-03
7.000E-03
Rate of shear (s-1)

6.000E-03
5.000E-03
4.000E-03
3.000E-03
2.000E-03
1.000E-03
0.000E+00
0.000 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000 350.000
Shearing stress (N/m2)

Gambar 4.1 Kurva hubungan rate of shear dan shearing stress pada sediaan krim antirematik natrium diklofenak.

Berdasarkan hasil grafik yang didapat dari percobaan analisa krim, didapatkan bahwa
sediaan krim antirematik na diklofenak ini memiliki sifat alir tiksotropik. Aliran dilatan sediaan
krim ditandai dengan adanya kurva menurun terletak di sebelah kiri kurva naik, yang
merupakan gabungan dari aliran plastis dan pseudoplastis. Terjadi karena perubahan struktur
pada krim karena naiknya tekanan tidak dapat kembali ke keadaan semula saat tekanan tersebut
berkurang. Aliran tiksotropik merupakan aliran yang diinginkan pada pembuatan sediaan krim
karena sediaan diharapkan memiliki konsistensi tinggi dalam wadah namun mudah dikeleurkan
setelah diberikan tekanan, selain itu aliran ini diharapkan memiliki penetrasi yang tinggi ke
kulit setelah dioleskan.

4.1.5 Uji daya sebar (spreadability)


Tabel 4.2 Hasil uji daya sebar dengan berbagai berat beban yang digunakan
Beban yang digunakan
Replikasi
Tanpa beban Beban 10 Beban 20 Beban 50 Beban Beban
pengujian
gram gram gram 100 gram 200 gram
1 4.6 cm 4.7 cm 4.9 cm 5.1 cm 5.3 cm 5.4 cm
2 4.4 cm 4.6 cm 4.8 cm 5 cm 5.1 cm 5.4 cm
3 4.5 cm 4.6 cm 4.8 cm 5 cm 5.2 cm 5,4 cm
Rata-rata 4.5 cm 4.63 cm 4.83 cm 5.03 cm 5.2 cm 5.4 cm

Hasil uji daya sebar menunjukkan bahwa saya sebar sediaan meningkan seiring
kenaikan beban atau gaya yang diberikan. Rata-rata daya sebar sediaan krim antirematik na
diklofenak ini adalah sebesar
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN

Pada pembuatan krim anti rematik praktikan menggunakan zat aktif Natrium Diklofenak sebagai
obat golongan analgesik Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) untuk mengurangi rasa nyeri dari penyakit
rematik. Basis krim yang digunakan oleh praktikan adalah basis HUSA‟S yang terdiri dari komponen
sebagai berikut Setil alkohol, Vaselin album, dan Span 60 sebagai fase minyak; dan tween 60 serta Metil
paraben sebagai pengawet yang merupakan fase air. Krim yang dibuat merupakan krim minyak dalam
air, dengan tujuan untuk memberikan rasa nyaman kepada konsumen dalam pemakaian.
Setelah sediaan krim anti rematik jadi, langkah selanjutnya adalah dilakukan evaluasi
terhadap sediaan krim. Adapun evaluasi yang dilakukan diantaranya adalah uji penampilan fisik, uji pH,
uji viskositas dan sifat alir, uji konsistensi, uji homogenita. Berdasarkan hasil evaluasi, sediaan krim anti
rematik memiliki penampilan yang baik dan memenuhi hampir semua kriteria krim yang baik, hanya
saja pH sediaan perlu sedikit diperbaiki agar sesuai kriteria yaitu 4,5-6,5.

5.2. SARAN
Krim anti rematik merupakan sedian jenis krim yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri pada
pasien yang menderita penyakit rematik. Ada beberapa zat aktif yang biasa digunakan sebagai analgesik
untuk mengobati rasa nyeripada rematik. Untuk itu, perlu dipertimbangkan secara matang, mana saja
zat aktif NSAID yang bisa digunakan secara topikal, harga terjangkau dan efektivitas tinggi. Untuk dapat
menghasilkan sediaan krim yang bagus juga perlu diperhatikan dalam pemilihan komponen penyusun
basis krim dan pemilihan cara pembuatan krim yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Amaliah, A., & Pratiwi, R. (n.d.). Review Artikel: Studi Formulasi Dan Evaluasi Fisik Sediaan Krim
Antiskabies dari Minyak Mimba (Azadirachta Indica A. Juss). Farmaka. Suplemen Vol. 15, No. 2.
Diperoleh dari jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/download/13010/pdf
Ansel, C.H., Popovich, N.G., & Allen, J.V. (2011). Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug
Delivery Systems. (Ed. ke-9). Philadephia: Lippincott Williams & Wilkins.
Farmakope Indonesia Edisi V
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai