Karlin 3

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

Muhammad Ali: 14 Momen yang

Menjadikannya Si Terhebat!

Tempo.co
Sabtu, 4 Juni 2016 15:35 WIB

Muhammad Ali sebelum pertandingan melawan Henry Cooper di Wembley, London, 18 Juni
1963. Mandatory Credit: Action Images / MSI/File Photo

TEMPO.CO, Jakarta - Muhammad Ali, petinju legendaris yang memproklamirkan dirinya


"The Greatest" atau "Yang Terhebat", meninggal di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat,
Jumat, 3 Mei 2016, waktu setempat.

Salah satu atlet paling terkenal dan dicintai di planet ini menyerah pada maut setelah 32 tahun
berjuang melawan penyakit Parkinson. Muhammad Ali meninggal pada usianya yang ke-74

Berikut momen-momen penting yang menjadikan petinju legendaris itu sebagai "Yang
Terhebat", seperti yang disarikan dari laman The Guardian, Sabtu, 4 Mei 2016.
1. Bertinju Setelah Motornya Dicuri (1954)

Jika bukan karena iming-iming makanan gratis, Muhammad Ali mungkin tidak pernah
bertinju. Saat masih bernama Cassius Clay, ia mengayuh sepeda merah-putih merek Schwinn
miliknya ke Louisville Home Show, pameran untuk para pengusaha kulit hitam itu, demi
sekantung brondong jagung cuma-cuma, sepotong hot dog, dan sebungkus permen. Tapi
ketika pergi berkeliling, sepedanya hilang. Seseorang menyarankan dia berbicara dengan
polisi bernama, Joe Martin, di dekat gym Columbia.

Ali, seperti yang terungkap dalam otobiografinya, The Greatest, mengatakan: "Aku berlari
sambil menangis tapi pemandangan, suara, dan bau keringat para petinju membuat aku
bersemangat sehingga hampir lupa tentang sepeda itu". Tanpa disadari oleh Ai, Martin
menepuk bahunya. "Omong-omong, kami berlatih tinju setiap malam, Senin sampai Jumat,
kira-kira enam sampai delapan ronde. Ini ada formulir jika Anda ingin bergabung."

2. Menang pada Pertarungan Pertama (1954)

Pertama kali menjejakkan kakinya dia atas ring, Ali berhadapan dengan petinju yang lebih
tua. Ali digebukin habis-habisan. Dalam satu menit hidungnya berdarah-darah sehingga Ali
harus ditarik keluar. Martin mengatakan, "ia kecolongan karena hook kiri yang
memukulinya".

Enam pekan berselang, Ali memenangkan pertarungan pertamanya dengan angka atas murid
lain, Ronny O'Keefe. Dalam pertandingan, yang disiarkan langsung oleh acara Tomorrow's
Champions, dan disaksikan warga Kentucky, ayahnya, Cassius Clay Senior, menyatakan:
"Anak saya akan menjadi Joe Louis berikutnya. Juara Dunia Kelas Berat, Cassius Clay!"
Joseph Louis Barrow, atau yang dikenal dengan nama Joe Louis, adalah petinju profesional
asal Negeri Abang Sam. Louis adalah pemegang gelar juara dunia kelas berat dari 1937
hingga 1949. Louis dianggap sebagai salah satu petinju terbesar di kelas berat sepanjang
masa.
3. Emas di Olimpiade Roma (1960)

Ia hampir batal bertanding di Olimpiade Roma. Sebabnya, Ali sangat takut bepergian dengan
pesawat. Ali bahkan harus membeli parasut dari toko militer untuk dipakai dalam pesawat.
Setelah kemenangan mudah pada babak pendahuluan, Clay menghadapi peraih perunggu
Olimpaide 1956, Zbigniew Pietrzykowski, di partai final. Ali bertarung habis-habisan
melawan petinju kidal itu sebelum dia dinyatakan menang angka mutlak oleh dewan juri.
4. Ali dan Pegulat Gorgeous George (1961)

Setelah beralih ke tinju profesional, Clay memenangkan enam pertarungan dalam enam
bulan. Kemudian, saat acara radio di Las Vegas yang mempromosikan pertarungan ketujuh,
ia bertemu pegulat 'Cantik' George Wagner (karena ia berwajah tampan dan berambut
gondrong). Wagner terkenal piawai berpromosi dalam menggaet penonton.

Ali lantas mengatakan kepada penulis biografinya Thomas Hauser: "(George) mulai
berteriak: 'Jika dia (Ali) mengalahkan saya, saya akan merangkak di atas ring dan memotong
rambut saya, tapi itu tidak akan terjadi karena aku petarung terbesar di dunia. Sepanjang
waktu, aku berkata kepada diriku sendiri: 'Ya Tuhan. Saya ingin melihat pertarungan ini."

"Dan seluruh kursi di tempat itu terjual habis ketika Gorgeous George bergumul ... termasuk
saya ... dan saat itulah saya memutuskan jika saya juga harus beromong besar, karena tidak
ada yang tahu berapa banyak orang akan membayar untuk menonton saya."

5. Bertarung dengan Sonny Liston (1964)

Clay sangat cepat, tampan, pintar bersilat lidah, tapi juga pemberani. Tepat sebelum laga
juara dunia inkumben, Sonny Liston versus Floyd Patterson pada 1963, Clay membuntuti
Liston ke Las Vegas. Setelah melihat Liston kalah dalam berjudi, Ali berteriak: "Lihat itu si
beruang jelek besar, bermain judi saja dia tidak becus.

Promotor Harold Conrad mengatakan kepada Thomas Hauser apa yang terjadi selanjutnya.
"Liston melemparkan dadunya, menghampiri Clay, dan berkata: 'Dengar sini kau negro
homo. Jika kau tidak keluar dari sini dalam 10 detik aku akan menarik lidah besarmu keluar
dari mulutmu, dan tongkat itu menusuk bokongmu'.

"Clay merasa takut. Dia ke luar arena judi. Tapi kemudian ia pergi ke rumah Liston di
Denver untuk berteriak kepadanya dari jalanan. Tak lama setelah itu pertarungan mereka
ditandatangani. Ali merebut gelar juara dunia," Conrad mengenang adegan tersebut.

6. Clay Juara Kelas Berat Dunia (1964)

Liston adalah raksasa dunia tinju. Matanya tajam dan meneror lawan sebelum pukulan
pertama mencuri kesadaran mereka. Dari 36 pertarungannya, Liston hanya kalah sekali.
Bahkan, meski rahangnya patah, Liston tidak kapok bertinju. Saat timbang badan sebelum
bertanding, detak jantung Clay meningkat dua kali lipat dari ukuran normal. Orang-orang
mengira ia takut.
Tapi Clay mengatakan kepada dokternya, Ferdie Pacheco, bahwa ia ada akal. "Liston
manusia tanpa rasa takut, tapi dia tidak tahu apa yang akan saya lakukan." Clay segera
menemukan akal. Clay adalah petinju licin dan lebih tajam. Setelah mampu berahan dalam
lima ronde, Ali mengoleskan beberapa tetes minyak wintergreen dengan efef seperti merica
ke sarung tangan Liston.

Akibat "kelicikan" itu, mata lawannya terbakar. Liston pun terpaksa menyerah di akhir ronde
keenam. Setelah itu Clay berteriak kepada para wartawan yang menunggunya bahwa ia telah
"mengguncang dunia". Saya Yang Terbesar! ... Saya hal terindah yang pernah hidup!" Saat
itu, Clay berusia 22 tahun.

7. Cassius Clay Menjadi Muhammad Ali (1964)

Setelah mengejutkan dunia dengan mengalahkan Liston, kejutan susulan pun muncul. Clay
tertarik pada organisasi Islam kulit hitam dimulai pada 1959. Ketika itu ia melihat seorang
pria di Louisville menjual Al-Quran sambil berteriak: "Muhammad berbicara! Bacalah!
"Pada Maret 1961 ia mengunjungi sebuah masjid dan terbenam dalam aktivitas keagamaan."

Saat itu Pacheco mengatakan: "Sampai Ali datang ke komunitas Black Muslim yang
dianggap sebagai kelompok pinggiran gila ... [tapi] Ali mengerti bahwa dia tidak bercinta
dengan muslim. Dia hanya menyukai kekuatan mereka." Clay menahan diri untuk tidak
mengumumkan kemuslimannya karena dia tidak ingin membahayakan pertarungannya
dengan Liston.

Tapi sehari sebelumnya ayahnya marah kepada Ali. Cassius Clay Senior (yang mengaku ada
anggota Black Muslim telah mengancam untuk membunuhnya) menegaskan bahwa anaknya
menjadi Cassius X, kemudian Muhammad Ali, yang bergabung dengan Nation of Islam
pimpinan Malcolm X.

8. Dilarang Bertinju dan Dipenjara (1967-1968)

"Bagaimana saya bisa membunuh seseorang ketika saya sembahyang lima kali sehari untuk
perdamaian," kata Ali pada 1967 ketika menjalani hukuman pencopotan gelar juara kelas
berat akibat menolak bergabung dengan Angkatan Darat AS untuk berperang di Vietnam.
Setahun kemudian ia menjalani hukuman penjara sepuluh hari di Penjara Miami Dade
County, karena kedapatan mengemudi tanpa SIM.

Ali mengakui saat di penjara ia mendapat makanan seperti terpidana mati. "Bau urine dan
kotoran begitu kuat sampai-sampai saya ingin menutup hidung," tulisnya. "Mereka mendapat
juara kelas berat dunia sebagai acara makan malam.'" Filsuf Bertrand Russell menulis kepada
Ali: '!Angin akan berubah. Aku merasakan itu." Dan itu erbukti. Tapi sampai Juni 1970,
pengadilan memutuskan Ali bisa bertarung lagi.

9. Pertarungan Abad Ini (1971)

Saat Ali keluar dari pertapaannya, suasana hati publik telah bergeser. Sejarawan tinju Jim
Jacobs mengatakan: "Di pengasingan itu menunjukkan kepada orang-orang bahwa Ali berhati
tulus. Itu membuatnya menjadi underdog. Ia menjadi simbol bagi orang-orang yang tidak
pernah tertarik pada dunia tinju."
Tapi keterampilannya sudah terkikis. Di Madison Square Garden, Ali dan juara baru Joe
Frazier jual-beli pukulan satu sama lain. Tapi Ali tidak cukup tangkas atau setajam sebelum
ia dipenjara dan dihukum. Frazier semakin ganas sebelum hook kirinya merobohkan Ali pada
ronde ke-15. Ali sempat bangkit namun ia dinyatakan kalah dengan angka mutlak.

10. Menang di The Rumble in the Jungle (1974)

Bahkan keluarga Ali tidak pernah mengharapkan dia mampu mengalahkan George Foreman.
Merasakan suasana nuansa ketakutan di ruang ganti, Ali balik bertanya: "Apa yang terjadi di
sini? Semua orang takut? Takut? Dengan hal kecil seperti ini? Ini seperti hari-hari lainnya di
gym."

Foreman telah menghancurkan Frazier dalam dua putaran. Ia datang untuk menghajar Ali
yang berusia 32 tahun dengan cara yang sama. Tapi Ali berayun-ayun di tali ring--kini
terkenal dengan gaya 'rope-a-dope'--memancing Foreman untuk mengeluarkan semua energi
sebelum Ali menghentikannya.

Menjelang ronde keenam, Foreman sudah kelelahan. Pengamat tinju, Norman Mailer,
menggambarkan kondisi Foreman, "Benjolan dan pembengkakan di seluruh wajah, kulit
mirip tar yang dipanggang di bawah sinar matahari". Dengan 20 detik tersisa di ronde
kedelapan, Ali berbalik menyerang Foreman hingga membuatnya memutar, dan telentang di
atas kanvas.

Sang komentator televisi David Frost mengatakan: "Yang Terbesar itu telah melakukannya!
Ini adalah adegan yang paling mengejutkan yang pernah dilihat dalam sejarah tinju.

Anda mungkin juga menyukai