Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring bertambahnya jumlah manusia dan berkurangnya lahan sehingga optimalisasi


lahan semakin gencar dilakukan. Pembangunan ke arah vertikal merupakan solusi dari
optimalisasi lahan tersebut. Untuk itu para enggineer berlomba-lomba merancang
bangunan. Pembangunan gedung ini tidak lupa juga memasukkan nilai keindahan
arsitektural sehingga merubah bentuk menjadi yang lebih menarik dengan bentuk yang
berbeda-beda.
Pada umumnya struktur bangunan terdiri dari struktur bawah dan struktur atas. Struktur
bawah yang dimaksud adalah pondasi dan struktur bangunan yang berada di bawah
permukaan tanah, sedangkan yang dimaksud dengan struktur atas adalah struktur bangunan
yang berada di atas permukaan tanah seperti kolom, balok, plat, tangga. Setiap komponen
tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda di dalam sebuah struktur.
Beban pada struktur bangunan merupakan salah satu hal yang terpenting dalam
perencanaan sebuah gedung. Kesalahan dalam perencanaan beban atau penerapan beban
pada perhitungan akan mengakibatkan kesalahan yang fatal pada hasil desain bangunan
tersebut. Untuk itu sangat penting bagi kita untuk merencanakan pembebanan pada struktur
bangunan dengan sangat teliti agar bangunan yang didesain tersebut nantinya akan aman
pada saat dibangun dan digunakan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari makalah ini adalah :


1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan beban dinamik
2. Mengetahui diskripsi beban pada struktur bangunan gedung
Manfaat dari penulisan ini adalah agar kita dapat mengetahui apa itu beban dinamik dan
apa saja beban-beban dinamik pada struktur bangunan gedung.
BAB ll
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian beban dinamik

Secara umum, beban luar yang bekerja pada struktur Teknik Sipil dapat dibedakan
menjadi beban statis dan beban dinamis.
Beban statis adalah beban yang bekerja secara terus-menerus pada suatu struktur.
Beban statis juga diasosiasikan dengan beban-beban yang secara perlahan-lahan timbul
serta mempunyai variabel besaran yang bersifat tetap (steady states). Dengan demikian,
jika suatu beban mempunyai perubahan intensitas yang berjalan cukup perlahan
sedemikian rupa sehingga pengaruh waktu tidak dominan, maka beban tersebut dapat
dikelompokkan sebagai beban statik (static load). Deformasi dari struktur akibat beban
statik akan mencapai puncaknya jika beban ini mencapai nilainya yang maksimum. Beban
statis pada umumnya dapat dibagi lagi menjadi beban mati, beban hidup, dan beban khusus,
yaitu beban yang diakibatkan oleh penurunan pondasi atau efek temperatur
Beban dinamik adalah beban yang bekerja secara tiba-tiba pada struktur. Pada
umumya, beban ini tidak bersifat tetap (unsteady-state) serta mempunyai karakterisitik
besaran dan arah yang berubah dengan cepat. Deformasi pada struktur akibat beban
dinamik ini juga akan berubah-ubah secara cepat.
Gb. Beban pada struktur Teknik Sipil

Dengan demikian, jika suatu beban mempunyai perubahan intensitas yang bervariasi
secara cepat terhadap waktu, maka beban tersebut disebut sebagai beban
dinamis (dynamic load). Beban dinamis dapat menyebabkan terjadinya
osilasi sehingga deformasi puncak dari struktur tidak terrjadi bersamaan dengan terjadinya
beban yang maksimum. Pengaruh beban statis dan beban dinamis pada struktur, dapat
digambarkan pada Diagram Beban (P) – Waktu (t), seperti pada Gambar di bawah :

Gb. Diagram Beban ( P ) – Waktu ( t )


Beban statis dapat dianggap sebagai beban dinamis dengan intensitas beban yang tetap dari
waktu ke waktu. Getaran mesin merupakan beban dinamis yang bersifat periodik karena
mempunyai intensitas beban dan frekuensi getar yang berulang. Bentuk dari getaran yang
ditimbulkan mesin pada umumnya berbentuk sinusoidal. Getaran gempa merupakan beban
dinamik dengan intesitas dan frekuensi getar yang acak dari waktu ke waktu. Meskipun
terjadi dalam waktu yang singkat, tetapi getaran gempa dapat menimbulkan kerusakan
pada struktur bangunan.

2.2 Perbedaan antara Beban Dinamik dan Beban Statik

Beban Statik :

Adalah beban tetap, baik besarnya (intensitasnya), titik bekerjanya dan arah garis kerjanya
tetap.

Beban Dinamik :

1. Beban yang besarnya ( intensitasnya ) berubah-ubah menurut waktu, sehingga dapat


dikatakan besarnya beban merupakan fungsi waktu.
2. Bekerja hanya untuk rentang waktu tertentu saja, akan tetapi walaupun hanya bekerja
sesaat akibat yang ditimbulkan dapat merusakkan struktur bangunan, oleh karena itu beban
ini harus diperhitungkan didalam merencanakan struktur bangunan.
3. Beban dinamik dapat menyebabkan timbulnya gaya inersia pada pusat massa yang arahnya
berlawanan dengan arah gerakan. Contoh gaya inersia yang paling sederhana adalah
tumpukan kotak pada bak belakang truk akan terguling kedepan bila truk direm mendadak,
dan akan terguling kebelakang bila truk dengan mendadak dijalankan.
4. Beban dinamis lebih kompleks dari pada beban statis, baik jika ditinjau dari bentuk fungsi
bebannya maupun akibat yang ditimbulkan.
5. Karena beban dinamik adalah fungsi dari waktu, maka pengaruhnya terhadap struktur juga
akan berubah-ubah.menurut waktu. Oleh karena itu penyelesaian persoalan dinamik harus
dilakukan secara berulang-ulang mengikuti sejarah pembebanan yang ada. Jika
penyelesaian problem statik bersifat tunggal (single solution ), maka dalam penyelesaian
problem dinamik bersifat penyelesaian berulangulang ( multiple solution ).
6. Karena beban dinamik menimbulkan repons yang berubah-ubah menurut waktu, maka
struktur yang bersangkutan akan ikut bergetar.

Pada saat bergetar bahan dari struktur akan melakukan resistensi/perlawanan terhadap
getaran/gerakan, dan pada umumnya dikatakan bahan yang bersangkutan mempunyai
kemampuan untuk meredam getaran. Dengan demikian pada pembebanan dinamik akan
terdapat
peristiwa redaman yang hal ini tidak terdapat pada pembebanan statik.

Contoh-contoh Beban Dinamik :

1. Getaran yang di-akibatkan oleh generator.


2. Getaran dijembatan yang diakibatkan oleh gerakan kendaraan.
3. Getaran yang di-akibatkan oleh suara yang keras, seperti mesin jet pesawat terbang.
4. Angin.
Angin dengan kecepatan tinggi dan menerpa suatu struktur bangunan dapat diekivalenkan
sebagai suatu gaya yang bekerja sekaligus menggetarkan struktur bangunan.
5. Beban Gelombang Air Laut.
Gelombang air laut menimpa bangunan pantai seperti pemecah gelombang ( breakwater),
dermaga dll. juga merupakan beban dinamik yang di-ekivalenkan suatu gaya yang
bekerja pada bangunan-bangunan tersebut.
Energi gelombang ini dapat disebabkan adanya tiupan angin yang kencang, maupun
gempa bumi yang terjadi didasar laut dapat menimbulkan gelombang tsunami.
6. Gempa bumi.
7. Ledakan bahan peledak atau bom.
8. Dan lain-lain.
2.3 Deskripsi Pembebanan

Pembebanan Gedung & Peta Gempa Indonesia

Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturan-peraturan yang


berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur
bangunan yang direncanakan harus mampu menahan beban mati, beban hidup dan beban
gempa yang bekerja pada struktur bangunan tersebut. Menurut Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung 1989, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang
tercantum di bawah.

Beban-beban yang bekerja pada struktur bangunan ini adalah sebagai berikut:

1) Beban Mati
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap termasuk
segala unsur tambahan penyelsaian-penyelsaian,mesin-mesin serta peralatan tetap yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari gedung itu.Informasi mengenai erat satuan
berbagai material yang sering digunakan pada bangunan untuk perhitungan beban mati
dicantumkan sebagai berikut:
Tabel Beberapa intensitas beban mati:

Berat
Material Gedung
(kg/m3)
Baja 7850
Batu alam 2600
Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat teumpuk) 1500
Batu karang (berat tumpuk) 700
Batu pecah 1450
Besi tuang 7250
Beton (1) 2200
Beton Bertulang (2) 2400
Kayu (kelas I) (3) 1000
Kerikil, koral (kering udara sampai lembab, tanpa diayak) 1650
Pasangan bata merah 1700
Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung 2200
Pasangan batu cetak 2200
Pasangan batu karang 1450
Pasir (kering udara sampai lembab) 1600
Pasir (jenuh air) 1800
Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembab) 1850
Tanah lempung dan lanau (kering udara sampai lembab) 1700
Tanah lempung dan lanau (basah) 2000
Timah hitam 11400
Komponen Gedung Kg/m2
Adukan per cm tebal
Dari semen 21
Dari kapur, semen merah atau tras 17
Aspal, termasuk bhan-bahan mineral penambah, per cm tebal 14
Dinding pasangan bata merah
Satu bata 450
Setengah bata 250
Dinding pasangan batako
Berlubang:
Tebal dinding 20 cm (HB 20) 200
Tebal dinding 10 cm (HB 10) 120
Tanpa Lubang:
Tebal dinding 15 cm 300
Tebal dinding 10 cm 200
Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya tanpa
penggantung langit-langit atau pengaku), terdiri dari:
Semen asbes (eternit dan bahan lain sejenis), dengan tebal maksimum
11
4 mm
Kaca, dengan tebal 3 – 5 mm 10
Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa langit-langit dengan
40
bentang maksimum 5 m dan untuk beban hidup maksimum 200 kg/m2
Penggantung langit-langit (dari kayu), dengan bentang maksimum 5
7
m dan jarak s.k.s. minimum 0,80 m
Penutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso per m2 bidang atap 50
Penutup atas sirap dengan reng dan usuk/kaso, per m2 bidang atap 40
Penutup atap seng gelombang (BJLS-25) tanpa gordeng 10
Penutup lantai dari ubin semen, teraso dan beton, tanpa adukan, per
24
cm tebal
Semen asbes gelombang (tebal 5 mm)
Penutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso per m2 bidang atap 11

2) Beban Hidup
Beban hidup adalah beban-beban yang bisa ada atau tidak ada pada struktur untuk suatu
waktu yang diberikan. Meskipun dapat berpindah-pindah, beban hidup masih bisa
dikatakan bekerja secara perlahan-lahan pada struktur.

Berat
Beban Hidup
(Kg/m3)
Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut dalam b 200
Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan gudang-gudang tidak
125
penting yang bukan untu toko, pabrik atau bengkel
Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran, hotel,
250
asrama dan rumah sakit
Lantai ruang olahraga 400
Lantai ruang dansa 500
Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang lain
daripada yang disebut dalam a s/d e, seperti mesjid, gereja, ruang
400
pagelaran, ruang rapat, bioskop dan panggung penonton dengen
tempat duduk tetap
Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau untuk
500
penonton yang berdiri
Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c 300
Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d, e, f dan g 500
Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f dan g 250
Lantai untuk pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, toko
buku, toko besi, ruang alat-alat dan ruang mesin, harus direncanakan 400
terhadap beban hidup yang ditentukan tersendiri, dengan minimum
Lantai Gedung Parkir Bertingkat
Untuk lantai bawah 800
Untuk lantai tingkat lainnya 400

Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direncanakan


300
terhadap beban hidup dari lantai ruang yang berbatasan

Beban pengguna (occupancy loads) adalah beban hidup. Yang termasuk kedalam beban
pengguna adalah berat manusia, perabot, material yang disimpan, dan sebagainya. Beban
salju juga termasuk kedalam beban hidup. Semua beban hidup mempunyai karakteristik
dapat pindah atau bergerak. Secara khas beban ini bekerja vertikal ke bawah, tetapi kadang-
kadang dapat berarah horizontal.

Beban hidup aktual pada struktur pada sembarang waktu pada umumnya lebih kecil
daripada besar beban yang dirancang pada struktur. Akan tetapi, pada suatu waktu besar
kemungkinan beban yang bekerja itu sama dengan beban rencan pada struktur.

3) Beban Gempa
Beban Gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung yang
menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa tersebut. Pada saat bangunan
bergetar, timbul gaya-gaya pada struktur bangunan karena adanya kecenderungan massa
bangunan untuk mempertahankan dirinya dari gerakan.
Gaya yang timbul ini disebut inersia. Besar gaya-gaya tersebut bergantung pada banyak
faktor. Massa bangunan merupakan faktor yang paling utama karena gaya tersebut
melibatkan inersia. Faktor lain adalah bagaimana massa tersebut terdistribusi, kekakuan
struktur, kekakuan tanah, jenis fondasi, adanya mekanisme redaman pada bangunan, dan
tentu saja perilaku dan besar getaran itu sendiri.

Yang terakhir ini sulit ditentukan secara tepat karena sifatnya yang acak (random)
sekalipun kadangkala dapat juga tertentu. Geraskan yang diakibatkan tersebut berperilaku
tiga dimensi, gerakan tanah horizontal biasanya merupakan bentuk terpenting dalam
tinjauan desain struktural.

Massa dan kekakuan struktur, juga periode alami getaran yag berkaitan, merupakan faktor
terpenting, yang mempengaruhi respon keseluruhan struktur terhadap gerakan dan besar
serta perilaku gaya-gaya yang timbul sebagai akibat gerakan tersebut.

Salah satu cara untuk memahami fenomena-fenomena yang terlibat dapat ditinjau terlebih
dahulu bagaimana suatu struktur kaku memberikan respon terhadap gerak getaran
sederhana, struktur mempunyai fleksibilitas seperti umumnya struktur gedung.

Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 wilayah gempa saperti yang ditunjukan gambar 1,
dimana wilayah gempa 1 adalah wilayah dengan kegempaan paling rendah dan wilayah 6
adalah wilayah kegempaan paling tinggi.
Dalam hal pembebanan gempa, penentuan lokasi akan berpengaruh terhadap perhitungan
beban gempa. Perencanaan struktur gedung di wilayah gempa 1 dan 6 akan sangat jauh
berbeda.

Faktor respon gempa ditunjukan pada gambar 2 SNI-03-1726-2002.Dalam gambar tersebut


C adalah faktor respons gempa dinyatakan dalam percepatan gravitasi dan T adalah waktu
getar alami struktur gedung yang dinyatakan dalam detik.

Struktur gedung beraturan dapat direncanakan terhadap pembebanan gempa nominal


akibat pengaruh gempa rencana dalam arah masing-masing sumbu utama denah struktur
tersebut, berupa beban gempa nominal statik ekuivalen yang ditetapkan pasal 6 SNI-1726-
2002.
Beban gempa di dapat dari hasil perhitungan gaya geser dasar nominal V yang diperoleh
dari rumus:

V = C x I x W/R

Dimana:
V = gaya geser dasar nominal
C = faktor respons gempa
I = faktor keutamaan gedung
W = berat total gedung termasuk beban hiup yang bekerja
R = faktor reduksi gempa

Gaya geser dasar nominal V ini harus di distribusikan sepanjang tinggi struktur gedung
menjadi beban-beban gempa nominal statik ekuivalen Fi yang bekerja pada pusat massa
lantai tingkat ke-i menurut persamaan:

Fi = (Wi . Zi) / (sigma Wi . zi) × V

Dimana:
Fi = gempa nominal statik ekuivalen
Wi = berat lantai tingkat ke-i termasuk beban hidup
Zi = ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral
V = gaya geser dasar nominal

4) Beban Angin
Beban Angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang
disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara (kg/m2). Struktur yang ada pada lintasan angin
akan menyebabkan angin berbelok atau dapat berhenti.

Sebagai akibatnya, energi kinetik angin akan berubah bentuk menjadi energi potensial yang
berupa tekanan atau isapan pada struktur. Besar tekanan atau isapan yang diakibatkan oleh
angin pada suatu titik bergantung pada kecepatan angin, rapat massa udara, lokasi yang
ditinjau pada struktur, perilaku permukaan struktur, bentuk geometris, dimensi dan
orientasi struktur, dan kelakuan keseluruhan struktur.
Beban Angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif
(hisapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positif
dan negatif yang dinyatakan dalam kg/m2 ini ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup
dengan koefisien-koefisien angin.

Tekan tiup harus diambil minimum 25 kg/m2, kecuali untuk daerah di laut dan di tepi laut
sampai sejauh 5 km dari tepi pantai. Pada daerah tersebut tekanan hisap diambil minimum
40 kg/m2.

Sedangkan koefisien angin untuk gedung tertutup:


1) Dinding Vertikal
a) Di pihak angin . . . . . . . . + 0,9
b) Di belakang angin . . . . . . - 0,4

2) Atap segitiga dengan sudut kemiringan


a) Di pihak angin: α < 65α . . . . . . 0,02 α - 0,4
65α < α < 90α . . . . . . + 0,9
b) Di belakang angin, untuk semua α . . . . . . - 0,4

5) Kombinasi Pembebanan
Pada perencanaan struktur, beban-beban yang ada harus dikombinasikan dengan faktor-
faktor tertentu sehingga akan menghasilkan beban ultimate sebagai dasar perencanaan.

Kombinasi pembebanan yang ditetapkan pada analisis struktur adalah sebagai berikut:

a) Kuat perlu U untuk menahan beban mati D paling tidak harus sama dengan:
U = 1,4D

Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L, dan juga beban atap A atau
beban hujan R, paling tidak harus sama dengan:

U = 1,2D + 1,6L + 0,5 (A atau R)


b) Bila ketahanan struktur terhadap beban angin W harus diperhitungkan dalam perencanaan,
maka pengaruh kombinasi beban D,L, dan W berikut harus ditinjau untuk menentukan
U yang terbesar, yaitu:
U = 1,2D + 1,0L ±1,6W + 0,5 (A atau R)

Kombinasi beban juga harus memperhitungkan kemungkinan beban hidup L yang penuh
dan kosong untuk mendapatkan kondisi yang paling berbahaya, yaitu:

U = 0,9D ±1,6 W

c) Bila ketahanan struktur terhadap beban gempa E harus diperhitungkan dalam perencanaan,
maka nilai kuat perlu U harus diambil sebagai:

U = 1,2D +1,0L±1,0E atau U = 0,9±1,0E

Suatu bangunan gedung rawan terhadap keruntuhan jika tidak direncanakan dengan
baik. Oleh karena itu, diperlukan suatu perencanaan struktur yang tepat dan teliti agar dapat
memenuhi kriteria kekuatan (strenght), kenyamanan (serviceability), keselamatan (safety),
dan umur rencana bangunan (durability).

Dalam menjalankan fungsinya, setiap struktur Teknik Sipil akan menerima pengaruh
dari luar yang perlu dipikul. Selain pengaruh dari luar, sistem struktur yang terbuat dari
material bermassa, juga akan memikul beratnya sendiri akibat pengaruh gravitasi. Selain
pengaruh dari luar yang dapat diukur sebagai besaran gaya atau beban, seperti berat sendiri
struktur, beban akibat hunian atau penggunaan struktur, pengaruh angin atau getaran
gempa, tekanan tanah atau tekanan hidrostatik air, terdapat juga pengaruh luar yang tidak
dapat diukur sebagai gaya. Sebagai contoh adalah pengaruh penurunan pondasi pada
struktur bangunan, atau pengaruh temperatur / suhu pada elemen-elemen struktur. Sebagai
contoh adalah pengaruh penurunan pondasi pada struktur bangunan, atau pengaruh
temperatur / suhu pada elemen-elemen struktur.

Setiap bangunan memikul beban-beban yang ada pada “dirinya”. Seluruh beban tersebut
harus disalurkan ke dalam tanah melalui pondasi. Artinya daya dukung tanah (kemampuan
mendukung/satuan luas) harus mampun merespon beban-beban dari atasnya (jumlah
beban/satuan luas). Apa akibatnya bila jumlah beban bangunan lebih besar dibandingkan
kemampuan tanah mendukungnya?

Beban bangunan dapat disebar pada permukaan pondasi yang lebih lebar, artinya setiap
cm2 beban yang harus disalurkan dapat lebih kecil karena dibagikan pada luas permukaan
pondasi yang lebih luas.

Contohnya, beban bangunan sebesar 1000 kg dipikul oleh luas pondasi 10 cm2, maka
setiap cm2 memikul beban 1000kg/10cm2 = 100kg/cm2, artinya setiap cm2 beban yang
disalurkan oleh permukaan pondasi sebesar 100kg. Tetapi setelah Anda memperlebar
permukaan pondasi menjadi 20 cm2 maka setiap cm2 permukaan pondasi ini menyalurkan
beban seberat 1000kg/20cm2 = 50 kg/cm2.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pembebanan dinamik pada struktur bangunan gedung memberikan pengaruh yang


bervariasi untuk masing-masing struktur bangunan. Dari pembahasan di atas dapat
disimpulkan sebagai
berikut:
1. Pembebanan statis menyebabkan deformasi yang lebih besar pada struktur dibandingkan
pembebanan dinamis.
2. Pada beban gempa terjadi konsentrasi tegangan dimana loncatan bidang muka itu berada.
Hal ini disebabkan karena perbedaan massa bangunan atas danbawah yang besar.
3. Pada beban angin setiap adanya loncatan bidang mukamemberikan pengaruh deformasi
yang besar.

3.2. Saran

1. Dalam pembuatan suatu gedung, selain memperhatikan faktor struktur bagian bawah, juga
harus memperhatikan struktur gedung bagian atas.
2. Suatu bangunan gedung beton bertulang yang berlantai banyak sangat rawan terhadap
keruntuhan jika tidak direncanakan dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan suatu
perencanaan struktur yang tepat dan teliti agar dapat memenuhi kriteria kekuatan
(strenght), kenyamanan (serviceability), keselamatan (safety), dan umur rencana bangunan
(durability).

DAFTAR PUSTAKA

http://pustaka-ts.blogspot.com/2010/11/struktur-kolom.html
http://www.scribd.com/doc/53250428/10/Struktur-Atas
http://etd.eprints.ums.ac.id/8126/1/D100040035.pdf
http://etd.eprints.ums.ac.id/14362/2/BAB_I.pdf
A.G Tamrin.2008. Teknik Konstruksi Bangunan Gedung jilid 2 untuk SMK. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai