Anda di halaman 1dari 17

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kehamilan, Persalinan, Nifas, Neonatus dan Keluarga Berencana
2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan fisiologis dimulai dari konsepsi sampai lahirnya

janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan yaitu

triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan

ke 4 sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke7 sampai 9 bulan. (Sarwono

Prawirohardjo, 2009)

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi dan implantasi. (Husin, 2014: 55)

Menurut Reece dan Hobbins kehamilan terjadi ketika seorang wanita

melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang mengakibatkan bertemunya

sel telur dengan sel mani (sperma) yang disebut pembuahan atau fertilisasi

(Mandriwati, dkk, 2017).

2. Proses Kehamilan
Setiap bulan saat ovulasi, seorang perempuan akan mengeluarkan 1 atau 2

sel telur (ovum) dari idnung telur (ovarium) yang ditangkap oleh umbai – umbai

(fimbrae) dan masuk ke dalam saluran telur. Dalam keadaan normal, pembuahan

terjadi di tuba fallopi umumnya didaerah ampula tuba. Dalam beberapa jam

setelah embuahan mulailah pembelahan zigot yang terjadi selama 3 hari sampai

stadium morula. Proses selanjutnya adalah perubahan morula menjadi blastula.

Hasil konsepsi tiba pada kavum uteri pada tingkat blastula.

8
9

Blastula segera membelah diri sambil bergerak dengan bantuan rambut

getar tuba menuju ruang rahim yang kemudian melekat pada mukosa rahim dan

menempel diruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi (implantasi). Dari

pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu kira – kira 6 – 7 hari untuk menyuplai

darah dan zat zat makanan bagi janin, dipersiapkan uri (plasenta) (Amru Sofian,

2011). Setelah implantasi, sel – sel trofoblas yang tertanam didalam endometrium

terus berkembang membentuk jaringan bersama dengan sistem pembuluh darah

maternal untuk menjadi plasenta, yang kemudian berfungsi sebagai sumber nutrisi

dan oksigenasi bagi jaringan embrioblas yang akan tumbuh menjadi janin.
3. Proses Perubahan Fisik dan Psikologis pada Ibu Hamil Trimester III
1). Perubahan Fisik pada Ibu Hamil Trimester III
a. Perubahan Sistem Endokrin

Human chorionic gonadotropin (hCG) merupakan hormon glikoprotein

yang dihasilkan oleh trofoblas sejak hari ke-7 setelah terjadinya fertilisasi.

Keberadaan hCG pada awal kehamilan berperan dalam mempertahankan

korpus luteum tidak terjadi atresia, sehingga masih mampu menghasilkan

progesteron. Dengan tetap adanya progesteron, maka uterus dipertahankan

tetap dalam keadaan tenang. Dalam kondisi normal, produksi hCG mencapai

puncaknya pada usia kehamilan 8-10 minggu, kemudian berangsur-angsur

menurun dan tetap dalam jumlah yang rendah selama kehamilan.

(Husin, 2014:32)

Pada awal kehamilan, progesteron diproduksi oleh korpus luteum,

kemudian produksi ini menurun pada minggu ke-6 hingga ke-9.

Selanjutnya progesteron akan dipertahankan jumlah produksinya oleh plasenta.

Produksi progesteron yang tidak adekuat oleh korpus luteum atau kenaikan

9
10

progesteron yang dihasilkan plasenta tidak mengimbangi penurunan yang

dilakukan korpus luteum dapat menyebabkan abortus. (Husin, 2014: 33)

b. Perubahan Sistem Reproduksi


Pada bulan pertama kehamilan, terjadi peningkatan ukuran pembuluh

darah dan pembuluh limfe uterus, hal ini mengakibatkan terjadinya

vaskulerisasi, kongesti dan oedema yang kemungkinan besar menyebabkan

pelunakan serviks. Pelunakan serviks akan menimbulkan tanda chadwick,

goodle dan hepar. Pada trimester akhir kehamilan, bagian terendah janin akan

mulai turun ke pelvis dan menyebabkan berkurangnya tinggi fundus. (Husin,

2014: 41)
c. Perubahan Sistem Kardiovaskular
Perubahan pada fungsi jantung mulai tampak selama 8 minggu pertama

kehamilan. Curah jantung meningkat bahkan sejak minggu kelima dan

mencerminkan berkurangnya resistensi vaskular sistemik dan meningkatnya

kecepatan jantung. (Husin, 2014: 41)


d. Perubahan Sistem Pernapasan
Dengan adanya efek hormonal yang menyebabkan adanya pengenduran

otot ligament menyebabkan diafragma mudah terdorong ke atas dan

menyebabkan ibu hamil bernapas lebih dalam dibandingkan keadaan tidak

hamil. (Husin, 2014:44)

e. Perubahan Pada Payudara


Kehamilan akan memberikan efek membesarnya payudara yang

disebabkan oleh peningkatan suplai darah, stimulasi oleh sekresi esterogen

dan progesterone dari kedua korpus luteum dan plasenta dan terbentuknya

duktus asini yang baru selama kehamilan. (Husni, 2014: 45)


f. Perubahan Sistem Perkemihan
Pada wanita yang tidak hamil, pola normal berkemih siang

hari berkebalikan dengan pola pada wanita hamil. Ibu hamil mengumpulkan

10
11

cairan (air dan natrium) selama siang hari dalam bentuk oedema dependen

(oedema pada kaki) akibat tekanan uterus pada pembuluh darah panggul dan

vena kava inerior kemudian mengekskresi cairan tersebut pada malam hari

melalui kedua ginjal ketika berbaring terutama pada posisi lateral kiri. (Husin,

2014: 47)
g. Perubahan Sistem Pencernaan
Dalam keadaan hamil, esterogen menyebabkan peningkatan aliran

darah ke mulut sehingga gusi menjadi rapuh dan dapat menimbulkan gingivitis.

Kerja progesteron pada otoot-otot polos menyebabkan lambung hipotonus yang

disertai penurunan motilitas dan waktu pengososngan yang memanjang

mempengaruhi saluran usus halus. Akibat pengaruh progesteron, usus halus

memperpanjang lama absorbsi nutrien, mineral dan obat-obatan. terjadi

peningkatan reabsorbsi air dari kolon disebabkan oleh transit makanan yang

lebih lambat melalui usus halus. Hal ini menyebabkan peningkatan terjadinya

konstipasi. (Husin, 2014: 47-48)

h. Perubahan Sistem Metabolisme


Sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan janin dan plasenta

yang tumbuh pesat, ibu hamil mengalami perubahan metabolisme yang besar

dan intens. (Husin, 2014: 50)


i. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Dalam keadaan hamil, sistem muskuloskeletal banyak mengalami

perubahan. Dalam hal ini terjadi lordosis yang disebabkan oleh pembesaran

uterus sebagai kompensasi posisi anterior menyesuaikan gravitasi ke

ekstremitas bawah. (Husin, 2014: 52)


j. Perubahan Pada Kulit
Meningkatnya aliran darah ke kulit selama kehamilan meningkatkan

kelebihan panas yang terbentuk karena meningkatnya metabolisme.

11
12

Penggelapan warna terjadi pada aerola, linea nigra (garis tipis hasil pigmentasi

kulit pada garis tengah abdomen mulai simfisis pubis hingga ke umbilicus),

striae

(tanda peregangan kulit), pada abdomen (striae gravidarum), payudara memebe

sar berlebihan, biasanya terjadi pada bokong dan paha bagian atas, kloasma

(perubahan warna kecoklatan dan tidak merata pada daerah dahi, pipi dan

leher). Sebagian besar perubahan pigmentasi akan berkurang dan hilang setelah

kehamilan berakhir, kecuali striae. (Husin, 2014:53)


2) Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil Trimester III
Trimester III sering kali disebut periode menunggu dan waspada sebab

pada periode ini ibu merasa tidak sabar menuggu kelahiran bayinya dan

terkadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu – waktu. Hal

ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaanya akan timbulnya tanda dan

gejala persalinan. Munculnya perasaan bayinya akan lahir tidak normal,

perasaan ini semakin ingin menyelesaikan kehamilannya.


Sering bermimpi dan berkhayal tentang bayinya, ada pula ibu yang sedih

karena akan berpisah dengan bayinya didalam kandungan sehingga khawatir

akan kehilangan perhatian khusus yang diterimanya selama hamil. Pada

trimester III ini hasrat seksual ibu menurun lagi, hal ini Karena abdomennya

yang semakin membesar dan perasaan tidak nyaman lainnya seperti mudah

lelah, kram, nyeri pada punggung dan keluhan muskuloskeletal lainnya.

(Walyani, 2015)

2.1.2 Konsep Dasar Persalinan

1. Pengertian Persalinan

12
13

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun

kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong

keluar melalui jalan lahir (Sarwono Prawirohardjo, 2009)

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput kauban keluar

dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia

kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.

Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan pembukaan

serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara

lengkap.

(Buku APN, 2014)

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup

dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan mencakup proses fisiologi yang

memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat

melahirkan janinnya melalui jalan lahir. (Jannah, 2017).

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik

ibu maupun janin. (Sarwono Prawirohardjo, 2009)

2. Teori Proses Persalinan

Menurut (Johariyah, E.W. Ningrum, 2012) proses persalinan dibagi dalam

beberapa teori, yaitu :

1) Teori Peregangan
Uterus dalam kehamilan, mempunyai batas keregangan tertentu. Dalam usia

tertentu (usia kehamilan 36 minggu) uterus teregang maksimal. Setelah melewati

batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.

13
14

2) Teori Penurunan Progesteron


Proses penuaan plasenta mulai umur 28 minggu, semakin tua plasenta maka

nutrisi untuk bayi berkurang. Produksi progesteron mengalami penurunan

sehingga rahim lebih sensitif terhadap oksitosin akibatnya otot rahim mulai

berkontraksi.
3) Teori Oksitosin Internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisi posterior. Perubahan keseimbangan

esterogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga

sering terjadi kontaksi Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi akibat tuanya

kehamilan, maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan

dapat dimulai.
4) Teori Prostaglandin
Prostaglandin dianggap dapat memicu persalinan. Konsentrasi prostaglandin

meningkat sejak umur 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin

pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi pada otot rahim sehingga hasil

konsepsi dikeluarkan
5) Teori Hipothalamus – Pituitari dan Glandula Suprarenalis
Hipotalamus menghasilkan oksitosin sehingga memicu terjadinya kontraksi dan

memicu persalinan. Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan

anencephalus sering terjadi keterlambatan persalinan (postdate) karena tidak

terbentuk hipotalamus. Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya

persalinan
2.1.3 Konsep Dasar Nifas
1. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Sarwono prawirohardjo, 2009)


Masa nifas atau puerperium adalah setelah kala IV sampai dengan enam

minggu berikutnya (pulihnya alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil). Akan tetapi seluruh otot genetalia baru pulih kembali seperti

14
15

sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. Masa ini merupakan periode kritis

baik bagi ibu maupun bayinya maka perlu diperhatikan (Nurjasmi, E., dkk.

2016).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara

keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Kemenkes RI, 2015).

2. Proses Nifas

Menurut Walyani (2015), masa nifas dibagi menjadi 3 periode yaitu:

1) Puerperium dini

Yaitu masa kepulihan yakni saat-saat ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-

jalan.

2) Puerperium intermedial

Yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital, kira-kira 6-8 minggu

3) Remote puerperium

Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila

ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.Waktu untuk sehat

sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

2.1.4 Konsep Dasar Neonatus


1. Pengertian Neonatus
Neonatus adalah bayi baru lahir yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan

intrauterin ke ekstrauterin (Sarwono Prawirohardjo, 2014).


Bayi baru lahir ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus

menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstra uterin. Bayi

baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui

vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan

15
16

42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat

bawaan (Rukiyah, 2013)


Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran

sampai usia 4 minggu. Lahirnya biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu. Berat

lahirnya yaitu 2500 gram sampai 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung

menangis, dan tidak ada kelainan konginetal (cacat bawaan) yang berat (Marmi,

2012).
Masa Neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari)

sesudah kelahiran. (Sarwono Prawirohardjo, 2009)


2. Proses Bayi Baru Lahir
1) Periode Transisional
Perlu dilakukan beberapa asuhan, antara lain memantau tanda-tanda vital,

menimbang berat badan, dan mengukur panjang badan, lingkar kepala dan

lingkar dada, melakukan pengkajian usia gestasi bayi dalam empat jam pertama

kehidupan bayi, dilihat dari karakteristik fisik eksternal dan keadaan

neuromuskuler bayi. (Wafi, 2010).


2) Periode Pertama Reaktifitas
Periode pertama reaktifitas berakhir pada 30 menit pertama setelah kelahiran.

Karakteristik pada periode ini yaitu denyut nadi berlangsung cepat dan irama

tidak teratur, frekuensi pernafasan mencapai 80 kali per menit dan pada

beberapa bayi baru lahir ada pernafasan cuping hidung, ekspirasi mendengkur

dan adanya retraksi.Tidak ada bising usus dan bayi tidak berkemih.Bayi

menangis kuat. Pada periode ini, mata bayi terbuka lebih lama, sehingga

merupakan waktu yang tepat untuk memulai proses perlekatan, karena bayi

dapat mempertahankan kontak mata dalam waktu lama. (Wafi, 2010)


3) Fase Tidur
Fase dimulai dari 30 menit setelah periode pertama reaktivitas dan berakhir

dalam 2-4 jam.Karakteristik pada fase ini adalah frekuensi pernafasan dan

16
17

denyut jantung menurun kembali ke nilai dasar, warna kulit cenderung stabil,

terdapat akrosianosis dan bisa terdengar bising usus. (Wafi, 2010)


4) Periode Kedua Reaktifitas
Periode kedua reaktifitas ini berakhir sekitar 4-6 jam setelah

kelahiran.Karakteristik pada periode ini adalah bayi memiliki tingkat

sensitivitas yang tinggi terhadap stimulus internal dan lingkungan.Frekuensi

nadi berkisar 120-160 kali per menit, frekuensi pernafasan berkisar 30-60 kali

per menit.Bayi sering berkemih dan mengeluarkan mekoneum pada periode

ini.Refleks menghisap bayi sangat kuat dan bayi sangat aktif. (Wafi, 2010).
5) Periode Pasca Transisional
Pada saat bayi telah melewati periode transisi, bayi dipindah ke ruang bayi

normal atau rawat gabung bersama ibunya.Asuhan bayi baru lahir normal

umumnya mencakup pengkajian tanda-tanda vital (suhu aksila, frekuensi fisik

setiap 8 jam, pemberian ASI on demand, mengganti popok serta menimbang

berat badan setiap 24 jam). (Wafi, 2010)


2.1.5 Konsep Dasar Masa Antara Perencanaan Keluarga Berencana
1. Pengertian

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya

ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen dan upaya ini dapat

dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat-obatan (Proverawati,

Islaely dan Aspuah, 2015)

Keluarga berencana merupakan usaha suami-istri untuk mengukur jumlah dan

jarak anak yang diinginkan. Usaha yang dimaksud termasuk kontrasepsi atau

pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Prinsip dasar metode kontrasepsi

adalah mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi)

atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan

berkembang di dalam rahim. (Purwoastuti, 2015)

17
18

Keluarga Berencana adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan

upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan

kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas (Sarwono,

2015)
2. Macam – Macam Metode Kontrasepsi
1) Metode Amenorhe Laktasi (MAL)
a. Pengertian
Metode amenorhe laktasi (MAL) merupakan kontrasepsi yang

mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya

hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun

lainnya.
MAL dapat dipakai sebagai kontasepsi bila :
1) Menyusui secar penuh (full breast feeding) lebih efektif bila pemberian

> 8 x sehari
2) Belum haid
3) Umur bayi kurang dari 6 bulan
Efektif sampai 6 bulan
Harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya
b. Yang dapat menggunakan MAL
Ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurag dari 6 bulan

dan beum mendapat haid setelah melahirkan.


c. Yang seharusnya tidak menggunakan MAL
1) Sudah mendapat haid setelah bersalin
2) Tidak menyusui secara eksklusif
3) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
4) Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam
2) Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
a. Pengertian
Kontrasepsi yang tidak memiliki efek samping, pasangan secara sukarela

menghindari senggama pada masa subur ibu (ketika ibu tersebut dapat

menjadi hamil), atau senggama pada masa subur untuk mencapai

kehamilan.
b. Macam KBA
Metode Lendir Serviks atau lebih dikenal sebagai Metode Ovulasi Billings

(MOB) atau metode dua hari mukosa serviks dan Metode Simtotermal

18
19

adalah yang paing efektif. Cara yang kurang efektif misalnya Sistem

Kalender atau PAnjang Berkala dan metode Suhu Basal yang sudah tidak

diajarkan lagi oleh pengajar KBA. Hal ini disebabkan karena kegagalan

yang cukup tinggi (>20%) dan waktu pantang yang lebih lama. Di Indonesia

dengan surat dari BKKBN pusat kepada BKKBN Provinsi dengan SK

6668/K.S. 002/E2/90, tgl. 28 desember 1990, Metode Ovulasi Billings

(MOB) sudah diterima sebagai salah satu Metode KB (Mandiri).


c. Yang dapat menggunakan KBA
Untuk kontrasepsi
1) Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun

tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun pramenopause


2) Semua perempuan dengan paritas berapapun termasuk nulipara
3) Perempuan yang kurus atau gemuk
4) Perempuan yang merokok
5) Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu seperti hipertensi sedang,

varises, disminorea, sakit kepala sedang atau hebat, mioma uteri,

endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi besi, hepatitis virus,

malaria, trombosis vena dalam, atau emboli paru.


6) Pasangan dengan alasan agama atau filosofi untuk tidak menggunakan

metode lain
7) Perempuan yang tidak dapat menggunakan metode lain
8) Pasangan yang ingin pantang senggama lebih dari seminggu pada setiap

siklus haid
9) Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi, mencatat,

dan menilai tanda dan gejala kesuburan


d. Yang tidak dapat menggunakan KBA
1) Perempuan yang dari segi umur, paritas, atau masalah kesehatannya

membuat kehamilan menjadi suatu kondisi resiko tinggi


2) Permpuan yang belum mendapat haid (menyusui segera setelah

abortus) kecuali MOB


3) Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur kecuali MOB

19
20

4) Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerja sama (berpantang)

selama waktu tertentu dalam siklus haid


5) Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genetalianya

3) Senggama Terputus
a. Pengertian
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana

pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria

mencapai ajakulasi.
b. Cara Kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak

masuk ke dalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan

ovum, dan kehamilan dapat dicegah


4) Metode Barier
a. Kondom
Kondom tidak hanya mencegah kehamilan tetapi juga mencegah IMS

termasuk HIV/AIDS.
b. Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks yang

diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup

serviks.
c. Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk

menonaktifkan atau membunuh sperma.


5) Kontrasepsi Kombinasi (Progesteron dan estrogen)
1. Pil kombinasi
a. Pengertian
Kontrasepsi pil kombinasi adalah pil yang mengandung hormone

estrogen dan progesteron dengan dosis tertentu.Mekanisme utama pil

kombinasi untuk mencegah terjadinya kehamilan adalah dengan

menghambat keluarnya sel telur (ovum) dari indung telur (ovarium).


b. Efek samping yang sering terjadi :

20
21

1) Amenore (tidak haid).


2) Mual, pusing atau muntah.
3) Perdarahan pervaginam/spotting.
2. Suntikan Kombinasi
a. Pengertian
Kontrasepsi suntik kombinasi terdiri dari dua hormon yaitu

progestin dan estrogen seperti hormon alami pada tubuh seorang

perempuan. Suntikan kombinasi dipasarkan dengan nama dagang

Ciclofem, Ciclofeminia, Cyclofem, Cyclo-povera, dll.

b. Efek samping
1) Amenore
2) Mual, pusing dan muntah
3) Perdarahan pervaginam/spotting
6) Kontrasepsi Progestin
1. Suntikan
a. Pengertian
Kontrasepsi suntik progestin yang umum digunakan adalah Depo

Medroxyprogesteron acetate (DMPA) dan Norethisteron Enanthate (Net-

En). Kontrasepsi progestin, tidak mengandung estrogen sehingga dapat

digunakan pada masa laktasi dan perempuan yang tidak dapat

menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen.Suntikan progestin

memiliki efektifitas yang tinggi (3 kehamilan per 1000 perempuan) pada

tahun pertama penggunaan, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur

sesuai jadwal yaitu setiap 12 minggu.


b. Efek samping
1) Amenore.
2) Perdarahan ireguler.
3) Kenaikan berat badan.
4) Perut kembung dan tidak nyaman.
5) Perdarahan banyak atau berkepanjangan.
6) Sefalgia.
2. Pil
a. Pengertian
Kontrasepsi pil progestin atau minipil adalah pil yang mengandung

progestin dalam dosis yang sangat rendah. Mekanisme kontrasepsi pil

21
22

progestin terjadi melalui penebalan lendir serviks sehingga menghambat

penetrasi sperma melalui kanalis servikalis, menghambat lonjakan tengah

siklus hormon luteal (LH) dan folikel stimulating hormon (FSH), inhibisi

perjalanan ovum di saluran tuba, mengganggu pematangan endometrium

dan supressi ovulasi (hanya terjadi pada 50% dari keseluruhan pengguna).
Dengan penggunaan yang benar, efektifitas kontrasepsi pil

progestinadalah 99,95% atau angka kegagalan hanya 0,5%. Tetapi dengan

adanya keterlambatan jeda minum obat maka angka kegagalannya

mencapai 5%.

b. Efek Samping
1) Gangguan frekuensi dan lamanya haid.
2) Sefalgia
3. Implant
a. Pengertian
Implan mengandung hormon progestin. Progestin ditempatkan

didalam kapsul implan satu atau dua batang yang dipasang pada lapisan

bawah kulit dibagian medial lengan atas dengan jangka 3 tahun.


b. Waktu mulai menggunakan implant:
a) Implan dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid. Tidak

diperlukan kontrasepsi tambahan.


b) Bila implan diberikan setelah hari ke 7 siklus haid, klien tidak boleh

melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan

kontrasepsi tambahan selama 7 hari.


c) Bila klien tidak mendapat haid, implan dapat diberikan setiap saat, asal

saja dapat dipastikan klien tidak hamil. Klien tidak boleh melakukan

hubungan seksual untuk 7 hari lamanya atau menggunakan metode

kontrasepsi lain selama 7 hari.


d) Bila klien pasca persalinan 6 minggu – 6 bulan, menyusui, serta belum

haid, implan dapat diberikan, asal dapat dipastikan klien tidak hamil.

22
23

e) Bila pasca persalinan > 6 minggu dan telah mendapat haid, maka

implan dapat dipasang setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan

seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi tambahan selama

7 hari.

c. Efek samping
1) Amenore.
2) Ekspulsi.
3) Perdarahan pervaginam/spotting.
4) Infeksi pada daerah insersi.
5) Berat badan naik/turun
7) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
a. Pengetian
Menurut Nurjasmi (2016) AKDR merupakan salah satu metode

jangka panjang yang cukup efektif karena hanya terjadi kurang dari 1

kehamilan diantara 100 pengguna AKDR di tahun pertama memakai AKDR.


AKDR post partum adalah AKDR yang dipasang pada saat 10 menit

setelah plasenta lahir hingga 48 jam post partum. Perdarahan haid yang lebih

lama serta nyeri dibawah perut merupakan efek samping utama dalam waktu

3-6 bulan penggunaan.


b. Cara Kerja
1. Menghambat kemampuan sperma masuk ke tuba fallopi.
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun

AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan

dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.


4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi

8) Kontrasepsi Mantab
a. Tubektomi
Tubektomi adalah tindakan pada kedua saluran telur wanita yang

mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapat keturunan lagi. Jenis

kontrasepsi ini bersifat permanen, karena dilakukan penyumbatan pada

23
24

saluran telur wanita yang dilakukan dengan cara diikat, dipotong ataupun

dibakar.
b. Vasektomi
Vasektomi adalah metode sterilisasi dengan cara mengikat saluran

sperma (vas deferens) pria. Beberapa alternatif untuk mengikat salauran

sperma tersebut, yaitu dengan mengikat saja, memasang klip tantalum,

kauterisasi, menyuntikkan sclerotizing agent, menutup saluran dengan

jarum dan kombinasinya


Angka keberhasilan vasektomi adalah sekitar 99%. Tetapi untuk

dapat memastikan keberhasilan tersebut, sebaiknya 3 (tiga) bulan setelah

dilakukan vasektomi maka diadakan pemeriksaan analisa sperma.

Vasektomi akan dikatakan berhasil manakala hasil pemeriksaannya adalah

azoospermia.

24

Anda mungkin juga menyukai