Anda di halaman 1dari 11

Tugas Ringkasan

Perbankan dan Bisnis Syariah


“ WAKAF TUNAI “

Oleh
Kelompok 13 :

Nurafni Ayu Lestari Amrul (1667142081)


Dandi Aditama (1667142018)

Prodi Ilmu Administrasi Bisnis


Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Makassar
2019
WAKAF TUNAI

Yang disebut miskin itu bukanlah orang yang berkeliling dari manusia satu kepada manusia
yang lain. Sehingga bertolak dari satu-dua biji kurma atau sesuap-dua-suap makanan. Akan
tetapi yang disebut miskin itu ialah manusia yang tidak menyadari kekayaannyadan tidak me
ngerti, kemanakah-harta yang ia miliki-harus disedekahkan. Juga orang yang tidak mau beru
saha dan hanya mengandalkan pemberian orang lain.

1. PENGERTIAN
Wakaf diambil dari kata “waqafa”, menurut bahasa berarti menahan atau berhenti-henti.Dala
m hukum Islam, wakaf berarti menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama (zatnya) kepad
a seseorang atau nadzir (penjaga wakaf), baik berupa perorangan maupun badan pengelola
dengan ketentuan bahwa hasil atau manfaatnya digunakan untuk hal-hal yang sesuai denga
n syatiat Islam. Harta yang telah diwakafkan keluar dari hak milik yang mewakafkan, dan buk
an pula menjadi hak milik nadzir, tetapi menjadi hak milik Allah dalam pengertian hak masyar
akat umum.
Sumber hukum wakaf terdapat dalam surat Ali Imran ayat 92 yang mengatakan, “Kamu seka
li-kali tidak sampai kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta
yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetah
uinya”. Sedangkan di dalam hadits Nabi yang diriwayatkan Muslim disebutkan bahwa? “Apa
bila manusia wafat, terputuslah anal perbuatannya, kecuali dari tiga hal, yaitu sedekah jariya
h, atau ilmu pengetahuan yang dimanfaatkan atau anak yang”.
Wakaf mempunyai peran penting dalam pembangunmasyarakat dan bahkan dalam pemban
gunan perdaban manusia. Dalam hal ini adanya kesinambungan manfaat pada donasi waka
f, kaum muslimin, diperpanjang sejarah Islam menemukan bahwa bentuk khusus dari sumba
ngan karikatif ini merupakan cara terbaik untuk mejelaskan keterikatanmereka dengan ajara
n Islam.
Wakaf merupakan salah satu lembaga penting dalam sistem sosio-ekonomia Islami. Wakaf
memerankan peran yang berharga sepanjang sejarah Islam, khususnya semasa kekhalifah
Ottoman. Banyak lembaga, organisasi dan bahkan fasilitas infrastruktur yang dibangun dari p
roperti wakaf. Posisi pentingnya wakaf adalah pada bentuk properti yang didonasikan dan da
pat digunakan untuk segala mac keperluan yang berhubungam dengan kepentingan umum.

2. SEJARAH WAKAF
Keberadaam wakaf sejak masa Rasulullah saw, diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, bahwa
Umar bin Khattab mendapat sebidang tanah di Kahibar. Lalu Umar bin Khatab menghadap R
asulullah saw untuk memohon petunjuk tentang apa yang sepatutnya dilakukan terhadap tan
ahnya tersebut. Umar berkata kepada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah, saya mendapatkan se
bidang tanah di Khaibar dan saya belum pernah mendapat harta lebih bain dari tanah Khaib
ar itu. Karena itu saya memohon petunjuk tentang apayang sepatutnya saya lakukan pada ta
nah itu”. Rasulullah menjawab, “Jika engkau mau, tahanlah tanahmu itu dan engkau sedeka
hkan”. Lalu Umar mensedekahkannya dan mensyaratkan bahwa tanah itu tidak boleh diwari
skan. Umar salurkan hasil tanah itu buat prang-orang fakir, ahli familinya, membebaskan bud
ak, orang-orang yang berjuang fisabilillah, orang-prang yang kehabisan bekal dalam perjalan
an dan tamu. Penguasa wakaf tunai sendiri, boleh makan dari hasil wakaf tersebut dalam ba
tas-batas yang ma’ruf (biasa). Ia jika boleh memberi makan orang lain dari wakaf tersebut da
n tidak bertindak sebagai pemilik harta sendiri. Sumber-sumber lain menyebutkan bahwa wa
kaf Umar bin Khattab itu adalah wakaf yang pertama dalam Islam.
Menurut hadits riwayat an-Nisa’i dan at-Tutmudzi dari Usman, bahwa Rasulullah saw pernah
datang ke Madinah, sedangkan di Madinah ketika itu tidak ada air tawar kecualisumur rumah
, lalu Rasulullah bersabda, “Siapakah yang mau membeli sumur rumah lalu ia memasukkan t
imbanya ke dalam sumur itu bersama timba-timba kaum muslimin lainnya yang dia akan me
ndapatkan sesuatu yang lebih baik dari pads sumur itu kelakdi Surga”. Lalu Usman membeli
sumur itu dari tulang punggung hartanya. Selanjutnya, sumur tersebut diserahkan kepada pe
nduduk Madinah untum kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam hadits tersebut a
dalah wakaf. Di dalam hadits lain diceritakan di masa Rasulullah saw hidup, Bani Najjar mem
bangun bersama-sama sebuah masjid dan memberikannya untuk kepentingan umum.

2.1. Pada Zaman Hindia Belanda


Pada waktu pemerintahan Hindia Belanda, hukum perwakafan telah berlaku dalam masyara
kat Indonesia berdasarkan Hukum Islam. Administrasi perwakafan tanah baru mulai sejak ts
hun 1905 dengan dimulainya pendaftaran tanah wakaf berdasarkan surat edaran sebagai be
rikut:
1. Surat edaran sekretaris gubernemen tanggal 31 januari 1905 (Bijblad 1905, No. 6169), y
ang mewajibkan kepada para Bupati untuk membuat daftar yang membuat segala keter
angan untuk benda-umum, baik dengan nama wakaf atau dengan nama lain.
2. Surat edaran sekretaris gubernemen tanggal 4 april 1931 (Bijblad, 1934 No. 13390), yan
g memberikan wewenang kepada Bupati untuk memimpin dan menyelesaikanperkara jik
a terjadi sengketa mengenai wakaf, atas permintaan para pihak yang bersengketa.
3. Surat edaran sekretaris gubernemen tanggal 27 mei 1935 (Bijblad No. 13480), berisi tat
a cara para perwakafan, yaitu perlunya perwakafan diketahui oleh Bupati untuk diregistr
asi dan diteliti tentang keabsahannya.

2.2. Pada Zaman Kemerdekaan


Setelah kemerdekaan RI tanggal Agustus 1945 maka dibentuklah UU Pokok Agraria tanggal
24 September 1960 yang mengandung ketentuan sebagai berikut:
1) Berdasarkan pasal 2 aturan Peralihan UUD 1945, peraturan-peraturan perwakafan Hind
ia Belanda dinyatakan tetap berlaku. Pada tahun 1958 telah ditetapkan petunjuk menge
nai perwakafan oleh Department Agama dengan dikeluarkannya Surat Edaran No. 5/D/1
956 tentang prosedur perwakafan tanah pada tanggal 8 oktober 1956.
2) Berdasarkan surat keputusan Menteri Agraria dan Menteri Agama No. 19.19/22/37-7 tah
un 1959 dan SK. 62/Ka/1959, ditetapkanlah pengesahan perwakafan tanah milik dialihk
an kepada Kepala Pengawas Agraria Karesidenan, yang pelaksanaannya diatur dengan
Surat Pusat Jawatan Agraria kepada puaat Jawatan Agama tanggal 13-2-1960 No.23/1/
34-11.
3) Di dalam UU No. 5 tahun 1960 (UUPA), pada bagian XI, tertera bahwa untuk keperluan
suci dan sosial, (pasal 49 ayaht (3) ditentukan perwakafan tanah milik dilindungi dan dia
tur dengan Peraturan Pemerintah.
4) Pada tanggal 17 mei 1977 ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977 tentang
perwakafan tanah milik, sebagai pelaksanaan ketentuan pasal 49 ayaht (3) UUPA. PP N
o. 28 tahun 1977 mengatur tata cara perwakafan tanah milik dalam pengertian hak milik
yang baru, serta tata cara pemdaftaran tanah wakaf yang terjadi yang sebelum Peratura
n Pemerintahan No. 28 tahun 1977 yang jumlahnya sangat besar dibanding dengan per
wakafan setelah berlakunya PP No. 28/1977
Instruksi Presiden No 1 tahun 1992 menetapkan komplikasi Hukum Islam, yaitu himpunan hu
kum material sebagai dokumentasi yustisia yanh menjadi pedoman bagi hakim di lingkungan
Badan Peradilan Agama sebagai hukum terapan dalam menyelesaikan perkara-perkara yan
g diajukan kepadanya.
Dalam hal wakaf tunai pada tanggal 11 mei 2002 Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia tela
h menetapkan fatwa tentang wakaf tunai yang meliputi:
1. Wakaf tunai adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau ba
dan hukum dalam bentuk uang tunai.
2. Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.
3. Wakaf uang hukumnya boleh (jawaz).
4. Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secar
a syar’i.
5. Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan, dan
atau diwariskan.

3. RUKUN WAKAF
Dalam wakaf terdapat 4 rukun, yaitu:
1. Al-Wakif atau orang yang melakukan perbuatam wakaf, hendaklah dalam keadaan seha
t rohaninya dan tidak dalam keadaan terpaksa atau dalam keadaan dimana jiwanya tert
ekan.
2. Al-Mawquf atau harta benda yang akan diwakafkan, harus jelas wujudnya atau zatnya d
an berifat abadi. Artinya, bahwa harta itu tidak habus sekali pakai dan dapatdiambil man
faatnya untuk jangka waktu yang lama.
3. Al-Mawqul’alaih atau sasaran yang berhak menerima hasil atau manfaat wakaf, dapat di
bagi menjadi dua macam; wakaf khairy dan wakaf dzurry. Wakaf khairy adalah wakaf di
mana wakifnya tidak membatasi sasaran wakafnya untuk pihak tertentutetapi untuk kepe
ntingan umum. Sedangkan wakaf dzurry adalah wakaf dimana wakifnya membatasi sas
aran wakafnya untuk pihak tertentu yaitu keluarga keturunannya.
4. Sighah atau pernyataan pemberian wakaf, baik dengan lafadz, tulisan maupun isyarat.

4. TUJUAN WAKAF
Tujuan dari penggalangan wakf tunai dari masyarakat anatara lain sebagai berikut:
1. Menggalang tabungan sosial dan mentransformasikan tabungan sosial menjadi modal s
osialserta membantu mengembangkan pasar modal sosial.
2. Meningkatkan investasi sosial
3. Menyisihkan sebagian keuntungan dari sumber daya orang kaya/berkecukupan kepada
fakir miskin dan anak-anak generasi berikutnya.
4. Meniptakan kesadaran di antara orang-orang kaya/berkecukupan mengali tanggung jaw
ab sosial mereka terhadap masyarakat sekitarannya.
5. Menciptakan integrasi antara keamanan sosial dan kedamaian sosial serta meningkatka
n kesejahteraan.

5. KONSEP WAKAF TUNAI


Hukum mewakafkan uang tunai merupakan permasalahan yang diperdebatkan di kalangan
ulama fikih. Hal ini disebabkan karena cara yang lazim dipakai oleh masyarakat dalam men
gembangkan harta wakaf berkisar pada penyewaan harta wakaf, seperti tanah, gedung, rum
ah dan semacanya. Oleh karenanya, sebagian ulama kurang menerima ketika ada diantara
ulama yang berpendapat bahwa hukumnya mewakafkan uang dirham dan dinar adalah bole
h. Dengan uang sebagai aset wakaf, maka penggunaannya akan berhubungan dengan prak
tek riba.
Adapun alasan ulama yang tidak membaolehkan berwakaf dengan uang lebih jauh sebagai
berikut:
1. Bahwa uang bisa habis zatnya sekali pakai. Uang hanya bisa dimanfaatkan dengan me
mbelanjakan sehingga bendanya lenyap sedangkan inti ajaran wakaf adalah pada kesin
ambungan hasil dari modal dasar yang tetap lagi kekal. Oleh karena itu, ada persyarata
n agar benda yang tahan lama, tidak habis dipakai.
2. Uang seperti dirham dan dinar diciptakan sebagai alat tukar yang mudah, orang melaku
kan transaksi jual-beli, bukan untuk ditarik manfaatnya dengan mempersewakan zatnya.
Dalam al-Is’af Ahkam al-Awqaf, al-Tharablis mengungkapkan bahwa sebagian ulama klasik
merasa aneh ketikan mendengar fatwa yang dikeluarkan oleh Muhammad bin Abdullah al-A
nshari, murid dari Zufar, sahabat Abu Hanifah, tentang bolehnya berwakaf dalam bentuk ua
ng kontan dirham atau dinar, dan dalam betuk komoditas yang dapatditimbang dan ditakar,
seperti makanan gandum. Yang mereka merasa aneh adalah karena tidak mungkin mempe
rsewakan benda-benda seperti itu, oleh karena tidak mungkin mempermasalahkan dengan
mempertanyakan apa yang dapat dilakukan dengan dana tunai dirham? Atas pertanyaan ini
Muhammad bin Abdullah al-Anshari menjelaskan dengan mengatakan, “Kita investasikan d
ana itu dengan cara mudharabad dan labanya kita sedekahkan. Kita jual benda makanan itu
, harta kita putar dengan usaha mudharabad hasilnya disedehkan”.
Dikalangan Malikiyah populer pendapat yang membolehkan berwakaf dalam bentuk uang tu
nai seperti dilihat dalam kitab Al-Majmu’ oleh Imam Nawawi yang mengatakan, “dan para sa
habat kita berbeda pendapat tentang wakaf dengan dana dirham dan dinar. Ornag yang me
mbeolehkan mempersewakan tidak mewakafkannya”. Ibnu Taimiyahdalam al-Fatwa, meriw
ayatkan satu pendapat dari kalangan Hanabilah yang membolehkan berwakaf dalam bentuk
uang dan hal yang sama dikatakan pula oleh Ibnu Qudamah dalam bukunya al-Mughni.

6. PERBEDAAN WAKAF DENGAN SHADAQAH/HIBAH


Kadangkala pengertian wakaf dirancukan dengan pengertian sedekah dan hibah. Padahal a
ntara wakaf, sedekah, dan hibah terebut terdapat perbedaan-perbedaan penting, yaitu:
Wakaf Shadaqah/hibah
Menyerahkan kepemilikan suatu barang ke Menyerahkan kepemilikan suatu baramg ke
pada orang lain. pada pihak lain.
Hak milik wakaf atas barang dikembalikan k Hak milik atas barang diberikan kepada pen
epada Allah erima shadaqah/hibah
Manfaat barang biasanya dinikmati untukke Manfaat barang dinikmati oleh penerima sh
pentingan sosial adaqah/hibah
Objek wakaf biasanya kekal zatnya Objek shadaqah/hibah tidak harus kekal zat
nya
Pengelolaan objek wakaf diserahkan kepad Pengelolaan objek shadaqah/hibah diserah
a administratur yang disebut nadzir/mutawa kan kepada si penerima
lli
Objek wakaf tidak boleh diberikan atau diju Objek shadaqah hibah boleh diberikan atau
alkepada pihak lain. dijual kepada pihak lain.

7. POTENSI WAKAF TUNAI


Beberapa kondisi wakaf tunai di beberapa negara di bawah ini menunjakkan posisi strategis
wakaf tunai:
1. Tiga perempat (3/4) tanah Arab pada masa kerajaan Ottoman adalah milik lembaga wak
af tunai.
2. Di Aljazair, dibawah kedudukan Prancis, wakaf terdiri dari setengah (1/2) dari luas tanah
negeri pada pertengahan abad kesembilan.
3. Di Tunisia untum periode yang sama wakafnya terdiri dari sepertiga (1/3) tanah yang ad
a di negeri tersebut.
4. Di Mesir pada tahun 1949, sekitar seperdelapan (1/8) tanah pertanian masuk dalam kate
gori tanah wakaf
Dalam sektor wakaf ini, terdapat catatan menarik mengenai proporsi bentuk wakaf yang dilak
ukan oleh kaum muslimin. Seperti terungkap dalam studi Ruth Roded selama enamabad (13
40-1947) yang mencakup 104 lembaga walaf (endowment foundations) di Mesir, Siria, Pales
tiba, Turki, dan Anatolia diketahui bahwa:
1. Lima puluh delapan persen properti wakaf terkonsentrasi di kota-kota besar dan terdiri d
ari pertokoan komersial, roadhouse, perumahan dan flat.
2. Tuga puluh lima persen terkonsentrasi di kampung-kampung kecil dan pedesaan dalam
bentuk tanah-tanah pertanian, perkebunan dan taman.
3. Tujuh persen sisanya berupa wakaf dengan bentuk lain 5,5 persen diantaranya dalam b
entuk uang tunai.

8. SERTIFIKAT WAKAF TUNAI


Wakaf tunai dapat digunakan sebagai suatu instrumen keuangan dan meruapakan produk b
aru dalam sektor perbankan. Beberapa pedoman operasional sertifikat wakaf tunai yang dipe
raktekkan Social Instrument Bank Ltd (SIBL) antara lain:
1. Wakaf tunai harus dipandang sebagai sumbangan (endowment) yang sesuai dengan sy
ariah, bank akan mengelola wakaf atas nama wakif.
2. Wakaf dapat diberikan berulang kali dan rekening yang dibuka sesuai dengan nama yan
g diberikan wakif.
3. Wakif diberi kebebasan untuk memilih sasaran wakaf baik sasaran yang sudah teridentif
ikasi oleh SIBL atau sasaran lainnya yang sesuai dengan syariah. Adapun sasaran wak
af yang sudah berhasil diidentifikasi oleh SIBL secara umum antara lain: Rehabilitasi kel
uarga (family rehabilitation), pendidikan dan kebudayaan (education and culture), keseh
atan dan sanitasi (health and sanitation), dan pelayanan sosial (social utility service)
4. Dana wakaf tunai akan mendapat keuntungan pada tingkat yang paling tinggi yang ditaw
arkan oleh bank dari waktu ke waktu.
5. Dana wakaf akan tetap dan hanya dana yang berasal dari keuntungan yang akan dibagi
kan kepada sasaran yang telah dipilih wakif. Keuntungan yang belum sempat dibagikan
otomatis akan digabungkam dengan dana wakaf yang sudah ada yang akan mendapatk
an keuntungan yang lebih berkembang sepanjang waktu.
6. Wakif juga dapat meminta bank untuk menyalurkan seluruh keuntungan yang diperoleh
kepada sasaran yang telah ditentukan oleh wakif.
7. Wakif mempunyai kesempatan memberikan wakaf tunai sepanjang waktu. Walaupun tid
ak, wakif tidak akan memberikan wakaf sebesar yang dia inginkan dan akan mulai deng
an nilai minimum wakaf sebesar Tk 1000. Wakaf berikutnya akan sebesar Tk 1000 pula
atau kelipatannya.
8. Wakif mempunyai hak untuk memberikan perintah pada bank untuk mengambil dana wa
kaf dari rekeninng lainnya di SIBL secara rutin.
9. Wakaf tunai harus diterima dalam bentuk endowmwnt reseipth voucher tertentu dan satu
settifikat untuk seluruh nilai harus diterbitkan ketika wakaf tersebut diberikan.
10. Prinsip dan ketentuan mengenai rekening walaf tunai berdasarkan amandemen dan aka
n dievaluasi dari waktu ke waktu.

9. PENGELOLAAN WAKAF TUNAI

9.1. Wakaf Tunai di Kelola Bank Syariah


Beberapa peran yang bisa diunggulkan bila wakaf tunai dikelola oleh bank:
1. Jaringan kantor
2. Kemampuan sebagai fund manager
3. Pengalaman, jaringan informasi dan peta distribusi
4. Citra positif
Skema alternatif bila bank syariah sebagai nadzir penerima dan penyalur dana wakaf.

9.2. Wakaf Tunai di Kelola Lembaga Swasta


Keunggulan yang didapat bila wakaf tunai dikelola oleh swasta:
1. Sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat.
2. Ada kontrol langsung oleh masyarakat.
3. Menumbuhkan solidaritas masyarakat.

10. KENDALA PENGEMBANGAN WAKAF TUNAI


Beberapa kendala yang menjadikan wakaf tunai sulit berkembang di tanah air adalah sebag
ai berikut:
1. Masyarakat masih memahami bahwa wakaf berhubungan dengan harta-harta yang mem
iliki nilai tinggi seperti tanah, rumah dan lain sebagaianya.
2. Wakaf tunai relatif baru di Indonesia, sehingga dampak langsung daru kelebihan wakaf t
unai bagi kesejahteraan masyarakat belum terasa.
3. Lembaga wakaf tunai masih dipahami sebagai lembaga zakat, dan lembaga zakat bisa d
ijadikan pengganti keberadaan lembaga wakaf tunai. Hal ini yang menjadikan keberadaa
n lembaga wakaf tunai terasa tidak begitu urgen.
4. Tidak ada konsekuensi hukum yang mengikat kepada individu untuk mewakafkan sebag
ian hartanya.
11. STRATEGI PENGEMBANGAN WAKAF TUNAI
Usaha yang perlu dilakukan untuk mengurangi kendala-kendala di atas:
1. Sosialisasi keberadaan walaf tunai kepada masyarakat, bahwa masyarakat tidak perlu m
enunggu sampai jumlah tertentu hartanya guna membeli sejumlah harta untukdiwalafka
n. Wakaf bisa dilakukan dengan cash, walaupun ia tidak memiliki harta, seperti tanah, ru
mah dan lain sebagainya.
2. Mendirikan lembaga wakaf tunai dapat dimulai dari lingkungan terkecil seperti, takmir m
asjid, pesantren dan sebagainya. Pendirikan lembaga wakaf tunai tidak harusmenunggu
kelompok/institusi, selama individu/sekelompok individu mampu mendirikannya maka tid
ak ada halangan untuk mendirikan lembaga wakaf tunai.
3. Perlu koordinasi dengan lembaga zakat untuk menjalin kerjasama dan meningkatkan kin
erja antara kedua lembaga tersebut, dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat.
12. ISTILAH-ISTILAH PENTING
 Harta
 Undangan-undangan pokok agraria
 Al-wakif
 Al-mawquf
 Al-mawqul’alaih
 Qakaf khairy
 Wakaf dzurry
 Sighah
 Dirham
 Dinar
 Shadaqoh
 Hibah
 Rekening wakaf tunai

Anda mungkin juga menyukai