Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRESENTASI RENCANA PERAWATAN

MODUL PROSTHODONSIA
GIGI TIRUAN LENGKAP (GTL) RESIN AKRILIK

Disusun Oleh :
MAHFUZHI ELHARIS
J530170038
Periode 6

Dosen Pembimbing:
drg. Sri Oetami, Sp. Prost

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehilangan gigi secara keseluruhan dapat menyebabkan resorbsi
tulang alveolus yang cepat dan tulang rahang akan mengalami resorbsi yang
besar. kondisi kehilangan gigi secara total secara subtantif akan
mempengaruhi kesehatan gigi dan kesehatan umum pasien yang berakibat
mempengaruhi kualitas hidup pasien.
Penggantian gigi yang telah hilang penting untuk mengembalikan
kesehatan dan fungsi gigi. Gigi tiruan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
gigi tiruan cekat dan gigi tiruan lepasan. Gigi tiruan cekat adalah gigi tiruan
yang disementasi, diletakan secara mekanis, atau ditahan oleh gigi asli,
abutment implan gigi yang memberikan dukungan utama pada gigi tiruan.
Gigi tiruan lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan sebagian atau
seluruh gigi serta dapat dilepas dan dipasang kembali di dalam mulut. Gigi
tiruan lepasan dibagi menjadi gigi tiruan lengkap (GTL) dan gigi tiruan
sebagian lepasan (GTSL).
Gigi tiruan lengkap atau biasa disebut dengan full denture adalah
protesa yang menggantikan semua gigi asli dan jaringan pendukungnya.
Apabila seseorang telah hilang semua gigi-geliginya akan menggganggu
fungsi fonetik, estetis dan mastikasi. Adapun tujuan dari pembuatan gigi
tiruan lengkap antara lain :
1. Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki
atau mengembalikan fungsi bicara, estetis dan psikologis.
2. Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang serta jaringannya sehingga
dapat memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan
oleh keadaan tak bergigi.
3. Pada kehilangan gigi tanpa penggantian akan terjadi pengerutan (atropi)
prosessus alveolaris.

Bagi seseorang yang telah kehilangan gigi geliginya, prosesus


alveolaris akan mengalami penyusutan yang disebut residual ridge.
Penyusutan alveolaris biasanya berjalan 2-3 minggu dampai ada yang

2
berlangsung dalam hitungan bulan. Pembuatan GTL akan mencegah
pengkerutan/atropi prosessus alveolaris, mencegah berkurangnya vertikal
dimensi yang disebabkan turunya otot-otot pipi karena tidak ada penyangga
dan hilangnya oklusi sentrik. Selama berfungsi rahang bawah (RB) berusaha
berkontak dengan rahang atas (RA) sehingga dengan tidak adanya gigi-gigi
RA dan RB akan menyebabkan hilangnya oklusi sentrik. Mandibula menjadi
protusif dan hal ini menyebabkan malposisi pada temporo-mandibula joint.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Soelarko dan Herman, gigi tiruan lengkap atau full denture
adalah suatu gigi tiruan yang menggantikan seluruh gigi pada lengkung rahang
sehingga dikenal dengan istilah:
1. Upper Full Denture: gigi tiruan penuh pada rahang atas
2. Lower Full Denture: gigi tiruan penuh pada rahang bawah
Indikasi pembuatan gigi tiruan lengkap adalah:
1. Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut
2. Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena :

3
- Kesehatan/kerusakan gigi yang masih ada tidak mungkin diperbaiki
- Bila dibuatkan GTS, gigi yang masih ada akan mengganggu
keberhasilannya
3. Kondisi umum dan kondisi mulut sehat
4. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosis yang akan diperoleh
Faktor retensi dan stabilitas adalah faktor yang penting dalam
keberhasilan GTL. Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi GTL:
1. Faktor fisis
- Peripheral seal/pengap perifer
Efektivitas peripheral seal sangat mempengaruhi efek retensif dari
tekanan atmosfer. Posisi terbaik untuk peripheral seal adalah disekeliling
gigi tiruan, yaitu pada permukaan bukal gigi tiruan atas, permukaan bukal
dan lingual gigi tiruan bawah. Peripheral seal lebih baik dibuat di bagian
bukal, karena reaksi terhadap tekanannya mengarah ke horizontal. Bila
peripheral seal dibuat pada tepi gigi tiruan, maka reaksi tekanannya
mengarah ke vertikal dan cenderung melepas gigi tiruan. Sifat utama pada
daerah ini adalah kontinuitasnya, sehingga penutupan tepinya dapat benar-
benar utuh, dan mencegah masuknya udara di antara basis dan mukosa.
Setiap gaya yang cenderung melepaskan gigi tiruan akan mengurangi
tekanan di bawah gigi tiruan. Makin besar resorbsi bagian bukal, tepi gigi
tiruan bagian bukal harus makin lebar, dan tepi cetakan tebal.
- Postdam
Diletakkan tepat di sebelah anterior garis getar dari palatum molle
dekat fovea palatina. Tepi posterior dari gigi tiruan rahang bawah
diletakkan pada retromolar pad. Garis postdam harus dibulatkan, rata, dan
harus melintasi mukosa yang menutupi cekungan pterigomaksilaris ke
dalam bagian distal dari sulkus bukal agar bersatu dengan penutupan tepi
bukal. Saluran ini harus dekat pada mukogingiva di antara mukosa
bergerak dan tidak bergerak. Pedoman umum yang baik adalah mengikuti
lipatan mukosa yang timbul akibat konstraksi bucinator saat tertarik ke
lingual ke arah raphe pterigomandibula.

4
2. Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut.
Ketepatan kontak antara basis gigi tiruan dengan mukosa mulut
tergantung dari efektivitas gaya-gaya fisis dari adhesi dan kohesi yang
dikenal sebagai adhesi selektif. Untuk mendapatkan retensi maksimal, GTL
harus tepat sesuai atau pas dengan permukaan mukosa yang tidak tertekan.
Sebaliknya, untuk mendapatkan dukungan yang maksimal, gigi tiruan harus
pas pada jaringan yang tertekan. Sehingga perlu dibuat suatu cetakan
mukostatik bila diperkirakan akan kesulitan mendapatkan retensi dan cara
mukokompresi sebaiknya tidak dilakukan pada keadaan ini.
Namun kadang pasien merasa gigi tiruannya longgar walaupun
kenyataannya tidak, bila cetakan mukostatik rahang atas berkonsistensi encer.
Pasien merasa lebih cekat jika cetakan dibuat dengan cara mukokompresi,
karena gigi tiruan akan memberikan tekanan yang lebih besar pada jaringan.
Beberapa minggu setelah penggunaan cetakan mukokompresi, retensi sering
menjadi lebih buruk karena jaring sulkus, yang terdesak, akan berubah di
sekeliling gigi tiruan.
3. Residual Ridge
Karena tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagai pegangan (pada
rahang atas). Retensi gigi tiruan berbanding langsung dengan luas daerah
yang ditutup oleh basis gigi tiruan. Bentuk prosesus berperan penting dalam
retensi gigi tiruan. Prosesus yang tinggi dapat mencegah terdorongnya gigi
tiruan ke lateral, sehingga dapat mempertahankan kontak yang rapat dengan
mukosa. Bentuk prosesus harus dipertimbangkan dengan kemampuannya
untuk mendukung beban vertikal dan lateral. Resorbsi prosesus alveolaris
maksila yang sudah lanjut menyebabkan retensi akan berkurang.
Tahap awal setelah pasien dilakukan anamnesis dan diindikasikan adalah
pencetakan rahang (impression). Cetakan rahang adalah bentuk negatif dari
seluruh jaringan pendukung gigi tiruan. Pencetakan dilakukan seakurat mungkin
sehingga landasan gigi tiruan dapat mempertahankan kesehatan jaringan
pendukungnya. Macam cetakan rahang untuk pasien tidak bergigi adalah:
1. Cetakan anatomis

5
Sendok cetak yang dipakai adalah sendok cetak biasa (stock tray). Teknik
mencetak yaitu mukostatik dan bahan yang dipakai alginat.
2. Cetakan fisiologis
Pencetakan ini memperhatikan jaringan yang bergerak dan tidak bergerak,
mukosa tidak boleh bertekan. Teknik mencetak yaitu mukodinamik sendok
cetak yang digunakan adalah sendok cetak individual dari shellac dan bahan
cetaknya exaflex.

BAB III
LAPORAN KASUS

A. Pemeriksaan Subjektif
Identitas
Nama Lengkap : Daryanto
Alamat : Waringinrejo, Grogol
Nomor RM : J16125
TTL : Grogol, 5-2-1952
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Becak
Agama : Islam

6
Data Medik Umum
Golongan Darah : O
Alergi : Tidak Ada
Penyakit Sistemik : Tidak Ada
Dokter : drg. Sri Oetami, Sp.Prost

Anamnesis
 Motovasi :
Pasien datang atas kemauan sendiri ingin dibuatkan gigi tiruan
 Keluhan utama (CC) :
Pasien mengeluhkan hampir semua giginya tanggal
 Riwayat perjalanan penyakit (PI) :
Menurut keterangan pasien giginya banyak yang tanggal semenjak 2 tahun
yang lalu
Pasien mengaku giginya banyak yang keropos dan tanggal sendiri

 Riwayat kesehatan umum (PMH) :


Pasien mengaku tidak memiliki riwayat penyakit sistemik, tidak memiliki
alergi obat makanan maupun cuaca dan tidak pernah dirawat dirumah sakit
karena penyakit tertentu.
 Riwayat kesehatan gigi (PDH) :
Pasien mengaku pernah mencabutkan giginya ke puskesmas hampir 15
tahun yang lalu dan tidak ada komplikasi pasca pencabutan
 Riwayat kesehatan keluarga (FH)
Umum : Ayah : tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
Ibu : tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
Gigi : Ayah : tidak ada keluhan
Ibu : tidak ada keluhan

7
 Riwayat Kehidupan Pribadi/Sosial (SH)
Pasien tinggal di lingkungan yang bersih, pasien tidak memiliki kebiasaan
merokok, pasien menjaga kebersihan mulut secara rutin.

B. Pemeriksaan Objektif
Kesan Umum Kesehatan Penderita
Jasmani : Sehat
Mental : Sehat, komunikatif, kooperatif
Vital Sign
Tekanan Darah : 110/70 mmHg (Hipertensi)
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : Afebris o C
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 165 cm

Kesehatan Umum Berdasarkan Sistem Tubuh


Sistem endokrin : Tidak ada
Sistem gastrointestinal : Tidak ada
Sistem hematopoetik : Tidak ada
Sistem kardiovaskuler : Tidak ada
Sistem muskuloskeletal : Tidak ada
Sistem neurologik : Tidak ada
Sistem respirasi : Tidak ada
Sistem urogenital : Tidak ada

Pemeriksaan Ekstra Oral

Kelenjar Kelenjar Tulang


Fasial Neuromuskular TMJ
Ludah Limfe Rahang

8
Deformitas TAK TAK TAK TAK TAK TAK

Nyeri TAK TAK TAK TAK TAK TAK


Tumor TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Gangguan TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Fungsi
a. Bentuk muka : Lonjong, simetris
b. Profil : Cembung
c. Bibir : Sedang

Odontogram

Pemeriksaan Jaringan Lunak

Keterangan :

9
Tidak ada kelainan

Pemeriksaan Intra Oral


Mukosa bibir : TAK
Mukosa pipi : TAK
Dasar mulut : TAK
Gingiva : TAK
Orofaring : TAK
Oklusi :-
Torus palatinus : Tidak ada
Torus mandibula : Tidak ada
Bentuk palatum : U, normal
Frenulum labialis RA : Sedang
Frenulum labialis RB : Sedang
Frenulum lingualis : Sedang
Frenulum bukalis RA : Sedang
Frenulum bukalis RB : Sedang
Lidah
Ukuran : Normal
Aktivitas : Normal
Alveolus
Rahang atas : Rendah
Rahang bawah : Rendah
Supernumerary teeth : Tidak ada
Diastema : Tidak ada
Gigi anomali : Tidak ada
Gigi tiruan : Tidak ada
Oral hygiene :-
Lain-lain :-

GAMBARAN KLINIS PASIEN

10
Foto ekstraoral

Gb 1. Tampak depan Gb 2. Tampak samping

Foto intra oral

Gb 3.
Rahang bawah Gb 4. Rahang atas

11
Foto model studi

Gb 5. Rahang bawah Gb 6. Rahang atas

C. Ringkasan Hasil Pemeriksaan


Keseluruhan region menunjukkan tidak adanya gigi maupun sisa akar pada
rongga mulut pasien

12
.... Gb 7. Rontgen panoramic

D. Diagnosis dan Rencana Perawatan


Diagnosis :
RA dan RB
D/ Full edentulous
TP/ GTL resin akrilik

E. Prognosis
Prognosa GTL baik mempertimbangkan:
1. Oral higiene pasien baik
2. Kesehatan umum pasien baik
3. Jaringan pendukung sehat
4. Pasien kooperatif dan komunikatif

BAB IV
RENCANA PERAWATAN

A. TAHAPAN PERAWATAN
KUNJUNGAN I
1. Pemeriksaan subjektif dan objektif

13
Pada kunjungan pertama, dilakukan pengisian rekam medis yang
terdiri dari data identitas pasien, pemeriksaan subjektif dan objektif,
diagnosis, dan rencana perawatan. Setelah diinformasikan kepada pasien
tentang diagnosis yaitu edentulous rahang atas dan rahang bawah serta
rencana perawatan yang akan dilakukan yaitu pembuatan gigi tiruan
lengkap lepasan dari bahan resin akrilik pada rahang atas dan rahang
bawah. Menginformasikan kepada pasien mengenai waktu kunjungan
yang akan dilaksanakan dan biaya perawatan. Setelah pemberian informasi
kepada pasien, melakukan informed consent kepada pasien mengenai
perawatan yang akan dilakukan. Selanjutnya dilakukan cetakan awal untuk
pelaksanaan diskusi.
2. Membuat model studi dan model kerja
a. Sendok cetak : perforated stock tray
b. Bahan cetak : alginate/ hidrokoloid irreversibel
c. Metode mencetak : mukostatik
d. Cara mencetak :
Memanipulaisi alginat sampai konsistensi tertentu sesuai
petunjuk pabrik, selanjutnya memasukkan adonan alginat tersebut ke
dalam sendok cetak dan memasukkan sendok cetak tersebut ke dalam
rongga mulut yang selanjutnya dilakukan sedikit penekanan pada
processus alveolaris RA dan RB dengan otot-otot bibir dan pipi ditarik.
Selanjutnya melakukan muscle trimming supaya bahan cetak mencapai
lipatan mukobukal dan mempertahankan posisi selama setting. Setelah
setting melakukan pengeluaran sendok cetak dari dalam mulut dan
menyiram hasil cetakan dengan menggunakan air dingin untuk
membersihkan saliva kemudian segera melakukan pengisian dengan
menggunakan gips stone untuk membuat model studi dan model kerja.
Model studi disimpan sampai kasus selesai dikerjakan sedangkan model
kerja untuk membuat sendok cetak individual.
e. Membuat sendok cetak individual
Dari study model dibuat sendok cetak individual dari bahan sellac base
plate, dengan batas 2 mm lebih pendek dari batas mukosa bergerak dan
tidak bergerak dan batas posterior RA adalah AHA line, agar tersedia
ruang yang cukup untuk memanipulasi bahan pembentuk tepi (border

14
material). Sellac dilunakkan dengan cara memanaskan di atas lampu
spiritus lalu ditekan diatas study model. Sellac dipotong sesuai batas-
batas yang telah digambar pada study model. Sellac dipotong dengan
menggunakan gunting saat masih lunak. Pada daerah molar dan kaninus
kanan dan kiri dibuat stop vertikal dari wax sebagai batas penekanan
saat mencetak sedangkan untuk rahang atas ditambah dengan
pembuatan postdam area yang juga dari wax untuk menahan bahan
cetak agar tidak mengalir ke belakang. Selanjutnya dibuat lubang-
lubang pada sendok cetak untuk mengurangi tekanan pada waktu
mencetak. Lubang dibuat dengan mengunakan bur bulat no 8 dengan
jarak masing-masing lebih dari 5 mm.
Desain gigi tiruan lengkap rahang atas :

1. Gigi tiruan

2. Base plate

Desain gigi tiruan lengkap rahang bawah:

1. Gigi tiruan

2. Base plate

15
Out line personal try

KUNJUNGAN II
1. TAHAP KLINIS
a. Mencoba sendok cetak individual
- Stabilisasi : dengan menghindari muscular attachment
- Relief area : semua pada rahang atas
b. Membuat model kerja RA dan RB
- Bahan sendok : shellac base plate
- Bahan cetak : exaflex
- Metode mencetak : mukodinamik
c. Cara mencetak
Rahang Atas :
- Bahan cetak diaduk kemudian dimasukan kedalam sendok atas
- Masukan sendok cetak kedalam mulut pasien dengan posisi
operator disamping kanan belakang

16
- Pasien mengucapkan “ah” untuk mencetak vibrating line
- Pasien mengucapkan “oh”” untuk mencetak frenulum bukalis dan
frenulum labialis superior
- Posisi dipertahankan sampai bahan cetak setting
- Cetakan dilepas dan dicuci
Rahang Bawah :
- Bahan cetak diaduk kemudian dimasukan kedalam sendok bawah
- Masukan sendik cetak kedalam mulut pasien dengan posisi
operator disamping kanan depan
- Pasien diminta untuk menjulurkan lidah guna mencetak frenulum
lingualis
- Pasien mengucapkan “oh” untuk mencetak frenulum bukalis dan
frenulum labialis inferior

2. TAHAP LABORATORIS
Membuat base plate permanen
Setelah diperoleh model kerja dilanjutkan dengan menentukan batas
tepi, memperhatikan daerah mukosa yang bergerak dan tidak bergerak. Batas
tepi untuk rahang bawah adalah peripheral seal dibatasi fornik, posterior seal
dibatasi oleh 2/3 bagian trigonum retromolar dan media/lingua dibatasi oleh
linea mylohyoidea. Sedangkan untuk rahang atas adalah : peripheral seal
dibatasi fornik dan posterior seal dibatasi vibrating line dan hamular notch.
Kemudian menurut batas-batas tersebut dibuat base plate dari malam yang
kemudian diganti dengan resin akrilik.
Base plate adalah suatu bentuk yang mewakili dasar gigi tiruan dan
digunakan untuk membuat Maxillo-Mandibula Record. Base plate harus
benar-benar menempel pada work model. Base plate yang diperoleh
dihaluskan kemudian meminta pasien untuk mencoba (try in). Setelah pas
base plate kemudian di kirim ke lab untuk prosesing dijadikan akrilik.
KUNJUNGAN III
a. Insersi base plate, retensi dan stabilisasi diperhatikan. Retensi adalah daya
tahan gigi tiruan terhadap upaya pelepasan, sedangkan stabilisasi adalah daya
tahan gigi tiruan untuk tetap di tempat ketika fungsi pengunyahan
berlangsung. Retensi dapat di amati dengan memberikan tekanan pada salah
satu sisi gigi tiruan (jika gigi tiruan terungkit, maka gigi tiruan tersebut tidak
retentif) atau dengan memberikan usaha pelepasan (gigi tiruan yang retentif

17
adalah gigi tiruan yang sulit dilepas). Stabilisasi dapat diamati dengan
menggerakkan otot-otot pipi, lidah dan mengucapkan ‘ah’. Gigi tiruan yang
stabil merupakan gigi tiruan yang tidak berubah tempat ketika difungsikan.
Retensi gigi tiruan ditentukan oleh letak seal dan adhesi / kohesi saliva.
Kesesuaian letak seal dilakukan dengan menggerakkan otot pipi. Jika alat
terjatuh ketika otot digerakkan, berarti terdapat over extension plat. Solusi
keadaan ini adalah dengan mengurangi plat. Sebaliknya, jika seal pada under
extension plat, maka kohesi dan adhesi saliva berkurang, dan alat menjadi
tidak retentif. Solusi keadaan ini adalah dengan membuat plat yang baru.
b. Occusal bite rim/Tanggul gigitan atas dipasang dengan ketentuan: untuk
bagian posterior bite rim atas dibuat sejajar dengan garis chamfer (garis yang
berjalan dari ala nasi sampai tragus/porion) dan sejajar garis pupil untuk
anterior. Tinggi bite rim rahang atas 1,5 – 2 mm dibawah garis bibir atas
(pada waktu rest position). Alat yang digunakan adalah occlusal guide plane.
Untuk bite rim RB disusun setinggi retromolar pad.
Meletakkan tanggul malam diatas bentuk landasan dengan patokan
1. Titik dibawah tanggul malam yang merupakan titik pertemuan garis tengah
tanggul dengan tengah-tengah tanggul anterior berhimpit dengan titik
pertemuan puncak linger anterior dengan garis tengah model kerja rahang
2. Pindahkan garis puncak linger model kerja pada tanggul malam sehingga
garis puncak linger rahang letahnya pada
- Tanggul malam rahang atas:
Bagian bukal:bagian palatal = 2:1 (4 mm di bagian bukal dan 2 mm di bagian
palatal)
- Tanggul malam rahang bawah:
Bagian bukal:bagian lingual = 1:1 (3 mm di bagian bukal dan 3 mm di bagian
lingual)
3. Panjang tanggul malam sampai bagian distal gigi molar 1
4. Kontur bukal tanggul gigitan diselesaikan dengan menggunakan pisau gips
5. Lunakkan tanggul gigitan bidang orientasi di atas sebuah glass slab yang
telah diminyaki sebuah sisinya (yang berhadapan dengan bidang orientasi)
dan hangat. Agar diperoleh bidang oklusal atau orientasi yang datar
dengan tinggi tanggul: depan 12 mm dan belakang 10-11 mm
Setelah tanggul gigitan dipasang di dalam mulut

18
- Pasien harus tampak normal seakan akan seperti bergigi. Penilaiannya:
sulkus naso-labialis dan philtrum pasien tampak tidak terlalu dalam atau
hilang alurnya
- Bibir dan pipi pasien tidak boleh tampak cembung dan cekung

c. Penentuan profil pasien. Profil pasien disesuaikan dengan ras pasien. Dalam
hal ini pasien termasuk ras mongoloid yang memiliki ciri khas profil
cembung. Kecembungan profil dibuat dengan tonus otot labial sebagai
parameternya. Pfrofil yang ideal, terbentuk jika otot bibir dalam keadaan
isotonus. Apabila bibir tampak hipertonus, maka bagian anterior bite rim
terlalu cembung sehingga harus dikurangi. Sebaliknya jika bibir tampak
hipotonus, maka bite rim kurang cembung sehingga perlu ditambah dengan
malam merah.
d. Pencatatan Maxillo-Mandibular Relation (MMR).
Pasien dipersilakan duduk di dental chair, dataran oklusal diusahakan sejajar
dengan lantai. Tentukan garis chamfer dari titik di bawah ini:
- 4 mm dari meatus acusticus externus
- Telinga kanan dan kiri
- Spina nasalis anterior

Kemudian ketiga titik ditandai dengan benang dan diisolasi. Selanjutnya


record blok dipasang dengan posisi bite rim RA dan RB harus tertutup secara
sempurna (tidak boleh ada celah dan merupakan suatu garis lurus). Kemudian
dicari dimensi vertical (inter occlusal distance), didapatkan dengan cara
mengukur jarak pupil dengan sudut mulut sama dengan jarak hidung sampai
dagu (PM = HD). Pada keadaan rest posisi PM = HD.
Pengecekkan dimensi vertikal dapat dilakukan dengan mengucapkan huruf
M. Huruf M terdengar jelas jika dimensi vertikal cukup. Free way space
dicek dengan pengucapan huruf S (huruf S terdengar mendesis). Jika free way
space kurang, maka huruf S sulit terucap, demikian halnya jika free way
space berlebihan (terasa semburan saliva ketika pengucapan huruf S).
e. Mula-mula dicari dimensi vertikal (interocchisal distance) dengan cara
mengukur jarak pupil dan sudut mulut dengan jarak hidung dan dagu (PM-
HD) pada keadaan sentrik oklusi. Pada keadaan relasi sentrik, dimensi

19
vertikal = physiologic rest position-free way space. Free way space dibuat 2
mm dengan cara mengurangi bite rim rahang bawah.
f. Centric relation record
Centric relation record adalah suatu relasi mandibula terhadap maksila pada
suatu relasi vertikal yang ditetapkan pada posisi mandibula paling pasterior
HD-PM – 2 mm. Pengurangan 2 mm diperoleh dengan cara mengurangi bite
rim rahang bawah dengan maksud sebagai free way space. Untuk
mendapatkan sentrik relasi, pasien diminta mengadahkan kepala sedemikian
rupa sehingga processus condyloideus akan tertarik ke fossa yang paling
belakang karena terikan dari otot dan diminta menelan berulang-ulang sampai
pasien biasa dengan oklusi tersebut.
Setelah diperoleh relasi sentrik bite rim diberi tanda tempat median
line dan garis ketawa. Median line, garis ketawa, high lip line, low lip line
ditentukan kemudian dicek dengan cara pasien dinstruksikan untuk membuka
dan menutup mulut kemudian dilihat apakah garis tersebut sudah tepat dan
tetap kedudukannya dalam keadaan oklusi sentrik. Rahang atas dan rahang
bawah difiksasi dengan double V-groove shape, caranya: dibuat V-groove
pada rahang atas kira-kira P1 dan M1; pada rahang bawah daerah V-groove
dikurangi kira-kira 2 mm. Bite rim rahang bawah diberi gulungan malam
kecil yang telah dilunakkan dibawah V-groove RA. V-groove pada RA diolesi
vaselin. Rahang atas dan bawah dikatupkan, mulut dilihat apakah V-groove
dan kontranya sudah tepat, kemudian lakukan membuka dan menutup
berulang-ulang.
g. Pemasangan Pada Artikulator (articulator mounting), cara kerja:
a) Tentukan besar derajat tonjol caninus superior dan premolar superior
pertama.
b) Bite rim RA beserta modelnya diletakkan pada mounting table dengan
pedoman : garis tengah bite rim dan model RA berhimpit dengan garis
tengah mounting table, tepi luar anterior bite rim RA menyinggung garis
incisal edge mounting table, jarum horizontal incisal guide pin ujungnya
menyentuh tepi luar anterior dari bite rim model RA dan tepat pada garis
tengah bite rim.
c) Fiksasi dengan wax pada mounting table.
d) Buat adonan gips.

20
e) Upper member digerakkan ke atas dan adonan gips dituang perlahan pada
bagian atas model kerja RA lalu upper member digerakkan ke bawah
sampai menekan gips yang ada pada model kerja RA.
f) Upper member dan lower member diikat dengan karet, rapikan gips yang
memfiksir upper member dengan model RA kemudian tunggu sampai
keras.
g) Mounting table dilepas dari artikulator kemudian artikulator dibalik.
h) Bite rim RB diletakkan kembali pada bite rim RA sesuai dengan oklusinya.
i) Buat adonan gips, lower member diangkat ke atas dan adonan gips dituang
pada model kerja RB kemudian lower member digerakkan ke bawah sampa
menekan adonan gips, setelah itu artikulator dibalik dan gips dirapikan.
h. Mengembalikan hubungan RA RB dengan panduan isi staples pada bite
rim.
i. Memasang pada artikulator.
KUNJUNGAN IV
1. TAHAP KLINIS
Dalam kunjungan ini telah dilakukan pemasangan gigi anterior RA.
Pemasangan gigi geligi anterior RA:
a. Insisivus centralis
- Tampak labial: sumbu gigi hampir sejajar atau sedikit membentuk 5o
dengan median line dan incical edge menempel pada bite rim RB.
- Tampak proksimal: bagian 1/3 permukaan labial agak depresi.
b. Insisivus lateralis
- Tampak labial: sumbu gigi inklinasinya membentuk sudut 100 dengan
median line dan incical edge berjarak 2mm. Bagian mesio incisal
berkontak dengan permukaan distal incisivus centralis.
- Tampak proksimal: Permukaan labial agak ke palatal dan mengikuti
lengkung bite rim RA.
c. Caninus
- Tampak labial: sumbu gigi sejajar atau sedikit miring dengan median
line maksimal out distal tegak lurus bite rim RB. Pucak cusp
menyentuh bidang oklusi dan sisi mesio incisal berkontak dengan sisi
disto incisal incisivus lateralis.
- Tampak proksimal: 1/3 labio vertikal lebih prominent dan sesuai
lengkung bite rim RB. Gigi caninus terletak pada ruang tepi distal
incisivus lateralis.

21
Pemasangan gigi geligi anterior RB:
a. Insisivus centralis
- Tampak labial: sumbu gigi tegak lurus bidang incisal.
- Tampak proksimal: bagian servikal permukaan labial sedikit depresi
- Perhatikan overjet dan overbite
b. Insisivus lateralis
- Tampak labial: sumbu gigi sedikit miring ke mesial dengan permukaan
- Tampak proksimal: labial tegak lurus dengan bidang incisal.
- Letaknya diantara 2 1 1 2

c. Caninus
- Tampak labial: sumbu gigi miring ke mesial.
- Tampak proksimal: Bagian vertikal dari permukaan labial lebih
prominent. Ujung cusp berada di antara caninus dan incisivus lateralis
RA.
Setelah itu dilakukan try in untuk gigi anterior atas, diperiksa:
a. Over jet dan over bite (2-4 mm).
b. Estetis:
- Garis caninus: pada saat rest position terletak pada sudut mulut.
- Garis ketawa: batas servikal gigi atas, gusi tidak terlihat pada saat
ketawa.
c. Fungsi fonetik: pasien diminta mengucapkan huruf s, f, t, r, m. Selanjutnya
dilakukan sliding ke kiri dan ke kanan pada artikulator. Setelah gigi
anterior dipasang maka dilanjutkan pemasangan gigi posterior rahang atas
dan rahang bawah.
KUNJUNGAN V
1. TAHAP KLINIS
Pemasangan gigi geligi posterior RA:
a. Premolar pertama
- Tampak buccal: sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal. Tonjol buccal
dan tonjol palatinal menyentuh bidang oklusal.
b. Premolar kedua:
- Tampak buccal: sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal dan kedua tonjol
menyentuh bidang oklusal.
c. Molar pertama

22
- Tampak buccal: sumbu gigi miring menyentuh bidang oklusal. Tonjol
mesiobuccal menggantung ± 1mm. Tonjol distobuccal lebih
menggantung ± 2mm.
- Tampak oklusal : cuspidnya terletak pada curve lateral dengan
permukaan buccal terletak bidang yang membentuk sudut 60 ke palatal.
d. Molar kedua
- Tampak buccal: sumbu gigi lebih miring dari 6 Cuspidnya terletak pada
bidang oblique dari curve anterior-posterior. Tonjol mesiobuccal dan
mesiopalatal lebih menggantung dari pada 6.
Yang harus diperhatikan dalam pemasangan gigi posterior RA:
a. Kurva monson
Kurva yang terbentuk pada saat penyusunan gigi 4 4.
b. Kurva anti monson
Kurva yang terbentuk pada saat penyusunan gigi 6 6.
c. Kurva von spee
Kurva antero-posterior dimana terdapat bidang horizontal yang merupakan
tempat disusunnya gigi 4 4 dan 5 5, sedangkan tempat disusunnya gigi 6
6 dan 7 7 dalam bidang oblique.
Pemasangan gigi geligi posterior RB:
a. Molar pertama
- Tampak buccal: tonjol mesiobuccal 6 berada di mesiobuccalgroove 6.
b. Premolar pertama
- Tampak buccal: tonjol buccal 4 terletak di antara tonjol buccal 3 dan 4.
c. Premolar kedua
- Tampak buccal: tonjol buccal 5 terletak diantara 54 dengan ujung
tonjolnya berkontak marginal ridge 54 tonjol lingual 5 terletak di antara
tonjol palatinal 54.
d. Molar kedua
- Tampak buccal: tonjol mesiobuccal 7 berkontak dengan garis tepi pada
tonjol distobuccal 6. Posisi dari tonjol palatinal7 berkontak dengan
fossa sental 7.

Setelah itu dilakukan wax counturing dan try in seluruh gigi tiruan .
Kemudian periksa:
a. Oklusi
b. Retensi
c. Stabilitas
d. Estetis dengan melihat garis caninus dan garis ketawa.
e. Fungsi fonetik, pasien diminta mengucapkan huruf S, D, O, M, R, A, T,
dan lain-lain sampai tak ada gangguan.

23
Dilakukan try in untuk mengevaluasi GTL sebelum di proses dengan cara
melatih pasien untuk memakai, merasakan, dan beradaptasi dengan gigi tiruan
tersebut:
- Dilatih berfungsi: bicara, menelan, mengunyah
- Bila ada kesulitan dalam berfungsi dicoba dengan latihan berkali-
kali
- Dicek estetis, retensi, stabilisasi, fonetik dan oklusi sentrik

2. TAHAP LABORATORIS
Processing acrylic.

KUNJUNGAN VI
Setelah diganti dengan resin akrilik protesa diinsersikan dalam mulut pasien. Hal
yang perlu diperhatikan pada saat insersi:
a. Retensi: dicek dengan menggerakkan pipi dan bibir apakah protesa lepas atau
tidak. Faktor yang mempengaruhi retensi adalah:
- Tepi GTL harus mengikuti batas fornik.
- Jaringan keras harus dihindari untuk memberi kesempatan bergerak.
- Protesa harus relief sesuai dengan keadaan mulut.
b. Oklusi
Di cek ada tidaknya prematur kontak. Apabila oklusinya terganggu, dilakukan
grinding. Gangguan diketahui dengan kertas artikulasi yang diletakkan pada
oklusi, kemudian pasien disuruh menggerakkan gigi seperti mengunyah.
Pengurangan menggunakan hukum BULL dan MUDL (pengurangan pada
permukaan bukal dan mesial pada rahang atas dan pengurangan permukaan
lingual dan distal pada rahang bawah). Gangguan diketahui dengan kertas
artikulasi yang diletakkan pada oklusi, kemudian pasien disuruh
menggerakkan gigi seperti mengunyah.
c. Artikulasi
Fungsi fonetik mengucapkan huruf : S, R, N, P, D, F, dan V.
d. Stabilisasi
Di cek saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi, penelanan,
bicara, ekspresi wajah dan sebagainya. Apabila sudah tidak ada gangguan,
maka protesa dapat dipolis.

Instruksi kepada pasien:


a. Pasien dianjurkan untuk memakai protesa untuk beradaptasi sampai
terbiasa selama 24 jam setelah dilakuakan try in.
b. Protesa dibersihkan dengan cara menyikat protesa.

24
c. Pada waktu tidur protesa dilepas agar jaringan mulut istirahat lalu protesa
direndam dalam air dingin
d. Bila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil, pasien dianjurkan
untuk datang ke klinik.
e. Kontrol sesuai waktu yang telah ditentukan guna mengecek kembali lebih
lanjut, jika tidak ada gangguan pasien terus dapat memakai.

KUNJUNGAN VII
KONTROL
Pasien datang untuk kontrol setelah pemakaian selama seminggu. Kontrol pasien
dilakukan untuk mengkoreksi atau memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi.
Pada saat kontrol dilakukan pemeriksaan:
a. Subjektif
- Apakah ada keluhan atau tidak
- Apakah ada gangguan atau tidak
- Apakah ada rasa sakit atau tidak
b. Objektif
- Dilihat keadaan mukosa mulut, palatum, lingual, ginggiva dan bahasa
mulut, apakah ada peradangan atau perlukaan.
- Diperiksa retensi dan stabilisasi GTL.
- Diperiksa posisi GTL terhadap jaringan mulut.
Prognosa dari pembuatan gigi tiruan lengkap ini diperkirakan baik, dengan
mempertimbangkan :
1) Oral hygine pasien baik
2) Jaringan pendukung sehat
3) Kesehatan umum pasien baik
4) Pasien kooperatif dan komunikatif

25
BAB V
KESIMPULAN

Dalam pembuatannya, GTL harus dibuat melalui tahapan-tahapan


pekerjaan seperti yang telah ditentukan sehingga hasil akhir GTL dapat
mengembalikan fungsi gigi asli yang telah hilang seoptimal mungkin.
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka pasien dapat
dibuatkan GTL dan prognosa baik karena processus alveolaris RA dan RB
masih baik, kesehatan dan kebersihan mulut baik, pasien kooperatif dan
komunikatif, serta keinginan yang kuat dari pasien untuk memiliki gigi
tiruan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Basker, R. M. dan Davenport, J.C., 1996., Prostetic treatment of the Edentulous


Patient., ed. 3.,Macmillan Press Ltd.
Boucher, C.O., 1964., Swenson’s Complete Denture, 5 th ed., C.V. Mosby
Company., St. Louis.
Itjingningsih, W. H., Geligi tiruan lengkap lepas., EGC, Jakarta.
Soelarko dan Herman W, 1980.Diktat Prosthodonsia Full Denture. FKG
Universitas Padjajaran: Bandung.
Swenson, M.C., 1964., Complete Denture., 5 th ed, C.V. Mosby Company, St.
Louis.
Utari, R.I., 1994., Desain dan Teknik mencetak pada Pembuatan Geligi tiruan
lengkap., Cetakan I., Hipokrates, Jakarta.

27

Anda mungkin juga menyukai