Anda di halaman 1dari 11

REVIEW JURNAL LIPID

MATA KULIAH BIOKIMIA

Oleh:

RAHIMA ZAKIA

(170254242015)

FEBY OKTAVIALY

(170254242016)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan nikmat
kesempatan dan pemahaman kepada kami sehingga makalah review jurnal untuk memenuhi
tugas mata kuliah Biokimia ini dapat kami selesaikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pihak untuk perbaikan makalah ini pada masa yang
akan datang. Akhir kata kami ucapkan terima kasih

Tanjung Pinang, 20 Maret 2019

Penyusun
PEMBAHASAN

Jurnal I

A. Identitas Jurnal

Judul : Gambaran Konsumsi Asam Lemak Trans Di Pedesaan

Jurnal : Journal Of Nutrion College

Volume : VI, Nomor 2,

Halaman : 210-218

Tahun : 2017

Penulis : Vinny Rosaliana Ulfa, Hertanto Wahyu Subagio, Nuryanto

Reviewer : Feby Oktavialy dan Rahima Zakia

Tanggal : 20 maret 2019

B. Review Jurnal

 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat konsumsi asam lemak trans di pedesaan.

 Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Desa Watuagung dengan 68 sampel ibu rumah
tangga usia 30 -55 tahun.

 Metode Penelitian

Penelitian deskriptif semi-kualitatif dilakukan di Desa Watuagung dengan 68


sampel ibu rumah tangga usia 30-55 tahun yang diambil secara cluster sampling. Asam
lemak trans diukur dengan FFQ semi-kuantitatif, dihitung dalam persentase asam lemak
trans dari total energi dan dibandingkan dengan rekomendasi WHO 2008. Analisis data
menggunakan uji statistik deskriptif.
 Hasil penelitian

Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil rerata konsumsi asam lemak trans pada
penduduk desa sebesar 0,38% dari total energi. Hasil penelitian ini masih dibawah batas
maksimal yang direkomendasikan dari WHO yaitu kurang dari 1% dari total energi. Hal
tersebut sesuai dengan hasil penelitian pada penduduk desa di Depok yang menunjukkan
bahwa konsumsi asam lemak trans sebesar 0,55% dari total energi, dan penelitian di
China sebesar 0,29%-0,34% dari total energi.3,9. Sedangkan penelitian lain di Amerika
bahwa rerata konsumsi asam lemak trans sebesar 2,5% dari total energi. Penelitian di
Costa Rica juga menunjukkan bahwa konsumsi asam lemak trans remaja di pedesaan
mencapai 1,60-2,06% dari total energi.10,11 Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi asam
lemak trans berbeda pada setiap negara.

Konsumsi sumber asam lemak trans di pedesaan tidak melebihi batas


maksimal dari WHO yaitu kurang dari 1% dari total energi. Kelompok sumber asam
lemak trans yang sering dikonsumsi adalah olahan gorengan. Rerata konsumsi asam
lemak trans sebesar 0,38±0,3% dari total energi. Kelompok asam lemak trans yang sering
di konsumsi adalah olahan gorengan 0,27% dari total energi dengan frekuensi konsumsi
1-4 kali/minggu (78%). Sumber asam lemak trans yang paling banyak tersedia adalah
kelompok olahan gorengan (6-8 jenis). Pengetahuan asam lemak trans dalam kategori
kurang (53%), subjek tidak pernah mendengar promosi dan iklan (63%), dan semua
aspek pemilihan makan terkait asam lemak trans dianggap penting.

 Kelebihan

Dari penelitian ini kita melihat perubahan gaya hidup seperti konsumsi lemak
trans terutama dipedesaan dapat menyebabkan timbulnya suatu penyakit sehingga kita
dapat melakukan sosialisasi dengan menambah pengetahuan masyarakat tentang
bahayanya mengkonsumsi lemak trans berlebih.
 Kekurangan

Dalam penelitian ini adalah tidak semua jenis makanan yang tersedia
dicantumkan dalam analisis konsumsi asam lemak trans karena tidak dilakukan uji
kandungan asam lemak trans secara laboratorium, tetapi dilakukan dengan pendekatan
referensi atau hasil penelitian lain. Tidak dilakukan observasi derajat suhu dan lama
penggorengan yang dapat meningkatkan asam lemak trans pada makanan.
Jurnal II

A. Identitas Jurnal

Judul : Hidrolisis Asam Lemak Dari Buah Sawit Sisa Sortiran

Jurnal : Teknologi Kimia Unimal

Volume : V no. 1

Halaman : 16 halaman

Tahun : 2016

Penulis : Leni Maulinda, Nasrul ZA, Nurbaiti

Reviewer : Feby Oktavialy dan Rahima Zakia

Tanggal : 20 Maret 2019

B. Review jurnal

 Tujuan Penelitian

Untuk mendapatkan manfaat, antara lain memberi informasi kepada masyarakat


bahwa buah sawit sisa sortiran dapat diolah menjadi suatu produk baru berupa asam
lemak yang dapat digunakan sebagai industri ban, sepatu, softener, kosmetik, deterjen,
sabun, farmasi dan fatty alkohol.

 Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian buah kelapa sawit bekas sortiran.

 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan buah sawit sisa sortiran sebagai bahan baku dan
etanol sebagai pelarutnya. Percobaan dilakukan dengan perbandingan volume etanol 40%,
45%, 50%, 55%, 60% dari berat sampel, suhu penyimpanan 30oC, 35oC, 40oC, 45oC,
50oC dan waktu reaksi 1 hari, 2ari dan 3 hari.

Adapun prosedur percobaan mengikuti tahapan sebagai berikut:

Buah sawit sisa sortiran dibersihkan (dipisahkan daging buah dengan intinya)
diblender dan dilumatkan sebanyak 50 gram. Ditambahkan etanol sesuai variasi (40, 45,
50, 55 dan 60 (%) dari berat sampel). Sampel disimpan dengan variasi temperatur (30, 35,
40, 45 dan 500C) selama 1 hari, 2 hari dan 3 hari. Pemisahan produk hasil penyimpanan
dipress dengan kain saring untuk mendapatkan cairannya. Kemudian cairan yang
dihasilkan tersebut diovenkan pada suhu 105oC, untuk menguapkan air yang ada pada
sampel. Sampel siap dianalisa uji Kadar asam lemak, densitas, bilangan peroksida dan
kadar air.

 Hasil Penelitian

Dari pengolahan data dan pembahasan, maka dapat diperoleh hasil penelitian
sebagai berikut:

a. Suhu penyimpanan, volume etanol dan waktu penyimpanan mempengaruhi kadar


asam lemak, densitas, bilangan peroksida dan kadar air.

b. Semakin lama waktu penyimpanan dan volume etanol yang ditambahkan, maka
semakin banyak kadar asam lemak yang dihasilkan yaitu 48,7%.

c. Semakin tinggi suhu penyimpanan, kadar asam lemak semakin menurun, hal ini
disebabkan karena enzim lipase tidak mampu bertahan atau rusak pada suhu
tinggi.

d. Kadar asam lemak terbaik 48,7% didapatkan pada suhu 30 C, volume etanol 60%
dan waktu penyimpanan 3 hari, dengan densitas 0,907 gr/ml, bilangan peroksida
13,5 meq/kg dan kadar air 0,07%.
 Kelebihan

Dari penelitian ini kita dapat melihat perbandingan serta pengaruh


penambahan etanol dan suhu penyimpanan terhadap kadar asam lemak buah sawit
sisa sortiran pada waktu penyimpanan 1, 2 dan 3 hari

 Kekurangan

Penelitian ini hanya terfokus pada pengaruh penambahan etanol dan suhu
penyimpanan sehingga kita tidak dapat membandingkannya dengan factor
hidrolisis lainnya.
Jurnal III

A. Identitas Jurnal

Judul : Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak Goreng

Jurnal : Jurnal Katalisator Kementerian Riset Teknologi

Dan Pendidikan Tinggi

Volume : II nomor 2

Halaman : 100-105

Tahun : 2017

Penulis : Densi Selpia Sopianti, Herlina, Handi Tri Saputra

Reviewer : Feby Oktavialy dan Rahima Zakia

Tanggal : 20 Maret 2019

B. Review jurnal

 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kadar asam lemak


bebas pada minyak goreng yang telah digunakan beberapa kali untuk
penggorengan dan untuk menunjukkan pemakaian yang masih memenuhi standar
mutu SNI yaitu < 0,3%.

 Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah minyak goreng.

 Metode Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah NaOH 0,05 N, Kalium
Biftalat, indikator fenoltalein (PP), Aquadest, Alkohol, Minyak A, Minyak B,
Minyak C, Minyak D, Minyak E. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah alat gelas: corong, gelas ukur, erlenmeyer 250 ml (Pirex), becker glass
(Pirex), pipet volume, buret, statif, pH Meter, batang pengaduk, timbangan
analitik, pipet tetes.

Penelitian ini dilakukan dengan tahapan , sampel diambil dari berbagai


supermarket yang ada di Kota Bengkulu secara acak dari berbagai jenis bahan
nabati untuk minyak goreng. Sampel yang digunakan dilakukan perlakuan
beberapa kali penggorenggan yakni 0 sampai 9 kali masing-masing dilakukan
tiga kali reflikasi, kemudian di sampling pada penggorengan yang ke 0, 5, 7 dan 9
kali penggorengan.

 Hasil Penelitian
Dari hasil uji pendahuluan berupa uji organoleptis dari ke lima jenis
sampel minyak goreng yang berasal dari jenis bahan nabati yang berbeda
menunjukkan tidak ada perbedaan sama sekali pada uji pH baik dilihat dari jenis
bahan minyak gorengnya ataupun yang telah dilakukan perlakuan untuk
digunakan penggorengan hingga ke 9 kali yaitu menunjukkan pH 5 yaitu pH
untuk asam. Minyak goreng disebut juga Gliseril Trioleat atau Gliseril Triolein.
Dimana sifat dari gliserida dalam suhu ruang (270 C) berwujud cair dan ada juga
berbentuk padat. Minyak berwujud cair mengandung asam lemak tak jenuh,
seperti asam oleat (C17H33COOH), asam linoleat (C17H31COOH) dan asam
linoleat (C17H29COOH). Penetapan kadar asam lemak bebas pada penelitian
minyak goreng ini menggunakan metode alkalimetri dimana prinsip metode yang
digunakan yaitu terjadinya reaksi netralisasi akibat adanya reaksi antara ion
hidrogen yang berasal dari asam yang berasal dari minyak dengan ion hidroksida
yang berasal dari basa yang digunakan pada pentiter. Penelitian ini dilakukan
sebanyak 3 kali replikasi. Perlakuan ini bertujuan untuk memperoleh data yang
akurat dan memperkecil kesalahan dalam proses titrasi seperti alat yang kurang
bersih dan faktor human error (kesalahan manusia).

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan pada minyak goreng nabati A,
B, C dan D pada penggorengan 0-5 masih memenuhi standar mutu SNI < 0,3%.
Sedangkan minyak B, C dan D pada penggorengan 7-9 melebihi standar SNI
yaitu > 0,3%. Pada minyak E penggorengan 0 masih memenuhi syarat SNI dan
pada penggorengan 5-9 melebihi standar mutu SNI > 0,3%.

 Kelebihan

Dari penelitian ini kita dapat mengetahui pengaruh kadar asam lemak
bebas yang tinggi terhadap mutu produksi minyak akan dapat menimbulkan
ketengikan pada minyak dan meningkatnya kadar kolestrol dalam minyak,
sehingga akan berdampak buruk bagi kesehatan seperti terjadinya penyakit
jantung bagi tubuh.

 Kekurangan

Sampel pada penelitian ini hanya menggunakan minyak dari jenis bahan
nabati, sehingga kita tak dapat melihat perbandingan antara minyak dari bahan
nabati dan hewani.

Anda mungkin juga menyukai