Anda di halaman 1dari 10

STUDI POPULASI MACAN DAHAN SUNDA (Neofelis diardi)

MENGGUNAKAN KAMERA JEBAK DI HUTAN LINDUNG


BUKIT BATABUH PROVINSI RIAU

Riska Julianti1, Yulminarti2, Febri Anggriawan Widodo3, Eka Septayudha3


1MahasiswaProgram S1 Biologi
2Dosen
Jurusan Biologi
3WWF Indonesia – Central Sumatra Program, Pekanbaru

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia
riskajulianti93@yahoo.com

ABSTRACT

Sunda clouded leopard (Neofelis diardi) is a medium-sized cat species occurring


only on Sumatra and Borneo, which is categorized by IUCN as “vulnerable.” The
cat’s existence in the wild has been largely threatened by deforestation and forest
conversion and hunting. Its remaining populations are probably highly fragmented
over increasingly human-dominated landscapes on both islands. In the present
study, we attempted to detect the presence of this cat and assessed its abundance
in Bukit Batabuh (100-580 m asl.), a protected natural forest remnant in Riau
Province which has undergone massive encroachments during the last decades.
We set up 42 camera traps in 23 cells of 2 km x 2 km for a total of 1.881 trap-
nights. The cat was captured in 43 images with 15 independent images. The
density of clouded leopard in this study was (0,13-0,20 individu/100 Km2) and
there were only two distinct male individuals detected. Most detections were on
altitudes higher than 300 m asl and during nighttime. The results suggested the
cat’s population fragment occurring in this protected area was very small and does
not deserve to be given the increasing threats through habitat loss and
disturbances by humans.

Keywords : abundance, habitat fragmentation, vulnerable species.

ABSTRAK

Macan dahan Sunda (Neofelis diardi) adalah spesies kucing berukuran sedang
yang hanya ditemukan di Sumatra dan Kalimantan, dikategorikan sebagai "rentan
kepunahan” oleh IUCN. Keberadaan kucing di alam liar sebagian besar telah
terancam oleh deforestasi dan konversi hutan perburuan. Populasi yang tersisa
sangat terfragmentasi yang didominasi oleh manusia di kedua pulau. Dalam
penelitian ini, kami berusaha untuk mendeteksi keberadaan kucing ini di sisa-sisa
hutan alam yang dilindungi di Provinsi Riau yang telah mengalami gangguan-
gangguan besar selama beberapa dekade terakhir dan nilai kelimpahannya di Bukit
Batabuh (100-600 m dpl.). Kamera dipasang sebanyak di 23 sel dari 2 km x 2 km
dengan total 1,881 hari kamera aktif. kucing ini tertangkap sebanyak 43 gambar
dengan 15 gambar independen. Pada penelitian ini diperoleh densitas (0,13-0,20
individu/100 km2) dan hanya ditemukan dua individu jantan yang berbeda.

1
Kebanyakan pendeteksian kamera berada di ketinggian yang lebih tinggi dari 300
m dpl dan pada malam hari. Hasil penelitian menunjukkan fragmen populasi
kucing terjadi di kawasan lindung ini sangat kecil dan tidak layak diberi ancaman
meningkat melalui hilangnya habitat dan gangguan oleh manusia.
Kata kunci : kelimpahan, fragmentasi habitat, spesies rentan punah.

PENDAHULUAN Minimnya data tentang keberadaan


dan status populasi satwa ini sangat
Pulau Sumatera merupakan
sukar atau bahkan tidak mungkin
ekosistem hutan tropis dimana
diperoleh melalui survei-survei yang
terdapat berbagai jenis kucing liar
hanya mengandalkan pendeteksian
yang merupakan hewan-hewan
secara tidak langsung. Mengingat
pemangsa dan memainkan peranan
besarnya ancaman dari manusia di
penting dalam menjaga
luar kawasan-kawasan lindung, maka
keseimbangan ekosistem (Crooks &
sangat diharapkan populasi macan
Soule 1999; Miller et al. 2001).
dahan setidaknya dapat
Jenis-jenis kucing dikelompokkan
dipertahankan dalam kawasan-
sebagai kucing besar (big cats),
kawasan lindung.
kucing yang berukuran sedang
Dalam hal ini telah diketahui
(medium-sized cats) dan kucing kecil
bahwa macan dahan terdapat di
(small cats). Salah satu kucing yang
kawasan Bukit Batabuh, Kabupaten
berukuran sedang yang terdapat di
Kuantan Singingi yang berstatus
pulau Sumatera adalah macan dahan
Hutan Lindung. Hingga saat ini
Sunda (Neofelis diardi), yang saat ini
belum diketahui berapa jumlah
sudah berstatus “vulnerable” atau
macan dahan yang dapat bertahan
rentan kepunahan (O’Brien et al.
dalam kawasan yang sebagian besar
2003; Hutajulu et al. 2007; Sunarto
wilayahnya sudah mengalami
2011; Hearn et al. 2008).
perambahan ini. Semakin
Deforestasi yang terjadi
meningkatnya tekanan yang berasal
selama 25 tahun terakhir (Rautner et
dari gangguan manusia, maka
al. 2005) kemungkinan telah
urgensi untuk memantau populasi
mempersempit wilayah sebarannya.
macan dahan ini juga semakin
Pada saat ini keberadaan macan
meningkat sehingga perlu dilakukan
dahan di Pulau Sumatera atau
studi populasi di kawasan Hutan
khususnya di Provinsi Riau sangat
Lindung ini. Penelitian telah
terancam, baik secara langsung
dilaksanakan dengan tujuan
maupun tidak langsung (Hutajulu et
mengetahui kepadatan populasi,
al. 2007; Maryani 2014). Populasi
struktur populasi dan pola sebaran
macan dahan juga mengalami
macan dahan menurut ketinggian
penurunan akibat adanya perburuan
tempat dan waktu aktif yang telah
untuk diperdagangkan secara ilegal,
terpotret kamera-kamera jebak.
melalui pemberitaan di media masa
dapat diketahui peningkatan kasus METODE PENELITIAN
terbunuhnya macan dahan dan Penelitian ini dilaksanakan di
konflik sebagai ancaman Hutan Lindung Bukit Batabuh
keselamatan manusia maupun Provinsi Riau. Secara administratif,
hewan-hewan peliharaannya. Bukit Batabuh terletak antara

2
Provinsi Jambi dan Riau. Secara (O’Brien et al. 2003). Adapun dari
geografis berada di wilayah gambar independent yang diperoleh
Kabupaten Indragiri Hulu dan sebanyak 15 gambar dan diidentifi-
Kabupaten Kuantan sengingi. Luas kasi lebih lanjut. Dalam penelitian ini
kawasan Hutan Lindung Bukit jumlah gambar independen yang di-
Batabuh yaitu 47 ribu hektar. Hutan peroleh relatif lebih kecil dibanding-
Lindung Bukit Batabuh berjarak 4 kan dengan yang diperoleh Hutajulu
km dengan kawasan pemukiman et.al (2007) sebanyak 53 gambar in-
masyarakat. dependen di lansekap Teso Nilo dan
Dalam penelitian ini dipasang maryani (2014) sebanyak 32 gambar
sebanyak 42 unit kamera dalam 23 di Bukit Rimbang Bukit Baling.
sel, dengan ukuran luas setiap sel 2 Perbedaan lainnya dapat juga dilihat
km x 2 km dan jarak antar sel 2 km. dari upaya sampling yang dilakukan
Pengambilan data diambil selama Hutajulu et.al (2007) selama 13.406
kurang lebih 3 bulan. Pengumpulan hari-perangkap menggunakan 86 unit
data diperoleh dari memori yang kamera dan Maryani (2014) selama
dipasang pada setiap kamera dan 1.710 hari-perangkap menggunakan
disimpan di data Ms.excel. Data 40 unit kamera.
setiap kamera dikumpulkan dalam Adapun satwa-satwa lain
folder berdasarkan urutan tanggal yang terpotret kamera jebak di an-
penyamplingan, kemudian dilakukan taranya yaitu Harimau sumatera
penyortiran gambar untuk dilakukan (Panthera tigris sumatrae), Kijang
identifikasi masing-masing satwa (Muntiacus muntjak), Babi Hutan
sasaran. Setiap data yang diperoleh (Sus scrofa), (Macaca nemestrina),
dilengkapi dengan keterangan Rusa (Cervus unicolor), (Bird argu-
koordinat pemasangan kamera, sianus argus), Beruang madu
ketinggian tempat pemasangan (Helarctos malayanus), Ungko (Hy-
sehingga dapat diketahui pola lobates agilis), Tapir (Tapirus indi-
aktifitas menurut waktu dan cus), Kucing hutan (Felis belangen-
ketinggian satwa sasaran. sis).

HASIL DAN PEMBAHASAN b. Hasil identifikasi


a. Hasil gambar kamera jebak
Dari hasil identifikasi yang telah dil-
Hasil pengoperasian kamera akukan diperoleh dua individu macan
jebak selama 1.881 hari-perangkap dahan. Hal ini menunjukkan Jumlah
diperoleh sebanyak 15.180 gambar. individu yang diperoleh lebih kecil
Dari hasil gambar yang diperoleh, dibandingkan dengan penelitian Hu-
macan dahan hanya ditemukan tajulu et al. (2007) di Lansekap Ta-
sebanyak 39 (0,26%) gambar yang man Nasional Teso Nilo sebanyak 12
terdiri dari 37 foto dan 2 video dari individu, Maryani (2014) di Suaka
total gambar yang diperoleh. Ber- Margasatwa Bukit Rimbang Bukit
dasarkan gambar yang diperoleh ter- Baling sebanyak 8 individu yang ju-
sebut ditentukan gambar independen ga berada di Sumatera dan Wilting
yang dapat dibedakan dari kamera et. al (2012) sebanyak 10 individu.
yang sama berdasarkan rentang wak- Perbedaan yang signifikan ini
tu 30 menit sehingga di anggap se- kemungkinan disebakan oleh be-
bagai individu yang berbeda berapa hal di antaranya yaitu inten-

3
sitas upaya sampling, luas wilayah permukaan tanah (terestrial), sehing-
lokasi penelitian maupun faktor kon- ga peluang macan dahan betina un-
disi lingkungannya. Dalam hal ini, tuk tertangkap kamera jauh lebih
karena adanya kemungkinan terse- kecil karena kamera lebih dekat
but, maka perlu dilakukan penye- dengan permukaan tanah (Wilting et
taraan intensitas upaya sampling dan al. 2012), ruang jelajah macan dahan
luas wilayah sampling dengan betina jauh lebih sempit dibanding-
menggunakan RAI. Pada Tabel 1 kan macan dahan jantan.
dapat dilihat Hutajulu et.al (2007)
melakukan upaya sampling yang
lebih lama dan memiliki area kawa-
san yang lebih luas dibandingkan
dengan lokasi penelitian lain, akan
tetapi memperoleh nilai yang paling
rendah yaitu 0,97 individu/ 100 Km2
dibandingkan dengan penelitian ini
yang memperoleh nilai 1,24 indi-
vidu/ 100 Km2. Penelitian Wilting
et.al 2012 memperoleh nilai 4,25 in-
dividu/ 100 Km2 dan Maryani (2014) Gambar 1. (a) individu 1
dengan nilai 4,86 individu/ 100 Km2.
Perbedaan ini dikarenakan adanya
perbedaan lokalitas-lokalitas hetero-
gen dan homogen tiap kawasan area
penelitian, adanya kawasan yang
heterogen cukup optimal sebagai
habitat macan dahan dan adanya ka-
wasan yang kurang optimal sehingga
penyetaraan jauh lebih kecil.
Pada gambar 1 Macan dahan
betina tidak ditemukan dalam kamera
jebak, hal ini kemungkinan disebab- Gambar 1. (b) individu 2
kan oleh beberapa hal yaitu: Macan
dahan betina lebih banyak Keterangan: lingkaran kuning tanda
melakukan aktifitas di pohon (arbor- kelamin macan dahan.
eal) sedangkan macan dahan jantan
lebih banyak menghabiskan waktu di

4
Tabel 1. Perbandingan individu macan dahan di berbagai lokasi penelitian

Jumlah Sumber
Upaya Luas Jumlah
Sampling Area Jumlah individu/100 Individu/100
Lokasi Penelitian Km2
(hari- penelitian Individu hari-
perangkap) (Km2) perangkap

Lansekap Hutajulu et.al


TNTN,Sumatera 13,406 1240 12 0.09 0.97 (2007)

Hutan Lindung
Tangkulap Pinangah Wilting et.al
7880 236 10 0.13 4.24
dan Selaguid Lokan, (2012)
Borneo

Maryani
SM BRBB, Sumatera 1710 160 8 0.47 4.86 (2014)

Penelitian ini
HLBB, Sumatera 1881 161 2 0,11 1,24 (2016)

5
c. Struktur Populasi diperoleh lebih kecil, hal ini juga
ditemukan pada penelitian Brodie
Dari hasil identifikasi
and Giordano (2012) yaitu 0,8
didapatkan dua individu macan
individu/100 Km2 dengan area
dahan jantan dewasa. Sejauh ini,
sampling yang luas tetapi upaya
belum diketahui secara pasti rasio
sampling yang dilakukan tidak lama.
kelamin macan dahan, menurut
Pada penelitian Maryani (2014)
Andriana (2012) menyatakan bahwa
diperoleh nilai densitas populasi
karnivora lain, seperti harimau
yang cukup besar yaitu 2,8
memiliki rasio kelamin “ideal” 1:3.
individu/100 km2 dan memiliki luas
Mengingat satwa ini bersifat
area lokasi penelitian yang tidak jauh
poligamis yaitu memasangi banyak
berbeda dengan lokasi pada
betina (Smith et al. 1994), sehingga
penelitian ini, akan tetapi gangguan
sangat penting jumlah hewan betina
yang terjadi di kawasan ini cukup
lebih besar dibandingkan jumlah
besar karena setengah dari luas hutan
hewan jantan. Dalam hal ini,
di lokasi ini telah terfragmentasi dan
kemungkinan macan dahan juga
di konversi oleh manusia untuk
bersifat poligamis sehingga rasio
berbagai kepentingan. Selain itu, hal
kelamin yang diperoleh dalam
ini juga di batasi oleh jumlah satwa
penelitian ini termasuk “sangat tidak
target yang berada di kawasan
ideal”. Sedikitnya macan dahan
penelitian.
memperkecil peluang dihasilkannya
keturunan dalam jumlah yang relatif
besar, tetutama tidak ditemukan
macan dahan betina.
d. Kepadatan populasi
Dalam penelitian ini
digunakan dua model pendekatan
yaitu dengan habitat mask dan tanpa
habitat mask dengan buffer 10 km
(Tabel 2). Nilai densitas populasi
yang diperoleh yaitu berkisar antara
0,13-0,20 individu/100 km2. Dalam
hal ini meskipun adanya perbedaan
habitat mask yang digunakan
ternyata tidak memiliki perbedaan
yang berarti terhadap nilai densitas
populasi yang diperoleh. Densitas
macan dahan yang diperoleh tersebut
dibandingkan dengan berbagai
penelitian di Sumatera dan Borneo.
Nilai densitas yang diperoleh pada
penelitian ini masih sangat rendah
dibandingkan dengan berbagai lokasi
lainnya (Tabel 3). Pada penelitian ini
luas area sampling tidak cukup luas
dan upaya sampling juga tidak terlalu
lama sehingga densitas yang

6
Tabel 2. Nilai Estimasi populasi macan dahan dari analisis SECR dengan menggunakan data perangkap kamera di HLBB
Model Pendekatan D ± SE g0 Sigma
Tanpa Habitat Mask 0,14 ± 0,12 0,00813 9742,32
Habitat mask 0,19 ± 0,16 0,00744 9184,13
Keterangan; D= estimasi densitas (individu/100 km²); g0= intercept (kemungkinan tertangkap ketika perangkap dan range center tumpang
tindih); σ = sigma (parameter skala spasial); SE= standar error

Tabel 3. Perbandingan nilai densitas macan dahan di Sumatera dan Borneo


Lokasi Luas Wilayah Upaya Sampling Densitas Metode Sumber
(Km2) (hari-perangkap) (Individu/100
Km2)
Lembah Danum - Tidak diketahui 4,8-7,3 Captur-recapture Hearn et al (Tidak
diduplikasi)
SM Tabin, Malaysia - - 8 Captur-recapture Wilting et al (2006)
Teso Nilo, Sumatera 1240 - 1,29 Captur-recapture Hutajulu et al (2007)
HL Tangkulap- 122
Pinangah 7780 1 SECR Wilting et al (2012)
HL Segaliud Lokan 144
Area Konservasi 558 869 0,8 SECR Brodie and Giordano
Malinau Basin, Sabah, (2012)
Malaysia
Hutan Lahan Gambut 154 35.129 0,72-4,41 Captur-recapture Cheyne et al (2013)
Sabangau, Kalimantan
Indonesia
SM BRBB 160 1.710 2,8 SECR Maryani (2014)
HLBB 172 1881 0,13-0,20 SECR Penelitian ini

7
e. Sebaran menurut keting- bagian yaitu: 0-150 m, 151-300 m
gian dan waktu aktif dpl, dan 301-450 m dpl. Dari data
yang diperoleh macan dahan lebih
Dalam penelitian ini kamera
dominan aktif di ketinggian 300-450
jebak dipasang pada rentang
mdpl.
ketinggian 64-580 m dpl. Rentang
ketinggian dibagi menjadi empat

0,16
Jumlah Gambar/ 100 hari-

0,13834435
0,14
0,12
perangkap

0,1 0,08300661
0,08
0,06 0,02766887
0,04
0,02 *

0
0-150 151-300 301-450 451-600
Kisaran Ketinggian (m dpl)
Gambar 2. Sebaran macan dahan menurut ketinggian tempat. Tanda (*)
menunjukan kisaran ketinggian yang tidak ditemukan macan
dahan.

0,25 0,21
Jumnlah Gambar/ 100 hari-

0,2 Diurnal

Nokturnal
0,15 0,15
perangkap

0,11 0,11
0,1
0,05
0,05
0

Kisaran Waktu

Gambar 3. Pola aktifitas macan dahan menurut waktu

8
Dalam penelitian ini dijumpai UCAPAN TERIMA KASIH
aktifitas macan dahan pada malam
hari yaitu 0,21 gambar/ 100 hari Penulis mengucapkan terima
perangkap, sedangkan pada siang kasih kepada WWF-Indonesia
hari yaitu 0,11 gambar/ 100 hari- Program Sumatera Tengah dan
perangkap. Menurut Hearn et al. Jurusan Biologi FMIPA Universitas
(2013), berdasarkan waktu aktifnya Riau atas izin dan fasilitas yang
hewan dapat dipilah menjadi dua diberikan selama penelitian.
kelompok, yaitu hewan-hewan
nokturnal (yang aktif antara pukul DAFTAR PUSTAKA
19.00-05.59) dan hewan-hewan Andriana. 2012. Potensi Populasi
diurnal (yang aktif pukul 06.00- Dan Karakteristik Habitat Ha-
18:59). Dalam penelitian ini rimau Sumatera (Panthera ti-
diperoleh l bahwa aktivitas macan gris sumatrae, Pocock 1929)
dahan cenderung pada malam hari Di Hutan Blangraweu–
yaitu pukul 03.00-03.59, sedangkan Ekosistem Ulu Masen Provinsi
pada siang hari pada pukul 06.00- Aceh. [Skripsi]. Departemen
09.59. Konservasi Sumberdaya Hutan
KESIMPULAN dan Ekowisata Fakultas Kehu-
tanan Institut Pertanian Bogor.
Pada penelitian ini hanya Bogor.
ditemukan dua individu macan dahan
jantan. Hal ini mengkhawatirkan Brodie J and Giordano AJ. 2012.
akan memperkecil peluang Density of the vulnerable
dihasilkannya keturunan dalam Sunda clouded leopard Neofelis
jumlah yang relatif besar, tetutama diardi in a protected area in
tidak ditemukan macan dahan betina. Sabah, Malaysian Borneo.
Kepadatan populasi macan dahan Oryx 46: 427–430.
yang diperoleh di kawasan hutan Buckley-Beason VA, Johnson WE,
lindung ini yaitu berkisar antara Nas WG, Stanyon R,
0,13-0,20 individu/100 Km2 yang Menninger JC, Driscoll CA,
dapat dikatakan bahwa fragmen Howard JG, Bush M, Page JE,
populasi macan dahan dikawasan Roelke ME, et al. 2006.
lindung ini masih kecil dibanding Molecular Evidence For
lokasi lainnya. Macan ditemukan Species level Distinction In
lebih aktif di ketinggian >300 m dpl Modern Clouded Leopards
dan cenderung aktif di malam hari (Neofelis Nebulosa).Current
(nokturnal). Hasil penelitian Biology16: 2371–2376.
menunjukkan fragmen populasi
kucing yang terjadi di kawasan Cheyne S. M, Macdonald D.W.,
lindung ini sangat kecil dan mungkin Susan M. 2011. Wild felid
tidak layak diberi ancaman diversity and activity patterns
meningkat melalui hilangnya habitat in Sabangau peat-swamp
dan gangguan oleh manusia. forest, Indonesian Borneo.
Oryx, 45: 119–124.

9
Clouded leopard SSP 2000.Clouded Perangkap Kamera.
leopard (Neofelis nebulosa) Universitas Riau, Fmipa
Husbandry Guidelines Biologi.
American Zoo and Aqu-arium Miller, B., D. Foreman, C.M. del
Aaaociation. Rio, R. Noss, M. Philips, R.
Crooks K.R. and M.E. Soulé. 1999. Reading, M.E. Soule, J.
Mesopredator release and Terborgh and L. Wilcox. 2001.
avifaunal extinctions in a The importance of large
fragmented system. carnivores to healthy
Nature400:563-566. ecosystem. Endangered
Species UPDATE 18(5): 202-
Hearn A, Ross J, Pamin D, Bernard
210.
H, Hunter L. 2013. Insights
Into The Spatial And Temporal Smith, J.L.D. Ahern, S.C.
Ecology Of The Sunda McDougal, C. 1994. Lanscape
Clouded Leopard Neofelis analysis of tiger distributionand
diardi. The Raffles Bulletin of habitat quality in Nepal.
Zoology 61(2): 871–875. Conservation Biology 12 6:
1338-1346.
Hearn A, Sanderson J, Ross J,
Wilting A and Sunarto S. 2008. Sunarto. 2011. Ecology And
Neofelis diardi. In: IUCN Restoration Of Sumatran
2012. IUCN Red List of Tigers In Forest And Plantation
Threatened Species.Version Landscapes. [Disertasi].
2012.2.<www.iucnredlist.org>. Virginia: The faculty of
[Diunduh pada 2 januari 2016]. Polytechnic Institute and State,
University of Virginia.
Hutajulu, B. Sunarto. Klenzendorf,
S. Supriatna, J. Budiman, A. Wilting A, Fischer F, Bakar SA,
and Yahya, A. (2007). Study on Linsenmair KE. 2006. Clouded
the ecological characteristics leopards, the secretive top-
of clouded leopard in Riau, carnivore of South-East Asian
Sumatra. In: J. Hughes and M. rainforests: thei distribution,
Mercer (eds.) Felid Biology status and conservation needs
and Conservation: Programme in Sabah, Malaysia. BMC
and Abstracts: An International Ecology 6: 16.
Conference, 17–20 September Wilting, A. Mohamed, A. Ambu,
2007, Oxford. Oxford Univer- L.N. Lagan, P. Mannan,
sity, Wildlife Conservation Re-
S.Hofer, H., and Sollmann,
search Unit. R.2012. Density of the Vulner-
Maryani. 2014. Estimasi Populasi able Sunda clouded leopard
Macan Dahan Sunda (Neofelis Neofelis diardi in two com-
Diardi) Di Suaka Margasatwa mercial forest reserves in Sa-
Bukit Rimbang Bukit Baling bah, Malaysian Borneo. Oryx
Menggunakan Bantuan 46(3): 423–42

10

Anda mungkin juga menyukai