Sejarah

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

2.

2 Pendekatan Sejarah
Dengan pendekatan sejarah diharapkan dapat terlihat dengan jelas proses pertumbuhan
dan perlembagaan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan (pribadi-masyarakat-negara).
Pendekataan sejarah ini perlu mengingat sifat dari nilai-nilai pancasila yang abstrak,sehingga
menjadi jelas seakan-akan konkrit nilai tersebut dalam pikiran kita.
Konkret adalah hal yang abstrak yang akan sangat menolong memudahkan kita berpikir.
Disamping hal tersebut sejarah memiliki jarak waktu dan tempat, misalnya suatu kejadian
perang dari zaman Sriwijaya dan Majapahit. Sudah dapat dipastikan antara kita tidak ada
yang mengetahui kejadian-kejadian tersebut secara nyata. Dengan cerita sejarah,kejadian-
kejadian seakan-akan nyata dalam pikiran kita. Demikianlah kegunaan sejarah sebagai
pengetahuan faktual dalam arti diketahui sendiri.
Perlu ditegaskan bahwa pembahasan aspek historis bukanlah sama dengan pelajaran ilmu
sejarah murni,tetapi terbatas hanya pada pengungkapan fakta sejarah yang ada kaitannya
langsung dengan proses pertumbuhan serta pelaksanaan nilai-nilai pancasila.dengan kata lain
kita tidak akan mengikuti bagaimana peristiwa terbunuhnya putra mahkota F.Ferdinand di
Sarajewo sebagai permulaan pecahnya perang dunia 1, ataupun Hilter Nazi membantai orang-
orang Yahudi di Erpa dalam perang duunia II, tetapi hanya membicarakan sejarah yang ada
sangkut pautnya dengan pancasila. Pembahsan lebih mendalam mengenai pendekatan sejarah
ini dapat pelajari pada penjelasan berikutnya.

2.3Pendekatan Yuridisi Kontitutional


Pancasila dari sisi hukum dan hukum ketatanegaraan sangatlah penting. Yang artinya
sangat penting untuk di pelajari. Hukum mengatur kegiatan hidup kita sebagai warga
masyarakat dan negara. Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala sumber
hukum dalam kehidupan bernegara. Dengan demikan hukum haruslah dimengerti dengan
baik agar dapat mengamalkan pancasila dengan baik pula.
Hal ini sangat penting untuk dihayati, sebab sulit bagi kita bertindak atau berbuat jika
tidak mengetahui dengan baik segi-segi hukum dan hukum katatanegaraan dari pancasila.
Dikatakan demikian peraturan perundang-undangan secara hierarkhis mengalir dari nilai-nilai
pancasila.
2.4 Pendekatan Filosofis
Dalam pendekatan filosofis ini kita tidak membicarakan seluruh ilmu filsafat yang sangat
luas cakupan dan cabang-cabangnya. Tetapi sebagai pengantar ke pendekatan filsafat disini
akan dideskripsikan tentang fisafat.
2.5 Pengertian Filsafat
Untuk mengerti istilah perlu ditelusuri etimologinya. Istilah filsafat memiliki padanan
kata bahasa arab falsafah, dalam kosakata bahasa inggris philosophy. Dilihat dari penggunaan
dalam bahasa yunani terdapat dua pengertian tetapi secara sematis memiliki makna yang
sama. Sebagai kata benda filsafat merupakan panduan kata majemuk philos (sahabat) dan
sophia (pengetahuan yang bijak sana,kebijaksanaan) dan juga sebagai kata kerja sebagai
panduan philein (mencinta) dan shopos (hikmah, kebijaksanaan). Dari pengertian sebagai
kata kerja yakni cinta kepada pengetahuan yang bijaksana, sehingga mengusahakanya.
Sebagaimana dikutip dari ali mudofir istilah filsafat pada umumnya merupakan suatu istilah
yang secara umum digunakan untuk menunjukan suatu usaha menuju kepada keutamaan
mental. Dalam perjalanan sejarah yang panjang, sebagai ilmu yang berguna bagi sikap kritis
dan analisis, lingkup pengetahuan filsafat sebagai pandangan hidup, sebagai suatu
kebijaksanaan yang rasional, kelompok teori dan sistem pemikiran, sebagai proses kritis dan
sitematis dari pengetahuan manusia, sebagai usaha memperoleh pandangan yang menyeluruh,
tentu semuanya memiliki ciri-ciri berpikir yang tertentu.

2.5.1 Ciri-ciri Berpikir Secara Filsafat


Kegiatan berpikir membedakan manusia dengan makhluk lainya, namun tidak semua
kegiatan berpikir adalah kegiatan berfilsafat. Sementara kegiatan berpikir filsafat tidak
semata-mata ditandai dengan merenung dan berkomplasi yang tidak bersangkut paut dengan
realitas. Berpikir secara filsafat senantiasa berkaitan dengan masalah-masalah manusia yang
bersifat aktual dan hakiki. Berpikir secara kefilsafatan di samping berkaitan dengan ide-ide
tetapi juga harus memperhatikan realitas konkret. Ada pun ciri-ciri berpikir filsafat antara lain
:
a. Bersifat keritis
Kegiatan berpikir secara kefilsafatan ditandai dengan sifat kritis senantiasa
mempertanyakan sesuatu, tidak mudah menerima sesuatu jawaban tanpa berpikir secara baik
hingga jelas dan terpilih, mengenai persoalan-persoalan yang dihadapi manusia. Sifat kritis
tersebut dipengaruhi oleh sifat berpikir dari berbagai segi dan sudut pandang dan dinamis.

b. Bersifat terdalam
Yang dimaksud berpikir terdalam adalah sampai kepengertian tentang inti mutlak
permasalahannya. Berpikir terdalam hanya merumuskan fakta yang sifatnya khusus dan
empiris, namun pada hakekatnya atau pengertian yang fundamental. Berfikir terdalam akan
mengetahui sesuatu permasalahan sampai pada akarnya, sehingga merupakan pengetahuan
yang sifatnya umum universal.(nor ms. Bakry ,1994:15)
c. Bersifat konseptual
Perenungan kefilsafatan merupakan kegiatan akal budi dan mental manusia menyusun
suatu bagan yang bersifat koseptual yang merupakan suatu hasil generalisasi dan abstraksi
dari pengalaman-pengalaman yang sifatnya sangat husus dan individual ( kattsoff,1986:7 ).
Berpikir konseptual tidak dimaksudkan untuk berpikir secara terkait dengan masalah-masalah
konkrit yang dihadapi oleh umat manusia, dengan membuat konsep-konsep yang jelas dan
tepat mengenai pokok persoalan. Oleh karena itu tidaklah cukup menyimpulkan persoalan
hanya dengan bukti-bukti yang empiris dan kuantitatif atau partikular saja ( kaelan,1986:9).
d. Bersifat Koheren
Berpikir secara kefilsafatan juga menuntut adanya sifat koheren yakni keruntutan.
Pemikiran filsafat bukan pemikiran yang acak,kacau, dan fragmentasi. Runtut berarti tidak
ada pertentangan koradiktif,kontrakdisi interminis dalam rumusan-rumusanya satu sama lain.
Sifat koheren tersebut didukung oleh pemikiran logis dalam tata cara penyimpulan (
berdasarkan logika yang memang sejak dulu dikembangkan oleh para filsuf ).

e. Bersifat Konperhensif
Pemikiran kefilsafatan tidak hanya didasarkan pada suatu fakta yang khusus dan
individual saja yang melahirkan kesimpulan yang khusus dan individual juga,melainkan
pemikiran filsafat ingin sampai pada kesimpulan yang bersifat umum, sehingga dituntut
untuk untuk berpikir secara komperhensif,yaitu menyeluruh (luas). Menyeluruh berarti tidak
ada sesuatu pun yang di luar jangkaunya ( kattsoff,1986:12), misalnya,mengenai objekmateri
manusia, jika dipandang salah satu dari aspek-aspeknya, aspek ekonomi,atau aspek fisik
tentulah tidak cukup untuk memaknai manusia, memecahkan persoalan-persoalan hidup
manusia, maka perlu manusia itu dilihat dari berbagai segi sehingga kesimpulannya dapat
diterima seluas-luasnya karena sifatnya yang menyeluruh itu.

f. Bersivat Universal
Berpikir kefilsafatan termasuk sebagai upaya untuk menyapai suatu kesimpulan yang
bersifat umum ( universal) yang dapat digunakan oleh manusia pada umumnya, manusia
dimana pun, dan dalam keadaan bagaimanapun.
g. Bersifat Spekulatif
Bersifat sepekualatif memiliki sifat mereka-reka,mereka menduga, tetapi bukan
sembarang perekaan. Perekaan yang dimaksud disini adalah pengajuan dugaan-dugaan yang
masuk akal (rasional) yang mendahului atau melampau fakta-fakta. Ini merupakan kegiatan
akal budi manusia dengan melalui kemampuan dalam imaginasi yang berdisiplin menghadapi
persoalan-persoalan yang menuntut pemecahan yang bijaksana secara menyeluruh hasil-hasil
dari ilmu pengetahuan dan demikan diharapkan dicapai kemajuan-kemajuan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya. Hal ini telah dibuktikan oleh para filsuf
dahulu dengan mengajukan dugaan yang cerdas dan dapat dibuktikan kemudian.
h. Bersifat sistematis
Pemikiran kefilsafatan yang pada dasarnya menuntut keruntutan, koperhensif dan
universal serta tidak bersifat fragmentaris, tidak acak, merupakan keseluruhan yang
bersistem, sistematis. Berpikir sistematis dimaksudkan bahwa dalam berpikir terrdapat
bagian-bagian yang senantiasa berhubungan antara satu dengan yang lainya. Sistem adalah
satu kesatuan keadaan atau barang suatu yang bagian-bagiannya saling berhubungan secara
fungsional dalam rangka mencapai suatu tujuan bersama ( soejono seomargono,1983:6 ).
i. Bersifat Bebas dan Bertanggung Jawab
Dalam berfilsafat manusia bebas memikirkan apa saja sehingga aspek kreativitas
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Tetapi kebebasan harus dipertanggung
jawabkan, misalnya pertama-tama dipertangung jawabkan kepada suara hati,hati nuraninya.
Dengan kebebasan bertanggung jawab berpikir yang dimiliki, secara langsung maupun tidak
langsung orang tidak terkekang dan terjajah oleh pendapat oerang lain. Itulah bebrapa ciri
berpikir secara kefilsafatan dan masih banyak lagi jika hendak memerincinya.
Salah satu contoh pendekatan pancasila dari sisi filsafat yang dapat diajukan adalah
pendekatan etika,sebab etika adalah cabang dari filsafat yang erat kaitannya dengan
moral,misalnya ketentuan hukum yang diwajibkan warga negaranya membayar pajak.

Anda mungkin juga menyukai