Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGELOLAAN PENDIDIKAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pengelolaan Pendidikan

Dosen : Dina Rahmi Darman, M.Pd.

Oleh Kelompok 4:

Riska tri utami (2280160028)

Giva Navira Salsadila (2280170037)

Neli oktavia suhyani (2280170011)

Sri rizki fitriani (2280170023)

Ahda febri rohmana(2280170025)

Ichsaniah Aini (2280170010)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………...…………………………………..…………….. i

BAB PEMBAHASAN …………………………………...………….……….…………... 1

1. Supervisi Pendidikan …………………..………………………………………... 1

1.1. Pendahuluan ………………………………………………………………….. 1

1.2. Uraian Materi .………………………………………………………. 1

1.2.1. Pengertian Supervisi ……….…………..….…………………. 1

1.2.2. Tujuan dan Sarana Supervisi ………………………………... 3

1.2.3. Prinsip-Prinsip Supervisi ……………...….………………… 4

1.2.4. Fungsi Supervisi ……………….…………………………….. 5

1.2.5. Tipe-Tipe Supervisi …….………….………………………... 5

1 .2. 6. Teknik-Teknik Supervisi……………………………………………... 6

2
Supervisi Pendidikan
A. Pendahuluan
Jika mereka mengunjungi kelas dan mengamati guru yang sedang melaksanakan proses
belajar mengajar, serta mengisi instrumen yang dibawa, berarti mereka sudah melaksanakan
kegiatan supervisi pengajaran.
Pemahaman konsep supervisi seperti yang ditunjukkan pada contoh di atas perlu diluruskan.
Sebenarnya kegiatan yang dilakukan supervisor dalam contoh tersebut belum dapat dikatakan
kegiatan supervisi pengajaran, sebab belum memberikan pengaruh terhadap peningkatan kualitas
penampilan guru dalam mengajar.
Kehidupan manusia selalu dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
karena itu manusia harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Begitu pulas
siswa, sebagai generasi bangsa masa yang akan dating, perlu dipersiapkan sedemikian rupa,
sehingga mereka mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada di lingkungannya.
Sekolah sebagai lembaga yang diserahi tugas dan tanggung jawab mempersiapkan generasi
penerus perlu terlebih dahulu berbenah diri, antara lain membekali guru-guru dengan pengetahuan
dan kemampuan yang diperlukan untuk memperlancar tugas mereka sebagai guru. Salah satu cara
yang dianggap efektif untuk meningkatkan kemampuan professional guru adalah melalui supervisi.
B. Uraian Materi
1. Pengertian Supervisi
Arti supervisi menurut asal-usul (etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang
terkandung dalam perkataan itu (semantik).
a) Secara morfologis, supervisi berasal dari dua kata bahasa inggris, yaitu super dan vision.
Super berarti di atas dan vision berarti melihat, masih serumpun dengan inspeksi,
pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh
atasan orang yang berposisi di atas, pimpinan terhadap hal-hal yang ada di bawahnya.
Sepervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human, manusiawi.
Kegiatan supervisi bukan mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur
pembinaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya
(bukan semata-mata kesalahannya) untuk dapat diberi tahu bagian yang perlu diperbaiki..
b) Secara semanik, supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau
tuntutan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu
mengajar dan belajar serta belajar pada khususnya.
c) Secara etimologi, supervisi diambil dari perkataan bahasa inggris “Supervision” artinya
pengawasan di bidang pendidikan. Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor.

Pengertian supervisi menurut pendapat ahli dapat dikemukakan sebagai berikut.

a. Good Carter
Supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan
petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi
pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan

3
pendidikan, bahan-bahan pengajaran, dan metode mengajar serta evaluasi pengajaran.
Good Carter melihatnya sebagai usaha memimpin guru-guru dalam jabatan mengajar.
b. Boardman
Supervisi adalah salah satu usaha menstimulasi, mengoordinasi dan membimbing secara
kontinu pertumbuhan guru-guru di sekolah, baik secara individual maupun secara kolektif,
agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudan seluruh fungsi pengajaran. Dengan
demikian mereka dapat mensimulasi dan membimbing pertumbuhan tiap-tiap murid secara
kontinu, serta mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalm masyarakat demokrasi modern.
Boardman melihat supervisi sebagai lebih sanggup berpartisipasi dalam masyarakat
modern.
c. Wilem Manja (2007)
Supervisi diartikan sebagai kegiatan supervisor (jabatan resmi) yang dilakuakan untuk
perbaikan proses belajara mengajar (PBM). Ada dua tujuan ganda yang harus diwujudkan
dalam supervisi, yaitu : perbaikan (guru-murid) dan peningkatan mutu pendidikan. Willem
Mantja memandang supervisi sebagai kegiatan untuk perbaikan (guru-murid) dan
peningkatan mutu pendidikan.
d. Kimball Wiles (1967)
Konsep supervisi modern dirumuskan sebagai berikut: “Supervision is assistance in the
development of a better teaching learning situation” . Kimball Wiles beranggapan bahwa
faktor manusia yang memiliki kecakapan (skill) sangat penting untuk menciptakan suasana
belajar mengajar yang lebih baik.
e. Mulyasa (2006)
Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai
supervisor, tetapi dalam sistem organisasi modern diperlukan supervisor khusus yang lebih
independen, dan dapat meningkatkan objektivitas dalam pembinaaan dan pelaksanaan
tugas.
f. Ross L. (1980)
Mendefinisikan supervisi begai pelayanan kepada guru-guru yang bertujuan
menghasilkan perbaikan pengajaran, pembelajaran dan kurikulum.
g. Purwanto (1987)
Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para
guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan secara efektif.
Kegiatan supervisi yang dahulu banyak dilakukan adalah inspeksi, pemeriksaan,
pengawasan atau penilikan. Supervisi masih serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan
pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan, orang yang
berposisi di atas, pimpinan, terhadap hal-hal yang ada dibawahnya. Inspeksi: inspectie
(bahasa Belanda) yang artinya memeriksa dalam arti melihat untuk mencari kesalahan.
Orang yang menginspeksi disebut inspektur. Inspektur dalam hal ini mengadakan:
1) Controlling, memeriksa apakah semuanya dijalankan sebagaimana mestinya.
2) Correcting, memeriksa apakah semuanya sesuai dengan apa yang telah
diteteapkan/digariskan.
3) Judging, mengadili dalam arti memberikan penilaian atau keputusan sepihak.

4
4) Directing, pengarahan, menentukan ketetapan/garis.
5) Demonstration, memperlihatkan bagaimana mengajar yang baik.
Pemeriksaan artinya melihat apa yang terjadi dalam kegiatan, sedangkan pengawasan
adalah melihat apa yang positif dan negatif. Adapun supervisi juga merupakan kegiatan
pengawasan tetapi sifatnya lebih human, manusiawi. Kegiatan supervisi bukan mencari-cari
kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan, agar kondisi pekerjaan yang
sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata-mata kesalahannya)
untuk dapat diberi tahu bagian yang perlu diperbaiki. Supervisi dilakukan untuk melihat
bagian mana dari kegiatan sekolah yang masih negatif untuk diupayakan menjadi positif,
dan melihat mana yang sudah positif untuk ditingkatkan menjadi lebih positif lagi dan yang
terpenting adalah pembinaannya.
Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor. Di bidang pendidikan disebut
supervisor pendidikan. Menurut keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor
0134/0/1977, termasuk kategori supervisor dalam pendidikan adalah kepala sekolah,
pemilik sekolah, dan para pengawas di tingkat kabupatan/kotamadya, serta staf di kantor
bidang yang ada di tiap provinsi.
Jika supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu melakukan
berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan.
Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrok agar kegiatan pendidikan di sekolah
terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.
Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah
agara para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati
dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. Tujuan dan Sarana Supervisi
a. Tujuan Supervisi

Tujuan utama supervisi adalah memperbaikiny pengajaran (Neagly & Evans, 1980; Olivia, 1984;
Hoy & Forsyth, 1986; Wiles and Bond, 1986; Glickman, 1990). Tujuan umum supervisi adalah
memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personel tersebut
mampu meningkatkan kualitas kinerjanya dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses
blajar mengajar.

Secara operasional dapat dikemukakan beberapa tujuan konkret dari supervisi


pendidikan yaitu :

1. Meningkatkan mutu kinerja guru


1) Membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam
mencapai tujuan tersbut.
2) Membantu guru dalam melhat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan
kebutuhan siswanya.

5
3) Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersiapkan guru dalam satu tim yang
efektif, nekerja sama secara akrab dan bershabat serta saling menghargai satu dengan
lainnya.
4) Menigkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar
siswa.
5) Meningkatkan kualitan pengajaran guru, baik itu dari segi strategi, keahlian maupun
alat pengajaran.
6) Menyediakan sebuah sistem yang berupa penggunaan teknologi yang dapat membantu
guru dalam pengajaran.
7) Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah untuk reposisi
guru.
2. Meningkatkan keefektifan kurikumlum sehingga berdaya guna dan terlaksana dengan baik.
3. Meningkatkan keefektifan dan keefisiensian sarana dan prasarana yang ada untuk dikelola
dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan siswa.
4. Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khusunya dalam mendukung teriptanya
suasana kerja yang optimal yang selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi belajar
sebagaimana yang diharapkan.
5. Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang tenang dan
tenteram serta kondusif yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang menunjukkan
keberhasilan lulusan.

b. Sasaran Supervisi

Adapun sasaran utama dari pelaksanaan kegiatan supervisi tersebuut adalah peningkatan
kemampuan professional guru (Depdiknasi, 1986, 1994 & 1995).

Sasaran supervisi ditinjau dari objek yang disupervisi, ada 3 macam bentuk supervisi:

1. Supervisi Akademik, menitikberatkan pengamatan supervisor pada masalah-masalah


akademik, yaitu hal-hal yang berlangsung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran
pada waktu siswa sedang dalam proses mempelajari sesuatu.
2. Supervisi administrasi, menitikberatkan pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang
berada di sekolah. Supervisi ini dimaksudkan untuk meningkatkan nama baik sekolah atau
kinerja sekolah sacara keseluruhan. Misalnya: Ruang UKS (Unit Kesehatan Sekolah),
Perpustakaan, dan lain-lain.

3. Prinsip-Prinsip Supervisi
Secara sederhana prinsip-prinsip supervisi adalah sebagi berikut:
1) Supervisi hendaknya memberikan rasa aman kepada pihak yang disupervisi.
2) Supervisi hendaknya realistis didasarkan pada keadaan dan kenyataan sebenarnya.
3) Kegiatan supervisi hendaknya terlaksana dengan sederhana.
4) Dalam pelaksanaan supervisi hendaknya terjalin hubungan professional, bukan
didasarkan atas hubungan pribadi.

6
5) Supervisi hendaknya didasarkan pada kemampuan, kesanggupan, kondisi dan sikap
pihak yang disupervisi.
6) Supervisi harus menolong guru agar senantiasa tumbuh sendiri tidak tergantung
pada kepala sekolah.

Pendapat lain mengenai prinsip-prinsip supervisi adalah:

1) Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan bantuan kepada guru dan staf sekolah lain
untuk mengatasi masalah dan mengatasi kesulitan dan bukan mencari-cari kesalahan.
2) Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan secara langsung, artinya bahwa pihak yang
mendapat bantuan dan bimbingan terseut tanpa dipaksa atau dibukakan hatinya dapat
merasa sendiri serta sepadan dengan kemampuan untuk dapat mengatasi sendiri.
3) Apabila supervisor merencanakan akan memberikan saran atau umpan baik, sebaiknya
sesegera mungkin agar tidak lupa. Sebaiknya supervisor memberikan kesempatan kepada
pihak yang disupervisi untuk mengajukan pertanyaan atau tanggapan.
4) Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala misalnya 3 bulan sekali, bukan
menurut minat dan kesempatan yang dimiliki oleh supervisor.
5) Suasana yang terjadi selama supervisi berlangsung hendaknya mencerminkan adanya
hubungan yang baik antara supervisor dan yang disupervisi, tercipta suasana kemitraan
yang akrab. Hal ini bertujuan agar pihak yang disupervisi tidak akan segan-segan
mengemukakan pendapat tentang kesulitan yang dihadapi atau kekurangan yang dimiliki.
6) Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak hilang atau terlupakan,
sebaiknya supervisor membuat catatan singkat, berisi hal-hal penting yang diperlukan
untuk membuat laporan.

Sedangkan menurut Tahalele dan Indrafachrudin (1975) prinsip-prinsip supervisi sebagai


berikut:

1) Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif,


2) Supervisi harus kreatif dan konstruktif,
3) Supervisi harus “scientific” dan efektif,
4) Supervisi harus dapat memberi perasaan aman pada guru-guru,
5) Supervisi harus berdasarkan kenyataan,
6) Supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru-guru untuk mengadakan
“self evaluation”

Karena prinsip-prinsip supervisi di atas merupakan kaidah-kaidah yang harus dipedomani atau
dijadikan landasan di dalam melakukan supervisor, maka hal itu mendapat perhatian yang
sungguh-sungguh dari para supervisor, baik dalam konteks hubungan supervisor-guru, maupun
di dalam proses pelaksanaan supervisi.

7
4. Fungsi Supervisi
Fungsi meningkatkan mutu pembelajaran ruang lingkupnya sempit, hanya tertuu pada aspek
akademik, khususnya yang terjadi di ruangkelas ketika guru sedang memberikan bantuan dan
arahan kepada siswa.
5. Tipe-Tipe Supervisi
1. Tipe inspeksi
Tipe seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model kepemimpinan yang
otokratis, mengutamakan pada upaya mencari kesalahan orang lain, bertindak sebagai
“inspektur” yang bertugas mengawasi pekerjaan guru. Supervisi ini dijalankan terutama
untuk mengawasi, meneliti, dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah
melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya.
2. Tipe Laisses Faire
Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi bawahan diawasi
secara ketat dan harus menuntut perintah atasan, pada supervisi Laisses Faire para
pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar. Misalnya:
guru boleh mengajar sebagaimana yang mereka inginkan, baik pengembangan materi,
pemilihan metode maupun alat pengajaran.
3. Tipe Coersive
Tipe ini tidak jauh, Coersive berbeda dengan tipe inspeksi. Sifatnya memaksakan
kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun tidak cocok
dengan kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya.
Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian.
Supervisi ini mungkin masih bisa diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat awal.
Contoh supervisi yang dilakukan kepada guru yang baru mulai mengajar. Dalam keadaan
demikian, apabila supervisor tidak bertindak tegas, yang disupervisi mungkin menjadi ragu-
ragu dan bahkan kehilangan arah yang pasti.

6. Teknik-Teknik Supervisi
1. Teknik Individual
a) Teknik Kunjungan Kelas
Teknik ini , dengan observasi kelas sama-sama dilakukan di ruang kelas,tetapi tidak
sama. Perbedaannya dapat kita lihat pada tujuan dari teknik ini dimana tujuannya
adalah untuk (1) membantu dosen yang belum berpengalaman, (2) membantu dosen
yang sudah mengetahui tentang kekeliruan yang dilakukannya, (3) membantu guru
yang baru pindah, (4) membantu melaksanakan proyek pendidikan, (5) mengamati
perilaku guru pengganti, (6) mendengarkan nara sumber mengajar, (7) mengamati tim
pengajar, (8) mengamati cara mengajar bidang-bidang studi istimewa, serta (9)
membantu menilai pemakaian media pendidikan baik yang baru atau pun yang canggih.
b) Teknik Observasi Kelas
Teknik observasi kelas dilakukan pada saat guru mengajar. Supervisor mengobservasi
kelas dengan tujuan untuk memperoleh data tentang segala sesuatu yang terjadi ketika

8
proses belajar mengajar sedang berlangsung. Data ini sebagai dasar bagi supervisor
untuk melakukan pembinaan terhadap guru yang sedang diobservasi. Tentang waktu
supervisor mengobservasi kelas ada yang diberitahu dan ada juga yang tidak diberi tahu
sebelumnya, tetapi setelah melalui ijin supaya tidak mengganggu proses belajar
mengajar.
c) Percakapan Pribadi
Adalah dialog yang dilakukan oleh dosen dan supervisornya, yang membahas tentang
keluhan-keluhan atau kekurangan yang dikemukakan oleh dosen dalam bidang
mengajar, di mana di sini supervisor dapat memberikan jalan keluarnya.
d) Intervisitasi (mengunjungi kampus lain/ studi banding )
Teknik ini dilakukan oleh sekolah-sekolah yang masih kurang maju dengan mengutus
beberapa orang staf pengajar untuk mengunjungi sekolah sekolah yang ternama dan
maju dalam pengelolaannya untuk mengetahui kiat-kiat yang telah diambil sampai
sekolah tersebut dapat maju.
e) Penyeleksi berbagai sumber materi untuk belajar ( BacaanTerarah )
Cara untuk mengikuti perkembangan pengajaran , ialah dengan berusaha mengikuti
perkembangan itu melalui kepustakaan profesional,dengan mengadakan "profesional
reading ". Ini digunakan untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan situasi
belajar mengajar yang lebih baik.
f) Menilai diri sendiri
Dosen yang disupervisi dan supervisor melihat kekurangan masing-masing yang mana
ini dapat memberikan nilai tambah pada hubungan dosen dan supervisor tersebut,
yang akhirnya akan memberikan nilai positif bagi kegiatan belajar mengajar yang baik.
Menilai diri sendiri merupakan tugas yang tidak mudah , karena suatu pengukuran
terbalik, karena selama ini dosen hanya menilai mahasiswanya. Ada beberapa cara atau
alat yang dapat digunakan untuk menilai diri sendiri, antara lain membuat daftar
pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada mahasiswa untuk menilai
pekerjaan atau suatu aktivitas dosen di muka kelas. Yaitu dengan menyusun daftar
pertanyaan yang tertutup maupun terbuka, tanpa perlu menyebutkan nama
mahasiswa.
g) Supervisi yang memakai pendapat para siswa.
Teknik ini adalah dengan menanyakan kepada mahasiswa tentang belajar mengajar dan
materi yang telah diajarkan.Hal ini dimaksudkan untuk menilai bagaimana hasil
mengajar untuk peningkatan kualitas dalam mengajar.

2. Teknik Kelompok
a) Pertemuan Orientasi Bagi Guru Baru (Orientation Meeting for NewTeacher)
Pertemuan itu ialah salah satu daripada pertemuan yang bertujuan khusus mengantar
dosen untuk memasuki suasana kerja yang baru. Pertemuan orientasi ini bukan hanya
bagi dosen baru tapi juga bagi seluruh staf dosen. Hal-hal yang disajikan dalam
pertemuan orientasi ini meliputi :

9
1) Sistem kerja dari sekolah itu. Biasanya dilaksanakan melalui percakapan bersama,
yang dapat juga diselingi dengan pengenalan physik dan saling diskusi bersama
yang disebut juga a round table discussion.
2) Proses dan mekanisrne administrasi dan organisasi sekolah.
3) Biasanya diiringi dengan tanya jawab dan penyajian seluruh kegiatan dan situasi
sekolah.
4) Sering juga pertemuan orientasi ini diikuti dengan tindak lanjut dalam bentuk
diskusi kelompok, lokakarya selama beberapa hari,sepanjang tahun.
5) Ada juga melalui perkunjungan ke tempat-tempat tertentu, misalnya pusat-pusat
industri, atau obyek-obyek sumber belajar.
6) Salah satu ciri yang sangat berkesan bagi pembinaan segi sosial dalam orientasi ini
ialah makan bersama.
7) Juga tempat pertemuan turut juga mempengaruhi orientasi itu.
8) Aspek lain yang membantu terciptanya suasana kerja, ialah bahwa dosen baru itu
tidak merasa asing tetapi ia merasa diterima dalam kelompok baru tersebut.
Pertemuan orientasi ini juga dapat digunakan untuk merencanakan program kerja
sekolah yang berhubungan dengan pembinaan tenaga pengajar dalam proses belajar
mengajar
b) Panitia Penyelenggara
Suatu kegiatan bersama biasanya perlu diorganisasi. Untuk mengorganisasi sesuatu
tugas bersama, ditunjuk beberapa orang penanggung jawab pelaksana. Para pelaksana
yang dibentuk untuk melaksanakan sesuatu tugas yang lazim disebut panitia
penyelenggara. Panitia ini yang bertugas melaksanakan tugas-tugas yang diberikan
sekolah kepadanya, dengan demikian mereka nantinya akan banyak memperoleh
pengalaman-pengalaman kerja. Pengalaman dalam usaha mencapai tujuan,
pengalaman dalam mengerti cara bekerja sama dengan orang lain, pengalaman yang
berhubungan dengan tugas yang dibebankan kepadanya. Berdasarkan
pengalamanpengalaman tersebut dosen dapat bertambah dan bertumbuh dalam
profesi mengajarnya.
c) Rapat Dosen (teacher metting)
Rapat dosen berbeda dengan pertemuan formal karena pada rapat ini semua dosen
yang ada pada universitas tersebut wajib hadir. Dalam rapat ini biasanya dibicarakan
mengenai masalah pengajaran, dan PR I bidang akademis atau rektor yang
mengundang. Tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki kualitas personal dan
merencanakan program universitas dan juga memberikan kesempatan untuk berpikir
kooperatif, merencanakan staf, mendorong dosen untuk berbicara dan dapat mengenal
kampus secara keseluruhan.
d) Tukar menukar pengalaman (sharring experience)
Teknik ini dilaksanakan secara informal dimana setiap dosen menyampaikan
pengalaman masing-masing dalam mengajar terhadap topik-topik yang sudah
diarahkan. Karena forum ini sifatnya umum maka akan memberikan suatu pengalaman
yang berharga bagi dosen muda (yunior) untuk memperkuat jati diri sebagai staf

10
pengajar. Kesimpulan yang diperoleh akan dijadikan pegangan bagi semua dosen dalam
mensiasati pekerjaan mereka di kelas.
e) Lokakarya (Workshop)
Lokakarya ini dengan cara mendatangkan para ahli-ahli pendidikan untuk
mendiskusikan masalah-masalah pendidikan. Ketika itu dosen dapat mengambil
kesimpulan dari apa yang dibicarakan. Teknik ini adalah usaha untuk mengembangkan
kemampuan berfikir dan bekerja sama baik mengenai masalah-masalah teoritis
maupun praktis dengan maksud untuk meningkatkan kualitas hidup secara umum dan
kualitas profesional secara khusus.Workshop atau lokakarya merupakan salah satu
metode yang dapat ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial.
Metode ini tentunya bersifat kelompok dan dapat melibatkan dosen sejawat, kaprodi,
dan PR I bahkan rektor. Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan
atau urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja
organisasi sejenis lainnya. Sebagai contoh, PR I dapat mengambil inisiatif untuk
mengadakan workshop tentang pengembangan Kurikulum, sistem administrasi
akademik , sistem penilaian ujian dan sebagainya.
f) Panel Diskusi (Panel Discussion)
Teknik ini dilakukan dihadapan dosen oleh para pakar dari bermacam sudut ilmu dan
pengalaman terhadap suatu masalah yang telah ditetapkan. Mereka akan melihat suatu
masalah itu sesuai dengan pandangan ilmu dan pengalaman masing-masing sehingga
dosen dapat memperoleh masukan yang sangat lengkap dalam menghadapi atau
memecahkan suatu masalah. Manfaat dari kegiatan ini adalah munculnya sifat cekatan
dalam memecahkan masalah dari berbagai sudut pandang ahli.
g) Simposium
Kegiatan mendatangkan seorang ahli pendidikan untuk membahas masalah pendidikan.
Simposium menyuguhkan pidato-pidato pendek yang meninjau suatu topik dari aspek-
aspek yang berbeda.Penyuguh pidato biasanya tiga orang dimana dosen sebagai
pengikut diharapkan dapat memperoleh manfaat dengan mendengarkan pidato-pidato
tersebut.
h) Demonstrasi Mengajar
Usaha peningkatan belajar mengajar dengan cara mendemonstrasikan cara mengajar
dihadapan dosen dalam mengenalkan berbagai aspek dalam mengajar di kelas, oleh
supervisor.
i) Buletin supervisi
Suatu media yang bersifat cetak dimana disana didapati peristiwa - peristiwa
pendidikan yang berkaitan dengan cara cara mengajar,tingkahlaku
siswa,dansebagainya.Diharapkan kebijakan ini dapat membantu dosen untuk menjadi
lebih baik.
j) Membaca langsung
Kegiatan ini dilakukan dosen secara perseorangan, dimana dosen membaca buku-buku
pendidikan yang akan membantu dosen tersebut dalam proses belajar mengajar,

11
memperkaya dan mengembangkan materi perkuliahan, memperluas aplikasi sesuai
teori , memperluas relevansi materi kuliah dengan berbagai teori lain.
k) Organisasi profesi
Organisasi profesi dosen di Indonesia adalah ADI (Asosiasi Dosen Indonesia) adalah
lembaga profesi yang melindungi dosen secara lembaga dalam segala sesuatu yang
akan merusak citra dosen baik dari dalam maupun dari luar anggotanya. Lembaga ini
sekaligus memperjuangkan hak dan kewajibannya secara hukum kepada semua pihak
yang langsung atau tidak langsung berhubungan dengan dosen. Hal ini penting untuk
menjaga agar dosen tidak terganggu pekerjaan pokoknya sehari-hari.
l) Perjalanan Sekolah (Field Trips)
Adalah suatu cara dimana dosen – dosen melakukan kunjungan ke universitas lain
untuk memperkaya pengalaman belajar mengajar terutama bagi dosen- dosen yang
mengalami masalah dalam tugas, sehingga mereka akan mendapatkan semacam
selingan atau refreshing setelah melakukan pekerjaan rutin mereka di kampus .Dengan
cara ini diharapkan mendorong pertumbuhan jabatan dan kegairahan bekerja dengan
sumber-sumber pengalaman yang baru.
m) Kurikulum Laborotarium
Suatu tempat dimana dosen- dosen dapat memperoleh sumber-sumber materi untuk
menambah pengetahuan dan pengalaman dalam rangka in service training.
n) Mengikuti kursus
Teknik ini dilakukan oleh dosen untuk meningkatan pengetahuan dan keterampilan
mereka dalam mengajar agar tidak monoton.
o) Supervisi Sebaya (Peer Supervising)
Sejajar dengan prinsip metodologi belajar mengajar bahwa anak yang pintar
diperbolehkan membantu teman-temannya dalam belajar , walaupun ia tidak berhak
dalam memberi penilaian keberhasilan dosen yang dibantu mengajar. Teknik ini sangat
berguna dalam share pengalaman dosen dari teman seprofesi dalam bidangnya.
Mereka akan saling mendapatkan kiat-kiat yang ada pada masing-masing teman
terutama pada materi - materi sulit.
p) Supervisi dengan pemanfaatan Alat Elektronika
Teknik ini memanfaatkan alat-alat elektronika yang dapat menangkap gambar-gambar
secara kontinyu dan dapat merekam suara. Bila diadakan supervisi seperti ini maka
supervisor hanya mengoperasikan saja alat-alat tersebut.Alat ini tidak mengganggu
kewajaran proses belajar mengajar. q) Pemanfaatan Nara Sumber Sumber yang dapat
memberikan pendalaman dan perluasan ilmu secara langsung, dengan kemungkinan
untuk berinteraksi dan memberikan penjelasan secukupnya, berupa seorang ahli yang
dapat didatangkan sebagai nara sumber (resource person ).

12
DAFTAR PUSTAKA

Ismaya, Bambang. 2015. PENGELOLAAN PENDIDIKAN. Bandung : Pt. Refika Aditama.

13

Anda mungkin juga menyukai