PENDAHULUAN
1
aktivitas pusat perdagangan terhadap lalu lintas di ruas Jalan Jaksa Agung
Suprapto dimana banyaknya kendaraan melakukan parkir di badan jalan seperti
di depan Warung Bakso Solo, di depan Warung Soto Pak Slamet yang ramai
akan pembeli dan di depan SMP 3 Muhamadiyah yang menuju ke arah Barat dari
Simpang Lima yang berjarak ±800 m terjadi banyak kegiatan antar jemput anak
sekolah sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas. Timbulnya parkir pada
badan jalan yang tersebar dibeberapa lokasi yang belum ada fasilitas areal
parkirnya, berakibat buruk terhadap kondisi lalu lintas, terutamasaat kendaraan
melakukan manuver kendaraan yang keluar masuk parkir di ruas Jalan Jaksa
Agung Suprapto. Manuver kendaraan mengakibatkan tundaan lalu lintas yang
berdampak pada pengguna jalan lain sehingga menyebabkan kecepatan
kendaraan berkurang dan berpotensi menimbulkan kemacetan arus lalu lintas.
Permintaan akan parkir akibat adanya aktifitas-aktifitas di sekitar ruas Jalan
Jaksa Agung Suprapto yang tidak di imbangi dengan fasilitas ruang parkir
menyebabkan adanya pengguna fasilitas ruang parkir di badan jalan yang
memberikan dampak kemacetan lalu lintas. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan untuk mengangkat judul “Pengaruh Parkir Di Badan Jalan Pada Ruas
Jalan Jaksa Agung Suprapto Banyuwangi Terhadap Kinerja Ruas Jalan” sebagai
tema dalam penelitian.
1.3 Tujuan
Tujuan dari adanya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh parkir
di badan jalan (on street parking) pada ruas Jalan Jaksa Agung Suprapto
Banyuwangi terhadap kinerja ruas jalan.
1.4 Manfaat
2
2. Sebagai masukan untuk perencanaan dan sistem penataan kota khususnya
untuk jalan-jalan yang merupakan kawasan industri dan komersial.
3. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat menambah studi khusus
tentang sistem perparkiran dan studi transportasi pada umumnya.
3
(Halaman Sengaja Dikosongkan)
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Kawasan pusat kota biasanya berfungsi sebagai pusat perdagangan untuk
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sedangkan menurut Soefaat dalam
Kamus Tata Ruang 1997 kawasan perdagangan biasa disebut dengan CBD
(centerbusiness district) yang berarti tempat pusat kegiatan perniagaan di kota :
letak tidak selalu di tengah-tengah dan mempunyai pengaruh besar terhadap
kegiatan ekonomi kota. Tumbuh kembangnya suatu kawasan pusat kota tentunya
mempengaruhi kawasan sekitarnya. Kawasan tersebut berubah fungsi menjadi
kawasan pendukung aktivitas di pusat kota. Kawasan tersebut juga dapat di
indikasikan sebagai kawasan yang memiliki ciri-ciri tersebut:
6
5. Organisasi (pengelola transportasi).
Masalah transportasi pada dasarnya terjadi karena adanya interaksi yang
sangat intens antara komponen-komponen sistem transportasi, dimana interaksi
yang terjadi berada pada kondisi di luar kontrol, sehingga terjadi ketidak
seimbangan.Ketidak seimbangan yang dimaksud dapat saja terjadi karena tidak
sesuai antara transport demand (sistem kegiatan) dan transport supply (sistem
jaringan) ataupun faktor-faktor lainnya yang pada dasarnya menyebabkan
pergerakan manusia dan barang menjadi tidak efesien dan efektif.
Dalam sistem transportasi tujuan dari perencanaan adalah penyediaan
fasilitas untuk pergerakan penumpang atau barang dari satu tempat ke tempat lain
atau dari berbagai pemanfaatan lahan. Untuk mendapatkan alternatif pemecahan
masalah transportasi perkotaan yang baik, maka sistem transportasi makro perlu
dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil (mikro), dimana masing-
masing sistem mikro tersebut akan saling terkait dan saling mempengaruhi.
Sistem Pergerakan
Sistem Kelembagaan
Gambar 2.1. Sistem Transportasi Makro
Sumber: Tamin (1997)
7
a. Sistem kegiatan (transport demand)
Sistem ini merupakan pola kegiatan tata guna lahan yang terdiri dari sistem
pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan lain-lain.Kegiatan yang timbul
dalam sistem ini membutuhkan pergerakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan
yang perlu dilakukan setiap hari yang tidak dapat dipenuhi oleh tataguna lahan
tersebut.Besarnya pergerakan sangat terkait dengan jenis dan intensitas kegiatan
yang dilakukan.
b. Sistem jaringan (prasarana transportasi/transport supply)
Pergerakan yang berupa pergerakan manusia atau barang tersebut
membutuhkan moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat moda
tersebut bergerak. Prasarana transportasi ini dikenal dengan sistem jaringan yang
meliputi jaringan jalan raya, kereta api, terminal, bus, bandara dan pelabuhan
laut.
c. Sistem pergerakan (lalu lintas/Traffic)
Hal yang dapat dilakukan antara lain mengatur teknik dan manajemen lalu
lintas (jangka pendek), fasilitas angkutan umum yang lebih baik (jangka pendek
dan menengah), atau pembangunan jalan (jangka panjang).
Sistem kegiatan, sitem jaringan dan sistem pergerakkan akan saling
mempengaruhi, apabila terjadi perubahan pada sistem kegiatan, jelas akan
berpengaruh terhadap jaringan melalui perubahan pada tingkat pelayanan pada
sistem pergerakkan. Demikian juga perubahan pada jaringan akan mempengaruhi
sistem kegiatan melalui peningkatan mobilitas dan aksesbilitas dari sistem
pergerakan tersebut.
Persoalan dasar transportasi sebenarnya sederhana, yaitu terlalu besarnya
kebutuhan akan pergerakan dibandingkan dengan prasarana transportasi yang
tersedia. Karena itu, Wells(1970)menyatakan bahwa usaha pemecahannya tidak
terlalu sulit. Yang mungkin dilakukan adalah :
1. Membangun prasarana transportasi dengan dimensi yang lebih besaran
sehingga kapasitasnya sesuai dengan atau melebihi kebutuhan.
2. Mengurangi tuntutan akan pergerakan dengan mengurangi jumlah kendaraan
pemakai jalan.
3. menggabungkan (1) dan (2), yaitu menggunakan sistem prasarana transportasi
8
yang ada secara optimum, membangun sistem prasarana transportasi
tambahan,dan sekaligus melakukan pengawasan dan pengendalian sejauh
mungkin atasmeningkatnya kebutuhan akan pergerakan.
Cara pertama tentu saja tidak mungkin bisa dilakukan secara terus menerus
tanpa batas.Pada daerah yang sudah berkembang, maka pelebaran jalan saja
hampir tidak mungkin dilakukan karena biayanya terlalu mahal, tidak ekonomis
dan tidak jarang menimbukan masalah sosial.Cara kedua, mengurangi atau
membatasi jumlah kendaraan pun hampir tak mungkin dilakukan.Tiap orang
berhak menikmati kesejahteraan dan tidak ada dasar hukum yang melarang
seseorang memiliki kendaraan bermotor yang diperolehnya secara sah. Karena itu
penanggulangan dengan mencari jalan tengah diantara kedua cara tersebut diatas
adalah cara yang pada umumnya ditempuh.
9
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fasilitas parkir merupakan
tempatpenting dari sistem transportasi dan merupakan kebutuhan banyak pihak,
sehinggapenentuan kebutuhan parkir perlu memperhatikan keinginan yang
beragam.
Beberapa pengertian parkir, adalah sebagai berikut:
1. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat
sementara sedang berhenti dengan pengemudi tidak meninggalkan
kendaraannya(Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998).
2. Parkir merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari sistem
transportasi jalan raya secara keseluruhan (Tamin, 2008).
3. Ruang parkir adalah area yang cukup luas untuk menampung suatu
kendaraan dengan akses yang tidak terbatas tetapi tetap mencegah adanya
ruang untuk manuver kendaraan (Direktorat Jendral Perhubungan Darat,
1998).
Menurut statusnya parkir dibedakan menjadi :
1. Parkir umum
Parkir umum adalah perparkiran yang menggunakan tanah-tanah, jalan-
jalan atau lapangan yang dimiliki atau dikuasai dan pengelolaannya
diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
2. Parkir khusus
Parkir khusus adalah perparkiran yang menggunakan tanah-tanah
danpengelolaannya diselenggarakan oleh pihak ketiga.
3. Parkir darurat
Parkir darurat adalah perparkiran di tempat-tempat umum, baik
menggunakan tanah, jalan ataupun lapangan milik atau penguasaan
pemerintah daerah atau swasta karena kegiatan insidenti.
4. Taman parkir
Taman parkir adalah suatu areal bangunan perparkiran yang dilengkapidengan
fasilitas sarana perparkiran yang pengelolaannya diselenggarakan oleh
perintah daerah.
5. Gedung parkir
10
Gedung parkir adalah bangunan yang dimanfaatkan untuk tempatparkir
kendaraan yang penyelenggaraannya oleh pemerintah daerahatau pihak yang
sudah mendapatkan ijin dari pemerintah daerah.
11
Kebutuhan Rumah Sakit biasanya berdasarkan tarif rumah sakit itu sendiri
serta jumlah kamar yang tersedia.
Kegiatan Parkir yang bersifat sementara
a. Bioskop
Ruang parkir untuk gedung bioskop disesuaikan dengan jumlah pekerjanya
serta jumlah tempat duduk yang ada di teaternya. Durasi parkir berkisar
1,5 jam sampai 2 jam sehingga waktu keluar yang bersamaan membuat
pintu keluar dan jalan keluar harus cukup besar atau lebih dari satu
sehingga memudahkan pengunjung untuk keluar.
b. Stadion Olahraga
Dalam pertandingan ini durasi biasanya 2 (dua) jam atau justru lebih dari
itu.Keluar yang bersamaan juga mengharuskan pintu keluar yang besar
untuk tempat ini.
12
3. Membuat penggunaan tempat parkir menjadi lebih efektif.
Saat ini bahkan pengendalian parkir merupakan satu-satunya metode untuk
membatasi pergerakan kendaraan yang dapat dilakukan oleh seorang perencana
sistem transportasi yang komperhensif dan terintegrasi.Dulu, pengendalian parkir
diterapkan terutama untuk mengurangi hambatan kendaraan dan untuk
memungkinkan jalan menjadi lebih baik dalam memenuhi permintaan lalu
lintas,dengan mengganti parkir di jalan (on street parking) menjadi parkir di luar
jalan (on street parking).
Pengendalian parkir telah dimanfaatkan untuk mempengaruhi demand kota
yang terjadi, mencegah orang untuk melakukan perjalanan dengan menggunakan
mobil dan mengalihkannya ke penggunaan transportasi publik. Namun sampai
saat ini, pencegahan pembawaan mobil tersebut tidak diterapkan pada semua
kendaraan, hanya pada mereka yang memang tidak membutuhkan
kendaraan.Seseorang yang hanya mengendarai kendaraannya selama beberapa
saat untuk bekerja, kemudian meninggalkan kendaraannya tersebut sampai
dengan waktu yang lama, perlu dicegah pergerakan dengan kendaraan pribadinya
tersebut.Bagi mereka yang melakukan perjalanan dan parkir, pencegahan tidak
dilakukan. Jadi tujuan dari kebijakan perparkiran di pusat kota adalah
meningkatkan para pemarkir jangka pendek (misalnya para pemarkir untuk
shopping) dan mencegah pemarkir jangka panjang.
13
2.6.1 Parkir di Ruang Jalan (on street parking)
Setiap perjalanan yang menggunakan kendaraan diawali dan diakhiri di
tempat parkir.Oleh karena itu ruang parkir tersebut ditempat asal perjalanan dan
di tempat tujuan perjalanan, maka menjadi permasalahan ditujuan
perjalanan.Salah satu kriteria sesorang memilih lokasi parkir adalah akesbilitas,
jika seseorang tidak dapat memarkirkan kendaraannya, dia tidak bisa membuat
perjalanan. Jika petak parkir terlalu jauh dari tujuan akhir perjalanan, orang akan
beralih pergi ke tempat lain.
Penyebab utama kegiatan parkir adalah adanya kegiatan yang bersifat
komersial.Oleh karena itu kegiatan komersial pembangkit parkir harus
menyediakan prasarana parkir.Bertentangan dengan konsekuensi tersebut, banyak
kegiatan komersial kelas menengah ke bawah menggunakan tepi jalan sebagai
fasilitas parkir.Padahal kalau fasilitas parkir memadai, volume parkir dan
pengunjung dapat meningkat dua sampai tiga kali.
14
mengakibatkan kemacetan lalu lintas. Oleh karena itu, fasilitas parkir harus
cukup memadai sehingga semua pengoperasian lalu lintas dapat berjalan dengan
lancar. Secara umum menurut letaknya, parkir di bagi atas dua jenis yaitu parkir
ruang jalan (on street parking)dan parkir di luar jalam (off street parking).
a. Parkir di tepi jalan (on-street parking)
Parkir di tepi jalan (on-street parking) adalah parkir yang mengambil
tempat di sepanjang badan jalan dengan atau tanpa melebarkan jalan untuk
pembatas parkir. Parkir di tepi jalan ini baik untuk pengunjung yang ingin
dekat dengan tujuannya, tetapi untuk lokasi yang intensitas penggunaan
lahan yang tinggi, cara ini kurang menguntungkan.
Menurut Imam T. (2011), pada dasarnya parkir ini memanfaatkan
sebagian ruas jalan baik satu sisi maupun dua sisi sehingga menyebabkan
terjadinya pengurangan lebar efektif jalan yang akan mempengaruhi
volume lalu lintas kendaraan yang dapat ditampung oleh ruas jalan tersebut.
(Khasani, Yusuf., Murtiono, Eko Supri & Sukatiman (2013)).
15
parkir, jalur sirkulasi (jalur untuk perpindahan pergerakan), jalur gang
(jalur untuk manuver keluar dari parkir), dimensi ruang parkiroff street
parking ini mengeluarkan biaya yang sedikit mahal bagi pengemudi, karena
biaya tersebut digunakan untuk biaya atas tanah, konstruksi dan operasi
serta perawatan fasilitas parkir (dipelataran atau gedung).
Lokasi dimana kendaraan di parkir disebut fasilitas parkir.Peran
fasilitas parkir dalam sistem transportasi dapat dilihat dari fungsinya dalam
menyediakan tempat untuk menyimpan kendaraan di tempat-tempat tujuan
perjalanan dari pergerakan lalu lintas.Masudnya, dalam suatu area parkir,
diusahakan fasilitas parkir dikatakan berfungsi dengan baik apabila dengan
adanya fasilitas parkir tersebut tidak terjadi konflik arus lalu lintas di lokasi
parkir tersebut. Masalah yang timbul pada fasilitas parkir apabila
kebutuhan parkir tidak tertampung sesuai atau melebihi kapasitas parkir
yang ada, sehingga kendaraan yang tidak tertampung pada tempat parkir
akan mengganggu kelancaran arus lalu lintas yang ada disekitarnya.
Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Darat No.
272/HK.105/DRJD/96fasilitas parkir adalah suatu metode perencanaan
dalam menyelenggarakan fasilitas parkir kendaraan baik di badan jalan
maupun di luar badan jalan.
Pengguna lahan untuk aktifitas perdagangan mempunyai daya tarik
besar terhadap arus lalu lintas, sehingga penyediaan fasilitas parkir
merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi untuk menampung
bangkitan parkir yang terjadi. Bangkitan parkir tersebut otomatis akan
memakan badan jalan sebagai fasilitas parkir yang pada akhirnya akan
menggangu arus lalu lintas, dikarenakan lebar efektif dari jalan akan
berkurang, sehingga otomatis kapaitas jalan dari ruas juga ikut berkurang.
16
Gambar 2.3 Parkir di luar jalan (off-street parking)
Sumber : Imam T (2011)
a) Parkir Pararel 0º
Pola parkir ini sama dengan pola parkir satu sisi yang sering
dilakukan di jalan. Parkir sejajar dimana parkir diatur dalam sebuah
baris, dengan bumper depan mobil menghadap ke salah satu bumper
belakang yang berdekatan. Parkir dilakukan sejajar dengan tepi jalan,
disisi kiri jalan atau disisi kanan atau kedua sisi bila hal itu
memungkinkan.
17
Gambar 2.4. Tata Cara Parkir Paralel pada Daerah Datar
Sumber: Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir,
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
c) Sudut 45º
Membentuk sudut 45°, posisi parkir yang membentuk sudut 45°
terhadap sumbu dengan mengikuti pola tulang ikan secara keseluruhan
bidang parkir yang diperlukan lebih luas 12% dari pada parkir yang
menyudut 90°, seperti terlihat pada Gambar 2.6 berikut :
18
Gambar 2.6. Tata Cara Parkir dengan Sudut 45º
Sumber: Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas parkir,
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
d) Sudut 60º
Membentuk sudut 60°, posisi parkir membentuk sudut 60° terhadap
sumbu. Dengan ukuran petak parkir 5,0 m x 2,5 m sehingga dibutuhkan
untuk sebuah mobil adalah 20,33 m2, seperti terlihat pada Gambar 2.7
berikut :
19
Gambar 2.8 Tata Cara Parkir dengan Sudut 90º
Sumber: Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir,
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Dalam menggunakan badan jalan sebagi tempat parkir terdapat beberapa
ketentuan yang sifatnya memberi batasan yaitu berupa larangan terhadap
penggunaan lahan tersebut, yaitu :
a.Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah tempat penyeberangan pejalan kaki
(zebra cross) atau tempat penyeberangan sepeda yang telah ditentukan.
Angka kecelakaan yang mencederai pejalan kaki yang menyeberang jalan
relatif tinggi sehingga perlu diambil langkah untuk melindungi pejalan kaki pada
saat menyeberang jalan dari kecelakaan dengan kendaraan bermotor perlu
dilakukan langkah untuk melindungi pejalan kaki sehingga Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat menyatakan tempat dimana parkir dilarang, karena alasan
keselamatan adalah sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah tempat
penyeberangan pejalan kaki (zebra cross) yang telah ditentukan.
20
Untuk menertibkan parkir didasarkan pasal 61 UU no 14 tahun 1992 yang
telah diubah dengan Undang-Undang no 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (LLAJ), dalam pasal 106 ayat (4) yang berbunyi, setiap orang
yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib mematuhi ketentuan.
Keberadaan mobil di tikungan tajammembahayakan bagi penggunan jalan juga
berpotensi menyebabkan kemacetan pasalnya badan jalan akan menyempit.
21
Gambar 2.11Tata Cara Parkir Dekat Jembatan
Sumber: Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir,
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
22
Gambar 2.13Contoh Lain Tata Cara Parkir Dekat Rel Kereta Api
Sumber: Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir,
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
23
tinggi.Parkir bersudut hanya diperbolehkan pada jalan-jalan kolektor dan lokal
yang lebar kapasitasnya mencukupi.
2. Kondisi Jalan dan Lingkungan
Makin besar sudut yang digunakan maka semakin kecil daerah masing-
masing tempat parkirnya, akan tetapi makin lebar pula lebar jalan yang akan
diperlukan untuk membuat lingkaran membelok bagi kendaraan yang memasuki
tempat parkir.
Penentuan satuan ruang parkir dibagi atas 3 (tiga) jenis kendaraan dan
berdasarkan penentuan untuk mobil penumpang diklafikasikan menjadi tiga
golongan seperti Tabel 2.1
No Jenis Kendaraan Satuan Ruang Parkir
1. a. Mobil penumpang untuk golongan I 2.30 x 5.00
Keterangan:
Golongan I : Karyawan, tamu atau pengunjung, pusat perkantoran,
perdagangan, pemerintah, universitas.
Golongan II:Pengunjung temapat olah raga, pusat hiburan atau rekreasi,
hotel, pusat perdagangan eceran atau swalayan, rumah sakit,
bioskop.
Golongan III: Orang cacat
24
permukaan tanah dan air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel.
Perkembangan penduduk ditambah kegiatannya yang semakin pesat
belakangan ini membawa dampak pada perkembangan kebutuhan sarana dan
prasarana pada jaringan jalan.Kemacetan dan hambatan lalu lintas merupakan
konsekuensi dari perubahan tersebut. Menurut Ary Bachtiar (2004), gangguan
kelancaran pergerakkan lalu lintas terutama pada jaringan jalan yang berfungsi
sebagai arteri perkotaan yang diperlihatkan dengan banyaknya titik rawan
kemacetan, hambatan perjalanan dan tingginya angka kecelakaan. Gejala
persoalan tersebut salah satu penyebabnya adalah banyaknya titik-titik konflik
pada lintasan kendaraan saat keluar masuk di mulut akses jalan.
Dalam sistem jaringan jalan dikenal dengan istilah akses, yaitu jalan untuk
keluar masuk lalu lintas dari jalan utama, untuk menghubungkan dari suatu
tempat.Ciri-ciri dari akses yang secara fisik dan kinerja jalan lebih rendah dari
jalan utama, mobilitas lalu lintas bisa terjadi untuk satu arah atau dua arah, dan
umumnya akses tanpa dilengkapi dengan lampu pengaturan lalu lintas.
2.7Karakteristik Parkir
Karakteritik parkir merupakan sifat suatu parkir yang mendasar dan
nantinya akan dapat memberikan suatu penilaian terhadap permasalahan parkir
yang terjadi (Hobbs, 1995). Karakteritis parkir adalah pandangan umum, ciri-ciri
khusus untuk meletakkan atau menyimpan kendaraan disuatu tempat tertentu
dalam jangka waktu tertentu yang tergantung kepada selesainya keperluan dari
pengguna kendaraan tersebut.Tidak hanya mementingkan teknik semata yang
menjadi sebuah perhatian, melainkan juga yang menyangkut masalah
keindahan.Secara umumnya dapat dikatakan bahwa pengendalian atau
pengelolaan perparkiran diperlukan untuk mencegah atau menghilangkan
hambatan lalu lintas, mengurangi kecelakaan, menciptakan kondisi agar letak
parkir digunakan secara efektif dan efisien.
a. Akumulasi Parkir
Merupakan jumlah kendaraan yang diparkir di suatu tempat pada waktu
tertentu.Akumulasi parkir ini akan berkaitan erat dengan beban parkir
25
(jumlah kendaraan parkir) dalam satuan jam kendaraan per periode waktu
tertentu. Informasi akumulasi parkir diketahui dengan cara menjumlahkan
kendaraan yang masuk pada selang waktu tertentu dan dikurangi dengan
kendaraan yang keluar masuk dari lahan parkir. Nilai akumulasi parkir
dihitung dengan Persamaan 2.1.sebagai berikut:
Akumulasi = Parkir + Masuk – Keluar ………………..( 2.1 )
Dimana :
Akumulasi parkir : Akumulasi pada selang waktu tertentu
Parkir : Jumlah kendraan yang telah parkir
Masuk : Jumlah kendaraan yang masuk lahan parkir
Keluar :Jumlah kendraan yang keluar lahan parkir
b. Volume Parkir
Volume parkir adalah jumlah kendaraan yang termasuk dalam beban
parkir yaitu jumlah kendaraan per periode waktu tertentu, biasanya
perhari.Rumus yang digunakan untuk menghitung volume parkir dengan
persamaan 2.2 adalah:
V = Nin + X (kendaraan)……………………………………..(2.2)
Keterangan:
V : volume parkir
Nin : jumlah kendaraan yang masuk (kendaraan)
X : kendaraan yang sudah ada sebelum waktu survai (kendaraan)
an:
KP =kapasitas kendaraan parkir (kendaraan/jam)
h petak parkir (petak)
26
D=rata-rata durasi parkir (jam/kendaraan)
dengan,
∆W = Penyempitan lebar jalan (meter)
𝑤𝑖 = Lebar ruang parkir di jalan (meter)
𝐿𝑖 = Panjang ruang parkir di jalan (meter)
𝑁𝑖 = Jumlah kendaraan yang sedang parkir (kend.)
𝐿𝑜 = Panjang ruas jalan yang diteliti (meter)
Besarnya (𝑊𝑖 ) dan (𝐿𝑖 ) ditentukan berdasarkan ukuran keadaan dan ruang
bebas yang diperlukan untuk kegiatan parkir seperti terlihat pada Tabel 2.2
27
Lebar Lebar Panjang Panjang
NO Jenis kendaraan (meter) parkir (meter) Parkir
(meter) (meter)
1 Becak 1 2,5 2,2 2,7
2 Sepeda Motor 0,8 1,3 1,9 2,4
3 Mobil Penumpang 1,5 2,5 5,1 5,1
4 Bus Sedang 2,1 3,1 7,0 7,0
5 Bus Besar 3,5 4,5 10,3 10,3
6 Truk 2,4 3,4 8,2 8,2
7 Bus Kecil 1,6 1,6 5,1 5,1
Sumber: Abu Bakar 1997
28
1) Kapasitas Dasar (Co )
Kapasitas dasar adalah jumlah kendaraan atau orang maksimum yang
dapat melintasi suatu penampang jalan tertentu selama satu jam pada kondisi
jalan dan lalu lintas yang ideal.Kapasitas dasar (Co ) kapasitas segmen jalan pada
kondisi geometri, ditentukan berdasarkan tipe jalan.Nilai kapasitas dasar dapat
dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Kapasitas Dasar (Co )
Kapasitas dasar
Tipe jalan (smp/jam) Catatan
Empat-lajur terbagi atau Jalan satu-arah 1650 Per lajur
Empat-lajur tak-terbagi 1500 Per lajur
Dua-lajur tak-terbagi 2900 Total dua arah
Sumber: MKJI, 1997
29
7 1,00
8 1,14
9 1,25
10 1,29
11 1,34
Sumber: MKJI, 1997
Catatan: Faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan lebih dari empat lajur dapat
ditentukan dengan menggunakan nilai per lajur yang diberikan untuk jalan empat
lajur dalam Tabel 2.4.
Catatan : Untuk jalan terbagi dan jalan satu arah, faktor pnyesuaian kapasitas
untuk pemisah arah tidak dapat ditetapkan Tabel 2.5 dan nilainya 1,0 (MKJI,
1997).
30
d. Kendaraan bergerak lambat (bobot = 0,4)
Kelas hambatan samping didasarkan pada frekuwensi berbobot hambatan
samping per jam per 200 m pada kedua sisi segmen jalan atau dapat juga
didasarkan pada kondisi khusus.Penentuan kelas hambatan samping dapat dilihat
pada Tabel 2.6 Kelas Hambatan Samping Untuk Jalan Perkotaan.
Tabel 2.6 Kelas Hambatan Samping Untuk Jalan Perkotaan
Kelas Jumlah berbobot
hambatan kejadian per 200 m Kondisi khusus
samping (SFC) Kode per jam (dua sisi)
31
Menurut MKJI 1997, Derajat kejenuhan (Degree Of Saturation, DS)
didefinisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas, digunakan sebagai faktor
utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan segmen jalan.Ini merupakan
gambaran apakah suatu ruas jalan makin dekat dengan kapasitasnya kemudian
bergerak makin terbatas.Dalam Manual Kapasitas Jalan (MKJI), jika analisis DS
dilakukan untuk analisis tingkat kinerja, maka volume lalu lintasnya dinyatakan
dalam smp, maka berdasarkan defisi derajad kejenuhan, DS
dihitungdenganPersamaan 2.6:
𝑄
DS = ⁄𝑆..…………………………...…….……………………………(2.6)
dimana :
DS= Derajad kejenuhan
Q =Volume lalu lintas dengan satuan smp
C = Kapasitas jalan
Volume lalu lintas adalah banyaknya kendaraan yang melewati suatu titik
ataugaris tertentu pada suatu penampang melintang jalan.Data pencacahan
volumelalu lintas adalah informasi yang diperlukan untuk fase perencanaan,
desain,manajemen sampai pengoperasian jalan (Sukirman 1994).Menurut
Sukirman (1994), volume lalu lintas menunjukan jumlah kendaraanyang
melintasi satu titi pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, menit).
Salah satu faktor yang mempengaruhi karateristik arus lalu lintas terhadap
kapasitas jalan adalah kendaraan.Jenis-jenis kendaraan mempunyai perbedaan
baik dalam bentuk, ukuran maupun kendaraan geraknya.Pengelompokan
kendaraan biasanya dilakukan berdasarkan berat, dimensi dan karateristik
operasionalnya. Untuk jalan perkotan pengelompokan jenis kendaraan dibagi
sebagai berikut (MKJI, 1997):
a. Kendaraan ringan (LV) adalah kendaraan bermotor dua as beroda empat
dengan jarak as 2,0-3,0 m (termasuk mobil penumpang, opelet mikrobis,
pick up dan truk kecil sesuai sistem klafikasi Bina Marga).
b. Kendaraan berat (HV) adalah kendaraan bermotor dengan jarak as lebih
dari 3,5 m, biasanya beroda lebih dari empat ( termasuk bis, truk 2 as, truk
3 as dan truk kombinasi sesuai sistem klafikasi Bina Marga).
32
c. Sepeda motor (MC) adalah kendaraan bermotor beroda dua atau tiga
(termasuk sepeda motor dan kendaraan beroda tiga sesuai sistem klafikasi
Bina Marga).
d. Kendaraan tak bermotor (UM) adalah kendaraan beroda yang
menggunakan tenaga manusia atau hewan (termasuk sepeda, becak, kereta
kuda, dan kereta dorong sesuai sistem klafikasi Bina Marga).
Keterangan:
FV = Kecepatan arus bebas (km/jam)
FVo = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam)
FVw =Penyesuaian lebar jalur lalu lintas jalan (km/jam)
FFVsf = Faktor penyesuaian kondisi hambatan samping
FFVcs = Faktor penyesuaian ukuran kota
33
LV HV MC Rata-rata
6/2 D atau 3/1 61 52 48 57
4/2 D atau 2/1 57 50 47 55
4/2 UD 53 46 43 51
2/2 UD 44 40 40 42
Sumber: MKJI,1997
Catatan: Kecepatan arus bebas untuk jalan 8 lajur dianggap sama seperti jalan 6
lajur pada Tabel 2.8. di atas
Tabel 2.9 Penyeseuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Lebar Jalur Lalu lintas
(FVw)
Tipe jalan Lebar lalu lintas (m) FVw (km/jam)
4/2 D atau Per jalur
jalan satu 3,00 -4
arah 3,25 -2
3,50 0
3,75 2
4,00 4
Per lajur
3,00 -4
4/2 UD 3,25 -2
3,50 0
3,75 2
4,00 4
34
Total dua arah
5 -9,5
2/2 D 6 -3
7 0
8 3
9 4
10 6
11 7
Sumber: MKJI, 1997
35
Catatan :
1) Tabel tersebut di atas menganggap bahwa lebar bahu di kiri dan kanan
jalan sama, jika lebar bahu di kiri dan kanan jalan berbeda, maka
digunakan nilai rata ratanya.
2) Lebar efektif bahu adalah lebar yang bebas dari segala rintangan, bila di
tengah terdapat pohon, maka lebar efektifnya adalah setengahnya.
36
1. Tingkat Pelayanan A – memberikan kondisi arus bebas, volume rendah,
dan kecepatan tinggi, pengemudi memilih kecepatan yang dikehendaki.
2. Tingkat pelayanan B – arus stabil, kecepatan sedikit terbatas oleh arus
lalu lintas, volume lalu lintas dipakai untuk desain jalan luar kota.
3. Tingkat pelayanan C – arus stabil, kecepatan dikontrol oleh ars lalu lintas,
volume lalu lintas dipakai untuk desain jalan perkotaan.
4. Tingkat pelayanan D – arus mulai tidak stabil, kecepatan rendah.
5. Tingkat pelayanan E – arus tidak stabil, kecepatan yang rendah dan
berbeda-beda, volume mendekati kapasitas.
6. Tingkat pelayanan F – arus terhambat (berhenti, antrian, macet dan
volume diatas kapasitas).
37
Arus stabil, tetapi kecepatan operasi
B
mulai dibatasi oleh kondisi lalu lintas,
0,20 – 0,44
pengemudi memiliki kebebasan yang
cukup untuk memilih kecepatan.
38
2.6 Studi Terdahulu Tentang Perpakiran
1. Menurut Darmanto (2012), analisa kebutuhan ruang parkir kendaraan pada
pusat pertokoan Pekanbaru disimpulkan bahwa, perhitungan dan
perbandingan jumlah kendaraan mobil dan motor yang parkir di lokasi
kajian bervariasi kepadatannya, sedangkan kebutuhan SRP di masing-
masing malldapat dilakukan dengan memperhatikan luas bangunan sebagai
indikator variabel bebas yang dibedakan antara luas lantai bangunan yang
digunakan sebagai luas lantai pertokoan, luas lantai bebaspertokoan, dan
luas lantai areal parkir yang tersedia dan variabel pendukung antara lain
ketersediaan lahan parkir di badan jalan dan letak lokasi dari pusat kota agar
dapat diprediksi kebutuhan SRP kendaraan mobil dan motor secara parsial
untuk menggambarkan setiap peningkatan luas lantai komersial cenderung
menambah luas SRP mobil dan sepeda motor terhadap mall, pasar pada
pusat-pusat pertokoan.
2. Menurut Rano (2011), Fenomena kemacetan menjadi hal yang menarik
untuk dikaji, seperti halnya kemacetan yang diakibatkan oleh adanya
pengaruh aktifitas pertokoan terhadap lalu lintas ruas jalan Jend A.Yani
dimana banyaknya kendaraan melakukan parkir on street parkingsehingga
terkadang menimbulkan kemacetan arus lalu lintas pada jam-jam sibuk.
Jalan Jend A. Yani merupakan daerah kawasan pertokoan, perbankan,
pemukiman dan lain-lain. Diketahui jam puncak yaitu terjadi pada hari sabtu
18.00-19.00WIB dengan volume lalu lintas sebesar 3998 kend/jam.
Pengaruh kegiatan on street parkingpada ruas jalan Jend A. Yani diketahui
adanya kendaraan yang parkir di kedua sisi jalan Jend A. Yani
mengakibatkan penurunan kapasitas ruas jalan rata-rata kondisi off street
parkingsebesar 2332,85 smp/jam turun menjadi 2013,24 smp/jam dengan
kondisi on street parking,dari perhitungan diketahui penurunan kapasitas
rata-rata adalah sebesar 319,62 smp/jam atau 13,90% dari kapasitas rata-rata
kondisi off street parking. Tingkatpelayanan jalan terendah yang ditentukan
berdasarkan v/c rasio adalah segmen 3 yaitu dengan derajat kejenuhan
mencapai 0,83, dengan karateristik lalu lintas mendekati tidak stabil
39
sehingga berpotensi menimbulkan kemacetan dan kecepatan rata-rata
sekitar 24 jam km/jam.
3. Menurut Suthayana (2010), tujuan dari penelitiannya adalah untuk
mengevaluasi karakteristik parkir pada pusat perbelanjaan di Kabupaten
Bandung dan menganalisis standar kebutuhan ruang parkirnya. Data yang
diperlukan meliputi data primer yang diperoleh dari survai lapangan
digunakan untuk memperoleh karakteristik parkir dan data sekunder yang
diperoleh dari manajemen pusat perbelanjaan digunakan untuk menganalisis
standar kebutuhan ruang parkir. Hasil kajian menunjukkan bahwa, untuk
kendaraan ringan, indeks parkir dengan akumulasi parkir rata-rata sebesar
0,72. Sedangkan untuk sepeda motor, indeks parkir dengan akumulasi parkir
rata-rata sebesar 3,09. Dan dapat ditentukan bahwa untuk luas bangunan
maksimum 75.648 m2 diperlukan akumulasi parkir rata-rata per jam sebesar
178 kendaraan ringan per jam dengan 194 petak dan 434 sepeda motor per
jam dengan 1.209 petak. Untuk luas bangunan minimum 5.000 m2
diperlukan akumulasi parkir rata-rata per jam sebesar 19 kendaraan ringan
per jam dengan 21 petak dan 141 sepeda motor per jam dengan 393 petak.
4. Febriastanti Y. R (2006), menyatakan meningkatnya jumlah
pertumbuhanpenduduk akan menyebabkan meningkatnya pula sarana
transportasi, oleh karenaitu prasarana transportasi dituntut lebih mampu
untuk menampungnya agar tidakterjadi kecelakaan dan tingkat antrian yang
panjang pada suatu simpang sehinggaarus pergerakan lalu lintas menjadi
lancar. Penelitian ini menggunakanperhitungan analisis berdsarkan MKJI
1997 dan program komputer denganmenghitung arus jenuh dasar, arus lalu
lintas, waktu siklus, waktu hijau, kapasitas,derajat kejenuhan dan perilaku
lalu lintas. Hasil penelitian ini besarnya kapasitasdan derajat kejenuhan
hampir melewati batas yang disarankan, sehingga perluperubahan lebar
pendekat agar dapat menghasilkan nilai kapasitas yang lebihtinggi dan
sesuai.
5. Yayuk Apriyani (2014), Semakin pesatnya perkembangan suatu wilayahmaka
akan diikuti pula denganmeningkatnya volume lalu lintas yang terjadi di kota
Pangkalpinang. Hal lain yangmempengaruhi kemacetan lalu lintas
40
disebabkan pula dengan adanya parkir dibadanjalan dan adanya pedangang
kaki lima yang berjualan dibadan jalan. Penelitian inibertujuan untuk
Mengukur kinerja lalu lintas pada ruas jalan akibat adanya pusat perbelanjaan
dikawasan Pasar Pagi Kota Pangkalpinang dan untuk mengetahui dampaklalu
lintas kendaraan yang menuju kawasan Pasar Pagi Kota
Pangkalpinang.Metodeyang digunakan pada penelitian ini yaitu mengacu
pada Manual Kapasitas JalanIndonesia (MKJI), 1997. Kondisi kinerja lalu
lintas yang terjadi akibat adanya pusatperbelanjaan dikawasan pasar Pagi
Kota Pangkalpinang dengan nilai derajatkejenuhan (DS) 0,11, FV = 38,42
km/jam yang pada kondisi dilapangan kecepatan (V)yang ditempuh untuk
mobil 23,67 km/jam dan motor 29,93 km/jam dan kapasitas (C) =4095,6
smp/jam. Analisis dampak lalu lintas yang terjadi akibat adanya Pasar Pagi
inidipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kendaraan yang parkir dibadan
jalan yanghampir memakai setengah badan jalan, pejalan kaki, pedagang kaki
lima yang berjualan dibadan jalan dan korelasi antara kendaraan yang masuk
dan keluar PasarPagi dengan tingkat pelayanan jalan, dimana termasuk dalam
tingkat pelayanan A.
6. Leni Sriharyani, (2010) menyatakan Kota Metro merupakan salah satu kota
pusat perdagangan, pemerintahan dan pendidikan. Kajian pada penelitian ini
adalah pada ruas jalan Imam Bonjol yang merupakan jalur padat kawasan
perdagangan dan memiliki kegiatan on street parking.Perhitungan
menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Penelitian
yang dilakukan di jalan Imam Bonjol Kota Metro ini meliputi survei volume
lalu lintas (Traffic Counting), yaitu mencacah semua jenis kendaraan yang
melewati ruas jalan ini meliputi kendaraan berat, kendaraan ringan, motor
cycle (sepeda motor) dan kendaraan tidak bermotor. Surveiparkir , yaitu
mengamati dan mencatat jumlah kendaraan keluar masuk on street parking.
Besarnya pengaruh penurunan kinerja jalan akibat kegiatan on street parking
untuk hari Sabtu 0.19 hingga 0.40.Pada hari Minggu terjadi penurunan
kinerja jalan dari 0.16 hingga 0.38.dan untuk hari Senin besarnya pengaruh
penurunan kinerja jalan akibat kegiatan on street parking berkisar 0.24.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Mulai
Studi Literatur
a. MKJI 1997
b. Rekayasa Lalu Lintas
Survei Pendahuluan
Data Primer :
Data Sekunder :
1.Data Volume Lalu Lintas
1. Data Geometrik
2.Data Kecepatan 2. Data Jumlah Penduduk
3. Data Akumualasi Parkir
4.Kondisi Lingkungan
Survei
a. Volume Lalu Lintas
b.Survei Kecepatan
c. Data Akumlasi Parkir
d
Analisa Kerja
a. On Street Parking
1.Pengurangan Lebar Efektif Jalan
2. Gangguan akibat On Stree Parking
b. Off Street Parking
42
A
Analisa Data
Selesai
1) Studi Literatur
Menggali rujukan teori sistem transportasi, rekayasa lalu lintas dan
parkir sebagai dasar untuk menentukan karakteristik yang dibutuhkan dan
tingkat pengaruh on street parking terhadap arus lalu lintas dengan
memanfaatkan beberapa literatur yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain MKJI 1997 dan Rekayasa Lalu Lintas.
2) Survei Pendahuluan
Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai
pengumpulan data dan pengelolahan.Dalam tahap awal disusun hal-hal
penting untuk mengefektifkan dan kegiatan yang dilakukan. Adanya tahap
tersebut antara lain:
43
c. Tahap selanjutnya adalah survei pendahuluan untuk menentukan
ruang lingkup pembahasan dan batasan masalah yang akan dibahas,
teknik atau cara pengumpulan data, termasuk pelaksanaan survei.
Menuju kearah
Pendopo Banyuwangi
44
Gambar 3.3 Parkir Pararel di depan SMP3 Muhamadiyah
(Dokumentasi, 2017)
45
Gambar 3.4 Kemacetan di depan Bakso Solo
(Dokumentasi, 2017)
Gambar 3.4 merupakan Jalan Jaksa Agung dimana jalan tersebut banyak
sekali pusat perdagangan sehingga pembeli dengan mudahnya parkir bebas
kendaraan tanpa menghiraukan himbauan larangan parkir dan sering
menyebabkan kemacetan arus lalu lintas.
46
Gambar 3.6 Kemacetandi depan SMP Muhamadiyah
(Dokumentasi, 2017)
3)Jenis survei
Untuk penelitian ini, data yang diperlukan dibagi menjadi 2 (dua) jenis data
yaitu data primer dan data sekunder, dimana pelaksanaan pengumpulan data
tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut:
4) Kegunaan survei
47
Dalam penelitian ini kegunaan surveiyaitu agar hasil survei dapat
dimanfaatkan secara optimal, baik olehpengumpul data (sebagai data primer)
maupun oleh pihak lain (sebagai data sekunder) sebaiknya survei dapat dilakukan
dengan benar,dikompilasi, dan hasil nya dalam format ya ng benar, berlaku untuk
umum, dan mudah dimengerti . Yang tidak kalah pentingnya, hasil kompilasi data
disimpan dengan benar sehingga mudah di cari/ditemukan (Alik Ansyori
Alamsyah, 2008).
48
dengan jumlah kendaraan yang keluar dari pelataran parkir dan parkir di
tepi jalan. Pada studi ini akumulasi parkir dihitung berdasarkan setiap 60
menit selama6jam pengamatan. Apabila kendaraan yang memarkir
melebihi batas waktu dari 60 menit maka surveyor menambahkan kembali
data perhitungan kendaraan yang melebihi batas parkir.
d. Penempatan surveyor pada lokasi penelitian berdasarkan 3 titik pengamatan
yang telah ditentukan. Survei ini dilakukan dengan bantuan teman yang
berjumlah 6 orang. Surveyor di bagi menjadi 3 kelompok yaitu: Setiap titik
lokasi diteliti 2 surveyor dengan rician sebagai berikut:
a) 1 orang surveyor mencatat jumlah kendaraan ringan, kendaraan berat
dan mencatat jumlah kendaraan yang masuk parkir dengan periode
per jam.
b) 1orang surveyor mencatat jumlah kendaraan sepeda motor dan
kendaraan tidak bermotor dan mencatat jumlah kendaraan yang
keluar parkir dengan periode per jam.
c) Kemudian 2 surveyor bersamaan menghitung kecepatan kendaraan
menggunakan metode spot speed dengan melakukan pengukuran
jarak 100 meter diukur secara akurat, 1 orang berdiri pada setiap
ujungnya, pengamat pertama menurunkan tangannya begitu sebuah
kendaraan melewatinya dan pengamat kedua mualai (menekan)
stopwatchnya. Waktu survei dilakakukan pada jam-jam sibuk.
6) Analisa Kinerja
Tingkat kinerja ruas jalan pada penelitian ini, dibedakan menjadi dua yaitu
kondisi on street parkingdan kondisi off street parking.
a. On Street Parking
Adanyaon street parking di ruas Jalan Jaksa Agung Suprapto
berpengaruh pengurangan lebar efektif jalan menimbulkan berkurangnya
kapasitas ruas jalan, selain itu gangguan akibat manuver kendaraan yang
menuju dan keluar dari petak parkir juga mempengaruhi kelancaran arus
lalu lintas Jalan Jaksa Agung Suprapto. Dari akibat adanya on street
parkingtersebut diperoleh fakta bahwa kegiatan tersebut
49
akanmengakibatkan penurunan kecepatan kendaraan yang melewati ruas
jalan tersebut, sehingga berpotensi menimbulkan kemacetan.
8) Hasil Analisa
Setelah dilakukan pengelolahan data maka dapat diketahui apa saja
pengaruh akibat adanya parkir di badan jalan(on street parking) di sepanjang ruas
Jalan Jaksa Agung Suprapto.
50
lahan di sepanjang ruas Jalan Jaksa Agung Suprapto terhadap bangkit parkir dan
lalu lintas di sepanjang ruas jalan tersebut. Penulis juga dapat memberikan saran
kepada intansi-intansi yang terkait agar sekitarnya penulisan proposal dan laporan
penelitian ini dapat dijadikan wawasan dalam perencanaan lalu lintas dan tata kota
pada Kabupaten Banyuwangi.
3. Survei kecepatan
Survei kecepatan kendaraan dilakukan dengan cara melakukan pengamat
secara langsung terhadap kendaraan bermotor yang bergerak. Kecepatan
51
kendaraan dihitung dengan melewati titik/patok yang telah ditentukan dimana
survei kecepatan dilakukan tiap satu jam dan rata-rata kecepatan diambil untuk
periode per jam.
52
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Tugas Akhir
Keterangan :
53
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, Ary. (2004). Tarikan Perjalanan dan Pengaruh Parkir di Ruang Jalan
Terhadap Kapasitas Jalan (Studi Kasus: Pusat Perdagangan Meubel Di Ruas
JalanRaya Tahunan Kota Jepara).Tesis, Universitas Diponegoro Semarang.
Hobbs, 1995.Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Khasani, Yusuf., Murtiono, Eko Supri & Sukatiman (2013). Analisis Sistem Parkir
Di Badan Jalan (On Street Parking) Terhadap Kelancaran Berlalu Lintas Di
Jalan Gonila-Pabelan).Jurnal Dipublikasikan Teknik Bangunan FKIP UNS
Surakarta
54
Wahyuni, R. (2008). Pengaruh Parkir pada Badan Jalan terhadap Kinerja Ruas
Jalan (Studi Kasus: Jalan Brigjen Katamso Sekolah Harapan Mandiri
Medan). Skripsi Dipublikasikan. Universitas Sumatera Utara.
Wells, G.R.1969. Traffic Enginering an Introduction.Edisi Indonesia. 19963.
Terjemahan Sukowarjoko Warpani. Rekayasa Lalu-Lintas. Jakarta: Bhratara.
55