Anda di halaman 1dari 7

A.

Alveolektomi

Alveolektomi merupakan tindakan mereduksi atau pengambilan processus alveolaris


sehingga dapat dilakukan aposisi mukosa (Pedersen, 1988). Adapaun tindakan pengurangan
processus alveolaris ini diindikasikan untuk rahang yang diradiasi sehubungan dengan
perawatan neoplasma yang ganas. Sehingga penggunaan istilah alveolektomi yang biasa
digunakan tidak benar, tetapi karena sering digunakan maka istilah ini dapat diterima (Aditya,
1999).

Alveolektomi pertama kali dilakukan oleh A. T. Willard of Chelsea pada tahun 1853 di
Massachussetts, Amerika Serikat. Saat itu Willard melakukan pembuangan papilla interdental
gingiva dan margin alveolar, sehingga memungkinkan penutupan tepi lawan tepi dari jaringan
lunak. Tujuan dari dilakukannya tindakan ini adalah untuk mempermudah pencabutan gigi,
memperbaiki sisa Alveolar ridge yang tidak teratur akibat pencabutan satu atau beberapa gigi,
dan mempersiapkan sisa rigde agar dapat menerima gigi tiruan dengan baik (Aditya, 1999).

B. Indikasi dan Kontraindikasi

1. Indikasi

a. Proyeksi anterior yang berlebih pada alveolar ridge di maxilla (Wray et al,2003)

b. Prosesus alveolaris yang mengalami elongasi (Thoma, 1969).

c. Rahang yang memerlukan preparasi untuk tujuan prostetik guna memperkuatstabilitas


dan retensi gigi tiruan

d. Alveolar ridge yang runcing sehingga menyebabkan neuralgia, protesa tidak stabil,
protesa sakit pada saat digunakan.

e. Tuberositas maksila yang perlu dihilangkan guna mendapatkan protesa yang stabil
dan nyaman digunakan.

f. Eksisi eksostosis (Thoma, 1969).

g. Penghilangan interseptal bone disease.

h. Menghilangkan undercut.

i. Memperoleh space intermaksilaris yang diinginkan..

1
j. Keperluan perawatan ortodontik, apabila pemakaian alat ortho tidak maksimal maka
dilakukan alveolektomi

k. Penyakit periodontal yang parah sehingga mengakibatkan kehilangan sebagian kecil


tulang alveolar.

l. Ekstraksi gigi yang traumatik

m. Trauma eksternal.

n. Maloklusi klass II divisi I (Wray, 2003).

2. Kontraindikasi

a. Pasien yang masih sangat muda; sifat tulang masih sangat elastis sehingga proses
resorbsi lebih cepat dibandingkan pasien usia tua. Hal ini menjadi perhatian karena
jangka waktu pemakaian gigi tiruan pada pasien muda lebih lama dibandingkan pasien
usai tua.

b. Pasien yang jarang melepas gigi tiruan; kondisi jaringan periodontal pasien menjadi
kurang sehat karena terus-menerus menerima tekanan. Hal ini mengakibatkan proses
resorbsi tulang dan proliferasi jaringan terhambat.

c. Bentuk prosesus alveolari yang tidak rata namun tidak mengganggu adaptasi gigi
tiruan dalam hal pemasangan, retensi maupun stabilitas.

d. Pasien dengan penyakit sistemik.

e. Periodontitis.

(Anonim, 2015)

C. Alat dan Bahan Prosedur Alveolektomy

1. Needle holders

2
2. Scissor

3. Luer–Friedmann rongeur forceps with side-cutting/end-cutting edge

4. Surgical Sutures

5. High speed surgical hand piece dan Bone bur

3
6. Scalpel

7. Bone file

(Fragiskos, 2007)

D. Prosedur Alveolektomy

1. Insisi
Insisi jaringan lunak pada daerah aspek oklusal tuberositas yang akan dikurangi. Insisi
yang dilakukan tergantung dari seberapa banyak perlakuan yang diterima pada saat
pengurangan tulang / tergantung dari seberapa luasnya pengurangan tulang akan dilakukan
(Kademani et al.,2016).

2. Bone Recontouring
Konturing jaringan tulang atau pengurangan tulang, dimana pengurangan tulang harus
sesuai dengan ‘surgical guide’ yang dibentuk pada study model dengan menggunakan alat
berupa rotary instrumen maupun bone file (Kademani et al.,2016).

4
3. Tissue Contouring
Sisa jaringan lunak yang sekiranya tidak diperlukan akan dibuang, hal ini dilakukan dengan
hati-hati dengan tujuan mencegah hilangnya mukosa keratinisasi dalam jumlah yang banyak
(Kademani et al.,2016).

4. Closure
Area diirigasi dengan NaCl dan ditutup dengan jahitan yang sesuai dengan indikasinya
(Kademani et al.,2016).

5
E. Komplikasi Alveolektomy

Komplikasi yang mungkin terjadi setelah bedah alveolektomi tidak jauh berbeda dengan
komplikasi pasca bedah pada umumnya. Efek yang dapat dialami pasien pasca tindakan
alveolektomi diantaranya:
1. Parestesi
Parestesia adalah sensasi tidak enak yang manifestasinya beragam sering digambarkan
sebagai kombinasi rasa geli, terbakar, dan kebaalan yang disertai ambang rangsang nyeri
merendah. Bias spontan atau harus dirangsang (Walton, 2008).

2. Inflamasi
Inflamasi adalah suatu meskanisme fisiologis tubuh terhadap cedera jaringan dan
infeksi.ketika proses inflamasi berlangsung, terjadi reaksi vaskular yaitu cairan,
elemen-elemen darah, leukosit, dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan
atau infeksi. Lima tanda utama inflamasi adalah kemerahan, panas, pembengkakan, nyeri, dan
hilangnya fungsi (Kee, 1996).

3. Perdarahan
Pendarahan adalah nama yang umum digunakan untuk menggambarkan kehilangan darah.
Hal ini dapat merujuk pada kehilangan darah dalam tubuh (perdarahan internal) atau
kehilangan darah di luar tubuh (perdarahan eksternal). (Librianty, 2014).

4. Hematoma
Hematoma adalah kumpulan sel darah di luar pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
dinding dari pembuluh darah, arteri, vena, atau kapiler, telah rusak sehingga darah keluar ke
jaringan yang tidak seharusnya (Wedro, 2016).

5. Osteomyelitis
Osteomyelitis adalah infeksi tulang yang dapat timbul dari inokulasi langsung oleh
organisme penyebab, misalnya pada fraktur terbuka, atau berasal berasal dari penyebaran
hematogen (Davey, 2005).
Tetapi semua hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan prosedur operasi serta
tindakan-tindakan pra dan pasca operasi yang baik (Aditya, 1999).

6
BAB III. KESIMPULAN

1. Alveolektomi merupakan tindakan mereduksi atau pengambilan processus alveolaris


sehingga dapat dilakukan aposisi mukosa
2. Indikasi alveolektomy antara lain proyeksi anterior yang berlebih pada alveolar ridge di
maxilla, prosesus alveolaris yang mengalami elongasi, rahang yang memerlukan preparasi
untuk tujuan prostetik, alveolar ridge yang runcing, tuberositas maksila yang perlu
dihilangkan, eksisi eksostosis, penghilangan interseptal bone disease, menghilangkan
undercut, memperoleh space intermaksilaris yang diinginkan, keperluan perawatan ortodontik,
penyakit periodontal parah, ekstraksi gigi yang traumatic, trauma eksternal dan maloklusi klass
II divisi I

3. Kontraindikasi alveolektomy adalah pasien yang masih sangat muda, pasien yang jarang
melepas gigi tiruan, bentuk prosesus alveolari yang tidak rata, pasien dengan penyakit
sistemik, dan periodontitis.

4. Tata Laksana alveolektomy antara lain Insisi, Bone Contouring, Tooth contouring dan
Closure

5. Beberapa komplikasi tindakan alveolektomy antara lain parestesi, inflamasi, perdarahan,


hematoma, dan osteomyelitis

Anda mungkin juga menyukai