Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN ASMA

Disusun oleh:

Antik Mufidatul M (P1337420316060)


Selfy Lutfita (P1337420316078)
Dwi Afri Wahyu Wibowo(P1337420316058)
Tri Amalia Rahmawati (P1337420316089)

Tingkat 3 Reguler B

PRODI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2018
ASUHAN KEPERAWATAN ASMA

A. Konsep Dasar Asma


1. Pengertian
Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat
mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi
berupa serangan asma (Ngastiyah, 2005).
Asma adalah penyakit yang menyebabkan otot-otot di sekitar saluran
bronchial (saluran udara) dalam paru-paru mengkerut, sekaligus lapisan saluran
bronchial mengalami peradangan dan bengkak (Espeland, 2008).
Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif
mukosa bronkus terhadap bahan alergen (Riyadi, 2009).
Penyakit obstruksi jalan nafas atau lebih dikenal dengan penyakit paru obstruktif
menahun (PPOM) secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Obstruksi hjalan nafas reversibel, terutama asma brochiale
b. Obtruksi jalan nafas non reversibel , penyakti obstruksi paru menahun ( brochitis
kronis dan emfisema )
Pengertian asma sendiri adalah sindrom obteruksi jalan nafas yang terjadi berulang
yang ditandai dengan adanya konstriksi otot polos, hipersekresi mukus dan
inflamasi.

2. Etiologi
Sampai saat inietiologi asama belum diketahui, sehingga tidak ada pengobatan
kausal asma. Beberapa faktor pencetusyang diketahui saat ini :
a. faktor intrinsik antara lain latihan fisik dan kelelahan
b. Faktor ekstrinsik
1. Alergi debu rumah
2. Serbuk sari
3. Bulu-bulu halus
4. Asap rokok
5. Polusi (debu)
6. Makanan
Dua faktor diatas merupakan faktor-faktor yang sering ditemui di masyarakat
tetapi sampai saat ini berbagai teori tentang mekanisme timbulnya asma bronchial
sanagt heterogen dan terus berkembang, serta tidak selamanya dapat mencakup
semua jenis penderita asma.
Oleh karena itu dalam penanganan asma dan pemeliharaan penderita asma, penting
sekali untuk mengetahui faktor pencetus timbulnya asma pada masing-masing
individu daripada mencari penyebab yang belum pasti.
3. Patofisiologi dan Pathway
Penyakit asma merupakan proses inflamasi dan hipereaktivitas saluran napas
yang akan mempermudah terjadinya obstruksi jalan napas. Kerusakan epitel saluran
napas, gangguan saraf otonom, dan adanya perubahan pada otot polos bronkus juga
diduga berperan pada proses hipereaktivitas saluran napas. Peningkatan reaktivitas
saluran nafas terjadi karena adanya inflamasi kronik yang khas dan melibatkan
dinding saluran nafas, sehingga aliran udara menjadi sangat terbatas tetapi dapat
kembali secara spontan atau setelah pengobatan. Hipereaktivitas tersebut terjadi
sebagai respon terhadap berbagai macam rangsang.

Berdasarkan para ahli, pencetus bisa berdasarkan

a. Gangguan saraf autonom

Saraf simpatis saraf para simpatis


( Andrenergik ) ( Kolinergik )

Bronko dilatasi Bronko Konstriksi

Gangguan saraf simpatis Hiperaktivitas syarat kolinergik


( Blokasde reseptor  Hawa dingin
andrenergik Beta dan  Asap rokok
hiperaktivitas AD. 2  Debu rumah

Bronkho konstriksi

 Sesak nafas
 Bersihan jalan nafas tidak efektif
 PK : Hipoksemia
 Intoleransi aktivitas
 Cemas
 Kurang pegetahuan

b. Gangguan sistem imun


Masuknya alergen ke saluran nafas
( Debu, bulu hewan, kapas, dan lain-lain )

Merangsang sistem imun


Membentuk antibodi Ig E

Ig E menempel pada permukaan


Sel mastoid di saluran nafas dan kulit

Mencetuskan serangankaian reaksi dan pelepasan


Mediator : seperti histamin, leukotrin, prostaglansdin dan eusinophil

Broncho konstriksi, Edema, produksi sekresi meningkat

Obstruksi jalan nafas

Atelektasis Peningkatan sumbatan

Perfusi menurun Kerja pernafasan meningkat

Hipoksemia Fatigue obstruksi

 Hiperkapnia
Ekspirasi menurun, udara tertahan

Alveolus membesar Asidosis respiratorik


 PK : Hipoksemia
 PK : gagal nafas
Difusi gas terganggu
4. Tanda Dan Gejala
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi
(whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui
Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejhala asma dan demikian pula
rasa sesak dan berat didada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi :
a. Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala asma
atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma
akan muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan tes
provokasi bronchial di laboratorium.
b. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada
kelainan, tetepi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran
pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.
c. Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan
fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanay penderita
nmerasa tidak sakit tetapi bila pengobatan dihentikan asma akankambuh.
d. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu
dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala gejala yang makin
banyak antara lain :
1). Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo mastoideus
2). Sianosis
3). Silent Chest
4). Gangguan kesadaran
5). Tampak lelah
6). Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
e. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis beberpa
serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang
lazim dipakai.
Karena pada dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi apapun
diusahakan untuk mengembalikan nafas ke kondisi normal

5. Komplikasi
1. Emfisema
Bila asma sering terjadi dan telah berlangsung lama, mengakibatkan
perubahan bentuk thorak.
2. Atelaksitas
Bila secret banyak dan kental, salah satu bronkus dapat tersumbat.
3. Bronkotaksis
Bila atelaksitas berlangsung lama.
4. Bronkopneumoni
Bila ada infeksi.
5. Kegagalan nafas dan kegagalan jantung bila asma tidak ditolong dengan
semestinya.

6. Pertimbangan gerontologi
Penurunan secara bertahap dalam fungsi pernapasan yang dimiliki pada masa
dewasa pertengahan dan mempengaruhi struktur juga fungsi pernapasan. Selama
penuaan (40 tahun dan lebih tua), perubahan yang terjadi dalam alveoli
mengurangi area permukaan yang tersedia untuk pertukaran oksigen dan
karbondioksida. Pada usia sekitar 50 tahun, alveoli mulai kehilangan
elastisitasnya. Penebalan kelenjar bronkial juga meningkat sejalan dengan
pertambahan usia. Kapasitas vital paru mencapai tingkat maksimal pada usia 20-
25 tahun dan menurun setelah sepanjang kehidupan. Penurunan kapasitas vital
paru terjadi sejalan dengan kehilangan mobilitas dada, dengan demikian
membatasi aliran tidal udara. Perubahan ini mengakibatkan penurunan usia
kapasitas difusi oksigen sejalan dengan peningkatan usia menghasilkan oksigen
erndah dalam sirkulasi arteri.
Meskipun terjadi perubahan ini tidak adanya penyakit pulmonal kronis, lansia
tetap dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, tetapi mungkin mengalami
pengurangan toleransi terhadap aktivitas yang berkepanjangan atau olahraga yang
berlebihan dan mungkin membutuhkan istirahat setelah melakukan aktivitas yang
lama dan berat.

7. Pemeriksaan Menunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. pemeriksaan darah tepi ( sekret hidung )
b. Pemeriksaan IGE
c. Pemeriksaan ronten torak biasanya ujung depan kosta terangkat dan puncak dada
lebar. Pemeriksaan alergi tes untuk menentukan jenis alergen pencetus asma.
d. Pemeriksan uji faal paru dengan spirometri akan membantu menunukan adanya
obstruksi daluran pernafasan
e. Pada saat serangan asma kadang-kadang dilakuikan tindakan pemeriksaan gas
darah.

8. Diagnosis Dan Pemeriksaan


Pada penyempitan saluran pernafasan timbul akibat-akibat sebagai berikut :
a. Gambaran aliran udara nafas merupakan gangguan ventilasi ( hipoventilasi )
b. Distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru
c. Gangguan difusi gas ditingkat alveoli
Ketiga hal ini akan menyebabkan hipoksemia, hiperkapnia pada asma dan
asidosis pernafasan tahap yang sangat lanjut. Identifikasi obstruksi jalan nafas pada
asma tidak hanya berdaar pada sesak nafas dan bunyi mengi ( wheezing ) saja tetapi
sangat dipengaruhi oleh :
a. kecepatan terjadinya obstruksi, akut atau kronis
b. tingkat berat ringan aktivitas seseorang
Cara menentukan obstruksi jalan nafas adalah bila pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan:
a. Ekpirasi dan atau inspirasi memanjang
b. Rasio inspirasi / ekspirasi yang abnormal, lebih besar dari 1 : 3
c. Waktu ekspirasi paksa yang memanjang

9. Pelaksanaan Medis

Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :

a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera


b. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan
asma
c. Memberikan penerangan kepada penderita dan keluarga mengenai penyakit
asma baik cara pengobatannya maupun perjalanan penyakitnya sehingga
penderita dapat ikut bekerjasama dan mengerti tujuan pengobatan yang akan
diberikan
Untuk serangan asma akut dapat diberikan golongan obat adrenergik beta atau
teofilin.
Untuk status asmatikus dimana dengan pengobatan agonis beta dan teofilin tidak
mengalami regrakter maka untuk mengembalikan fungsinya diperlukan
kortikosteroid dan tindakan lanjut selain memberikan oksigen ialah pemasanag
infus.
Urutannya adalah sebagai berikut :
a. Oksigen 2-4 liter per menit
b. Infus cairan 2 – 3 liter / hari, penderita boleh minum
c. Aminophilin 5 – 6 mg / kg BB / IV, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan
0,5 – 0,9 mg / kg BB / jam
d. Kortikostereois : hidrokortison 4 mg / kg BB / IV atau deksametason 10 – 20
mg. setelah tampak perbaikan kortikosteroid intravena dapat diganti dengan
bentuk oral
e. Obat adrenergik beta, bila ada lebih disukai nebulizer diberikan tiap 4 – 6
jam
f.Antibiotik bila ada tanda-tanda infeksi
Sedangkan untuk asma kronis prinsip pengobatannya :
a. Mengenal, menyingkirkan dan atau menghindari faktor-faktor pencetus
serangan seperti alergi, iritan, infeksi, kegiatan jasmani, lingkungan kerja,
obat-obatan, perubahan cuaca yang ekstrim
b.Menggunakan obat-obatan
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan (Gaffar, 1999). Pada tahap ini
akan dilaksanakan pengumpulan, pengelompokan dan penganalisaan data. Pada
pengumpulan data akan diperoleh data subyektif yaitu data yang diperoleh dari keterangan
pasien atau orang tua pasien. Data obyektif diperoleh dari pemeriksaan fisik. Dari data
subyektif pada pasien asma biasanya diperoleh data pasien dikeluhkan sesak nafas, batuk,
pilek, nafsu makan menurun, lemah, kelelahan dan gelisah. Dari data obyektif diperoleh
data mengi/wheezing berulang, ronchi, dada terasa tertekan atau sesak, pernapasan cepat
(takipnea), sianosis, nafas cuping hidung dan retraksi otot dada
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual/potensial terhadap
masalah kesehatan/proses kehidupan. Dari pengkajian yang dilakukan maka didapatkan
diagnosa keperawatan yang muncul seperti : (Carpenito, 2000 & Doenges, 1999)
a) Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum/sekret.
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap anoreksia akibat rasa dan bau sputum
c) Kerusakan pertukaran gas berubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler
d) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara
suplay dan kebutuhan oksigen.
e) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap
f) Ansietas orang tua berhubungan dengan perubahan status kesehatan, kurangnya
informasi.
3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan merupakan preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien
dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat (Doenges, 1999).
Perencanaan diawali dengan memprioritaskan diagnosa keperawatan berdasarkan berat
ringannya masalah yang ditemukan pada pasien (Zainal, 1999). Rencana keperawatan yang
dapat disusun untuk pasien asma yaitu: (Doenges, 1999).
1) Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeabronkial
Tujuan : bersihan jalan nafas efektif
Rencana tindakan :
a) Ukur vital sign setiap 6 jam
Rasional : Mengetahui perkembangan pasien
b) Observasi keadaan umum pasien
Rasional : Mengetahui efektivitas perawatan dan perkembangan pasien.
c) Kaji frekuensi/ kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris,
sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dada dan/atau cairan paru.
d) Auskultasi area paru, bunyi nafas, misal krekel, mengi dan ronchi
Rasional: Bunyi nafas bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area
konsolidasi, krekel, mengi dan ronchi terdengar pada inspirasi atau ekspirasi pada
respon bertahap pengumpulan cairan, sekret kental dan spasme jalan nafas/obstruksi.
e) Ajarkan pasien latihan nafas dalam dan batuk efektif
Rasional : Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau
jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami,
membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas pasien.
f) Anjurkan banyak minum air hangat
Rasional : Air hangat dapat memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
g) Beri posisi yang nyaman (semi fowler/fowler)
Rasional : Memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat serta
menurunkan ketidaknyamanan dada.
h) Delegatif dalam pemberian bronkodilator, kortikosteroid, ekspktoran dan antibiotik
Rasional : Bronkodilator untuk menurunkan spasme bronkus/melebarkan
bronkus dengan memobilisasi sekret. Kortikosteroid yaitu anti inflamasi mencegah
reaksi alergi, menghambat pengeluaran histamine. Ekspektoran memudahkan
pengenceran dahak, Antibiotik diindikasikan untuk mengontrol infeksi pernafasan.
2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler
Tujuan : Ventilasi dan pertukaran gas efektif.
Rencana tindakan :
a) Observasi keadaan umum dan vital sign setiap 6 jam
Rasonal : Penurunan keadaan umum dan perubahan vital sign merupakan
indikasi derajat keparahan dan status kesehatan pasien.
b) Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku
Rasional : Sianosis menunjukkan vasokonstriksi, hipoksemia sistemik.
c) Pertahankan istirahat tidur
Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi
oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.
d) Tinggikan kepala dan sering mengubah posisi
Rasional : Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran
sekret untuk memperbaiki ventilasi
e) Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
Rasional : Mempertahankan PaO2
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan suplay
dan kebutuhan O2
Tujuan : Aktivitas dapat ditingkatkan
Rencana tindakan :
a) Kaji tingkat kemampuan pasien dalam aktivitas
Rasional : Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan
pilihan intervensi.
b) Jelaskan pentingnya istirahat dan keseimbangan aktivitas dan istirahat
Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk
penyembuhan
c) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya
Rasional : Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan
kebutuhan oksigen.
d) Bantu pasien dalam memilih posisi yang nyaman untuk istirahat
Rasional: Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau
menunduk ke depan meja atau bantal
e) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
Rasional : Keluarga mampu melakukan perawatan secara mandiri
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum
Tujuan : pemenuhan nutrisi adekuat
a) Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet
b) Beri penjelasan tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
Rasional : Meningkatkan pematangan kebutuhan individu dan pentingnya nutrisi
pada proses pertumbuhan
c) Anjurkan memberikan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : Meningkatkan nafsu makan, dengan porsi kecil tidak akan cepat bosan
d) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang (batasi pengunjung)
Rasional : Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat menurunkan stress dan lebih
kondusif untuk makan
e) Anjurkan menghidangkan makan dalam keadaan hangat
Rasional : Dengan makanan yang masih hangat dapat merangsang makan dan
meningkatkan nafsu makan
5) Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
Tujuan : Nyeri, berkurang/terkontrol.
Rencana tindakan:
a) Kaji karakteristik nyeri
Rasional : Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa serangan asma .
b) Observasi vital sign setiap 6 jam
Rasional : Perubahan frekuensi jantung atau tekanan darah menunjukkan
bahwa mengalami nyeri. Khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital
telah terlihat.
c) Berikan tindakan nyaman seperti relaksasi dan distraksi
Rasional : Menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi
analgetik
d) Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional: Meningkatkan kenyamanan/istirahat umum
6) Ansietas orang tua berhubungan dengan perubahan status kesehatan, kurangnya
informasi
Tujuan: Kecemasan orang tua berkurang/hilang, pengetahuan orang tua bertambah,
orang tua memahami kondisi pasien.
Rencana tujuan :
a) Kaji tingkat pengetahuan orang tua dan kecemasan orang tua
Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki orang
tua dan kebenaran informasi yang didapat
b) Beri penjelasan pada orang tua tentang keadaan, pengertian, penyebab, tanda gejala,
pencegahan dan perawatan pasien.
Rasional : Memberi informasi untuk menambah pengetahuan orang tua.
c) Jelaskan setiap tindakan keperawatan yang dilakukan
Rasional : Agar orang tua mengetahui setiap tindakan yang diberikan.
d) Libatkan orang tua dalam perawatan pasien
Rasional : Orang tua lebih kooperatif dalam perawatan.
e) Beri kesempatan pada orang tua untuk bertanya tentang hal-hal yang belum
diketahui
Rasional : Orang tua bisa memperoleh informasi yang lebih jelas.
f) Anjurkan orang tua untuk selalu berdoa
Rasional : Membantu orang tua agar lebih tenang
g) Lakukan evaluasi
Rasoional: Mengetahui apakah orang tua sudah benar-benar mengerti dengan
penjelasan yang diberikan
1. Kesimpulan
Asma merupakan penyakit inflamasi/ peradangan pada jalan napas yang
diakibatkan reaksi hipersensitif mukosa bronkos sehingga terjadi penyempitan pada jalan
napas yang membuat napaas menjadi sulit dan menimbulkan bunyi mengi.
Asma ditandai dengan serangan berulang sesak napas dan mengi, yang bervariasi setiap
individu dalma tingkat keparahan dan frekuensi. Kasus asma cukup banyak di negara
dengan pendapatan yang menengah kebawah. WHO memperkirakan 235 juta penduduk
dunia menderita asma dan jumlah diperkirakan akan treus meningkat setiap tahunnya atau
bertambah. Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan baik dan benar, maka
diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi di masa yang akan datang.

2. Saran
Dengan disusunnya makalah “Makalah Asuhan Keperawatan Asma” dapat
bermanfaat bagi para pembaca, serta dapat menambah referensi.
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2005. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.Edisi I. Jakarta: EGC.


Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi VI.
Jakarta: EGC
Espeland, DR Nancy. 2008. Petunjuk Lengkap Mengatasi Alergi dan Asma
Pada Anak. Jakarta : Prestasi Pustaka Karya.
Ramailah S. 2006. Asma Mengetahui Penyebab, Gejala dan Cara
Penanggulangannya.. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer, Gramedia

Anda mungkin juga menyukai