Hipertiroidisme
Disusun oleh:
Ricky Pratama Wijaya 04084821921126
Mitha Novita, S.Ked 04084821921091
Dita Marisca 04084821921131
Pembimbing
dr. Della Fitricana, Sp.PD
Judul
Hipertiroidisme
Oleh:
Ricky Pratama Wijaya 04084821921126
Mitha Novita, S.Ked 04084821921091
Dita Marisca 04084821921131
Telah diterima sebagai salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUD Dr.
H. Rabain, Periode 8 April- 3 Mei 2019.
Palembang, 2019
Pembimbing
KATA PENGANTAR
2
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan berkat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Hipertiroidisme”. Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat mengikuti
ujian pada Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan
demi perbaikan di masa yang akan datang. Mudah-mudahan tulisan ini dapat
memberi ilmu dan manfaat bagi yang membacanya.
Penulis
BAB I
3
PENDAHULUAN
4
Gambaran klinik hipertiroid dapat ringan dengan keluhan keluhan yang sulit
dibedakan dari reaksi kecemasan, tetapi dapat berat sampai mengancam jiwa
penderita karena timbulnya hiperpireksia, gangguan sirkulasi dan kolaps.(1) Gejala
dan tanda hipertiroid pada orang dewasa tidak spesifik, sebagian orang hanya
mengalami penurunan berat badan dan peningkatan reaksi iritabilitas tanpa
mengalami pembesaran kelenjar tiroid, tachicardi, tremor ataupun exopthalmus.(1)
5
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identifikasi
Nama : Yulina
Usia : 60 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Dsn. 1 gunung Megang Dalam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
MRS : 8 April 2019
2.2 Anamnesis
(Autoanamnesis dan alloanamnesis 8 April 2019)
6
±1 hari SMRS badan Os terasa sangat lemas, napsu makan menurun, mual (+)
muntah (-). Tangan gemetar (+) telapak tangan berkeringat (+) badan sering
berkeringat (+) Os mudah gelisah (+) dada berdebar(+) tangan gemetar(+) Os masih
mengeluhkan sesak ketika melakukan aktivitas seperti melakukan pekerjaan rumah.
Os sering gelisah, dan Os merasa sulit menelan. Batuk dikit-dikit (+) berdahak. Os
kemudian datang berobat ke poli klinik penyakit dalam RSUD Dr. H. Rabain dan
ditemukan pembesaran pada kelenjar tiroid Os. Os kemudian dirawat inap.
Keadaan Spesifik
Kepala :Normocephali, warna rambut beruban, rambut licin, tidak
mudah dicabut, alopesia (-), nyeri tekan supra dan infra orbita
(-), deformitas tulang kepala (-)
7
Mata :Konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (+/+), refleks cahaya (+/+), mata cekung (+/+), edema
palpebra (-/-) eksoftalmus (+/+)
Hidung :Deviasi septum nasal (-), sekret (-), epistaksis (-)
Mulut :Bibir pucat (-), bibir kering (-), chelitis angularis (-), lidah
kering (-), atrofi papil lidah (-), stomatitis (-)
Telinga :MAE lapang, MT intak, sekret (-)
Leher :JVP (5-2 cmH2O), pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid
(+).
Thoraks :Barrel chest (-), venektasi (-), dan spider naevi (-),
Paru-paru
Inspeksi : Statis dan dinamis simetris paru kanan sama dengan paru kiri,
retraksi interkostal (-/-)
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri , nyeri tekan (-).
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru, nyeri ketok (-/-)
Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal, rhonki (+/+) basah halus di apeks kiri
dan basal kanan paru, wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis terlihat di ICS VI linea aksilaris anterior.
Palpasi : Iktus kordis teraba terlihat di ICS VI linea aksilaris anterior.
Perkusi : Batas jantung atas ICS 2 linea parasternalis sinistra
Batas jantung kanan linea parasternalis dektra
Batas jantung kiri ICS VI linea Aksilaris anterior
Auskultasi : Bunyi jantung 1&2 (+) normal, murmur (-) sistolik, gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, striae (-), venektasi (-), caput meduase (-)
8
Palpasi : Lemas, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien sulit
dinilai, ballotement (-).
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), undulasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Ekstremitas Superior : Deformitas (-), pitting edema (-), pucat (-), ikterik (-), sianosis
(-), akral hangat (+), CRT < 2 detik, pembesaran KGB aksilla
(-), palmar pucat (-), clubbing finger (-) tremor halus pada
kedua tangan (+)
Ekstremitas Inferior : Deformitas (-), pitting edema (-), pucat (-), ikterik (-), sianosis
(-), akral hangat (+), CRT < 2 detik, palmar pucat (-), clubbing
finger (-)
9
- Thyroid scaning
- EKG
- Rontgen thorak
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Non Farmakologis
2.8.2 Farmakologis
2.9 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam
2.11 Follow Up
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
3.2 Etiologi
11
tiroid, hal ini disokong dengan adanya laperan-laporan tentang terdapat-nya antibodi
spesifik pada penderita PG.(5)
3.3 Epidemiologi
Graves Disease menyumbang antara 60% sampai 80% dari pasien dengan
hipertiroidisme. Hal ini menyerang 10 kali lebih banyak pada wanita dibandingkan
pria, dengan risiko tertinggi onset antara usia 40 sampai 60 tahun. Prevalensi adalah
orang Asia dan Eropa. Adenoma autonom dan racun multi-nodular gondok lebih
sering terjadi di Eropa dan daerah lain di dunia di mana penduduk cenderung
mengalami defisiensi yodium, prevalensi mereka juga lebih tinggi pada wanita dan
pada pasien yang lebih tua dari 60 tahun.(4)
Jumlah penderita penyakit ini di seluruh dunia pada tahun 1960 diperkirakan
200 juta, 12 juta di antaranya terdapat di Indonesia. Angka kejadian hipertiroidi yang
didapat dari beberapa klinik di Indonesia berkisar antara 44,44% — 48,93% dari
seluruh penderita dengan penyakit kelenjar gondok.(5) Di AS diperkirakan 0,4%
populasi menderita PG, biasanya sering pada usia di bawah 40 tahun.(6)
Distribusi jenis kelamin dan umur pada penyakit hipertiroidi amat bervariasi
dari ber-bagai klinik. Perbandingan wanita dan laki-laki yang didapat di RSUP
Palembang adalah 3,1 : 1 di RSCM Jakarta adalah 6 : 1, di RS. Dr. Soetomo 8 : 1 dan
di RSHS Bandung 10 :1. Sedangkan distribusi menumt umur di RSUP Palembang
yang terbanyak adalah pada usia 21 - 30 tahuii (41,73%), tetapi menurut beberapa
penulis lain puncaknya antara 30—40 tahun.(5)
Tiroid yang berbentuk perisai segi empat.Kelenjar tiroid merupakan organ yang
bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak pada leher bagian bawah di sebelah anterior
trakea. Kelenjar ini merupakan kelenjar endokrin yang paling banyak
vaskularisasinya, dibungkus oleh kapsula yang berasal dari lamina pretracheal fascia
12
profunda.Kapsula ini melekatkan tiroid ke laring dan trakea. Kelenjar ini terdiri atas
dua buah lobus lateral yang dihubungkan oleh suatu jembatan jaringan ismus tiroid
yang tipis dibawah kartilago krikoidea di leher, dan kadang-kadang terdapat lobus
piramidalis yang muncul dari ismus di depan laring.1
13
Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari empat sumber antara lain arteri
karotis superior kanan dan kiri, cabang arteri karotis eksterna kanan dan kiri dan
kedua arteri tiroidea inferior kanan dan kiri, cabang arteri brakhialis. Kadang kala
dijumpai arteri tiroidea ima, cabang dari trunkus brakiosefalika. Sistem vena
terdiri atas vena tiroidea superior yang berjalan bersama arteri, vena tiroidea
media di sebelah lateral dan vena tiroidea inferior. Terdapat dua macam saraf
14
yang mensarafi laring dengan pita suara (plica vocalis) yaitu nervus rekurens dan
cabang dari nervus laringeus superior.2
15
3.5 Fisiologi Kelenjar Tiroid
Hormon utama kelenjar tiroid yaitu tiroksin yang berupa tetraiodotironin (T4),
dan triiodotironin (T3). Umumnya yang disebut iroksin yaitu T4 yang sekitar 93%-
nya dibentuk langsung di kelenjar tiroid, sedang T3 yang langsung di produksi di
kelenjarnys hanya sekitar7% saja. Kecuali di dalam kelenjar, T3 juga dibentuk di
jaringan perifir melalui proses deiodinasi T4. Kedua hormon itu merupakan senyawa
yang berasal dari asam amino tirosin. Istimewanya hormone ini ,mengandung iodin.
Di dalam tubuh, yang mengandung iodin hanya sedikit senyawa saja.(7)
3’ 3
C 2 C C
5’ 5
C 2 C C
N 2
T3 = triiodothyronine
Sebagai hormon, fungsi T4 dan T3 sama, tetapi T3 lebih aktif dari T4. RT3
tidak aktif sebagai hormon. T4 yang secara alami terbentuk yaitu isomer L. Isomer R
terdapat hanya sangat sedikit, dan keaktifannya juga jauh lebih kecil dari isomer L.(7)
16
Iodine (I) merupakan bahan mentah yang esensial yang berupa iodida untuk
sintesis hormon tiroid. Iodida yang diserap diubah menjadi iodine. Untuk menjaga
fungsi thyroid, asupan minimal seharinya sekitar 150 g. Untuk mencegah
kekurangan iodine, garam dapur yang dijual dicampur dengan natrium iodida, yaitu
satu bagian Na-I untuk 100-ribu NaCl. T3 dan T4 dimetabolisme di hati, dan I
dikeluarkan sebagian besar melalui kemih dan sedikit melalui feses.(7)
17
yang merupakan bagian dari molekul tiroglobulin pada posisi karbon 3. Tiroglobulin
dibentuk di dalam sel-sel tiroid (thyrocytes) dan disekresi melalui proses eksositosis
dalam bentuk granule yang juga berisi thyroid peroxidase, suatu enzim yang
mengoksidasi dan mengikatkan iodine pada tirosin. Hormon tiroid yang terbentuk
tetap menjadi bagian tiroglobulin sampai disekresikan. Sebelum disekresikan, maka
koloid akan direabsorpsi oleh sel tiroid melalui endositosis, ikatan peptide akan
dihidrolisis, dan T4 dan T3 bebas dikeluarkan ke kapiler.(7)
Sel tiroid (sel folikel/sel tirosit) dengan demikian mempunyai 4 fungsi, yaitu:
Sekresi
18
yang teriodinasi dan tiroglobulin diputus oleh protease dalam lisosome, dan T4, T3,
DIT, dan MIT dibebaskan ke sitoplasma.(7)
Tirosine yang diiodinasi (DIT dan MIT) di-deiodinasi oleh enzim deiodinase
iodotirosin dan iodin yang dibebaskan digunakan kembali untuk sintesis hormon. T4
dan T3 tidak mengalami deiodinasi, dan dilepas ke peredaran darah. Kadang-kadang
terdapat kelainan kongenital tidak adanya enzim deiodinase iodotirosin. Pada pasien
ini DIT dan MIT terdapat dalam kemih dan terdapat gejala defisiensi iodium.(7)
Kadar T4 plasma normal pada orang dewasa sekitar 8 µg/dl (103 nmol/L),
sedang T3 sekitar 0,15 µg/dl (2,3 nmol/L), Sebagian besar terikat pada protein
plasma. Angka tersebut diperoleh dengan radioimunoesai.(7)
19
biasanya dinyatakan dalam rasio T3/T4. Rasio T3/T4 yang paling tinggi yaitu di
hipofisis dan di korteks serebri.(7)
Terdapat dua macam gen TR pada manusia, yaitu gen reseptor pada
kromosom 17 dan gen reseptor β pada kromosom 3. Masing-masing dapat
membentuk dua macam mRNA. Jadi ada TRα1 dan TRα2, serta TRα1 dan TRα2. TRα2
hanya terdapat di otak, sedang yang lain tersebar secara luas di seluruh tubuh. TRα2
berbeda dengan TR yang lain karena TRα2 ini tidak mengikat T3 dan fungsinya
belum jelas. TR mengikat DNA sebagai monomer, homodimer dan heterodimer
dengan reseptor nukleus yang lain, terutama dengan reseptor retinoid X.
20
3.6 Patofisiologi Hipertiroid
Bila pada orang dewasa laju metabolisme naik karena T4 dan T3, ekskresi
nitrogen naik. Ini menunjukkan katabolisme protein atau lemak meningkat. Bila
asupan makanan tidak naik, maka protein dan lemak endogen akan dikatabolisme dan
individu akan turun beratnya. Pada anak-anak yang menderita hipotiroid, dosis kecil
hormon tiroid akan menyebabkan imbangan nitrogen posistif karena rangsang
pertumbuhan yang ditimbulkannya, sedang dosis besar akan menimbulkan
katabolisme protein seperti pada orang dewasa. K+ yang dbebaskannya pada saat
katabolisme protein akan meningkat di kemih dan juga ada ekskresi asam urat.(8)
21
di darah (karotenemia) pada penderita hipotiroid sehingga kulit penderita akan
berwarna kekuningan. Kekuningan karena karotenemia dapat dibedakan dengan
jaundice karena pada karotenemia sklera mata tidak kuning.(8)
Dosis tinggi hormon tiroid cukup kuat untuk meningkatkn produksi panas
ekstra untuk meningkatkan suhu tubuh, yang selanjutnya meningkatkan aktivitas
penyebaran panas tubuh. Tahanan perifer berkurang karena vasodilatasi pembuluh
darah kulit, dan ini meningkatkan reabsorpsi Na+ dan air dan selanjutnya
meningkatkan volume darah. Curah jantung meningkat oleh kerja langsung hormon
tiroid dan katekolamin pada jantung. Dengan demikian tekanan nadi dan frekuensi
jantung meningkat serta waktu sirkulasi memendek.(9)
22
mengatur pompa Ca2+ pada otot jantung dan otot rangka), dua jenis adenilil siklase,
reseptor T3 di nukleus, dan penukar (exchanger) Na+-Ca2+. Hasil akhirnya yaitu
meningkatnya frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung.(9)
Di dalam otot jantung terdapat dua isoform myosin heavy chain (MHC), yaitu
α-MHC dan β-MHC. Keduanya disandikan oleh dua gen yang sangat homolog yang
pada manusia berlokasi berurutan pada lengan pendek kromosom 17. Setiap molekul
miosin berisi dua heavy chain dan dua pasang light chain. Miosin yang mengandung
β-MHC aktivitas ATPasenya lebih kecil dibandingkan miosin yang mengandung α-
MHC. Pada orang dewasa, α-MHC predominan di atrium dan jumlahnya meningkat
oleh hormon tiroid. Ekspresi gen α-MHC dihambat dan gen β-MHC ditingkatkan
pada hipotiroid.(9)
23
pada saat perkembangan dapat terjadi retardasi mental, rigiditas sistem motorik, dan
mutisme karena tuli.(8)
Hormon tiroid juga berpengaruh pada refleks. Waktu reaksi refleks regang
memendek pada hipertiroid dan memanjang pada hipotiroid. Pemeriksaan refleks
lutut sering dilakukan untuk menilai fungsi tiroid, tetapi refleks juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain.(8)
24
mempengaruhi ekspresi gen MHC seperti halnya pada otot jantung, namun efek yang
ditimbulkannya kompleks dan hubungannya dengan miopati belum diketahui.
Hipotiroidisme juga menimbulkan kelemahan otot, kramp, dan kekakuan otot.(8)
Kelenjar tiroid diatur terutama oleh variasi kadar TSH (thyroid stimulating
hormone = thyrotropin) hipofisis yang beredar. Sekresi TSH meningkat oleh hormon
hipofisiotropik TRH (thyrotropin releasing hormone) yang diproduksi oleh
hipotalamus, dan dihambat oleh T4 dan T3 bebas yang beredar dalam darah melalui
mekanisme umpan balik negatif. Efek T3 diperkuat oleh produksi T3 dalam
sitoplasma sel-sel kelenjar hipofisis oleh 5’-D2 yang terdapat di dalamnya. Pada
percobaan hewan, sekresi TSH juga ditingkatkan oleh dingin, dan dikurangi oleh
hangat.(8)
25
TSH manusia merupakan glukoprotein yang mengandung 211 gugus asam
amino, ditambah heksose, heksosamin, dan asam sialat. TSH terdiri dari 2 subunit,
yaitu α dan β. Subunit α disandikan oleh gen di kromosom 7 dan subunit β oleh gen
di kromosom 1. Subunit α dan β kemudian digandengkan nonkovalen di tirotrop.
TSH-α identik dengan subunit α dari LH, FSH, dan hCG-α. Spesifisitas fungsi TSH
ditentukan oleh subunit β, Struktur TSH bervariasi dari spesies ke spesies, tetapi TSH
mamalia aktif secara biologi pada manusia.(8)
Waktu paruh TSH manusia sekitar 60 menit. TSH dirombak terutama di ginjal
dan sebagian kecil di hati. Sekresinya berfluktuasi, mulai meningkat sekitar pukul 9
malam, mencapai puncaknya sekitar tengah malam, dan menurun pada siang hari.
Laju sekresi rata-rata sekitar 110 µg/d dan kadar dalam plasma rata-rata sekitar 2
µU/ml.(8)
Karena subunit α TSH sama dengan subunit α hCG, maka kadar yang tinggi
hCG dapat merangsang reseptor tiroid. Pada tumor plasenta, kadart hCG dapat sangat
tinggi sehingga dapat menimbulkan hipertiroidisme ringan.(8)
Bila kelenjar hipofisis diangkat, maka fungsi tiroid menurun dan kelenjarnya
mengalami atrofi. Bila kemudian diberi TSH, fungsi TSH dirangsang kembali.
Beberapa menit setelah penyuntikan TSH, terjadi peningkatan pengikatan iodide,
sintesis T4, T3, iodotirosin, sekresi tiroglobulin ke dalam koloid, dan endositosis
koloid. Peningkatan pengambilan iodide dalam beberapa jam, aliran darah juga
meningkat. Pemberian TSH dalam jangka lama menimbulkan hipertrofi dan
peningkatan berat kelenjar. Pembesaran kelenjar tiroid disebut goiter (gondok). TSH
bekerja melalui reseptor TSH yang khas sebagai reseptor serpentin dan bekerja
mengaktifkan adenilil siklase melalui protein Gs. Phospholiase C juga diaktifkan.(8)
26
3.7 Manifestasi Klinis
Anamnesis
Pada anamnesis riwayat keluarga dan penyakit turunan, pada hipertiroid perlu
juga mengonfirmasi apakah ada riwayat keluarga yang memiliki penyakit yang
sama atau memiliki penyakit yang berhubungan dengan autoimun.(10)
27
Pemeriksaan Fisik
Pada penderita yang berusia lebih muda, manifestasi klinis yang umum
ditemukan antara lain palpitasi, nervous, mudah capek, hiperkinesia, diare,
berkeringat banyak, tidak tahan panas dan lebih senang cuaca dingin. Pada wanita
muda gejala utama dapat berupa amenore atau infertilitas. Pada anak-anak, terjadi
peningkatan pertumbuhan dan percepatan proses pematangan tulang. Sedangkan
pada penderita usia tua ( > 60 tahun ), manifestasi klinis yang lebih mencolok
terutama adalah manifestasi kardiovaskuler dan miopati, ditandai dengan adanya
palpitasi, dyspnea d’effort, tremor, nervous dan penurunan berat badan.
Pemeriksaan Penunjang
Dalam keadaan normal, kadar hormon tiroid perifer, seperti L-tiroksin (T4)
dan tri-iodotironin (T3) berada dalam keseimbangan dengan thyrotropin
stimulating hormon (TSH) Artinya, bila T3 dan T4 rendah, maka produksi TSH
akan meningkat dan sebaliknya ketika kadar hormon tiroid tinggi, makaproduksi
TSH akan menurun. Pada penyakit Graves’, adanya antibodi terhadap reseptor
TSH di membran sel folikel tiroid, menyebabkan perangsangan produksi hormon
28
tiroid secara terus menerus, sehingga kadar hormon tiroid menjadi tinggi. Kadar
hormon tiroid yang tinggi ini menekan produksi TSH di kelenjar hipofisis,
sehingga kadar TSH menjadi rendah dan bahkan kadang-kadang tidak terdeteksi.
3.9 Tatalaksana
Farmakologis
29
b. Mekanisme aksi ekstratiroid adalah menghambat konversi T4 menjadi T3 di
jaringan perifer. Obat yang bekerja dengan mekanisme aksi ekstratiroid adalah
propiltiourasil (PTU).
Nonfarmakologis
a. Diet
b. Istirahat
Hal ini diperlukan agar hipermetabolisme pada penderita tidak makin meningkat.
Penderita dianjurkan tidak melakukan pekerjaan yang melelahkan/mengganggu
pikiran balk di rmah atau di tempat bekerja. Dalam keadaan berat dianjurkan bed rest
total di Rumah Sakit.(12)
30
3.10 Prognosis
Prognosis dapat baik apabila ditangani dengan cepat dan tepat, namun fungsi
dan kemungkinan kondisi berulang dapat kurang baik apabila penyebabnya tidak
diatasi. 5
31