SAP Kejang NEW
SAP Kejang NEW
PENYULUHAN KESEHATAN
PENANGAN KEJANG BERULANG PADA ANAK
UNTUK ORANG TUA DI RUANG ASOKA
RSUD DEPATI HAMZAH
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Stase Keperawatan Anak
0
SATUAN ACARA PENGAJARAN
B. METODE PELAKSANAAN
1. Ceramah
2. Diskusi / tanya jawab
1
3. Demonstrasi
C. MATERI
1. Terlampir
2. Leaflet
E. SETTING TEMPAT
MEDIA
Peserta =
2
F. SUSUNAN ACARA
No Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Audien Media Metode
1 Pendahuluan 1. Mengucapkan salam. 1. Menjawab salam. - Ceramah
(5 menit) 2. Menjelaskan cakupan materi. 2. Mendengarkan. - Ceramah
3. Menjelaskan TIU dan TIK 3. Mendengarkan. - Ceramah
4. Menanyakan pengetahuan tentang 4. Menjawab pertanyaan. - Ceramah
proses kejang
2 Penyajian 1. Membagikan leaflet dan menjelaskan 1. Mendengarkan Leaflet Ceramah
tentang
(20 e :
a. Pengertian
n kejang demam
b. Penyebab
i terjadinya kejang demam
c. Tanda
t dan gejala kejang demam
d. Komplikasi
) kejang demam
e. Pencegahan kejang demam
f. Cara menangani kejang bila
dirumah
2. Memberikan kesempatan kedua orang 2. Bertanya - Tanya jawab
tua untuk bertanya
3. Memberi kesempatan keluarga untuk 3. Demonstrasi Demonstrasi
3
mendemonstrasikan cara manajemen
kejang
3 Penutup 1. Evaluasi dengan mengajukan a. Menjawab - Tanya jawab
(20 menit) pertanyaan kepada kedua orang tua
2. Menyimpulkan seluruh materi yang b. Memperhatikan - Ceramah
telah disampaikan
3. Menyampaikan ucapan terimakasih c. Mendengarkan - Ceramah
kepada kedua orang tua
4. Menutup pertemuan dengan d. Menjawab salam - Ceramah
mengucapkan salam.
4
G. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Perlengkapan dan tempat siap.
b. Materi telah siap.
c. Ada presentasi leaflet
d. Kedua orang tua siap mengikuti penyuluhan
2. Evaluasi Proses
a. Membaca buku referensi tentang Risiko Kejang berulang
b. Memberi penyuluhan tentang manajemen kejang
c. Melakukan demonstrasi cara manajemen Kejang
d. Kedua orang tua mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
e. Kedua orang tua aktif dalam kegiatan pendidikan kesehatan
3. Evaluasi Hasil
a. Menjelaskan kembali apa yang dimaksud dengan kejang demam dengan
menggunakan bahasanya sendiri.
b. Menyebutkan penyebab terjadinya kejang demam
c. Menyebutkan tanda dan gejala kejang demam
d. Menyebutkan komplikasi kejang demam
e. Menjelaskan cara pencegahan kejang demam
f. Mendemonstrasikan cara manejemen kejang di rumah dengan tepat
DAFTAR PUSTAKA
Fuadi. (2010). Faktor resiko Bangkitan Kejang Demam Pada Anak. Semarang:
universitas diponegoro. 66-69.
Hidayat. A., Azis. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jilid ke 1. Jakarta
: Salemba Medika.
Maharani, Desiana. (2009). Buku Serba Pintar Perawatan Bayi dan Balita.
Yogyakarta: Araska
Marmi. (2011). Panduan Lengkap Sakit dan Luka Pada Anak. Yogyakarta.
Pusataka Pelajar.
Rekam Medis RSUD Banyumas. (2017). Jumlah Pasien Masuk dan Keluar RSUD
Banyumas.
Riyadi & Sukarmin. (2009). Asuhan Keprawatan Pada Anak. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
A. Definisi Kejang
Kejang demam adalah ganguan neurologis yang paling sering
ditemukan pada anak, hal ini terutama pada rentang usia 4 bulan sampai 4
tahun. Berbagai kesimpulan telah dibuat oleh para peneliti bahwa kejang
demam bisa berhubungan dengan usia, tingkatan suhu tubuh serta
kecepatan peningkatan suhu tubuh, termasuk faktor hereditas juga berperan
terhadap bangkitan kejang demam lebih banyak dibandingkan dengan anak
normal (Sodikin, 2012).
Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal diatas 38ºC). (Riyadi & Sukarmin, 2009).
Kejang demam adalah kejang pada anak antara usia 6 bulan sampai 5 tahun
yang disebabkan karena anak mengalami demam lebih dari 102ºF atau
39ºC. Tetapi kejang tidak harus terjadi ketika suhu lebih dari 39ºC karena
pada pada demam yang temperaturnya lebih rendah dari 39ºC pun juga
dapat terjadi kejang (Marmi, 2011).
Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kejang yang diakibatkan
karena gangguan syaraf otak pada anak – anak. Gangguan syaraf otak
tersebut terjadi karena disebabkan kenaikan suhu di atas normal
D. Komplikasi Kejang
Gangguan-gangguan yang dapat terjadi akibat dari kejang demam anak antara
lain :
1. Kejang Demam Berulang.
Kejang demam berulang adalah kejang demam yang timbul pada lebih dari
satu episode demam.
Beberapa hal yang merupakan faktor risiko berulangnya kejang demam
yaitu :
a. Usia anak < 15 bulan pada saat kejang demam pertama
b. Riwayat kejang demam dalam keluarga
c. Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam
d. Riwayat demam yang sering
e. Kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks.
Berdasarkan penelitian kohort prospektif yang dilakukan Bahtera, T.,
dkk (2009) di RSUP dr. Kariadi Semarang, dimana subjek penelitian
adalah penderita kejang demam pertama yang berusia 2 bulan - 6
tahun, kemudian selama 18 bulan diamati. Subjek penelitian
berjumlah 148 orang. Lima puluh enam (37,84%) anak mengalami
bangkitan kejang demam berulang.
2. Kerusakan Neuron Otak.
Kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai dengan
apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot
yang akhirnya menyebabkan hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
karena metabolisme anaerobik, hipotensi arterial, denyut jantung yang tak
teratur, serta suhu tubuh yang makin meningkat sejalan dengan
meningkatnya aktivitas otot sehingga meningkatkan metabolisme otak.
Proses di atas merupakan faktor penyebab terjadinya kerusakan neuron
otak selama berlangsung kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan
peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan
permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan
kerusakan neuron otak.
3. Retardasi Mental, terjadi akibat kerusakan otak yang parah dan tidak
mendapatkan pengobatan yang adekuat.
4. Epilepsi, terjadi karena kerusakan pada daerah medial lobus temporalis
setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama.
Ada 3 faktor risiko yang menyebabkan kejang demam menjadi epilepsi
dikemudian hari, yaitu :
a. Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung.
b. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang
demam pertama.
c. Kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks.
Menurut American National Collaborative Perinatal Project, 1,6%
dari semua anak yang menderita kejang demam akan berkembang
menjadi epilepsi, 10% dari semua anak yang menderita kejang demam
yang mempunyai dua atau tiga faktor risiko di atas akan berkembang
menjadi epilepsi.
5. Hemiparesis, yaitu kelumpuhan atau kelemahan otot-otot lengan, tungkai
serta wajah pada salah satu sisi tubuh. Biasanya terjadi pada penderita
yang mengalami kejang lama (kejang demam kompleks). Mula-mula
kelumpuhan bersifat flaksid, setelah 2 minggu timbul spasitas.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan Primer yaitu upaya awal pencegahan sebelum seseorang
anak mengalami kejang demam. Pencegahan ini ditujukan kepada kelompok
yang mempunyai faktor risiko. Dengan adanya pencegahan ini diharapkan
keluarga/orang terdekat dengan anak dapat mencegah terjadinya serangan
kejang demam.
Upaya pencegahan ini dilakukan ketika anak mengalami demam. Demam
merupakan faktor pencetus terjadinya kejang demam. Jika anak mengalami
demam segera kompres anak dengan air hangat dan berikan antipiretik
untuk menurunkan demamnya meskipun tidak ditemukan bukti bahwa
pemberian antipiretik dapat mengurangi risiko terjadinya kejang demam.
3. Pencegahan Sekunder
Yaitu upaya pencegahan yang dilakukan ketika anak sudah mengalami
kejang demam.
Adapun tata laksana dalam penanganan kejang demam pada anak
meliputi:
a. Pengobatan Fase Akut
Anak yang sedang mengalami kejang, prioritas utama adalah menjaga
agar jalan nafas tetap terbuka. Pakaian dilonggarkan, posisi anak
dimiringkan untuk mencegah aspirasi. Sebagian besar kasus kejang
berhenti sendiri, tetapi dapat juga berlangsung terus atau berulang.
Pengisapan lendir dan pemberian oksigen harus dilakukan teratur, bila
perlu dilakukan intubasi. Keadaan dan kebutuhan cairan, kalori dan
elektrolit harus diperhatikan.
Suhu tubuh dapat diturunkan dengan kompres air hangat dan
pemberian antipiretik. Pemberantasan kejang dilakukan dengan cara
memberikan obat antikejang kepada penderita. Obat yang diberikan
adalah diazepam. Dapat diberikan melalui intravena maupun rektal.
b. Mencari dan mengobati penyebab
Pada anak, demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan
akut, otitis media, bronkitis, infeksi saluran kemih, dan lain-lain. Untuk
mengobati penyakit infeksi tersebut diberikan antibiotik yang adekuat.
Kejang dengan suhu badan yang tinggi juga dapat terjadi karena faktor
lain, seperti meningitis atau ensefalitis.
Oleh sebab itu pemeriksaan cairan serebrospinal (lumbal pungsi)
diindikasikan pada anak penderita kejang demam berusia kurang dari 2
tahun. Pemeriksaan laboratorium lain dilakukan atas indikasi untuk
mencari penyebab, seperti pemeriksaan darah rutin, kadar gula darah dan
elektrolit. Pemeriksaan EEG dilakukan pada kejang demam kompleks
atau anak yang mempunyai risiko untuk mengalami epilepsi.
c. Pengobatan profilaksis terhadap kejang demam berulang
Pencegahan kejang demam berulang perlu dilakukan karena
menakutkan keluarga dan bila berlangsung terus dapat menyebabkan
kerusakan otak yang menetap.
Terdapat 2 cara profilaksis, yaitu:
1) Profilaksis intermitten pada waktu demam
Pengobatan profilaksis intermittent dengan antikonvulsan segera
diberikan pada saat penderita demam (suhu rektal lebih dari 38ºC).
Pilihan obat harus dapat cepat masuk dan bekerja ke otak. Obat yang
dapat diberikan berupa diazepam, klonazepam atau kloralhidrat
supositoria.
2) Profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan tiap hari
Indikasi pemberian profilaksis terus menerus adalah:
a) Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan atau
gangguan perkembangan neurologis.
b) Terdapat riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik pada
orang tua atau saudara kandung.
c) Kejang demam lebih lama dari 15 menit, fokal atau diikuti kelainan
neurologis sementara atau menetap.
d) Kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau
terjadi kejang multipel dalam satu episode demam.
Antikonvulsan profilaksis terus menerus diberikan selama 1-2
tahun setelah kejang terakhir, kemudian dihentikan secara bertahap
selama 1-2 bulan. Pemberian profilaksis terus menerus hanya
berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat, tetapi
tidak dapat mencegah timbulnya epilepsi di kemudian hari. Obat
yang dapat diberikan berupa fenobarbital dan asam valproat.
4. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier adalah mencegah terjadinya
kecacatan, kematian, serta usaha rehabilitasi. Penderita kejang demam
mempunyai risiko untuk mengalami kematian meskipun kemungkinannya
sangat kecil. Selain itu, jika penderita kejang demam kompleks tidak segera
mendapat penanganan yang tepat dan cepat akan berakibat pada kerusakan
sel saraf (neuron).
Oleh karena itu, anak yang menderita kejang demam perlu mendapat
penanganan yang adekuat dari petugas kesehatan guna mencegah timbulnya
kecacatan bahkan kematian.