Disusun oleh:
Kelompok 6
Praktikum Teknologi Sediaan Solid B
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
MARET, 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan,
pikiran dan tenaga sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Ungkapan terima kasih
juga tak lupa kami ucapkan kepada dosen pengajar mata kuliah Praktikum Teknologi Sediaan Setengah Padat
dan Cair, terutama Ibu Ayun Erwina Arifianti, M. Farm., Apt beserta rekan serta semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Adapun penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas matakuliah Praktikum Teknologi Sediaan
Setengah Padat dan Cair dan juga untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca, terutama mahasiswa
program sarjana farmasi mengenai pembuatan sediaan farmasi yang aman, bermutu, dan berkhasiat.
Penulis pun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis meminta
maaf atas segala kekurangan dalam makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi
penulis dan bagi pembaca.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Rheumatoid arthritis atau rematik merupakan masalah kesehatan yang biasanya ditandai dengan
rasa nyeri pada sendi. Rhumatoid arthritis atau RA dapat terjadi pada semua usia, dengan prevalensi yang
terus meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Penyakit ini tiga kali lebih sering terjadi pada
wanita. Pada wanita, RA dapat terjadi pada usia 15-45 tahun, sedangkan pada laki-laki biasanya terjadi
pada usia di atas 60 tahun.
Gejala pada RA ini dapat mengganggu kegiatan sehari-hari. Oleh karena itulah, diperlukan produk
untuk mengurangi rasa nyeri pada sendi sehingga pasien RA tetap dapat beraktivitas seperti biasanya. Produk
antirematik untuk mengobati rasa nyeri pada pasien RA harus memiliki onset yang cepat supaya segera
menghilangkan rasa nyeri tersebut. Produk antirematik ini juga harus mudah dibawa dan mudah dalam
pengaplikasiannya. Hal ini tentunya akan meningkatkan nilai efektivitas dan efisiensi dari produk
antirematik tersebut.
Sediaan krim antirematik yang praktikan buat adalah krim minyak dalam air. Krim minyak dalam
air akan terasa lembut, mudah menyebar dan tidak menimbulkan rasa lengket. Dengan adanya
penambahan rasa menthol, krim tersebut diharapkan menimbulkan sensasi hangat yang dapat
merelaksasi otot-otot di sekitar sendi. Praktikan berharap makalah yang praktikan buat ini dapat
bermanfaat dan dapat dipertimbangkan formulasinya serta kualitas krim yang ditinjau dari evaluasi-evaluasi
yang dilakukan, untuk digunakan di pasaran.
1. 2. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini:
1.2.1. Zat aktif apa saja yang digunakan dan komposisinya?
1.2.2. Eksipien apa saja yang digunakan dan komposisinya?
1.2.3. Bagaimana cara pembuatan krim antirematik?
1.2.4. Bagaimana kualitas krim yang dihasilkan ditinjau dari evaluasinya?
1.2.5. Apa kemasan yang cocok untuk krim antirematik
1. 3. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk pemenuhan tugas mata kuliah Praktikum Teknologi
Sediaan Semi Solid yaitu untuk melaporkan hasil praktikum formulasi sedian krim yang telah dilakukan.
Makalah ini juga bertujuan menginformasikan zat aktif yang terkandung serta bahan tambahan yang
digunakan dalam krim beserta alasan pemilihannya. Makalah ini juga memberikan informasi mengenai proses
pembuatan krim tersebut dan evaluasi yang dilakukan sehingga dapat dilakukan analisa terhadap krim
tersebut.
1. 4. Metedologi Penulisan
Metode yang digunakan untuk pembuatan makalah ini adalah metode penelitian dan kepustakaan.
Praktikan melakukan praktikum untuk mengetahui apakah praformulasi yang dilakukan tepat atau
tidak. Praktikan juga mencari data dan informasi dari buku-buku untuk menunjang teori-teori yang
mendasar tentang krim dan praktikum formulasi serta penulisan makalah ini.
1. 5. Sistematika Penulisan
Sistematika penyusunan proposal ini adalah sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Metodologi Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Rheumatoid arthritis
2.2 Krim
2.3 Kajian Farmakologis
BAB 3 METODE PEMBUATAN DAN EVALUASI KRIM ANTIREMATIK
3.1 Studi Pra-formulasi
3.2 Formulasi
3.3 Evaluasi Krim
3.4 Kemasan
3.5 Labeling
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN EVALUASI
4.1. Uji Penampilan Fisik
4.2. Uji pH
4.3. Pengukuran Viskositas dan Sifat Alir
4.4. Uji Konsistensi
4.5. Uji Homogenitas
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran DAFTAR
PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Reumatoid Arthritis
Rheumatoid arthritis atau rematik adalah penyakit sistemik yang biasanya ditandai dengan peradangan
sendi yang bersifat simetris (Dipiro et al, 2008). RA terjadi akibat adanya disregulasi komponen humoral dan
dimediasi oleh sistem imun (reaksi autoimun tipe III). Kebanyakan pasien RA menghasilkan antibodi
yang disebut faktor rheumatoid. Reaksi autoimun ini terjadi pada membran sinovial.. Membran sinovial
berfungsi untuk memproduksi cairan sinovial yang dibutuhkan oleh sendi. Proses fagositosis
menghasilkan enzim-enzim dalam sendi yang akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, poliferasi
membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan sehingga
menimbulkan erosi tulang. Akibatnya permukaan sendi menghilang yang akan menganggu gerak sendi. Otot
akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya
elastisitas otot dengan kekuatan kontraksi otot.
Kekakuan sendi pada pasien RA umumnya memburuk pada pagi hari setelah bangun tidur melebihi
30 menit dan dapat berlangsung sepanjang hari. Hal ini dikarenakan pasien terlalu lama tidak bergerak
sehingga menghilangkan elastisitas sendi. Gejala lain yang mungkin timbul pada pasien RA antara lain
ditemukan benjolan dibawah kulit akibat membran sinovial yang membengkak (inflamasi). Selain itu,
pasien RA sering mengalami nyeri saat bergerak, lelah, dan demam.
Terdapat dua kelas obat yang digunakan untuk mengobati RA, (1) obat fast acting (lini pertama)
dan (2) obat slow acting (lini kedua). Obat lini pertama ditujukan untuk mengurangi nyeri dan
peradangan, seperti obat-obat analgesic dan AINS. Sedangkan, obat lini kedua ditujukan untuk mencegah
terjadinya deformitas atau kelainan bentuk sendi dan menjaga fungsi persendian agar tetap dalam
keadaan baik, namun tidak memberikan efek antiinflamasi. Yang termasuk ke dalam obat lini kedua ini
adalah DMARD (Disease Modifying Arthritis Rheumatid Drugs), seperti golongan emas, metotreksat,
sulsazalazin dan hidroksiklorokuin, serta obat-obat kortikosteroid, seperti prednisolone, betametason,
triamsinolon asetonid, dan lainnya.
Pada prinsipnya metode pembuatan sediaan semi solid dibagi menjadi dua, yaitu:
Penggukuran pH untuk sediaan semi solid biasanya disesuaikan dengan pH kulit yaitu
4,5-6,5. Bila sediaan terlalu asam maka dapat mengiritasi kulit namun bila terlalu basa
menyebabkan kulit menjadi bersisik.
2.4.3. Pengukuran Viskositas dan Sifat Alir
Viskositas adalah ukuran tahanan suatu cairan untuk mengalir. Makin besar tahanan
suatu zat cair untuk mengalir maka makin besar pula viskositasnya. Sedangkan rheologi adalah
ilmu yang mempelajari sifat aliran zat cair atau deformasi zat padat.
Hampir seluruh system terdispersi termasuk sediaan–sediaan farmasi yang berupa emulsi,
suspensi dan sediaan setengah padat tidak mengikuti hukum Newton. Viskositas cairan ini
bervariasi pada setiap kecepatan geser, sehingga untuk melihat sifat alirannya dilakukan
pengukuran pada beberapa kecepatan geser misalnya dengan menggunakan viscometer rotasi
Stormer atau Brookfield. Berdasarkan grafik sifat aliran (rheogram) cairan non Newton terbagi
atas 2 kelompok yaitu:
Untuk mengetahui adanya ketidakstabilan dalam suatu sediaan farmasi dapat digunakan
uji stabilitas dipercepat. Dalam uji stabilitas dipercepat ini, sediaan farmasi mendapatkan berbagai
perlakuan suhu, kelembaban relatif, pH, dan beberapa pengaruh lain seperti perlakuan dengan
penambahan hidrogen peroksida.
- Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; sukar larut dalam etanol
dingin atau panas dan dalam etanol mutlak dingin; mudah larut dalam
pelarut organik
3.3.PERHITUNGAN BAHAN
3.3.1. SKALA KECIL
Na Diklofenak 2% 8 gram
Emulgator 2% 8gram
Total 400 gr
3.3.2. SKALA BESAR
Na Diklofenak 2% 8 gram
Emulgator 2% 8gram
Total 400 gr
Perhitungan harga:
Masukan fase minyak yang terdiri dari vaseline album, cethyl alcohol, dan span 20
kedalam beaker glass 250mL, kemudian lelehkan campuran fase minyak pada
waterbath dengan suhu 750C. Panaskan sembari sesekali diaduk hingga meleleh
sempurna dan homogen. Jaga suhu agar tetap 600C
Masukan fase air yang terdiri dari tween 20, metilparaben, dan air kedalam beaker
glass 500 mL kemudian panaskan campuran fase air pada waterbath dengan suhu
750C. Panaskan sembari sesekali diaduk. Jaga suhu agar tetap 600C
Pengadukan
Campurkan fase minyak kedalam beaker glass 500mL berisi fase air yang sudah
dipanaskan dan diaduk dengan homogenizer selama 15 menit. Lakukan dengan
kecepatan 1500 rpm sembari dijaga suhunya agar tetap hangat selama pencampuran.
Pengemasan
Timbang berat tube yang ingin digunakan kemudian masukan sediaan kedalam wadah
tube plastik 20 g dengan menggunakan spuit untuk memasukkan krim kedalam tube.
Setelah itu, timbang kembali tube yang berisi krim untuk memastikan berat asli dari
krim yang dimasukkan
3.5. EVALUASI
1. Uji Penampilan Fisik (Organoleptis)
Evaluasi sediaan secara organoleptis bertujuan untuk memberikan nilai estetika atau
Pharmaceutical Elegance dari sediaan yang dibuat sebelum didistribusikan kepada
konsumen. Evaluasi organoleptis krim yang digunakan menggunakan panca indra, mulai
dari bau, warna, dan tekstur sediaan. Kemudahan dan metode aplikasi formulasi ditentukan
oleh sifat fisikokimia yang terdapat dalam krim.
2. Uji Viskositas dan Sifat Alir
Viskositas adalah ukuran tahanan suatu cairan untuk mengalir. Makin besar tahanan
suatu zat cair untuk mengalir makin besar pula viskositasnya. Sedangkan rheologi adalah
ilmu yang mempelajari sifat aliran zat cair atau deformasi zat padat. Tipe aliran sediaan
semi solid dapat diketahui menggunakan viskometer Brookfield.
Berdasarkan grafik sifat aliran (rheogram) cairan non Newton terbagi atas 2 kelompok
yaitu :
1. Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi oleh waktu :
- Aliran Plastik
- Aliran Pseudoplastik
- Aliran Dilatan
2. Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi oleh waktu :
- Aliran Tiksotropik
- Aliran Rheopeksi
- Aliran Anti-tiksotropik
Prosedur:
1. Wadah diisi dengan sediaan krim yang akan diuji
2. Spindel yang sesuai dipasang pada tempat gantungan spindle (putar ke kiri). Spindel
diturunkan sedemikian rupa sehingga batas pada spindle tercelup ke dalam krim.
3. Viskometer disambung dengan stop kontak dan dinyalakan motornya dengan cara
menekan tombol on. Biarkan spindle berputas hingga pembacaan stabil.
4. Angka yang ditunjukan oleh jarum merah pada skala dicatat dengan cara menekan clutch
jika dilakukan pada kecepatan tinggi serta mematikan motor.
5. Untuk menghitung viskositas, angka pembacaan hendaklah dikalikan dengan factor yang
sesuai dengan viscometer, spindle, dan kecepatan yang digunaka. Untuk memperoleh
ketelitian yang tinggi, hindari pembacaan dibawah 10,0 dan di atas 100,0.
6. Dengan mengubah-ubah rpm (boleh saat motor sedang berjalan) akan didapatkan
viskositas pada berbagai rpm.
7. Motor dimatikan jika ingin mengganti spindle atau mengganti sampel (disarankan
penggantian spindle dilakukan jika pembacaan kurang dari 10 atau lebih dari 100).
Sebelum membersihkan alat, spindle harus dilepas terlebih dahulu.
8. Viskositas sediaan dihitung dan dibuat rheogramnya. Untuk menghitung viskositas,
angka pembacaan dikaitkan dengan factor koreksi yang sesuai dengan
viscometer/spindle/speed yang digunakan.
9. Untuk mengetahui sifat aliran, dibuat kurva antara rate of shear sebagai sumbu y dan
shearing stress yang dibutuhkan untuk memutar spindle sebagai sumbu x.
4. Uji pH
Pengujian pH dilakukan untuk menyesuaikan pH sediaan terhadap pH organ
tubuh yang menjadi tempat pemberian krim. Alat yang digunakan adalah pH meter.
4.1.3 Uji pH
Berdasarkan hasil pengamatan menggunakan pH meter, diperoleh pH sebesar 4.23.
Sedangkan pH krim topikal harus disesuaikan dengan pH kulit manusia yang berkisar antara
4,5 – 6,5. Hal ini berarti, sediaan krim antirematik na diklofenak memiliki pH yang kurang
sesuai dengan persyaratan pH sediaan krim topikal, dengan adanya kemungkinan sediaan yang
bersifat asam lemah tersebut dapat mengiritasi kulit.
Berikut ini merupakan kurva hubungan antara rate of shear dan shearing stress pada sediaan
krim antirematik natrium diklofenak, yang menunjukkan tipe aliran tiksotropik.
6.000E-03
5.000E-03
4.000E-03
3.000E-03
2.000E-03
1.000E-03
0.000E+00
0.000 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000 350.000
Shearing stress (N/m2)
Gambar 4.1 Kurva hubungan rate of shear dan shearing stress pada sediaan krim antirematik natrium diklofenak.
Berdasarkan hasil grafik yang didapat dari percobaan analisa krim, didapatkan bahwa
sediaan krim antirematik na diklofenak ini memiliki sifat alir tiksotropik. Aliran dilatan sediaan
krim ditandai dengan adanya kurva menurun terletak di sebelah kiri kurva naik, yang
merupakan gabungan dari aliran plastis dan pseudoplastis. Terjadi karena perubahan struktur
pada krim karena naiknya tekanan tidak dapat kembali ke keadaan semula saat tekanan tersebut
berkurang. Aliran tiksotropik merupakan aliran yang diinginkan pada pembuatan sediaan krim
karena sediaan diharapkan memiliki konsistensi tinggi dalam wadah namun mudah dikeleurkan
setelah diberikan tekanan, selain itu aliran ini diharapkan memiliki penetrasi yang tinggi ke
kulit setelah dioleskan.
Hasil uji daya sebar menunjukkan bahwa saya sebar sediaan meningkan seiring
kenaikan beban atau gaya yang diberikan. Rata-rata daya sebar sediaan krim antirematik na
diklofenak ini adalah sebesar
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Pada pembuatan krim anti rematik praktikan menggunakan zat aktif Natrium Diklofenak sebagai
obat golongan analgesik Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) untuk mengurangi rasa nyeri dari penyakit
rematik. Basis krim yang digunakan oleh praktikan adalah basis HUSA‟S yang terdiri dari komponen
sebagai berikut Setil alkohol, Vaselin album, dan Span 60 sebagai fase minyak; dan tween 60 serta Metil
paraben sebagai pengawet yang merupakan fase air. Krim yang dibuat merupakan krim minyak dalam
air, dengan tujuan untuk memberikan rasa nyaman kepada konsumen dalam pemakaian.
Setelah sediaan krim anti rematik jadi, langkah selanjutnya adalah dilakukan evaluasi
terhadap sediaan krim. Adapun evaluasi yang dilakukan diantaranya adalah uji penampilan fisik, uji pH,
uji viskositas dan sifat alir, uji konsistensi, uji homogenita. Berdasarkan hasil evaluasi, sediaan krim anti
rematik memiliki penampilan yang baik dan memenuhi hampir semua kriteria krim yang baik, hanya
saja pH sediaan perlu sedikit diperbaiki agar sesuai kriteria yaitu 4,5-6,5.
5.2. SARAN
Krim anti rematik merupakan sedian jenis krim yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri pada
pasien yang menderita penyakit rematik. Ada beberapa zat aktif yang biasa digunakan sebagai analgesik
untuk mengobati rasa nyeripada rematik. Untuk itu, perlu dipertimbangkan secara matang, mana saja
zat aktif NSAID yang bisa digunakan secara topikal, harga terjangkau dan efektivitas tinggi. Untuk dapat
menghasilkan sediaan krim yang bagus juga perlu diperhatikan dalam pemilihan komponen penyusun
basis krim dan pemilihan cara pembuatan krim yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Amaliah, A., & Pratiwi, R. (n.d.). Review Artikel: Studi Formulasi Dan Evaluasi Fisik Sediaan Krim
Antiskabies dari Minyak Mimba (Azadirachta Indica A. Juss). Farmaka. Suplemen Vol. 15, No. 2.
Diperoleh dari jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/download/13010/pdf
Ansel, C.H., Popovich, N.G., & Allen, J.V. (2011). Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug
Delivery Systems. (Ed. ke-9). Philadephia: Lippincott Williams & Wilkins.
Farmakope Indonesia Edisi V
LAMPIRAN