Anda di halaman 1dari 24

Hukum Adat

Materi UTS berdasarkan Satuan Acara Perkuliahan


PENGERTIAN HUKUM ADAT
Ditinjau dari sudut terminology dan etimologi:
Hukum Adat berasal dari dua kata, “Huk’m” dan
“Adah” yang berasal dari Bahasa arab. Huk’m: aturan
dan Adah: kebiasaan = HUKUM KEBIASAAN.
Kebiasaan sendiri bila digabung dengan kata Hukum
berubah menjadi suatu aturan yang memiliki sanksi
yang dapat dipaksakan.
Dari sudut istilah, Hukum adat ialah Kebiasaan-
kebiasaan yang telah melembaga (terintegrasi) yang
bila dilanggar akan menimbulkan akibat hukum.
PENGERTIAN HUKUM ADAT
Ditinjau dari segi Doktrin (Pendapat para Ahli):
• Hazairin: Norma hukum adat adalah norma kesusilaan
secara keseluruhan yang akan berubah menjadi norma
hukum apabila ditambahkan sanksi yang dapat
dipaksakan.
• Van Vollenhoven: Jika ingin menemukan hukum adat,
hukum adat terdapat didalam masyarakat dimana
terdapat norma yang dipertahankan dan bila ada yang
melanggar maka mendapat sanksi yang dipaksakan.
• Kusumadi Pudjosewojo: Hukum adat tidak lepas dari
adanya keputusan penguasa…
PENGERTIAN HUKUM ADAT
• Ter Haar BZN.: Hukum adat adalah semua aturan
yang menjelma dalam keputusan warga masyarakat
dan para pejabat. (Teori Keputusan/Beslisingenleer)
• Syarat-syarat adanya keputusan:
- Keputusan itu berlaku secara spontan. Supaya
dapat berlaku secara spontan. Maka keputusan
harus sesuai dengan kehendak masyarakat.
- Keputusan itu harus didasarkan pada Nilai yang
hidup dan berkembang dalam masyarakat dimana
keputusan itu diambil. Baik didalam sengketa
maupun luar sengketa.
Perbedaan pendapat antara Para Ahli
• Ter Haar: Semua aturan yang belum ditentukan
oleh penguasa masih belum dianggap sebagai
hukum.
• Kusumadi: Aturan adat sebelum ditetapkan oleh
penguasa sudah memiliki sifat hukum
• Hazairin: Bila masyarakat menginginkan kesusilaan
itu harus dipertahankan maka ditetapkan sanksi
pelaksanaannya oleh masyarakat
Istilah Hukum adat berdasarkan UU
• Menurut UUD 45, hukum adat dikenal dengan istilah Hukum
tidak tertulis, sedangkan menurut UU Pokok Agraria,
menyebutnya dengan istilah Hukum Adat.
PASAL 32 DAN 104 UUD SEMENTARA 1950:
- Hukum tidak tertulis yang terdapat pada peraturan
legislative
- Hukum yang hidup sebagai konvensi dalam badan Negara
- Hukum yang lahir dari keputusan hakim yang didasarkan
pada nilai yang hidup dalam masyarakat
- Hukum yang hidup sebagai peraturan kebiasaan yang
dipertahankan dalam pergaulan hidup desa dan kota
KESIMPULAN: Hukum adat ialah hukum tidak tertulis yang
sebagian besar berasal dari kebiasaan dan sebagian kecil
berasal dari agama
Proses terbentuknya Hukum Adat
SOSIOLOGIS
1. Manusia berinteraksi dengan
orang/lingkungannya untuk memenuhi Manusia Interaksi
kebutuhannya.
2. Timbul pengalaman (baik/buruk) yang Pola Pengalaman
melahirkan system nilai. Berpikir
3. Orang lalu dapat menilai baik/buruknya
sesuatu yang kemudian melahirkan pola
berpikir untuk berinteraksi selanjutnya. Sikap Perilaku
4. Dari pola berpikir timbul suatu sikap. Yang
akan menjadi perilaku. Bila perilaku Kebiasaan
tersebut dianggap baik, maka akan Norma
dilakukan berulang ulang dan menghasilkan
KEBIASAAN. Kebiasan terbagi menjadi Pribadi
kebiasaan pribadi dan umum.
Antar Kesusilaan
5. Kebiasaan yang berulang-ulang Agama
diabstraksikan dalam bentuk norma. Pribadi
Norma terbagi menjadi norma pribadi Kesopanan
(kesusilaan dan agama) dan antar pribadi Hukum
(kesopanan dan hukum)
Proses terbentuknya Hukum Adat
YURIDIS
1. Cara adalah perbuatan yang bersifat
individual, kekuatan mengikatnya
tergantung oleh org yang melaksanakannya
dan sanksinya lemah karena di tentukan
oleh pribadi yang berbuat. Cara
2. Bila diikuti oleh banyak orang maka akan
berubah menjadi kebiasaan yang kekuatan Kebiasaan Tata
mengikatnya bertamba menjadi agak kuat
karena sanksinya ditentukan pula oleh org Kelakuan
lain.
3. Bila integritas kebiasaannya semakin kuat Adat
dalam masyarakat maka dinamakan sbg Istiadat
tata kelakuan yang kekuatan sanksinya
menjadi kuat.
4. Bila tata kelakuan dipertahankan dari satu Adat
generasi ke generasi selanjutnya maka Hukum
dinamakan dengan adat istiadat yang Istiadat
sanksinya kuat sekali. Adat
Terbentuknya Hukum Adat secara yuridis
menurut Hazairin
1. Pada mulainya norma dimulai dengan norma kesusilaan yang
bersifat jaiz yg merupakan kesusilaan perorangan. Penentuan
sanksinya dilakukan oleh diri sendiri (orang yg berbuat).
2. Timbul suatu penilaian terhadap suatu perbuatan. Bila
perbuatan itu baik, maka orang akan banyak menganjurkan
untuk dilakukan (Sunnah), bila tidak, maka makruh. Sanksinya
ditentukan masyarakat karena perbuatan tersebut sudah
meningkat dari kesusilaan perorangan menjadi kesusilaan
kemasyarakatan. Karena masih berupa anjuran, maka sanksinya
tidak memaksa.
3. Pandangan Masyarakat bisa berubah thp perbuatan tadi. Bila
perbuatan itu baik dan menguntungkan, maka perbuatan tsb
berubah menjadi suatu keharusan dimana semua orang harus
melakukan hal yang sama thp persoalan yang serupa (wajib)
dan bila tidak, maka haram.
4. Apabila perbuatan tsb sudah merupakan suatu
keharusan/larangan maka bukan kesusilaan lagi namanya,
namun itulah yg dinamakan sbg hukum.
Ciri dan Sifat Hukum Adat
• Hukum yang Tidak tertulis
• Hukum yang tidak statis
1. Hukum yang tidak tertulis: Hukum timbul dalam
masyarakat yg tidak dibuat oleh lembaga yang
berwenang menurut UU.
2. Hukum yang tidak statis: Hukum selalu tumbuh
dan berkembang sesuai dengan perkembangan
masyarakat yang merupakan wadahnya.
Unsur-Unsur Pembentuk Hukum Adat
• Kebiasaan
• Agama
Menurut para ahli hukum:
1. Soepomo: Lebih besar unsur kebiasaan drpd agama.
2. Van den Berg: Hukum adat itu ialah hukum agama.
Artinya, keseluruhan hukum adat itu berasal dari agama
karena hukum adat identik dengan hukum agama.
3. Van Vollenhoven: Tidak seluruh hukum adat berasal dari
agama. Sepanjang menyangkut hal2 yang bersifat umum
itu adalah asli Indonesia, sedangkan yang menyangkut
hal2 yang bersifat pribadi adalah agama.
4. Ter Haar: Sebagian Besar hukum adat ialah asli indonesia,
hanya sebagian kecil yang berasal dari agama. Contoh:
hanya bagian2 formal dari hukum perkawinan berasal dari
agama, sedangkan akibat hukum yang ditimbulkan dari
perkawinan berasal dari Indonesia
Teori-teori asal kedua unsur tsb
• Teori Receptio in Complexu (Van den Berg): Hukum
suatu golongan masyarakat merupakan penerimaan
secara bulat dari agama yang dianut oleh golongan
tersebut.
• Teori Receptio (Snouck Hurgronye dan Ter Haar):
Hukum Agama adalah bagian dari hukum adat. Apabila
antara hukum adat dengan hukum agama
bertentangan, maka tergantung pada agama yg dipeluk
masyarakat tersebut.
• Teori Receptio A Contrario (Hazairin): Hukum Adat
hanya dpt berlaku dan dilaksanakan pada pergaulan
hidup masyarakat jika tidak bertentangan dengan
hukum Islam.
Sifat-Sifat Hukum Adat
• Magis religious: Masyarakat Indonesia memiliki pola pikir
yang tidak lepas dari hal-hal yang berbau magis yang selalu
dipengaruhi oleh alam yg tidak terlihat.
• Tunai/Kontan: Suatu perbuatan hukum dianggap telah
selesai pada saat perbuatan tersebut dilakukan. Sehingga,
apabila dikemudian hari timnul masalah sebagai akibat
perbuatan hukum tsb, maka hal tsb tdk dapat diganggu
gugat lagi krn bersifat kontan/tunai.
• Kebersamaan: Priibadi merupakan makhluk kemasyarakatan
yang erat dan meliputi seluruh aspek kehidupan. Dalam
kebersamaan ini antara hak kewajiban tidak dipisahkan dan
kepentingan masyarakat merupakan kewajiban tiap2
individu.
• Konkrit/Visual: Setiap tindakan selalu dicoba dengan suatu
perbuatan yang kelihatan atau nyata. Spt dalam
pertunangan memakai cincin, panjer, dll.
Sistem Hukum Adat

Sistem → Keseluruhan suatu objek yang


terangkai menjadi suatu kegiatan yang teratur.
Jadi system hukum adat adalah bagian yang
integral dari system social secara menyeluruh.
Dasarnya: Sistem social menjadi wadah secara
tradisional akan dapat dikembalikan kpd
factor kekerabatan dan wilayah tmpt tinggal.
Perbedaan antara Sistem Hukum
Adat dengan Hukum Barat
Pembedanya Hukum Adat Hukum Barat
Zakelijk rechten vs Tidak mengenal Mengenal perbedaan
Persoonlijke rechten (Hak perbedaan antara hak antara hak kebendaan
kebendaan dan kebendaan dengan hak dan hak perorangan
perseorangan) perorangan. Falsafahnya individualistik
Falsafahnya komunalistik
Publiekrecht vs Tidak dikenal, sehingga Dikenal
Privaatrecht (Pembedaan batas antara keduanya
Hukum Publik dengan tidak jelas
Hukum Privat)
Formele publiek recht vs Tidak mengenal Mebedakan pengadilan
Privaatrecht (Pelanggaran pengadilan u/perkara spt antara perkara pidana
Hukum Pidana dan itu karena sengketa ataupun perdata
Perdata) diselesaikan o/ kpl. adat
• Pebedaan disebabkan karena corak serta sifat yang
berbeda antara hukum adat dan hukum barat serta
pandangan hidup yang mnedukung kedua system
hukum tersebut jauh berlainan. Aliran dunia barat
bersifat liberalistis dan bercorak rasionalistis
intelektualis sedangkan aliran timur bersifat kosmis
sehingga tidak ada pembatasan antara dunia lahir
dan ghaib. Karena dunia manusia berhubungan erat
dengan segalanya yang terkandung di alam ini.
Ciri-ciri Hukum Adat menurut
Soerjono Soekanto
1. Adanya pengaruh yang menentukan dari system
kemasyarakatan yang dapat dikembalikan pd factor
genealogis dan fktr tempat tinggal.
2. Fungsi utama hukum adat: menyelaraskan hak dan
kewajiban pribadi dengan hak dan kewajiban masyarakat.
3. Sistem hukum adat merupakan refleksi yg konkrit dr
harapan masyarakat didsrkn pd nilai yg berlaku
4. Terbentuk scr tidak tertulis sesudah terbentuk scr tertulis
5. Adanya harmoni yg internal dan eksterna;
6. Berorientasi kpd kedudukan seseorang
7. Pola pemikiran induktif
8. Cita2 kedaulatan tidak diformulasikan sebagai sesuatu
yang scr mutlak harus dipatuhi
Masyarakat Hukum Adat
Sekumpulan orang yang hidup dalam suatu tempat
bersama pada waktu tertentu yang tunduk pada suatu
aturan hukum yang sama yaitu hukum adat.
1. Persekutuan Hukum Adat
2. Masyarakat pendukung Hukum Adat
Perbedaan dengan masyarakat lain:
- Ter Haar: dapat dikatakan sbgi MHA, yaitu: 1. Harus
Hidup teratur, 2. Ada wilayah, 3. Ada Penguasa, 4.
Memiliki harta kekayaan yang terlihat/tdk terlihat.
- Hazairin: dapat dikatan sbgi MHA, bila: 1. Adanya
kesatuan hukum, 2. Adanya kesatuan penguasa, 3.
Adanya satu kesatuan lingkungan hidup yang
didasarkan pd hak bersama atas suatu lingkungan
tanah.
Masyarakat Hukum adat
Tradisional
Sistem masyarakat mempenngaruhi MHA.
1. Sudut susunan (dilihat dr dlm masyarakatnya)
2. Sudut bentuk (dilihat dari luar masyarakatnya)
Faktor-factor yg mempengaruhi dari sudut susunan
MHA:
1. Faktor territorial (wilayah)
2. Faktor geneologis (hubungan darah)
3. Faktor Teritorial-Geneologis.
Sudut Susunan
• Apa yang menyebabkan anggota masyarakat itu bersatu
sbg satu kesatuan, apa factor mengikatnya, didasarkan
pada apa?
1. Masyarakat territorial: faktornya karena mereka
bertempat tinggal di wilayah yang sama atau sama
sama berasal dari wilayah yang sama.
2. Masyarakat geneologis: Didasarkan pada hubungan
dara. Merasa terkat dengan yang lain akibat berasal
dari hubungan darah/keturunan yang sama.
3. Masyarakat Teritorial-Geneologis: Anggotanya terikat
satu sama lain karena didasarkan pd tempat tinggal
dan hubungan darah.
Geneologis ( Hubungan Darah)
1. Melalui ayah-ibu (bilateral/parental): menarik garis
keturunan baik dari pihak ayah maupun ibu. Cth: Jawa.
Org jawa tdk memiliki klan karena semua 1 clan
2. Melalui pihak ayah (Patrilineal). Menarik garis keturunan
dari pihak ayah. Cirinya: eksogami dan patrilokal. Contoh:
Batak. Bentuk perkawinannya adalah kawin Jujur
3. Melalui pihak ibu (Matrilineal). Menarik garis keturunan
dari pihak ibu. Cirinya: endogami dan matrilokal. Contoh:
Minangkabau. Bentuk perkawinannya adalah kawin
semendo
4. Melalui dari pihak dua sisi, bisa laki2 bisa dari perempuan
(Patrilineal beralih-alih). Contoh: Bali
Sistem Masyarakat Hukum Adat
1. Masyarakat Tunggal: bila keluar tidak menjadi bagian
masyarakat yang kedudukannya lebih tinggi, bila
kedalam pun tidak terbagi menjadi masyarakat yg
lebih rendah. Dikaitkan dengan Wilayah dan
penguasa dimana masing2 hanya 1 dalam system
masyarakat hukum adat. Cth: Desa di Jawa
2. Masyarakat bertingkat: terdiri dari masyarakat atasan
dan bawahan dimana masy. Bawahan tunduk pada
masy. Atasan. Dikaitkan dengan penguasan atasan
dan bawahan. Cth: Minang, Batak, Lampung, Sumsel
3. Masyarakat Berangkai: bentuk ekerjasama dr bbrp
masy hukum setingkat yg bermaksud untuk mencapai
tujuan yg sama scr bersama2. Kerjasama berakhir jika
tujuan yang hendak dicapai terlaksana. Cth: Bali
Aspek dalam MHA
1. Masyarakat Hukum adat sebagai suatu totalitas:
perhitungan seluruh anggota tanpa membeda-
bedakan kedudukannya dari segala aspek. Seluruh
anggota memiliki hak yang sama. Dilakukan o/
individu2.
2. Masyarakat hukum adat sebagai kesatuan penguasa
(public): Masyarakjat hukum adat berhak/bewenang
untuk melakukan tindakan2 di bidang hukum public.
Dilakukan oleh kepala adat sbg penguasa.
3. Masyarakat hukum adat sebagai badan hukum: MHA
dapat melakukan tindakan hukum sbgmn yg
dilakukan oleh suatu badan hukum. Dilakukan o/
kepala adat sebagai wakil dari MHA.
Dasar berlakunya Hukum Adat
• Sosiologis system hukum itu berlaku apabila diketahui,
dikenal, dihargai dan ditaat oleh sebagian besar warga
masyarakat sehingga aturan tsb berjalan dengan
sendirinya
• Filosofis: Sistem hukum itu harus dampai dikembalikan
kepada falsafah dasar yg dianut oleh suatu bangsa
dimana falsafah Negara kita ialah Pancasila
• Yuridis: mempermasalahkan dasar hukum berlakunya
Hukum adat tersebut. Dalam pasal II aturan peralihan
UUD 45 dan UU Pokok Kekuasaan kehakiman
dinyatakan bhw hukum yg berlaku dulu masih tetap
berlaku selama belum diundangkannya yang baru.

Anda mungkin juga menyukai