Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari minyak kelapa sawit maupun minyak inti sawit yang melalui proses fraksinasi, rafinasi, hidrogenasi. Produksi CPO (Crude Palm Oil) diindonesia sebagian besar difraksinasi sehingga dihasilkan fraksi olein cair dan fraksi stearin padat. Fraksi olein tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik sebagai bahan baku untuk minyak makan. Minyak kelapa sawit biasanya digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter, vanaspati. Sebagai bahan pangan, minyak kelapa sawit mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan minyak goreng lainnya, antara lain mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E. Disamping itu, kandungan asam linoleat dan linolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari minyak kelapa sawit sebagai minyak goreng yang bersifat awet dan makanan yang digoreng dengan minyak sawit tidak cepat tengik (Fauzi, 2002). Ada dua dasar hidrolisis katalis didalam minyak sawit. Pertama, hidrolisis enzimatik yakni pada saat lemak aktif memecahkan enzim, sebagian besar lipoid yang ada didalam buah sawit. Aktifitasnya menghasilkan formasi FFA dipercepat bila mesocarp buah sawit pecah atau memar. Kedua adalah hidrolisis katalis secara spontan yang dipengaruhi oleh kandungan FFA yang ada didalam buah sawit dan telah berkembang yang berhubungan dengan suhu dan waktu. Free fatty acid (asam lemak bebas) dalam minyak produksi adalah untuk menilai kadar asam lemak bebas dalam minyak dengan melarutkan lemak tersebut dalam pelarut organik yang sesuai dan menetralisasi larutan tersebut dengan alkali dengan menggunakan indikator phenolpthalein (Angga, 2012). Minyak sawit mempunyai komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh dengan proporsi yang seimbang. Komposisi asam lemak minyak sawit terdiri dari sekitar 40% asam oleat (asam lemak tidak jenuh tunggal), 10% asam linoleat (asam lemak tidak jenuh ganda), 44% asam palmitat (asam lemak jenuh) dan 4,5% asam stearat (asam lemak jenuh). Jadi secara umum, minyak sawit mempunyai komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh dengan proporsi yang seimbang. Karena kondisi inilah (Tabel 15) maka minyak sawit tidak menempati posisi yang spesial (khusus) dan tidak bisa dikaregorisasikan sebanyak minyak jenuh atau pun minyak tidak jenuh. Secara fisik, minyak sawit bersifat semi-solid, dan bisa difraksinasi untuk mendapatkan berbagai jenis minyak; baik minyak yang lebih jenuh. B. Pengertian Asam Lemak Bebas Asam Lemak Bebas adalah suatu asam yang dibebaskan pada proses hidrolisis lemak oleh enzim.sedangkan Lemak Minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid,yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetap larut dalam pelarut organic non -polar, misalnya dietileter(C2H5OC2H5) ,Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelaut tersebut. C. Komposisi Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit tersusun atas lemak dan minyak alam yang terdiri atas trigleserida, digleserida, dan monogleserida, asam lemak bebas, moisture, pengotor, dan komponen-komponen minor bukan minyak/lemak yang secara umum disusun oleh senyawa yang tidak dapat tersabunkan. Asam-asam lemak penyusun minyak/lemak terdiri atas 1. Asam Lemak Jenuh (Saturated Fatty Acid / SFA) Tidak mengandung ikatan rangkap, dan secara umum penyusun lemak berasal dari sumber hewani. 2. Asam Lemak tak Jenuh (Unsaturated Fatty Acid / UFA) Mengandung ikatan rangkap, secara umum penyusun lemak berasal dari sumber nabati dan terdiri atas; - Mono - Unsaturated Fatty Acid / MUFA - Poly - Unsaturated Fatty Acid / PUFA 1. Pengertian Trigliserida Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang banyak ditemukan di dalam darah. Trigliserida dihasilkan oleh organ hati, namun sebagian besar berasal dari makanan, seperti daging, keju, susu, nasi, minyak goreng, dan mentega.Lemak dari makanan yang dikonsumsi akan dipecah dan diubah menjadi energi. Setiap lemak yang tidak digunakan tubuh, akan diubah menjadi trigliserida dan disimpan di sel lemak. Ketika dibutuhkan, trigliserida akan dilepaskan untuk digunakan sebagai energi.Ketika asupan trigliserida dari makanan melebihi jumlah yang dibutuhkan tubuh, akan terjadi peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Trigliserida yang tinggi diduga dapat memicu penebalan pada dinding pembuluh darah, sehingga berisiko terjadi stroke dan serangan jantung. 2. Monogliserida Monogliserida adalah jenis molekul gliserol, juga dikenal sebagai lipid atau lemak. Monogliserida ini dapat berasal dari minyak tumbuhan atau lemak hewan, dan juga dapat diproduksi secara sintetis. 3. Asam Lemak Asam lemak adalah bahan dasar pembangunan lemak di tubuh kita. Asam lemak sendiri merupakan rantai hidrokarbon yang berakhiran dengan gugus asam karboksilat (R-COOH) [1]. Ujung rantai karbon yang terdapat gugus karboksilat disebut sebagai ujung-α (alpha), sedangkan yang hanya berupa unit karbon disebut sebagai ujung-ω (omega). Satu jenis asam lemak memiliki tiga macam perbedaan karakteristik, yaitu panjang rantai hidrokarbon, tingkat kejenuhan, dan letak atom hidrogen terhadap ikatan ganda [2]. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit Titik No Asam Lemak Rumus Persen Komposisi Berat Molekul Didih Asan Laurat ( 12 1 0,0 – 0,4 200,32 180˚C :0) Asam Miristat ( 2 0,6 – 1,7 228,38 250˚C 14 : 0 ) Asam Palmitat 3 41,1 – 47,0 256,43 271˚C (16 : 0 ) Asam Stearat ( 4 3,7 – 5,6 284,49 232˚C 18 : 0 ) Asam Oleat (18 : 5 38,2 – 43,6 282,47 260˚C 1) Asam Linoleat ( 6 6,6 – 11,9 280,45 176˚C 18 : 2 ) Asam Linoleat ( 7 0,0 – 0,6 278,44 180˚C 18 : 3 ) 4. Mousture Mousture kontrol kelembaban dalam produk dapat menjadi bagian penting dari proses produk.ada sejumlah kelembaban dalam apa yang tanpaknya merupakan bahan kering.mulai dari produk sereal comflake hingga bubuk pencuci,uap air dapat memainkan peran penting dalam kualtias akhir produk.ada dua aspek utama yang menjadi perhatian dalam pengendalian kelembaban dalam produk memungkinkan terlalu banyak kelembaban atau terlalu sedikit.misalnya penambahan air kedalam sereal comflake di jual dengan berat,mengurangi biaya yang mencenganya dari prasa yang terlalu kering.tetapi menambahkan terlalu banyak air dapat mempengaruhi kerenyahan sereal dan kesengaran karena kandungan air berkontribusi pada pertumbahan bakteri 5. Betakaroten β-Karoten adalah pigmen berwarna dominan merah-jingga yang ditemukan secara alami pada tumbuhan dan buah-buahan. Beta karoten merupakan senyawa organik, secara kimiawi diklasifikasikan sebagai hidrokarbon, dan secara spesifik diklasifikasikan sebagai terpenoid (isoprenoid), mencerminkan bahwa ia merupakan turunan unit isoprena. Beta karoten disintesis oleh tumbuhan dari geranilgeranil pirofosfat.[1]
Beta karoten merupakan anggota karoten, yang merupakan
tetraterpena turunan dari isoprena dan memiliki rantai karbon berjumlah 40. Di antara semua karoten, beta karoten dicirikan dengan keberadaan cincin beta pada kedua ujung molekulnya. Penyerapan beta karoten oleh tubuh meningkat dengan meningkatnya asupan lemak, karena karoten larut oleh lemak.
Beta karoten adalah senyawa yang memberikan warna jingga pada
wortel, labu, dan ubi, dan merupakan senyawa karoten yang paling umum pada tumbuhan. Ketika diaplikasikan sebagai pewarna makanan, beta karoten memiliki bilangan E160.[2] Di alam, beta karoten adalah bentuk awal dari Vitamin A melalui enzim beta- carotene 15,15'-monooxygenase.[1] Isolasi beta karoten di dalam buah-buahan umumnya menggunakan metode kromatografi kolom. Pemisahan beta karoten dari campuran dengan senyawa karotenoid lainnya berdasarkan polaritasnya. Beta karoten bersifat non-polar, sehingga dapat dipisahkan dengan pelarut non-polar seperti heksana.
D. Penentuan Asam Lemak Bebas
1. Asam lemak bebas disebut juga Free Fat Acid (FFA) yang dapat dijadikan standar mutu dari suatu minyak. Penentuan asam lemak bebas dapat dilakukan dengan melarutkan minyak sekitar ± 20 gram dengan alcohol murni yang panas. Kemudian ditambahkan beberapa tetes indicator PP dan di titrasi dengan KOH/NaOH 0.1 N sehingga menunjukan perubahan warna merah jambu. 2. Titrasi Asam Basa Titrasi asam basa yaitu proses penetapan kadar suatu larutan asam dengan standar basa yang diketahui normalitasnya atau sebaliknya. Pada titrasi asam basa dikenal istilah titik ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah keadaan dimana asam dan basa tepat habis bereaksi. Titik akhir titrasi yaitu saat dimana titrasi harus dihentikan pada saat terjadi perubahan indicator. Pada proses titrasi digunakan indicator warna untuk menunjukan titik akhir titrasi, dan penggunaan indicator tergantung senyawa yang akan ditentukan konsentrasinya 3. Indikator PP atau fenolptalien merupakan asam diprotik dan tidak berwarna. Indicator ini terurai dahulu menjadi bentuk tidak berwarna kemudian dengan hilangnya priton kedua menjadi ion dengan system terkonjugat menghasilakn warna merah. Indicator PP memiliki rentang pH 8,0 – 9,6 dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah. 4. NaOH (Natrium Hidroksida) Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai alkali kaustik soda. Natriom Hidroksida (NaOH) juga merupakan kaustik logam dasar. Natrium hidroksida adalah basa yang umum di laboratorium kimia. Natrium hidroksida (NaOH) banyak digunakan di banyak industri, terutama sebagai basa kuat kimia dasar dalam pembuatan pulp dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen dan sebagai pembersih drain (Faiz, 2011). Titrasi dilakukan menggunakan NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah jambu yang tidak hilang dalam 30 detik. Penggunaan NaOH berfungsi untuk mengukur beberapa besar asam lemak yang bebas dari minyak. Basa NaOH mampu menghidrolisis minyak menjadi gliserol dan asam lemak (Hadi, 2012). 5. Alkohol Netral Fungsi penambahan alkohol adalah untuk melarutkan lemak atau minyak dalam sampel agar dapat bereaksi dengan basa alkali. Alkohol digunakan untuk melarutkan minyak, sehingga konsentrasi alkohol (etanol) yang digunakan berada di kisaran 95- 96%. Etanol 95% merupakan pelarut lemak yang baik. Fungsi pemanasan (refluks) saat percobaan adalah agar reaksi antara alkohol dan minyak tersebut bereaksi dengan cepat, sehingga pada saat titrasi diharapkan alkohol (etanol) larut seutuhnya (Himka, 2011). Alkohol netral panas digunakan sebagai pelarut netral supaya tidak memengaruhi pH karena titrasi ini merupakan titrasi asam basa. Alkohol dipanaskan untuk meningkatkan kelarutan asam lemak (Indah, 2013). Pelarut alkohol digunakan dalam analisis kadar asam lemak bebas karena alkohol merupakan pelarut asam lemak bebas dan dapat memberhentikan kerja enzim lipase sebelum titrasi. Alkohol akan melarutkan asam lemak yang bersifat asam agar dapat bereaksi dengan larutan KOH yang bersifat basa sehingga terjadi reaksi sesuai dengan prinsip titrasi asam-basa. Senyawa yang dapat terekstrak oleh alhohol hanya asam lemak bebas yang dapat terlarut dalam pelarut atau dengan kata lain asam lemak bebas yang terekstrak merupakan asam lemak bebas yang mempunyai tingkat kepolaran yang sama dengan pelarut (Firmansyah, 2014). E. Komposisi Asam Lemak Bebas