Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dari zaman dahulu sampai sekarang ini zaman era globalisasi,

daerah di Indonesia khususnya di dataran rendah, pada penelitian ini

lebih menekankan pada bagian tumbuhan yang digunakan sebagai

obat.

Berbagai metode pengobatan pun tersebar di Indonesia bahkan

hingga ke mancanegara. Metode pengobatan ini meliputi pengobatan

tradisional ataupun pengobatan modern, khususnya bagi pengobatan

modern ini telah dikembangkan dalam bidang kedokteran dan farmasi

yang telah menciptakan bahan-bahan pengobatan yang akan digunakan

bahkan tidak sedikit pengobatan secara tradisional maupun modern

menimbulkan efek samping, sehingga dari hal inilah memaksa manusia

untuk kembali ke alam mengolah tanaman sebagai tanaman obat dalam

proses penyembuhan suatu penyakit.

Tumbuhan merupakan gudang berbagai jenis senyawa kimia

serta beragam jenis sifat atau ciri-ciri yang dimilikinya yang

dimanfaatkan sebagai suatu tumbuan obat. Hal semacam ini

mempunyai hubungan yang baik dengan objek yang dituju dalam hal ini

manusia yang kemudian dimanfaatkan untuk dikembangbiakkan atau


dibudidayakan sebagai suatu usaha atau bisnis tumbuhan obat yang

dapat mendatangkan banyak keuntungan serta memberikan manfaat

yang besar bagi masyarakat khususnya sebagai konsumen.

Beragam upaya dilakukan dalam pencarian tumbuhan berkhasiat

obat dimulai dari mengidentifikasi kandungan zat kimia apa di dalamnya

serta bentuk morfologi dari tumbuhan tersebut yang memberikan ciri

khas. Namun, tidak semua pula tumbuhan berkhasiat yang memberikan

ciri khas itu dapat dikategorikan sebagai tumbuhan berkhasiat obat.

Dewasa ini penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik didalam

maupun diluar negeri berkembang pesat. Penelitian yang berkembang,

terutama dari segi farmakologi maupun fitokimianya penelitian dilakukan

berdasarkan indikasi tumbuhan obat yang telah digunakan oleh

sebagian masyarakat dengan khasiat yang teruji empiris.

Penggunaan obat-obatan walaupun dalam bentuk yang

sederhana tidak diragukan lagi sudah berlangsung sejak jauh sebelum

adanya sejarah yang ditulis karena naluri orang-orang primitif untuk

menghilangkan rasa sakit pada luka dengan merendamnya dalam air

dingin atau menempelkan daun segar pada luka tesebut atau

menutupinya dengan lumpur, hanya berdasarkan pada kepercayaan.

Orang-orang primitif belajar dari pengalaman dan mendapatkan cara

pengobatan yang satu lebih efektif dari yang lain, dari dasar permulaan

ini pekerjaan terapi dengan obat dimulai. Namun seiring dengan


berkembangnya zaman penggunaan obat-obatan sudah mulai

memasuki tahap modern misalnya dengan menggunakan alat-alat

canggih akan tetapi penggunaan obat secara primitif tidak boleh

dilupakan karena dari sinilah awal semuanya.

Dalam pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapang ini bertujuan

mencari tanaman obat yang berkhasiat. Keampuhan pengobatan herba

banyak dibuktikan melalu berbagai pengalaman. Berbagai macam

penyakit yang sudah tidak dapat disembuhkan melalu pengobatan

alopati (kedokteran), ternyata masih bisa diatasi dengan pengobatan

herba, contohnya penyakit kanker dan kelumpuhan. Adapula

pengalaman yang membuktikan bahwa untuk beberapa penyakit,

ternyata pengobatan herba lebih efektif memberikan solusi

penyembuhan dibandingkan dengan pengobatan menggunakan bahan

kimia. Beberapa penyakit tersebut diantaranya penyakit-penyakit

cardiovascular (penyakit yang berhubungan dengan darah dan jantung)

serta penyakit saraf. Keunggulan pengobatan herba terletak pada bahan

dasarnya yang bersifat alami sehingga efek sampingnya dapat ditekan

seminimal mungkin, meskipun dalam beberapa kasus dijumpai orang-

orang yang alergi terhadap herba. Namun, alergi tersebut dapat juga

terjadi pada pengobatan medis. Beberapa kasus menunjukkan bahwa

tertentu.
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara pemeriksaan farmakognosi yang meliputi

pemeriksaan morfologi, anatomi, organoleptik, dan Identifikasi

kandungan kimia tumbuhan Semanggi (Marsilea crenata P.).

1.3 Tujuan Penelitian

a. Mendeskripsikan kandungan kimia tumbuhan Semanggi (Marsilea

crenata P.).

b. Mendeskripsikan khasiat tumbuhan Semanggi (Marsilea crenata P.)

c. Mendeskripsikan cara memanfaatkan tumbuhan Semanggi (Marsilea

crenata P.) sebagai obat.

d. Mendeskripsikan efek samping dari penggunaan tumbuhan

Semanggi (Marsilea crenata P.)

1.4 Manfaat Penelitian

Bagi mahasiswa penelitian ini dapat menambahkan wawasan dan

ilmu pengetahuan tentang Farmakognosi yang kelak dapat berguna di

masa yang akan datang.

Bagi masyarakat penelitian ini dapat menjadi pelajaran tentang

khasiat-khasiat tanaman yang nantinya dapat dijadikan sebagai obat di

kehidupan sehari-hari.

1.5 Konstribusi Penelitian bagi IPTEK

Dengan melakukan penenlitian mengenai tumbuhan Semanggi

(Marsilea crenata P.) diharapkan masyarakat mengetahui manfaat dari


tumbuhan Semanggi (Marsilea crenata P.) dan seiring berkembangnya

IPTEK diharapkan semakin banyak manfaat dari tumbuhan Semanggi

(Marsilea crenata P.) yang didapatkan sehingga penggunaannya

semakin meluas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Tumbuhan

2.2.1 Sistematika Tumbuhan

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Pteridopsida

Ordo : Salviniales

Famili : Marsileaceae

Genus : Marsilea

Spesies : Marsilea crenata P

2.1.2 Nama Daerah Tumbuhan

Adapun nama daerah dari tanaman Semanggi yaitu Daun

asam kecil; Calincing; Mala-mala; Cembicenan.

2.1.3 Morfologi Tumbuhan

Semanggi air merupakan tumbuhan air yang banyak

terdapat di lingkungan air tawar seperti, sawah, kolam, danau,

dan sungai. Semanggi air sering dianggap sebagai gulma pada

tanaman padi namun memiliki nilai kegunaan yang beraneka


ragam. Tumbuhan ini biasanya tumbuh dengan jenis-jenis

tumbuhan air lainnya seperti eceng kecil, genjer, rumput air, serta

teki alit. Semanggi air memiliki beberapa nama lain seperti jukut

calingcingan (Sunda), tapak itek (Malaysia), upat-upat (Filipina),

chutul phnom (Kamboja), pak vaen(Laos), phak waen (Thailand),

dan water clover fern (Inggris) (Afriastini, 2003).

Di Indonesia khususnya pulau Jawa, Filipina, dan Thailand

daun semanggi air yang masih muda digunakan sebagai sayuran

untuk makanan. Di Thailand tanaman ini dimakan segar dengan

sambal lokal. Di Filipina daun semanggi air digunakan sebagai

bahan obat, sedangkan di India daun semanggi air digunakan

untuk mengobati kusta, demam, dan keracunan pada darah. Di

Australia tanaman ini banyak digunakan sebagai tepung dan

dimakan. Di New Zealand semanggi air digunakan sebagai

tanaman hias pada akuarium (Champion dan Clayton, 2001).

Tumbuhan semanggi tumbuh merambat di lingkungan

perairan dengan tangkai mencapai 20 cm dan bagian yang

muncul ke permukaan air setinggi 3-4 cm. Daun semanggi

memiliki 4 helai anak daun dengan ukuran rata-rata panjang 2,5

cm dan lebar 2,3 cm. Daun tersebut tipis dan lembut berwarna

hijau gelap. Akar pada tanaman semanggi tertanam dalam

substrat di dasar perairan. Sporocarps yang merupakan struktur


reproduksi berbentuk panjang dan bulat pada bagian ujung,

terdapat sebanyak 1 sampai 6 buah dengan ukuran 3-4 mm, dan

panjang tangkai sporocarps 5 mm (Holttum 1930). Tangkai pada

sporocarps tidak bercabang, di ujung yang berbentuk melingkar

terdapat seperti gigi kecil dan ditutupi dengan rambut caducous

berhimpitan dan tegak lurus dengan tangkai (Afriastini, 2003).

2.1.4 Anatomi Tumbuhan

Daun tersusun atas jaringan epidermis, palisade, bunga

karang, parenkim, dan jaringan pengangkut. Jaringan epidermis

pada daun bentuknya tidak beraturan dan terdiri dari satu lapis

sel terletak di bagian terluar. Jaringan epidermis terdapat di

kedua sisi. Stomata hanya ditemukan pada epidermis atas.

Jaringan pengangkut tersusun atas floem yang terletak di luar

xilem dan mengelilingi kedua sisinya (Stefanus, 2009).

Bagian tangkai terdiri dari jaringan epidermis, korteks,

endodermis, dan jaringan pengangkut. Jaringan epidermis

tersusun lebih rapih dibandingkan pada daun. Ruang interseluler

banyak terdapat pada tangkai. Rongga-rongga ini membut

tangkai dapat mengapung di permukaan. Jaringan pengangkut

tersusun atas floem yang mengelilingi xilem di tengah. Batang

terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan jaringan


pengangkut. Jaringan parenkim yang menyusun korteks pada

batang banyak terdapat pati (Stefanus, 2009).

Akar terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis,

dan jaringan pengangkut. Bentuk jaringan epidermis pada akar

tidak beraturan, yang dapat disebabkan bentuk akar yang

serabut. Jaringan pengangkut tersusun atas floem yang

mengelilingi xilem, dengan ukuran xilem yang lebih besar.

Komposisi kimia dari daun (Stefanus, 2009).

2.1.4 Kandungan Kimia Tumbuhan

Daun dan batang Semanggi (Marsilea crenata P.)

mengandung saponin dan polifenol (Herlina, 2011).

2.1.4 Kegunaan Tumbuhan

Khasiat Daun dan batang Semanggi (Marsilea crenata P.)

berkhasiat untuk peluruh air seni (Herlina, 2011).

2.1.7 Bioaktifitas Tumbuhan

Tumbuhan yang termasuk ke dalam paku-pakuan ini

banyak ditemukan pada pematang sawah, kolam, danau, rawa,

dan sungai. Semanggi air tumbuh dengan daun menjulur di

permukaan air, sedangkan akarnya menancap di tanah dalam air.

Tanaman ini banyak ditemukan pada sawah-sawah sebagai

gulma tanaman padi (Stefanus, 2009).


Semanggi air merupakan salah satu tumbuhan air yang

telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan

pangan. Semanggi air, selain sebagai sumber gizi bahan pangan

juga diduga memiliki kandungan metabolit sekunder yang

berguna bagi kesehatan (Stefanus, 2009).

2.2 Tinjauan Tentang Pemeriksaan Farmakognostik

2.2.1 Pengertian dan Sejarah Farmakognosi

Istilah Farmakognosi pertama kali dicetuskan oleh C.A.

Seydler (1815), seorang peneliti kedokteran di Haalle Jerman,

dalam disertasinya berjudul Anelecta Pharmacognostica.

Farmakognosi berasal dari bahasa Yunani, pharmacon yang

artinya "obat" (ditulis dalam tanda petik karena obat disini

maksudnya adalah obat alam, bukan obat sitetis) dan gnosis

yang artinya pengetahuan. Jadi farmakognosi adalah

pengretahuan tentang obat-obat alamiah (Sri mulyani dkk, 2004).

Farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan

pengobatan dari alam yang meliputi tanaman, hewan,

mikroorganisme dan mineral. Keberadaan farmakognosi dimulai

sejak manusia pertama kali mulai mengenal penyakit, seperti

menjaga kesehatan, menyembuhkan penyakit, meringankan

penderitaan, menanggulangi gejala penyakit dan rasa sakit, serta


semua yang berhubungan dengan minuman dan makanan

kesehatan (Gunawan, 2004).

Namun mereka tidak sadar bahwa yang diketahui itu

adalah bidang dari farmakognosi. Merekapun ytidak mengetahui

kalau bahan-bahan yang berbahaya seperti minyak jarak, biji

saga (sogok telik) dan tempe bongkrek (avlatoksin) merupakan

bagian dari pembicaraan farmakognosi. (Sri mulyani dkk, 2004).

Pada awalnya masyarakat awam tidak mengenal istilah

"farmakognosi". Oleh karenanya, mereka tidak bisa menaikkan

farmakognosi dengan bidang-bidang yang berhubungan dengan

kesehatan. Padahal, farmakognosi sebenarnya menjadi mata

pelajaran yang sangat spesifik dibidang kesehatan dan farmasi.

Masyarakat telah mengetahui khasiat dari opium (candu), kina,

kelembak, penisilin, digitalis, insulin, tiroid, vaksin polio, ddan

sebagainya. (Sri mulyani, dkk. 2004).

2.2.2 Ruang lingkup Pemeriksaan Farmakognostik

2.2.2.1 Identifikasi dan Determinasi Tumbuhan

Dalam melakukan suatu determinasi tanaman itu

membutuhkan alat-alat khusus dalam mengolah tanaman

Semanggi tersebut di samping itu bahan-bahan

tumbuhan tidak lupa pula untuk turut disertakan dalam

penentuan determinasi ini yang meliputi beberapa


eksemplar yang kalau dikumpulkan memberi gambaran

yang lebih lengkap.

Menentukan kunci determinasi tanaman dilakukan

berdasarkan bentuk morfologi tanaman melalui uraian

tanaman atau ciri-ciri umum tanaman secara lengkap

serta tak lupa pula dari segi pengelompokkan atau

klasifikasi tanaman yang mempermudah dalam

menentukan kunci determinasi tanaman tersebut.

Dalam praktikum ini pula bertujuan untuk

membuat herbarium baik itu herbarium basah maupun

herbarium kering. Adapun pengertian dari herbarium

adalah penyimpanan dan pengawetan tumbuhan. Untuk

herbarium kering perlakuannya disimpan dalam keadaan

kering sedangkan herbarium basah disimpan dalam

keadaan basah dengan cairan tertentu.

Pembuatan herbarium tanaman dilakukan dengan

mengumpulkan seluruh bagian tanaman yang utuh (akar,

batang, daun), termasuk bagian-bagian khusus tanaman

seperti bunga, buah dan biji, bila tidak dikumpulkan

secara lengkap akan susah untuk mengidentifikasinya

serta jangan sekali-kali mengambil tanaman pada waktu

yang berbeda kemudian dikumpulkan menjadi satu, itu


akan membuat herbarium memberikan hasil yang tidak

baik (Vansteenis, 1972).

Herbarium kering adalah tumbuhan yang diambil

akarnya dan dibersihkan dengan air, setelah kering kita

masukkan kedalam lipatan kotan kemudian tumbuhan

diatur sedemikian rupa, jangan sampai ada yang rusak

pada baian tumbuhan, daun diatur agar terlihat

permukaan daun atas dan bawah kemudian dipress

herbarium diatas kertas Koran dengan kemudian

dikeringkan pada sinar matahari atau dipanaskan dalam

oven listrik pada suhu 60-70 o C sampai materi kering

dan siap untuk ditempel pada karton herbarium.

Herbarium basah umumnya jenis Bryophyta dan

larutan yang Anatomi tanaman digunakan adalah alcohol

70%m, formalin 4% atau FAA (Formalin, Alkohol 70%

dan Asetat perbandingan 50 : 500 : 900 ml).

(Vanstennis, 1972)

2.2.2.2 Morfologi Tumbuhan

Morfologi tumbuhan mempelajari tentang susunan

tubuh tumbuh-tumbuhan yang telah mengalami

perkembangan yang pesat, sehingga dipisahkan menjadi

morfologi luar atau morfologi saja (morphology in sensu


stricto = dalam arti sempit) dan morfologi dalam atau

anatomi tumbuhan. Pemeriksaan ciri morfologi dilakukan

secara kasat mata atau menggunakan kaca pembesar

(loupe), dengan mengamati bentuk daun, batang, akar,

rimpang, susunan bunga dan sebagainya (Tjirisoepomo,

2001).

2.2.2.3 Anatomi Tumbuhan

Pemeriksaan ciri anatomi menggunakan

mikroskop, dilakukan terhadap irisan melintang atau

membujur dari jaringan tumbuhan atau pemeriksaan

serbuk/bagian tumbuhan yang telah dikeringkan. Cara

pemeriksaan ini dilakukan untuk mengamati bentuk sel

dan jaringan (jaringan meristem, epidermis gabus,

parenkim, klorenkim, sklerenkim, phloem dan xylem), sel

batu, trikomata, kristal kalsium oksalat, dan sebagainya.

Tumbuhan pada umumnya mempunyai ciri morfologi dan

anatomi yang spesifik dan dapat digunakan sebagai

penciri bagi tumbuhan tersebut (Tjirisoepomo, 1979).

2.2.2.4 Identifikasi Kandungan Kimia Tumbuhan (Asni, 2009)

a. Uji dengan reaksi warna dilakukan terhadap hasil

penyaringan zat berkhasiat baik sebagai hasil

mikrosublimasi atau langsung terhadap irisan serbuk


simplisia (uji histokimia) dan ekstrak, meliputi uji

lignin, seberin, kutin, minyak lemak, minyk atsiri,

getah dan resin, pati dan aleuron, lender dan pectin,

selulosa, zat zamak atau tannin dan katekol,

dioksiantrakinon bebas, fenol,saponin, flvanoid,

karbohidrat, glikosida, glikosida antrakinon dan

steroid contohnya : asam sinamat dipasahkan dalam

bentuk Kristal dari tolu balsam setelah didihkan

dengan air kapur + HCl + kalium permanganate

terbentuk benzaldehid.

b. Uji reaksi pengendapan dilakukan dengan melihat

warna endapan yang terjadi contohnya uji alkaloid

c. Mikrosubmasi untuk konstituen mudah menyublin

dalam bentuk Kristal di lakukan uji KLT dan reaksi

warna

2.2.2.5 Pemeriksaan Mutu dan Standarisasi

Pemeriksaan mutu simplisia terdiri atas pemeriksaan

(MMI Edisi V, 1995):

1. Organoleptik, yaitu pemeriksan warna, bau, dan rasa

bahan/simplisia.
2. Makroskopik, yaitu memuat uraian makroskopik

mengenai bentuk ukuran, warna, dan bidang

patahan/irisan.

3. Mikroskopik yaitu membuat paparan

anatomis, penampang melintang simplisia, fragmen

pengenal serbuk simplisia, meliputi uraian mengenai:

a) Jaringan pada batang, akar, dan daun, terdiri dari:

1) Jaringan primer (epidermis, corteks, endodermis,

caspari, perisikel, silinder pusat dan empelur).

2) Jaringan sekunder (periderm, felogen, dan

ritidom).

3) Perubahan susunan silinder pusat

b) Jaringan pada daun, terdiri dari:

1) Tipe stomata

2) Jenis rambut (rambut penutup, dan rambut

kelenjar).

c) Jaringan pada daun, batang, dan akar terdiri dari:

1) Tipe idioblas

2) Tipe sel sklerenkim


2.3 Tinjauan Tentang Simplisia

2.3.1 Pengertian Simplisia (Ditjen POM, 1979)

Pengertian simplisia menurut Farmakope Indonesia Edisi

III, adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapaun juga kecuali dinyatakan lain

berupa bahan yang telah dikeringkan.

2.3.2 Penggolongan Simplisia

Simplisia terbagi 3 golongan yaitu :

1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,

bagian tanaman dan eksudat tanaman. Eskudat tanaman

ialah isi yang spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang

dikeluarkan dari selnya, dengan cara tertentu atau zat yang

dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu yang masih

belum berupa zat kimia murni.

2. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian

hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan

belum berupa zat kimia murni.

3. Simplisia mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelican

(mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara

sederhana dan belum berupa zat kimia murni.


Selain ketiga jenis simplisia diatas juga terdapat hal lain,

yaitu benda organic asing yang disingkat benda asing, adalah

satu atau keseluruhan dari apa-apa yang disebut dibawah ini :

1. Fragmen, merupakan bagian tanaman asal simplisia selain

bagian tanaman yang disebut dalam paparan makroskopik,

atau bagian sedemikian nilai batasnya disebut monografi.

2. Hewan hewan asing, merupakan zat yang dikeluarkan oleh

hewan, kotoran hewan, batu tanah atau pengotor lainnya.

Kecuali yang dinyatakan lain, yang dimaksudkan dengan

benda asing pada simplisia nabati adalah benda asing yang

berasal dari tanaman. Simplisia nabati harus bebas serangga,

fragme hewan, atau kotoran hewan tidak boleh menyimpang bau

dan warnanya, tidak boleh mengandung lendir, atau cendawan,

atau menunjukkan adanya zat pengotor lainnya; pada

perhitunganpenetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam,

kadar abu yang larut dalam air, sari yang larut dalam air, atau sari

yang larut dalam etanol didasarkan pada simplisia yang belum

ditetapkan susut pengeringannya.

Sedangkan susut pengering sendiri adalah banyaknya

bagian zat yang mudah menguap termasuk air, tetapkan dengan

cara pengeringan, kecuali dinyatakan lain, dilakukan pada suhu

105o hingga bobot tetap.


Agar simplisia yang kita butuhkan bermutu baik, maka

dilakukan pemeriksaan mutu simplisia yang bertujuan agar

diperpoleh simplisia yang memenuhi persyaratan umum yang

ditetaokan oleh Depkes RI dalam buku resmi seperti materi

medika Indonesia, Farmakope Indonesia, dan ekstra Farmakope

Indonesia. Pemeriksaan mutu simplisia, terdiri dari pemeriksaan.

2.3.3 Cara Pembuatan Simplisia (Ditjen POM, 1985)

Pembuatan simplisia merupakan proses memperoleh

simplisia dari alam yang baik dan memenuhi syarat-syarat mutu

yang dikehendaki .

1. Teknik pengumpulan

Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan

tangan atau menggunakan alat (mesin). Apabila pengambilan

dilakukan secara langsung (pemetikan) maka harus

memperhatikan keterampilan si pemetik, agar diperoleh

tanaman/bagian tanaman yang dikehendaki, misalnya

dikehendaki daun yang muda, maka daun yang tua jangan

dipetik dan jangan merusak bagian tanaman lainnya. misalnya

jangan menggunakan alat yang terbuat dari logam untuk

simplisia yang mengandung senyawa fenol dan glikosa.


1. Waktu pengumpulan atau panen

Kadar kandungan zat aktif suatu simplisia ditentukan oleh

waktu panen, umur tanaman, bagian tanaman yang

diambil dan lingkungan tempat tumbuhnya,

Pada umumnya waktu pengumpulan sebagai berikut :

a. Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan

sebelum buah menjadi masak, contohnya, daun

Athropa belladonna mencapai kadar alkaloid tertinggi

pada pucuk tanaman saat mulai berbunga. Tanaman

yang berfotosintesis diambil daunnya saat reaksi

fotosintesis sempurna yaitu pukul 09.00-12.00.

b. Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah

mekar.

c. Buah dipetik dalam keadaan tua, kecuali buah

mengkudu dipetik sebelum buah masak.

d. Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna.

e. Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber) dan umbi lapis

(bulbus), dikumpulkan sewaktu proses

pertumbuhannya berhenti.
2. Bagian Tanaman

a. Klika batang/klika/korteks

Klika diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas

dengan ukuran panjang dan lebar tertentu, sebaliknya

dengan cara berselang-seling dan sebelum jaringan

kambiumnya, untuk klika yang mengandung minyak

atsiri atau senyawa fenol gunakan alat pengelupas

yang bukan terbuat dari logam.

b. Batang (caulis)

Batang diambil dari cabang utama sampai leher akar,

dipotong-potong dengan panjang dan diameter

tertentu.

b. Kayu (Lignum)

Kayu diambil dari batang atau cabang, kelupas kuliltnya

dan potong-potong kecil.

c. Daun (Folium)

Daun tua atau muda (daun kelima dari pucuk) dipetik

satu persatu secara manual.


d. Bunga (Flos)

Tergantung yang dimaksud, dapat berupa kuncup atau

bunga mekar atau mahkota bunga atau daun bunga,

dapat dipetik langsung dengan tangan.

e. Akar (Radix)

Bagian yang digunakan adalah bagian yang berada di

bawah permukaan tanah, dipotong-potong dengan

ukuran tertentu.

f. Rimpang (Rhizoma)

Tanaman dicabut, rimpang diambil dan dibersihkan dari

akar, dipotong melintang dengan ketebalan tertentu.

g. Buah (Fructus)

Dapat berupa buah yang masak, matang atau buah

muda, dipetik dengan tangan

h. Biji (Semen)

Buah yang dikupas kulit buahnya menggunakan tangan

atau alat, biji dikumpulkan dan dicuci.

i. Bulbus

Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun dan

akar dengan memotongnya.


2. Pencucian dan Sortasi Basah

Pencucian dan sortasi basah dimaksudkan untuk

membersihkan simplisia dari benda-benda asing dari luar

(tanah, batu dan sebagainya), dan memisahkan bagian

tanaman yang tidak dikehendaki. Pencucian dilakukan

bagi simplisia utamanya bagian tanaman yang berada di

bawah tanah (akar, rimpang,), untuk membersihkan

simplisia dari sisa-sisa tanah yang melekat.

3. Pengeringan

Tujuan pengeringan pada tanaman atau bagian

tanaman adalah :

a. Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak

dan dapat digunakan dalam jangka relative lama.

b. Mengurangi kadar air, sehingga mencegah terjadinya

pembusukan oleh jamur atau bakteri karena

terhentinya proses enzimatik dalam jaringan tumbuhan

yang selnya telah mati. Agar reaksi enzimatik tidak

dapat berlangsung, kadar air yang dainjurkan adalah

kurang dari 10 %.

c. Mudah dalam penyimpanan dan mudah dihaluskan bila

ingin dibuat serbuk.


a. Pengeringan alamiah

Tergantung dari kandungan zat aktif simplisia,

pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu :

1. Sinar matahari langsung, terutama pada bagian

tanaman yang keras (kayu, kulit biji, biji dan

sebagainya) dan mengandung zat aktif yang

relative stabil oleh panas)

2. Diangin-anginkan dan tidak terkena sinar

matahari secara langsung, umumnya untuk

simplisia bertekstur lunak (bunga, daun dan lain-

lain) dan zat aktif yang dikandungnya tidak stabil

oleh panas (minyak atsiri).

b. Pengeringan buatan

Cara pengeringan dengan, menggunakan alat

yang dapat diatur suhu, kelembaban, tekanan atau

sirkulasi udaranya.

2.3.4 Pemeriksaan Mutu Simplisia

Pemeriksaan mutu simplisia terdiri atas (Amin, 2009) :

1. Identifikasi meliputi pemeriksaan

a. Organoleptik, yaitu pemeriksaan warna, bau dan rasa dari

bahan simplisia. Dalam buku resmi dinyatakan pemerian


yaitu memuat paparan mengenai bentuk dan rasa yang

dimaksudkan untuk dijadikan petunjuk mengenal simplisia

nabati sebagai syarat baku.

b. Mikroskopik, yaitu membuat uraian mikroskopik paparan

mengenai bentuk ukuran, warna dan bidang patahan atau

irisan.

c. Mikroskopoik yaitu membuat paparan anatomi penempang

melintang simplisia fragmen pengenal serbuk simplisia.

d. Tetapan fisika, melipti pemeriksaan indeks bias, bobot

jenis, titik lebur, rotasi optic, mikrosublimasi, dan

rekristalisasi.

e. Kimiawai, meliputi reaksi warna, pengendapan,

penggaraman, logam, dan kompleks.

f. Biologi, meliputi pemeriksaan mikrobiologi seperti

penetapan angka kuman, pencemaran, dan percobaan

terhadap hewan.

2. Analisis bahan meliputi penetapan jenis konstituen (Zat

kandungan), kadar konstituen (Kadar abu, kadar sari, kadar

air, kadar logam), dan standarisasi simplisia.

Kemurnian, meliputi kromatografi: kinerja tinggi, lapis tipis,

kolom, kertas, dan gas untuk menentukan senyawa atau


kompone kimia tunggal dalam simplisia hasil metabolit primer dan

sekunder tanaman.

2.4 Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia Secara Kemotaksonomi

2.4.1 Penggolongan Tumbuhan Berdasarkan Kemotaksonomi

Pengolongan tumbuhan Semanggi ini merupakan suku

atau family marsileaceae atau tumbuhan yang berpembuluh.

Tumbuhan marga ini khas, karena bentuk entalnya yang

menyerupai payung yang tersusun dari empat anak daun yang

berhadapan.

2.4.2 Kegunaan Umum Tumbuhan Berdasarkan Kemotaksonomi

Kegunaan Umum dari tanaman Semanggi ini adalah untuk

peluruh air seni. Untuk peluruh air seni dipakai ± 25 gram daun

dan batang segar Marsilea crenata, dicuci dan direbus dengan 3

gelas air sampai aimya tinggal setengah, dinginkan dan disaring.

Hasil saringan diminum dua kali sehari sama banyak pagi dan

sore.

2.4.3 Cara mengidentifikasi Kandungan Kimia Simplisia

a. Reaksi warna

1. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat

P, terjadi warna coklat kehijauan.

2. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat

10 N, terjadi warna hijau tua.


3. Pada 2 mg serbuk dau tambahkan 5 tetes larutan

natrium hidroksida P 5% b/v dalam etanol, terjadi warna

hijau.

4. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetesamonia (25%)

P, terjadi warna coklat kehijauan.

5. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan besi

(III) klorida P 5% b/v, terjadi warna hijau kecoklatan.

b. Reaksi pengendapan

Alkaloid Merupakan senyawa organic yang

mengandung unsure nitrogen dan bersifat basa. Senyawa

ini dijumpai pada golongan tanaman leguminosae,

rubiaceae, ladoceae,dan liliaceae. Untuk menentukan

adanya alkaloid maka ditimbang 500 mg serbuk simplisia,

tambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air, panaskan di

atas penangas air selama 2 menit, dinginkan dan saring,

pindahkan masing-masing 3 tetes filtrate pada dua kaca

arloji:

1. Tambahkan 2 tetes mayer LP pada kaca arloji pertama,

terbentuk endapan menggumpal berwarna putih

2. Tambahkan 2 tetes bouchardat LP pada kaca arloji

kedua, terbentuk endapan berwarna coklat sampai

hitam
c. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis adalah salah satu teknik

pemisahan komponen kimia dengan prinsip adsorpsi dan

partisi menggunakan lempeng berukuran 3 x 7 cm, yang

dilapisi oleh silica gel sebagai fase adsorben atau disebut

fase diam dan eluen berupa campuran beberapa pelarut

atau fase gerak yang dapat memisahkan senyawa kimia

yang dapat memisahkan senyawa kimia dengan baik.


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESIS, DAN SKEMA KERJA

1.1 Kerangka Konseptual

Obat tradisional Semanggi aktivitas farmakologi


Indonesia mengobati luka

Pemeriksaan
Farmakognosi Bioaktivitas Praklinik

Kandungan Kimia
dan Identifikasi
Kemotaksonomi

Pengembangan
Obat tradisional
dan Fitofarmako

Gambar. 3.1 Skema kerangka konseptual Semanggi

3.2 Hipotesis

Berdasarkan hasil pemeriksaan farmakognostik daun dan

batang Semanggi (Marsilea crenata) diduga mengandung saponin dan

polifenol.
3.3 Skema Kerja

Panen /
pengumpulan
Herbarium Bahan
basah segar

Anatomi Pembuatan simplisia Morfologi


a. Sortasi basah Organoleptik
b. Pencucian
c. Perajangan
d. Pengeringan
e. Pewadahan

Simplisia

Makroskopik Identifikasi kandungan kimia


Organoleptik
Mikroskopik a. Pati
b. Minyak atsiri
c. Resin
d. Alkaloida
e. Glikosida
f. Flavanoid
g. Alkaloid

Hasil

Pembahasan

Kesimpulan
BAB IV

MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

4.1 Bahan, Alat dan Instrumen Praktikum

4.1.1 Bahan Tanaman (Marsilea crenata)

a. Marsilea folium

b. Marsilea caulis

4.1.2 Bahan Kimia

a. Aquadest

b. FeCl3

c. HCl

d. Iod

e. KOH

4.1.3 Alat

1. Cutter

2. Deg gelas

3. Jarum preparat

4. Korek api

5. Mikroskop

6. Objek gelas

7. Penjepit

8. Pipet tetes
9. Silet

10. Toples

4.2 Lokasi Praktikum

Desa Lemoe Kecamatan Bacukiki Kabupaten Parepare Provinsi

Sulawesi Selatan.

4.3 Prosedur Praktikum

4.3.1 Pemeriksaan Farmakognostik

4.3.1.1 Identifikasi dan Determinasi Tanaman

Menentukan kunci determinasi tanaman dilakukan

berdasarkan bentuk morfologi melalui pendekatan

hubungan kekerabatan tanaman (suku dan genus) kunci

determinasi tanaman sebagai mana yang dicantumkan

dalam buku resmi.

4.3.1.1.1 Morfologi Tanaman

Mengamati dan menggambar bentuk

morfologi dari tanaman, yaitu berupa bentuk

batang, daun, akar.

4.3.1.1.2 Anatomi Tanaman

Pemeriksaan anatomi di Laboratorium,

yaitu anatomi akar, batang, dan daun serta

mencari bentuk stomata dengan membuat


preparat setipis mungkin di atas objek gelas yang

ditutupi deg gelas dengan ditetesi air atau

kloralhidrat, dan diamati serta digambar

anatominya dibawah mikroskop.

4.3.1.2 Pemeriksaan Simplisia

4.3.1.2.1 Pengambilan simplisia

Pengumpulan simplisia dilakukan dengan

menggunakan tangan karena tumbuhan daun

wungu sangat mudah untuk dipetik dan

pengambilannya juga harus saat daunnya tidak

terlalu mudah atau terlalu tua. Dipetik sampel

yang berada di darat tepatnya di daerah

Bulukunyi Kecamatan Pol-sel Kabupaten Takalar

dengan mengambil secara utuh dari akar, batang,

dan daun.Kemudian diawetkan dan dimasukkan

kedalam toples untuk dilakukan uji praktikum

laboratorium untuk diamati morfologi dan

anatominya pada mikroskop.

4.3.1.2.2 Pembuatan Simplisia

Simplisia yang telah dikumpulkan kemudian

dicuci untuk membersihkan simplisia dari kotoran

atau debu dan memisahkan tanaman itu sendiri


yang tidak dikehendaki saat pencucian. Setelah

dicuci dan dibersihkan dari debu dan kotoran,

sampel dipotong kecil-kecil kemudian dikeringkan.

Pengeringan yang digunakan pada

percobaan ini ialah pengeringan alamiah yakni

dengan bantuan sinar matahari atau diangin-

anginkan. Untuk bagian tanaman yang keras,

seperti batang dan akar pengeringan dilakukan di

bawah sinar matahari. Untuk bagian tanaman

yang lunak seperti daun cukup diangin-anginkan.

4.3.1.2.3 Pemeriksaan Mutu Simplisia

a. Organoleptis yaitu pemeriksaan warna, bau, dan rasa

dari bahan / simplisia. Dari simplisia yang telah dibuat,

diamati warnanya, baunya apakah menyengat. Biasanya

jika menyengat berarti mengandung minyak atsiri.

Kemudian diamati rasanya, apakah sepat, manis, dan

lain sebagainya.

b. Makroskopik yaitu memuat paparan mengenai bentuk

dari simplisia, ukuran, warna serta bidang patahannya.

Misalnya untuk simplisia yang memiliki ukuran serbuk

yang relatif besar dengan warna yang berbeda-beda


c. Mikroskopik yakni memuat paparan anatomis mengenai

fragmen pengenal serbuk simplisia. Pemeriksaan

Fragmen serbuk menggunakan mikroskop dan pada

serbuk simplisia ditambahkan kloralhidrat di atas obyek

gelas, kemudian ditutup dengan deg gelas.

4.3.2 Identifikasi Kandungan Kimia Semanggi (Marsilea crenata)

4.3.2.1 Pati dan Aleuron

a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi

b. Ditambahkan dengan larutan Iod 0,1 N sebanyak 1-3

tetes apabila berwarna biru mengandung pati dan kalau

berwarna kuning coklat mengandung aleuron.

4.3.2.2 Tanin

a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi

b. Ditambahkan dengan larutan (FeCl3) sebanyak 1-3 tetes

apabila berwarna hijau mengandung tannin.

4.3.2.4 Dioksiantrakinon

a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi

b. Ditambahkan dengan larutan (KOH 10% etanol)

sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna merah

mengandung dioksiantrakinon.

4.3.2.5 Flavonoid

a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi


b. Ditambahkan dengan larutan (FeCl3 + HCl) sebanyak 1-

3 tetes apabila berwarna kuning jingga mengandung

flavonoid.
BAB V

HASIL

5.1 Identifikasi dan Determinasi Tanaman

Kunci determinasi tanaman dilakukan untuk mengetahui kebenaran

identitas tanaman yang dipakai, menghindari kesalahan dan kekeliruan

dalam pengumpulan bahan sehingga tanaman yang diambil benar-benar

tanaman srigading. Determinasi dilakukan dengan berpedoman pada

buku “Flora untuk Sekolah di Indonesia “ karangan Van Stenis (1992).

Adapun kunci determinasi dari tanaman ini adalah 1a, 17b, 18a

Marsileaceae.

5.2 Morfologi Tanaman

Tumbuhan semanggi tumbuh merambat di lingkungan perairan

dengan tangkai mencapai 20 cm dan bagian yang muncul ke permukaan

air setinggi 3-4 cm. Daun semanggi memiliki 4 helai anak daun dengan

ukuran rata-rata panjang 2,5 cm dan lebar 2,3 cm. Daun tersebut tipis

dan lembut berwarna hijau gelap.

5.3 Anatomi Tanaman

Daun tersusun atas jaringan epidermis, palisade, bunga karang,

parenkim, dan jaringan pengangkut. Jaringan epidermis pada daun

bentuknya tidak beraturan dan terdiri dari satu lapis sel terletak di bagian

terluar. Jaringan epidermis terdapat di kedua sisi. Stomata hanya


ditemukan pada epidermis atas. Jaringan pengangkut tersusun atas

floem yang terletak di luar xilem dan mengelilingi kedua sisinya. Batang

terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan jaringan

pengangkut. Jaringan parenkim yang menyusun korteks pada batang

banyak terdapat pati.

5.4 Pemeriksaan Mutu Simplisia

PemeriksaanMutu dari gandarussa bertujuan untuk diperoleh

simplisia agar memenuhi persyaratan umum yang ditetapkan oleh

dapertemen kesehtan RI dalam buku resmi seperti MMI, farmakope

Indonesia dan ekstrak FI, sedikit asam, dan netral.

5.5 Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia

NO PENGUJIAN PEREAKSI HASIL KET

Sebelum Sesudah

1. Tanin FeCl3 1 N Coklat Hijau +

2. Pati Iodine 0,1 N Coklat Biru _

3. Dioksiantrakinin KOH Coklat Coklat _

Kuning
4. Flavonoid FeCl3 + HCl Coklat +
Jingga
BAB VI

PEMBAHASAN

Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup dimana tumbuhan ini

mempunyai jenis dan kegunaan masing-masing walaupun ada tumbuhan

yang merugikan. Tumbuhan mempunyai arti penting bagi manusia, selain

mencegah terjadinya erosi tumbuhan juga berfungsi sebagai bahan pangan

bagi manusia dan tumbuhan

Pada waktu panen atau pengambilan handeuleum peralatan dan

tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam

keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi

terbawanya bahan atau tanah yang tidak diperlukan. Pasca panen

merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman budidaya atau

hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain untuk membuat

bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta

mudah disimpan untuk diproses selanjutnya. Untuk memulai proses pasca

panen perlu diperhatikan cara dan tenggang waktu pengumpulan bahan

tanaman yang ideal setelah dilakukan proses panen tanaman tersebut.

Selama proses pasca panen sangat penting diperhatikan kebersihan dari

alat-alat dan bahan yang digunakan, juga bagi pelaksananya perlu

memperhatikan perlengkapan seperti masker dan sarung tangan.


Tujuan dari pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman

obat yang bermutu, efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual yang

tinggi. Secara umum faktor-faktor dalam penanganan pasca panen yang

perlu diperhatikan adalah sebagai berikut Penyortiran (segar), Pencucian

biasanya dilakukan dengan Perendaman bertingkat dan Penyemprotan serta

Penyikatan (manual maupun oto-matis), Perajangan, Pengeringan,

Penyortiran (kering), Pengemasan, terakhir Penyimpanan.

Pada percobaan ini dilakukan dengan pengujian Organoleptis yaitu

pemeriksaan warna, bau, dan rasa dari bahan / simplisia.Dari simplisia yang

telah dibuat, diamati warnanya, baunya apakah menyengat. Biasanya jika

menyengat berarti mengandung minyak atsiri. Kemudian diamati rasanya,

apakah sepat, manis dan lain sebagainya.

Selain organoleptis dilakukan juga makroskopik yaitu memuat paparan

mengenai bentuk dari simplisia, ukuran, warna serta bidang patahannya.

Misalnya untuk simplisia yang memiliki ukuran serbuk yang relatif besar

dengan warna yang berbeda-beda serta pengujian Mikroskopik yakni

memuat paparan anatomis, penampang melintang simplisia, fragmen

pengenal bentuk simplisia, meliputi uraian sebagai berikut: Jaringan primer

(epidermis, korteks, endodermis, caspari, perisikel, silinder pusat dan

empelur), Jaringan sekunder (periderm, felogen dan ritidom), Perubahan

susunan silinder pusat atau pertumbuhan sekunder. Adapaun Jaringan pada


daun terdiri dari tipe stomata, Jenis rambut (rambut penutup, dan rambut

kelenjar).

Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi. Identifikasi

kandungan kimia Pati dan aleuron, Dimasukkan serbuk sampel ke dalam

tabung reaksi. Ditambahkan dengan larutan Iod 0,1 N sebanyak 1-3 tetes

apabila berwarna biru mengandung pati dan kalau berwarna kuning coklat

mengandung aleuron. Tanin, dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung

reaksi. Ditambahkan dengan larutan (FeCl3) sebanyak 1-3 tetes apabila

berwarna hijau mengandung tanin. Dioksiantrakinon, dimasukkan serbuk

sampel ke dalam tabung reaksi ditambahkan dengan larutan (KOH 10%

etanol) sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna coklat mengandung

dioksiantrakinon. Fenol, dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi

ditambahkan dengan larutan (FeCl3 + HCl) sebanyak 1-3 tetes apabila

berwarna kuning jingga mengandung flavonoid.

Dari hasil pengamatan uji identifikasi kandungan kimia yang dilakukan

di lab adalah daun dan batang mengandung tannin dan flavanoid.


BAB VII

PENUTUP

VII.1 Kesimpulan

Hasil pemeriksaan farmakognostik dan identifikasi kandungan

kimia tanaman Semanggi (Marsilea crenata) telah diperoleh data dan

dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut :

1. Daun semanggi memiliki 4 helai anak daun dengan ukuran rata-rata

panjang 2,5 cm dan lebar 2,3 cm. Daun tersebut tipis dan lembut

berwarna hijau gelap.

2. Pada pemeriksaan anatomi didapatkan bahwa bentuk stomata dari

tumbuhan Semanggi (Marsilea crenata) adalah bidiasitik dan tipe

berkas pembuluhnya yaitu koletral (floem bertempat di sebelah luar

xilem).

3. Pada Identifikasi kandungan kimia, tumbuhan Semanggi (Marsilea

crenata) mengandung tanin dan flavonoid.

VII.2 Saran

Saran saya agar pengadaan PKL yaitu pengambilan sampel

didarat agar selalu mendapat pantauan dari asisten agar sampel yang

didapat tidak mengalami kesamaan serta diajarkan atau diberi

pengarahan dengan baik mengenai cara pengambilan, pencucian dan


penyimpanan sampel agar sampel yang didapat tidak berjamur dan

dapat disimpan dalam waktu yang lama.


DAFTAR PUSTAKA

Amin., A., dkk, 2012., Penuntun Praktikum Edisi Revisi Farmakognosi I.,
Universitas Muslim Indonesia., Makassar.

Depkes RI, 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid IV, Depertemen


Kesehatan Republik Indonesia., Jakarta.

Dodi ahamad fauzi.,2008., Manfaat Tanaman Obat., EDSA Mahkota.,


Jakarta.

Fauziah, Muhlisah.,2007., Tanaman Obat Keluarga., Swadaya., Jakarta.

Gunawan, Didik dkk.,2004., Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I., Penebar
Swadaya., Jakarta.

Hariana, Arief., 2006., Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2., Penebar
Swadaya., Jakarta.

Hidayat, Estiti., 1995., Anatomi Tumbuhan Berbiji., ITB Press., Bandung.

Steenis,Van dkk., 2006., Flora., Pradya Paramita., Jakarta.

Tjitrosoepomo, G., 2001., Morfologi Tumbuhan., Gadjah Mada University


Press., Yogyakarta.

Yayan., Sutriyan., 2009., Pengantar Anatomi Tumbuh – Tumbuhan., PT Bina


Aksara., Jakarta.
www.plantamor.com

Anda mungkin juga menyukai