Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM

HEMATOLOGI :

DENGUE HEMORAGIK FEVER

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Mata Kuliah Keperawatan
Anak 1

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 11

TINGKAT : 2 C

JEPRIANTO (201211,,)
LISTIA WIDIA DJ (20121168)

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA INSAN PONTIANAK

TAHUN AKADEMIK 2014/2015


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya oleh
perorangan tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat.Sehat adalah suatu keadaan
sejahtera sempurna fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya terbatas pada bebas pada
penyakit atau kelemahan saja.Status kesehatan dipengaruhi oleh faktor biologis atau faktor
perilaku serta faktor lingkungan pelayanan kesehatan.

DHF yang merupakan suatu keadaan tidak sehat dapat di sembuhkan pasien dan
faktor lingkungan.Faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya DHF adalahNyamuk
Aedes Aegypti yang senang tinggal di genangan air pada musim hujan.

Dengan melihat fenomena yang terjadi, tenaga kesehatan pada umumnya dan
tenaga keperawatan pada khususnya perlu mengadakan penanganan secara intensif pada
pasien DHF karena penanganan kurang tepat dapat mengancam keselamatan jiwa.
Disinilah dirasakan betapa pentingnya peran perawat harus mampu memberi serta
meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien dengan DHF, dengan
menganalisa,mengambil keputusan serta melaksanakan tindakan keperawatan.

Tingginya angka penderita DHF dan perilaku hidup pasien, maka penulis
mencoba menyusun makalah asuhan keperawatan pada pasien dengan DHF.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca dapat lebih mengenal penyakit
dengue haemorargic fever.

2
2. Tujuan Khusus
a) Menjelaskan pengertian dari dengue haemorargic fever
b) Mengidentifikasi penyebab dari dengue haemorargic fever
c) Mengidentifikasi tanda dan gejala dengue haemorargic fever
d) Menjelaskan bagaimana perjalanan dari dengue haemorargic fever.

C. Metode Penulisan
Makalah ini dibuat dengan metode penulisan melalui STUDI KEPUSTAKAAN

D. Sistematis Penulisan
Makalah ini tersusun dari KATA PENGANTAR, DAFTAR ISI, BAB 1 yang berisikan
pendahuluan, BAB II yang berisikan tentang tinjauan teoritis, BAB III yang berisikan
tentang kesimpulan dan saran, di lembar berikutnya berisikan leaflet, daftar pustaka dan
daftar konsultasi.

3
BABII

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasa
B. r Medik
1. Definisi

Dengue haemoragic fever merupakan penyakit yang disebabkan oleh karena virus
dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina
(A.Aziz Alimul Hidayat, 2006).

Dengue Hemorhagic Fever adalah merupakan manifestasi klinis yang berat dari
penyakit arbovirus (arthropod-borne viruses artinya virus yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk, sengFFkerit atau lalat (Soedarmo, 2005).

Dengue haemorrhagic fever adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue
Famili Flaviviridae dengan genusnya adalah flavivirus (Saroso, 2007).

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic
fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
nyeri sendi.

2. Klasifikasi
a. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi
b. Derajat II :
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah
kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.
c. Derajat III :

4
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan
system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang
lembab, dingin dan penderita gelisah.
b. Derajat IV :
Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan
manifestasi renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak
teraba.
3. Anatomi fisiologi

5
Gambar 2.1. Sel-sel darah

Sumber : http://imansantoso5699.files.wordpress.com/2011/05/gambar-gol-darah.jpg. (26


2014 pukul 18:45)april.

Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang mengandung
elektrolit. Komponen cair darah yang disebut plasma yang terdiri dari 91 – 92 % air
yang berperan sebagai medium transport dan 7 – 9 % terdiri dari zat padat yaitu
protein-protein (Albumin, Globulin, Fibrinogen). Unsur Anorganik (natrium, kalsium,
kalium, fosfor, besi, dan Iodium) dan unsur organik (zat-zat nitrogen non protein, urea,
asam urat, xantin, kreatinin, asam amino, fosfolipid, kolesterol, glukosa, dll).
Medium padat darah atau unsur selular darah terdiri dari sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit.
a. Sel darah merah (eritrosit)
Fungsi eritrosit adalah mengangkut dan melakukan pertukaran O2 dan CO2. jumlah
eritrosit  5 juta per mm3 atau 5.000/mm3 darah. Pada orang dewasa umur eritrosit
rata-rata 120 hari. Pembentukan eritrosit dirangsang oleh glikoprotein, dan
eritropoetin dari ginjal.
b. Sel darah putih (leukosit)
Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah peranan utama leukosit. Jumlah normal
adalah 4.000 – 10.000/mm3.
5 jenis sel darah putih, yaitu:
1) Neutrofil 55%
2) Eosinofil 2%

6
3) Bosofil 0,5-1%
4) Monosit 6%
5) Limfosit 36%
c. Trombosit
Trombosit atau platelet bukan merupakan sel melainkan pecahan granular sel,
berbentuk piringan dan tidak berinti, berdiameter 1-4 mm dan berumur kira-kira 10
hari. 1/3 berada dalam limpa sebagai cadangan dan sisanya berada dalam sirkulasi.
Jumlah normal antara 150.000-400.000/mm3. Trombosit sangat penting peranannya
dalam hemostatis dan pembekuan.
Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm3.

4. Etiologi
Penyebab penyakit demam berdarah dengue adalah virus dengue yang ditularkan
kemanusia melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang tergolong arbovirus,
berbentuk batang bersifat termolabil, stabil pada suhu 70 º C.
Ciri-ciri nyamuk aedes aegypti
a. Berbadan kecil
b. Berwarna hitam dan berbelang-belang
c. Menggigit pada pagi dan siang hari
d. Badannya datar saat hinggap
e. Hidup di tempat-tempat yang gelap (terhindar dari sinar matahari
f. Jarak terbangnya kurang dari 100 M dan senang menggigit manusia Aedes
Aegypti betina mempunyai kebiasaan berulang (multi diters) yaitu menggigit
beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Virus ini mempunyai empat
serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara
klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus
Dengue

7
5. Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody.
Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5
akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan
merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding
pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya
perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah , menurunnya volume plasma , terjadinya hipotensi , trombositopenia
dan diathesis hemorrhagic , renjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic
dan kematian.

6. Tanda Dan Gejala


a. Masa tunas 8-15 hari, pada umumnya 5-8 hari, gejala prodormal meliputi:
1) Nyeri kepala
2) Nyeri berbagai bagian tubuh
3) Anoreksia
4) Menggigil
5) Malaise
b. Pada umumnya ditemukan sindrom trias
1) Demam tinggi
2) Nyeri anggota badan
3) Timbul ruam
c. Ruam terdapat di dada, tubuh, abdomen dan menyebar ke anggota gerak

8
d. Uji tourniquet (+), ptekie, purpura, ekimosis, perdarahan konjungtiva, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri, hepatomegali
e. Trombositopeni, Ht meningkat
f. Shock kulit dingin, lembab, gelisah, nadi kecil, cepat lemah, TD rendah.
7. Test Diagnostik

a. Uji tourniquet

b. Test laboratorium

1) Trombositopeni

2) Hemoglobin meningkat > 20%

3) Hematokrit meningkat

4) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan: hipoproteinemia, hiponatremia,


hipokalemia

c. IgM hari ke-5 meningkat  hari kelima sampai 3 minggu, menghilang 60-90
hari.

d. IgG mulai hari ke-14 pada infeksi sekunder hari ke-2.

e. Radiologi: pada thorax foto didapatkan efusi pleura, terutama pada hemithorax
kanan tetapi apabila terjadi pembesaran plasma hebat efusi pleura dijumpai pada
kedua hemithorax.

8. Penatalaksanaan Medik

a. Tirah baring atau istirahat

b. Diet makan lunak TKTP

c. Pemberian obat antibiotik dan antipiretik

d. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa susu, teh manis, pemberian
cairan merupakan hal yang penting bagi penderita DHF).

e. Pemberian cairan intravena (ringer laktat, NaCl)

f. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi
pasien memburuk observasi ketat tiap jam.
9
9. Komplikasi

a. Efusi pleura

b. Cardiomegali

c. Edema paru

d. Gagal ginjal bila shock tidak teratasi

10
C. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
1) Kebersihan lingkungan tempat tinggal
2) Kebersihan tempat penampungan air
3) Apakah ada yang terkena demam berdarah di keluarga dan tempat tinggal
b. Pola nutrisi metabolic
1) Mual, muntah, anoreksia
2) Kebiasaan makan sebelumnya
3) Demam, bibir dan mukosa kering
4) Kemampuan menghabiskan makan sebelumnya
c. Pola eliminasi
1) Kebiasaan BAK dan BAB sebelumnya
2) Abdomen tegang
3) Melena
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Badan lemas
2) Penurunan kemampuan beraktivitas
3) Lemah, lesu
e. Pola tidur dan istirahat
1) Gangguan tidur karena demam
2) Gelisah
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
1) Nyeri otot, sendi, ulu hati
2) Pusing, sakit kepala
g. Pola persepsi dan konsep diri
1) Gangguan body image
2) Kecemasan
h. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres.

11
1) Kecemasan
i. Pola peran dan hubungan sesama
1) Peran dalam keluarga dan lingkungan

2. Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
2) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,

muntah, tidak ada nafsu makan.

4) Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan


kurangnya informasi.
5) terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
6) Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan

3. Perencanaan Keperawatan
a. Gangguan volume cairan tubuh ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
Tujuan : Volume cairan tubuh terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Klien tidak merasa haus
2) Turgor kulit baik (elastik)
3) Ubun ubun besar tidak cekung
4) Lakrimalis (air mata) ada
5) Tanda-tanda vital dalam batas normal
a) Pernapasan anak 20-30x/menit
b) Denyut nadi 80-90x/menit
c) Suhu 36,6-37,2
d) Tekanan darah 80-100/60 mmHg
Rencana tindakan:

12
1) Observasi keadaan umum (turgor kulit, palpebrae)
R/Identifikasi adanya kekurangan cairan.

2) Kaji TTV (suhu, nadi, TD) tiap 4 jam.

R/Identifikasi adanya perubahan tanda-tanda vital.

3) Hitung balance cairan tiap 4-6 jam.

R/Identifikasi kekurangan volume cairan.

4) Berikan minum 2-2,5 liter/24 jam.


R/Memenuhi cairan yang hilang karena metabolisme tubuh.

5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapi cairan dan cek serum
elektrolit.
R/Membantu pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.

b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.


Tujuan : Hipertermi dapat teratasi.
Kriteria hasil : Suhu tubuh kembali normal.
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh
2) Berikan kompres dingin (air biasa) pada daerah dahi dan ketiak
3) Ganti pakaian yang telah basah oleh keringat
4) Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat
seperti terbuat dari katun.
5) Anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak kurang lebih 1500 – 2000
cc per hari
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi, obat penurun panas.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
tidak ada nafsu makan.
Tujuan : Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil :

Intervensi:

13
1) Kaji intake nutrisi klien dan perubahan yang terjadi
2) Timbang berat badan klien tiap hari
3) Berikan klien makan dalam keadaan hangat dan dengan porsi sedikit tapi sering
4) Beri minum air hangat bila klien mengeluh mual
5) Lakukan pemeriksaan fisik Abdomen (auskultasi, perkusi, dan palpasi).
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi anti emetik.
7) Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet.
d. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Tujuan : Pengetahuan keluarga tentang proses penyakit meningkat.
Kriteria hasil : Klien mengerti tentang proses penyakit DHF
1) Kaji tingkat pendidikan klien.
2) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit DHF
3) Jelaskan pada keluarga klien tentang proses penyakit DHF melalui Penkes.
4) beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya yang belum dimengerti atau
diketahuinya.
5) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien
e. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trobositopenia.
Tujuan : Perdarahan tidak terjadi.
Kriteria hasil : Trombosit dalam batas normal.
Intervensi
1) Kaji adanya perdarahan
2) Observasi tanda-tanda vital (S.N.RR)
3) Antisipasi terjadinya perlukaan / perdarahan.
4) Anjurkan keluarga klien untuk lebih banyak mengistirahatkan klien
5) Monitor hasil darah, Trombosit
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi ,pemberian cairan intra vena.
f. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan : Shock hipovolemik dapat teratasi.
Kriteria hasil : Volume cairan tubuh kembali normal, kesadaran compos mentis.
Intervensi :

14
1) Observasi tingkat kesadaran klien
2) Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR).
3) Observasi out put dan input cairan (balance cairan)
4) Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi
5) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan.

4. Perencanaan Pulang

a. Gerakan 3 M

1) Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air setiap minggu.

2) Menutup rapat-rapat penampungan air.

3) Mengubur/menyingkirkan barang bekas dan botol-botol pecah yang


memungkinkan nyamuk bersarang.

b. Menggunakan insektisida dengan pengasapan atau pengabutan.


c. Dengan cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam
sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih.
d. Mencegah gigitan nyamuk dengan cara memakai obat gosok maupun pemakaian
kelambu.
e. Kewaspadaan tanda DHF  lapor RT/RW.

15
5. Patoflowdiagram

Nyamuk aedes
agepty

Masuk kedalam darah Virus dengue Petelde purpura

Trombosit perdarahan Ekomosis

Leukosit Suhu
Hematemesis
epiraksis

Nyeri otot perut Bradikardi


Mual dan muntah

Malaise(malas) Anoreksia

Nyeri Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Banyak cara untuk menurunkan insiden terjadinya DHF. Karena vektor dari DHF adalah
nyamuk Aedes a, maka ada beberapa hal yang sebaiknya dilaksanakan untuk
memutuskan rantai penyakit:
1. Tanpa insektisida:
a) menguras bak mandi,tempayan,drum,dll minimal seminggu sekali.
b) menutup penampungan air rapat- rapat.
c) membersihkan pekarangan dari kaleng bekas,botol bekas yang memungkinkan
nyamuk bersarang.
2. dengan insektisida:
a) malathion untuk membunuh nyamuk dewasa: biasanya dengan
fogging/pengasapan.
b) abate untuk membunuh jentik nyamuk denan cara ditabur pada bejana- bejana
tempat penampungan air bersih dengan dosis 1 gram Abate SG 1% per 10 liter
air.
B. Saran
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada anak/bayi dengan
DHF ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan
praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk
tindakan proses keperawatan.

17
DAFTAR PUSTKA

Carpenito, Lynda Jual. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2. Jakarta:
EGC.

Doengoes, Marylin E et al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Effendy, Chintine,1995, Perawatan Pasien deng DHF, Jakarta, EGC.

http://imansantoso5699.files.wordpress.com/2011/05/gambar-gol-darah.jpg

18

Anda mungkin juga menyukai