Anda di halaman 1dari 16

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN)

PENYULUHAN KESEHATAN
PENANGAN KEJANG BERULANG PADA ANAK
UNTUK ORANG TUA DI RUANG ASOKA
RSUD DEPATI HAMZAH

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Stase Keperawatan Anak

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
2018/2019

0
SATUAN ACARA PENGAJARAN

Mata Ajar : Keperawatan Anak


Pokok Bahasan : Asuhan Keperawatan Kejang Demam
Sub Pokok Bahasan : Penanganan Kejang Berulang Pada Anak
Hari / Tgl : Sabtu, 5 Januari 2019
Waktu : 30 menit
Sasaran : Kedua Orang tua anak
Tempat : Di Ruang Asoka RSUD Depati Hamzah Pangkal
Pinang
Penyuluh : Mahasiswa Co-Ners STIKES Citra Delima
Bangka Belitung
==========================================================
A. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan pada kedua orang tua di Ruang Asoka RSUD
Depati Hamzah selama 1 x 30 menit diharapkan para kedua orang tua dapat
mengetahui tentang penanganan resiko kejang berulang pada anaknya di
rumah.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan tentang penanganan kejang berulang pada
kedua orang tua di Ruang Asoka RSUD Depati Hamzah selama 1 x 30
menit diharapkan Kedua orang tua dapat:
a. Menjelaskan kembali apa yang dimaksud dengan kejang.
b. Menyebutkan penyebab terjadinya kejang
c. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi respon terhadap kejang
d. Menjelaskan cara menangani kejang dirumah

B. METODE PELAKSANAAN
1. Ceramah
2. Diskusi / tanya jawab

1
3. Demonstrasi

C. MATERI
1. Terlampir
2. Leaflet

D. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Leaflet

E. SETTING TEMPAT
MEDIA

Ket : Penyuluh = Observer =

Peserta =

2
F. SUSUNAN ACARA
No Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Audien Media Metode
1 Pendahuluan 1. Mengucapkan salam. 1. Menjawab salam. - Ceramah
(5 menit) 2. Menjelaskan cakupan materi. 2. Mendengarkan. - Ceramah
3. Menjelaskan TIU dan TIK 3. Mendengarkan. - Ceramah
4. Menanyakan pengetahuan tentang 4. Menjawab pertanyaan. - Ceramah
proses kejang
2 Penyajian 1. Membagikan leaflet dan menjelaskan 1. Mendengarkan Leaflet Ceramah
tentang
(20 e :
a. Pengertian
n kejang demam
b. Penyebab
i terjadinya kejang demam
c. Tanda
t dan gejala kejang demam
d. Komplikasi
) kejang demam
e. Pencegahan kejang demam
f. Cara menangani kejang bila
dirumah
2. Memberikan kesempatan kedua orang 2. Bertanya - Tanya jawab
tua untuk bertanya
3. Memberi kesempatan keluarga untuk 3. Demonstrasi Demonstrasi

3
mendemonstrasikan cara manajemen
kejang
3 Penutup 1. Evaluasi dengan mengajukan a. Menjawab - Tanya jawab
(20 menit) pertanyaan kepada kedua orang tua
2. Menyimpulkan seluruh materi yang b. Memperhatikan - Ceramah
telah disampaikan
3. Menyampaikan ucapan terimakasih c. Mendengarkan - Ceramah
kepada kedua orang tua
4. Menutup pertemuan dengan d. Menjawab salam - Ceramah
mengucapkan salam.

4
G. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Perlengkapan dan tempat siap.
b. Materi telah siap.
c. Ada presentasi leaflet
d. Kedua orang tua siap mengikuti penyuluhan
2. Evaluasi Proses
a. Membaca buku referensi tentang Risiko Kejang berulang
b. Memberi penyuluhan tentang manajemen kejang
c. Melakukan demonstrasi cara manajemen Kejang
d. Kedua orang tua mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
e. Kedua orang tua aktif dalam kegiatan pendidikan kesehatan
3. Evaluasi Hasil
a. Menjelaskan kembali apa yang dimaksud dengan kejang demam dengan
menggunakan bahasanya sendiri.
b. Menyebutkan penyebab terjadinya kejang demam
c. Menyebutkan tanda dan gejala kejang demam
d. Menyebutkan komplikasi kejang demam
e. Menjelaskan cara pencegahan kejang demam
f. Mendemonstrasikan cara manejemen kejang di rumah dengan tepat
DAFTAR PUSTAKA

Fany. (2014). Hipertemi Pada Anak Dengan Kejang Demam. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar.

Fuadi. (2010). Faktor resiko Bangkitan Kejang Demam Pada Anak. Semarang:
universitas diponegoro. 66-69.

Hidayat. A., Azis. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jilid ke 1. Jakarta
: Salemba Medika.

Ismael, Sofyan et all. (2006).Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam.


Jakarta : Badan Penertbit IDAI.

Maharani, Desiana. (2009). Buku Serba Pintar Perawatan Bayi dan Balita.
Yogyakarta: Araska

Marmi. (2011). Panduan Lengkap Sakit dan Luka Pada Anak. Yogyakarta.
Pusataka Pelajar.

Kusuma & Nurarif. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis. Yogyakarta.

Pudjiaji, Antonius H et all. (2010). Pedoman Pelayanan Medis. Jakrta: IDAI.

Rekam Medis RSUD Banyumas. (2017). Jumlah Pasien Masuk dan Keluar RSUD
Banyumas.

Riyadi & Sukarmin. (2009). Asuhan Keprawatan Pada Anak. Graha Ilmu,
Yogyakarta.

Sodikin. (2012). Prinsip Keperawatan Demam Pada Anak.Yogyakarta. Pustaka


Pelajar.
MATERI

A. Definisi Kejang
Kejang demam adalah ganguan neurologis yang paling sering
ditemukan pada anak, hal ini terutama pada rentang usia 4 bulan sampai 4
tahun. Berbagai kesimpulan telah dibuat oleh para peneliti bahwa kejang
demam bisa berhubungan dengan usia, tingkatan suhu tubuh serta
kecepatan peningkatan suhu tubuh, termasuk faktor hereditas juga berperan
terhadap bangkitan kejang demam lebih banyak dibandingkan dengan anak
normal (Sodikin, 2012).
Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal diatas 38ºC). (Riyadi & Sukarmin, 2009).
Kejang demam adalah kejang pada anak antara usia 6 bulan sampai 5 tahun
yang disebabkan karena anak mengalami demam lebih dari 102ºF atau
39ºC. Tetapi kejang tidak harus terjadi ketika suhu lebih dari 39ºC karena
pada pada demam yang temperaturnya lebih rendah dari 39ºC pun juga
dapat terjadi kejang (Marmi, 2011).
Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kejang yang diakibatkan
karena gangguan syaraf otak pada anak – anak. Gangguan syaraf otak
tersebut terjadi karena disebabkan kenaikan suhu di atas normal

B. Penyebab terjadi Kejang


Demam merupakan faktor pencetus terjadinya kejang demam pada
anak.7 Demam sering disebabkan oleh berbagai penyakit infeksi seperti
infeksi saluran pernafasan akut, otitis media akut, gastroenteritis, bronkitis,
infeksi saluran kemih, dan lain-lain. Setiap anak memiliki ambang kejang
yang berbeda. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang paling tinggi. Pada
anak dengan ambang kejang yang rendah, serangan kejang telah terjadi pada
suhu 38°C bahkan kurang, anak dengan ambang kejang tinggi, serangan kejang
baru terjadi pada suhu 40°C bahkan lebih (Marni, 2011).
Sedangkan pada (Suryanti, 2011), penyebab kejang demam yaitu:
1. Demam itu sendiri yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas,
otitis media, pneumonia, gastroentritis, dan infeksi saluran kemih.
2. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme.
3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus).

C. Tanda dan gejala kejang


(Djamaludin, 2010), tanda dan gejala anak yang mengalami kejang
demam adalah sebagai berikut :
1. Demam
2. Saat kejang, anak kehilangan kesadaran, kadang – kadang nafas dapat
berhenti beberapa saat.
3. Tubuh, termasuk tangan dan kaki jadi kaku, kepala terkulai ke belakang,
disusul gerakan kejut yang kuat.
4. Warna kulit berubah pucat, bahkan dapat membiru, dan bola mata naik
ke atas.
5. Gigi terkatup dan kadang disertai muntah.
6. Nafas dapat berhenti beberapa saat.
7. Anak tidak dapat mengontrol buang air besar dan kecil

D. Komplikasi Kejang
Gangguan-gangguan yang dapat terjadi akibat dari kejang demam anak antara
lain :
1. Kejang Demam Berulang.
Kejang demam berulang adalah kejang demam yang timbul pada lebih dari
satu episode demam.
Beberapa hal yang merupakan faktor risiko berulangnya kejang demam
yaitu :
a. Usia anak < 15 bulan pada saat kejang demam pertama
b. Riwayat kejang demam dalam keluarga
c. Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam
d. Riwayat demam yang sering
e. Kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks.
Berdasarkan penelitian kohort prospektif yang dilakukan Bahtera, T.,
dkk (2009) di RSUP dr. Kariadi Semarang, dimana subjek penelitian
adalah penderita kejang demam pertama yang berusia 2 bulan - 6
tahun, kemudian selama 18 bulan diamati. Subjek penelitian
berjumlah 148 orang. Lima puluh enam (37,84%) anak mengalami
bangkitan kejang demam berulang.
2. Kerusakan Neuron Otak.
Kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai dengan
apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot
yang akhirnya menyebabkan hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
karena metabolisme anaerobik, hipotensi arterial, denyut jantung yang tak
teratur, serta suhu tubuh yang makin meningkat sejalan dengan
meningkatnya aktivitas otot sehingga meningkatkan metabolisme otak.
Proses di atas merupakan faktor penyebab terjadinya kerusakan neuron
otak selama berlangsung kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan
peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan
permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan
kerusakan neuron otak.
3. Retardasi Mental, terjadi akibat kerusakan otak yang parah dan tidak
mendapatkan pengobatan yang adekuat.
4. Epilepsi, terjadi karena kerusakan pada daerah medial lobus temporalis
setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama.
Ada 3 faktor risiko yang menyebabkan kejang demam menjadi epilepsi
dikemudian hari, yaitu :
a. Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung.
b. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang
demam pertama.
c. Kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks.
Menurut American National Collaborative Perinatal Project, 1,6%
dari semua anak yang menderita kejang demam akan berkembang
menjadi epilepsi, 10% dari semua anak yang menderita kejang demam
yang mempunyai dua atau tiga faktor risiko di atas akan berkembang
menjadi epilepsi.
5. Hemiparesis, yaitu kelumpuhan atau kelemahan otot-otot lengan, tungkai
serta wajah pada salah satu sisi tubuh. Biasanya terjadi pada penderita
yang mengalami kejang lama (kejang demam kompleks). Mula-mula
kelumpuhan bersifat flaksid, setelah 2 minggu timbul spasitas.

E. Pencegahan Kejang Demam


1. Pencegahan Primordial
Yaitu upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap kasus
kejang demam pada seorang anak dimana belum tampak adanya faktor yang
menjadi risiko kejang demam.
Upaya primordial dapat berupa:
a. Penyuluhan kepada ibu yang memiliki bayi atau anak tentang upaya
untuk meningkatkan status gizi anak, dengan cara memenuhi kebutuhan
nutrisinya. Jika status gizi anak baik maka akan meningkatkan daya tahan
tubuhnya sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit infeksi yang
memicu terjadinya demam.
b. Menjaga sanitasi dan kebersihan lingkungan. Jika lingkungan bersih dan
sehat akan sulit bagi agent penyakit untuk berkembang biak sehingga
anak dapat terhindar dari berbagai penyakit infeksi.

2. Pencegahan Primer
Pencegahan Primer yaitu upaya awal pencegahan sebelum seseorang
anak mengalami kejang demam. Pencegahan ini ditujukan kepada kelompok
yang mempunyai faktor risiko. Dengan adanya pencegahan ini diharapkan
keluarga/orang terdekat dengan anak dapat mencegah terjadinya serangan
kejang demam.
Upaya pencegahan ini dilakukan ketika anak mengalami demam. Demam
merupakan faktor pencetus terjadinya kejang demam. Jika anak mengalami
demam segera kompres anak dengan air hangat dan berikan antipiretik
untuk menurunkan demamnya meskipun tidak ditemukan bukti bahwa
pemberian antipiretik dapat mengurangi risiko terjadinya kejang demam.

3. Pencegahan Sekunder
Yaitu upaya pencegahan yang dilakukan ketika anak sudah mengalami
kejang demam.
Adapun tata laksana dalam penanganan kejang demam pada anak
meliputi:
a. Pengobatan Fase Akut
Anak yang sedang mengalami kejang, prioritas utama adalah menjaga
agar jalan nafas tetap terbuka. Pakaian dilonggarkan, posisi anak
dimiringkan untuk mencegah aspirasi. Sebagian besar kasus kejang
berhenti sendiri, tetapi dapat juga berlangsung terus atau berulang.
Pengisapan lendir dan pemberian oksigen harus dilakukan teratur, bila
perlu dilakukan intubasi. Keadaan dan kebutuhan cairan, kalori dan
elektrolit harus diperhatikan.
Suhu tubuh dapat diturunkan dengan kompres air hangat dan
pemberian antipiretik. Pemberantasan kejang dilakukan dengan cara
memberikan obat antikejang kepada penderita. Obat yang diberikan
adalah diazepam. Dapat diberikan melalui intravena maupun rektal.
b. Mencari dan mengobati penyebab
Pada anak, demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan
akut, otitis media, bronkitis, infeksi saluran kemih, dan lain-lain. Untuk
mengobati penyakit infeksi tersebut diberikan antibiotik yang adekuat.
Kejang dengan suhu badan yang tinggi juga dapat terjadi karena faktor
lain, seperti meningitis atau ensefalitis.
Oleh sebab itu pemeriksaan cairan serebrospinal (lumbal pungsi)
diindikasikan pada anak penderita kejang demam berusia kurang dari 2
tahun. Pemeriksaan laboratorium lain dilakukan atas indikasi untuk
mencari penyebab, seperti pemeriksaan darah rutin, kadar gula darah dan
elektrolit. Pemeriksaan EEG dilakukan pada kejang demam kompleks
atau anak yang mempunyai risiko untuk mengalami epilepsi.
c. Pengobatan profilaksis terhadap kejang demam berulang
Pencegahan kejang demam berulang perlu dilakukan karena
menakutkan keluarga dan bila berlangsung terus dapat menyebabkan
kerusakan otak yang menetap.
Terdapat 2 cara profilaksis, yaitu:
1) Profilaksis intermitten pada waktu demam
Pengobatan profilaksis intermittent dengan antikonvulsan segera
diberikan pada saat penderita demam (suhu rektal lebih dari 38ºC).
Pilihan obat harus dapat cepat masuk dan bekerja ke otak. Obat yang
dapat diberikan berupa diazepam, klonazepam atau kloralhidrat
supositoria.
2) Profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan tiap hari
Indikasi pemberian profilaksis terus menerus adalah:
a) Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan atau
gangguan perkembangan neurologis.
b) Terdapat riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik pada
orang tua atau saudara kandung.
c) Kejang demam lebih lama dari 15 menit, fokal atau diikuti kelainan
neurologis sementara atau menetap.
d) Kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau
terjadi kejang multipel dalam satu episode demam.
Antikonvulsan profilaksis terus menerus diberikan selama 1-2
tahun setelah kejang terakhir, kemudian dihentikan secara bertahap
selama 1-2 bulan. Pemberian profilaksis terus menerus hanya
berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat, tetapi
tidak dapat mencegah timbulnya epilepsi di kemudian hari. Obat
yang dapat diberikan berupa fenobarbital dan asam valproat.

4. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier adalah mencegah terjadinya
kecacatan, kematian, serta usaha rehabilitasi. Penderita kejang demam
mempunyai risiko untuk mengalami kematian meskipun kemungkinannya
sangat kecil. Selain itu, jika penderita kejang demam kompleks tidak segera
mendapat penanganan yang tepat dan cepat akan berakibat pada kerusakan
sel saraf (neuron).
Oleh karena itu, anak yang menderita kejang demam perlu mendapat
penanganan yang adekuat dari petugas kesehatan guna mencegah timbulnya
kecacatan bahkan kematian.

F. Cara Penanganan Kejang Di Rumah

1. Tetap tenang dan tidak panic.


2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring.
4. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan
lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
5. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
6. Tetap bersama pasien selama kejang.
7. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
8. Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih.
PENDIDIKAN KESEHATAN A. Pengertian 4. Warna kulit berubah pucat, bahkan
Kejang demam adalah kejang pada anak dapat membiru, dan bola mata naik
PENANGANAN KEJANG DEMAM
antara usia 6 bulan sampai 5 tahun yang ke atas.
disebabkan karena anak mengalami demam 5. Gigi terkatup dan kadang disertai
lebih dari 102ºF atau 39ºC (Marmi, 2011).
muntah.
6. Nafas dapat
berhenti beberapa
saat.
7. Anak tidak dapat
B. Penyebab mengontrol buang
Infeksi seperti infeksi saluran pernafasan akut, air besar dan kecil
Oleh : otitis media akut, gastroenteritis, bronkitis,
Kelompok 2 Anak infeksi saluran kemih, dan lain-lain
Di Ruang ASOKA D. Komplikasi Kejang
RSUD Depati Hamzah C. Tanda dan gejala Demam
1. Demam 1. Kejang berulang
2. Saat kejang, anak kehilangan 2. Kerusakan Neuron Otak
kesadaran, kadang – kadang nafas 3. Retardasi mental
Program Studi Ilmu Keperawatan dapat berhenti beberapa saat. 4. Kelumpuhan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 3. Tubuh, termasuk tangan dan kaki 5. Epilepsi
Citra Delima Bangka Belitung jadi kaku, kepala terkulai ke
2018/2019 belakang, disusul gerakan kejut yang E. Pencegahan kejang demam
kuat. 1. Meningkatkan status gizi anak
2. Menjaga sanitasi dan kebersihan 8. Berikan diazepam rektal. Dan Cara memberikan Kompres Hangat :
lingkungan jangan diberikan bila kejang telah 1. Siapkan alat dan bahan
berhenti.
3. Berikan obat antidemam dan kompres pada 2. Letakkan anak ditempat yang datar dan
9. Bawa kedokter atau rumah sakit bila
dahi, lipatan ketiak, dada, perut dan paha lunak yang sudah diberi tempat pengalas
kejang berlangsung 5 menit atau lebih
saat anak demam.
3. Buka seluruh baju anak
4. Tutup tubuh anak dengan handuk
G. Melakukan kompres
F. Penangan Kejang Demam di Rumah
5. Kompres bagian dahi dan lipatan tubuh
(ketiak dan selangkangan) dengan
sarung tangan atau washlap
6. Cek suhu tubuh anak
7. Lakukan kompres berulang kali sampai
suhu tubuhnya turun.

1. Tetap tenang dan tidak panik Alat dan bahan :


2. Kendorkan pakaian 1. Sarung tangan
3. Posisikan anak terlentang dengan
2. Baskom
kepala miring.
4. Bersihkan muntahan atau lendir di 3. Air hangat
mulut atau hidung. 4. Termometer **** TERIMA KASIH ****
5. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan
5. Handuk
memasukkan sesuatu kedalam mulut.
6. Ukur suhu, observasi dan catat 6. Perlak pengalas
lama dan bentuk kejang.
7. Tetap bersama anak selama kejang

Anda mungkin juga menyukai