ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
ii
Segala puji saya panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat
dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati dan dapat menyusun laporan
tepat waktu. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu selama pelaksanaan PKPA ini, khususnya kepada:
1. Dra. Alfina Rianti, Apt., M. Pharm. selaku pembimbing dari RSUP
Fatmawati yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan pengetahuan yang
bermanfaat selama melaksanakan PKPA dan penyusunan laporan ini.
2. Ibu Prof. Dr. Effionora Anwar M. S., Apt. selaku pembimbing dari Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan serta penyusunan laporan ini.
3. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt., M.S. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
4. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Pendidikan Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
5. Seluruh staf RSUP Fatmawati yang telah memberikan pengetahuan dan
pengalaman yang bermanfaat serta membantu penulis selama melaksanakan
kegiatan PKPA.
6. Seluruh staf pengajar dan tata usaha program pendidikan profesi apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
7. Seluruh keluarga (bapak, ibu, mas, dan lain - lain) yang telah memberikan
bantuan dukungan material dan moral kepada penulis.
8. Seluruh teman-teman Apoteker UI angkatan LXXVI yang telah memberikan
banyak sekali bantuan dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari dalam menyusun laporan PKPA ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran dibutuhkan untuk perbaikan
laporan ini. Semoga laporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada khususnya.
Penulis
2013
iv
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
Jl. Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan Periode 1 April – 31 Mei 2013
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal: 1 Juli 2013
Yang menyatakan
1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 2
4. PEMBAHASAN ........................................................................................... 58
vi
vii
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di RSUP
Fatmawati adalah sebagai berikut:
a. Memahami peran dan tanggung jawab apoteker di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (IFRS).
b. Memahami peran dan tanggung jawab apoteker di Satuan Farmasi
Fungsional (SFF)
c. Memahami peran dan tanggung jawab apoteker di dalam Tim Farmasi dan
Terapi (TFT).
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Soekarno diganti menjadi RSU Fatmawati. Selanjutnya pada tahun 1984 RSU
Fatmawati ditetapkan sebagai pusat rujukan wilayah Jakarta Selatan dan tahun
1994 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas B Pendidikan.
Dalam perkembangan Rumah Sakit Fatmawati ditetapkan sebagai Rumah
Sakit Unit Swadana Bersyarat pada tahun 1992 dan dua tahun berikutnya yakni
tahun 1994 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana Tanpa Syarat. Pada
tahun 1997 sesuai dengan diberlakukannya UU No. 27 Tahun 1997, rumah sakit
mengalami perubahan kebijakan dari swadana menjadi PNBP (Penerimaan
Negara Bukan Pajak), selanjutnya pada tahun 2000 Rumah Sakit Fatmawati
ditetapkan sebagai RS Perjan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 117 tahun
2000 tentang Pendirian Perusahaan Jawatan RSUP Fatmawati Jakarta. Pada
tanggal 11 Agustus 2005 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.
1243/MENKES/SK/VIII/2005 RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kesehatan RI dengan menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU).
Dalam penilaian Tim Akreditasi Rumah Sakit, tahun 1997 RS Fatmawati
memperoleh Status Akreditasi Penuh untuk 5 pelayanan. Pada tahun 2002, RSUP
Fatmawati memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut untuk 12
pelayanan. Kemudian pada tahun 2004 RSUP Fatmawati terakreditasi 16
Pelayanan dan pada tahun 2007 memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat
Lengkap 16 Pelayanan. RSUP Fatmawati pada tanggal 2 Mei 2008 ditetapkan
oleh Departemen Kesehatan RI sebagai Rumah Sakit Umum dengan pelayanan
Unggulan Orthopaedi dan Rehabilitasi Medik sesuai dengan SK Menteri
Kesehatan No. 424/MENKES/SK/V/2008. Pada tahun 2011, RSUP Fatmawati
telah menyandang sertifikat Terakreditasi ISO 9001 : 2008 dan OHSAS 18001 :
2007 dan saat ini (Mei 2013) sedang menuju untuk mendapatkan sertifikat JCI
(Joint Commission International).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.6.2 Nilai
Nilai yang diterapkan di RSUP Fatmawati adalah jujur, profesional,
komunikatif, dan ikhlas, serta peduli dalam melaksanakan tugas.
1. Jujur
Menerapkan transparansi dalam melaksanakan tugas.
2. Profesional
Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi (pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan peka budaya).
3. Komunikatif
Mampu melaksanakan hubungan interpersonal yang asertif dan responsif.
4. Ikhlas
Universitas Indonesia
2.6.3 Tujuan
Tujuan RSUP Fatmawati adalah:
1. Terwujudnya pelayanan kesehatan prima dan paripurna yang memenuhi
kaidah keselamatan pasien (patient safety)
2. Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang bermutu tinggi dengan tarif
yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
3. Mewujudkan pengembangan berkesinambungan dan akuntabilitas bagi
pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian.
4. Terwujudnya SDM yang profesional dan berorientasi kepada pelayanan
pelanggan.
5. Terwujudnya kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh sumber
daya manusia rumah sakit.
Universitas Indonesia
10 Universitas Indonesia
3.1.2.3 Panitia lain yang terkait dengan tugas farmasi rumah sakit
Apoteker juga berperan dalam tim / panitia yang menyangkut dengan
pengobatan antara lain:
1. Panitia mutu pelayanan kesehatan rumah sakit
2. Tim perawatan paliatif dan bebas nyeri
3. Tim penanggulangan AIDS
4. Tim transplantasi
5. Tim PKMRS, dan lain - lain.
Universitas Indonesia
3.1.4.1 Pemilihan
Pemilihan merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah
kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan
dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,
standardisasi sampai menjaga dan memperbaharui standard obat. Penentuan
seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi
untuk menetapkan kualitas dan efektifitas serta jaminan purna transaksi
pembelian.
3.1.4.2 Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah,
dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggung jawabkan dan dasar - dasar perencanaan yang telah ditentukan
antara lain metode konsumsi, metode morbiditas atau epidemiologi, dan metode
Universitas Indonesia
3.1.4.3 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian, produksi / pembuatan
sediaan farmasi, maupun sumbangan / droping / hibah.
3.1.4.4 Produksi
Produksi merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan mengemas
kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
3.1.4.5 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang
telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,
tender, konsinyasi atau sumbangan.
3.1.4.6 Penyimpanan
Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut
persyaratan yang ditetapkan dan disertai dengan sistem informasi yang selalu
menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.
3.1.4.7 Pendistribusian
Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi
di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat
inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medik.
Universitas Indonesia
1. Pengkajian resep
Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi
persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk
pasien rawat inap maupun rawat jalan.
2. Dispensing
Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
validasi, interpretasi, menyiapkan / meracik obat, memberikan label / etiket,
Universitas Indonesia
penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem
dokumentasi.
5. Konseling
Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi
dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan
penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
7. Ronde / visite
Ronde / visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap
bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
untuk radiologi seperti film rontgen. Kesemua perencanaan yang dibuat merujuk
pada daftar obat dalam formularium, DPHO, DOEN, obat bebas dan generik.
Perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi yang telah dibuat oleh gudang
diajukan kepada Kepala Instalasi Farmasi untuk dimintakan persetujuannya dan
ditandatangani. Perencanaan kebutuhan kemudian dikirimkan ke Direksi RSUP
Fatmawati untuk mendapatkan persetujuan pengadaan. Pertama, perencanaan
dikirimkan ke Direktur Medik dan Keperawatan, yang selanjutnya dikirimkan ke
Direktur Keuangan. Direktur Keuangan mengirimkan ke Bagian Anggaran dan
dikirim kembali ke Direktur Keuangan. Direktur Keuangan selanjutnya
mengirimkan ke Direktur Utama sebagai Kuasa Pengguna Anggaran. Setelah
mendapat persetujuan pengadaan, data perencanaan disampaikan ke PPK atau
Pejabat Pembuat Komitmen. PPK akan mengirimkan ke Sekretariat PPK untuk
dibuatkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS). HPS dikirimkan kembali ke PPK dan
dikirim ke Direktur Keuangan, yang selanjutnya dikirim ke Bagian Anggaran
untuk disetujui dan dikirim kembali ke Direktur Keuangan. Oleh Direktur
Keuangan, HPS akan dikirimkan ke PPK. Bila perencanaan di bawah 200 juta,
maka diberikan kepada Pejabat Pengadaan Medik untuk dilakukan pemilihan
harga. Bila perencanaan di atas 200 juta, maka harus ke ULP untuk dilakukan
lelang secara LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik). Sekretariat PPK
akan membuatkan Surat Pesanan (SP) untuk perencanaan di bawah 50 juta, atau
membuatkan Surat Perintah Kerja (SPK) untuk perencanaan antara 50 juta sampai
200 juta, dan mengirimkan ke distributor terkait. Alur perencanaan dan
perbekalan farmasi dapat dilihat pada Lampiran 4.
Obat cito dapat diadakan dengan membuat disposisi untuk meminta
persetujuan Direktur Medik dan Keperawatan untuk menggunakan kas kecil
Pejabat Pengadaan Medik, sedangkan bila di luar jam kerja menggunakan kas
kecil Duty Manager. Pengiriman perbekalan farmasi oleh distributor ke RSUP
Fatmawati sesuai dengan data perencanaan, diterima oleh Tim Penerima Barang.
Serah terima perbekalan farmasi dilaksanakan dari Tim Penerima Barang ke
petugas gudang farmasi dan dilakukan input data di Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS), kemudian dilaksanakan proses penyimpanan di gudang farmasi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c. Untuk obat high alert yang memenuhi kriteria LASA (Look Alike Sound
Alike), maka obat tersebut diletakkan secara terpisah dengan memberikan
selingan minimal 2 obat non kategori LASA di antaranya.
Universitas Indonesia
g. Laporan narkotika
h. Laporan barang sumbangan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bahan baku yang digunakan di produksi non steril diperoleh dari gudang
farmasi. Perencanaan dilakukan setiap bulan berdasarkan laporan bulanan
sebelumnya kemudian perencanaan ini dikirimkan ke gudang farmasi untuk
dilanjutkan dengan proses pengadaan. Produksi non steril mendistribusikan
produknya ke gudang farmasi. Penyimpanan di produksi non steril terbagi
menjadi 2, yaitu penyimpanan bahan baku (disusun berdasarkan kegunaannya)
dan penyimpanan produk (berdasarkan alfabetis). Pelaporan yang dilakukan oleh
produksi non steril adalah laporan jumlah perbekalan farmasi, laporan produk
yang rusak, dan laporan produk yang kadaluwarsa.
2. Produksi steril
Kegiatan yang dilakukan di produksi steril adalah IV admixture dan
penanganan obat sitostatika. Kegiatan IV admixture yang dilakukan di produksi
steril adalah mempersiapkan injeksi tuberkulin untuk Tes Mantoux dan
mencampurkan / mengencerkan KCl ke dalam cairan normal saline (NaCl 0,9%).
Penanganan obat sitostatika adalah mempersiapkan obat sitostatika untuk
pengobatan kanker. Alur masuk ke ruang produksi aseptik dispensing dan
pelayanan obat sitostatika dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Alur penanganan
limbah padat, cair, dan gas, serta alur penanganan limbah sitostatika dapat dilihat
pada Lampiran 9.
Universitas Indonesia
dan 4 Asisten Apoteker. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3 hanya terdiri dari 1
Apoteker dan 2 Asisten Apoteker.
Setiap pagi masing - masing lantai depo farmasi melakukan permintaan ke
gudang farmasi. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 melayani pasien tunai,
jaminan kantor, dan pasien HIV. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 2 melayani
pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS). Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3 melayani
pasien Jamkesmas, Jamkesda Depok, Jamkesda Tangerang, dan pasien TBC.
Persyaratan - persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien Jamkesmas,
Jamkesda Depok, dan Jamkesda Tangerang Selatan yaitu: resep asli dan 1 lembar
fotokopi resep, SJP asli dan 2 lembar fotokopi SJP, fotokopi 2 lembar surat
pengantar dari Dinas Kesehatan Daerah, fotokopi 2 lembar kartu Jamkesda, Surat
rujukan asli dari puskesmas, kartu berobat di RSUP Fatmawati, fotokopi Kartu
Keluarga (KK) 2 lembar, serta fotokopi KTP atau akte bila anak di bawah umur.
Persyaratan – persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien KJS yaitu: resep, bukti
pembayaran, SJP asli, surat rujukan asli puskesmas, dan fotokopi KTP.
Depo Instalasi Rawat Jalan menerapkan sistem distribusi obat rawat jalan
secara individual prescription. Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara
individual prescription merupakan tata cara dan urutan proses kegiatan
menyiapkan obat pasien rawat jalan berdasarkan resep pasien. Jumlah obat
diberikan seluruhnya sesuai yang tertera dalam resep yang telah melalui kajian
peresepan oleh Apoteker. Tujuan prosedur penyiapan obat rawat jalan secara
individual prescription adalah agar:
1. Tercapainya jaminan kebenaran dan keamanan dalam proses dispensing obat
pada pasien rawat jalan.
2. Tercapainya peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keamanan dalam
penggunaan obat.
Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual prescription (Lampiran
10):
1. Penerimaan resep dari dokter / perawat ruangan oleh petugas farmasi.
2. Pelaksanaan skrining resep untuk menilai kesesuaian penulisan resep.
3. Pelaksanaan pelayanan obat pasien yang telah memenuhi persyaratan pada
skrining resep.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari dengan double lock dan
setiap obat - obat tersebut diambil maka dilakukan pencatatan di buku
penggunaan.
Sistem distribusi yang diterapkan di depo farmasi rawat inap beragam,
diantaranya adalah, sistem distribusi dosis unit. Sistem ini merupakan sistem
pemberian obat pada pasien dengan menggunakan kemasan sekali pakai dalam
jangka waktu 24 jam. Sistem ini dipakai di lantai tiga untuk obat - obat injeksi,
lantai empat, lima dan enam. Alur sistem distribusi dosis unit tertera Lampiran 12.
Sistem selanjutnya yaitu sistem floor stock, dan sistem resep individual berupa
resep yang ditulis dokter untuk tiap penderita. Sistem resep individual ini
diterapkan di lantai tiga untuk pasien anak - anak yang masih mendapatkan puyer
dan lantai 2. Pelaporan yang dikerjakan di depo farmasi rawat inap sama halnya
dengan depo - depo farmasi lainnya, di antaranya adalah:
1. Laporan daftar pelunasan yang dibuat harian.
2. Laporan pemakaian narkotika dan psikotropika yang dibuat setiap bulan.
3. Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap
bulan.
4. Laporan analisa penjualan yang dibuat setiap bulan.
5. Laporan barang rusak dan kadaluarsa yang dibuat setiap 3 bulan.
3.2.7.7 Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Instalasi Rawat Intensif (IRI)
Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu pelayanan dari Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati melayani kegawatdaruratan medik selama 24 jam.
Didukung oleh tenaga profesional dan tenaga ahli yang berpengalaman lebih dari
40 orang yang bertugas secara shift dan akan memberikan pelayanan secara
maksimal mengatasi kegawatdaruratan medik. IGD memiliki pelayanan
pendukung seperti laboratorium Instalasi Gawat Darurat 24 jam, radiologi (USG,
CT Scanning), kamar operasi, bank darah, apotik, dan ambulance 24 jam (RSUP
Fatmawati, 2009). IGD terdiri dari beberapa ruangan:
1. Ruang resusitasi (ruang merah)
Di ruang ini terdapat delapan tempat tidur, lemari emergency, dan paket
resusitasi. Lemari emergency sangat penting keberadaannya dalam ruang ini
Universitas Indonesia
dikarenakan pasien - pasien yang masuk ruang ini merupakan pasien dengan
kondisi yang cukup parah, sehingga jika pasien mengalami kegawatdaruratan dan
butuh penanganan segera, perawat tidak perlu berlari ke depo farmasi di IGD
untuk mengambil obat maupun alat kesehatan sehingga dapat menghemat waktu
dalam menolong pasien. Lemari emergency di cek setiap harinya dan dilengkapi
jumlahnya sesuai dengan daftar yang ditetapkan oleh RSUP Fatmawati.
2. Ruang P2 (Ruang kuning)
Ruang ini dibagi menjadi ruang bedah dan ruang non bedah dimana di
ruang ini terdapat paket namun tidak disediakan lemari emergency.
3. Ruang Triase
Pasien yang masuk ruangan ini dalam kondisi yang tidak terlalu parah
sehingga tidak mendapat tindakan dan tidak ada paket di ruang ini.
Depo IGD dan IRI memiliki 1 orang apoteker penyelia, 1 orang
administrasi, dan 14 orang asisten apoteker. Depo IGD dan IRI buka 24 jam
dengan 3 shift dan melayani pasien rawat inap serta pasien rawat jalan. Pasien
rawat inap terdiri dari pasien yang masuk ruang Intensive Care Unit (ICU),
Neonatus Intensive Care Unit (NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU),
Intensive Cardiac Care Unit (ICCU). Sedangkan pasien rawat jalan merupakan
pasien yang masuk ruang IGD seperti ruang resusitasi, ruang P2, ruang triase,
maupun poli IGD.
Depo farmasi IGD dan IRI melakukan permintaan obat dan alat kesehatan
ke gudang farmasi setiap hari secara online. Obat - obatan disusun berdasarkan
abjad dan dipisahkan menurut jenis sediaan. Untuk obat - obat yang tidak stabil
pada suhu ruang maka penyimpanannya di lemari pendingin. Obat - obat jenis
narkotika dan psikotropika ditempatkan di lemari khusus tersendiri dengan double
lock pada dua pintu dengan susunan berlapis. Lemari tersebut terpasang
menempel pada dinding sehingga tidak dapat dipindahkan kecuali dengan
membongkarnya (RSUP Fatmawati, 2012). Alat kesehatan ditempatkan di rak
tersendiri dan diberi nama pada tempat atau box alat kesehatan tersebut. Jenis
sediaan obat yang sering digunakan di Depo IGD dan IRI adalah sediaan injeksi.
Laporan - laporan yang disiapkan oleh Depo Farmasi IGD adalah:
1. Laporan daftar pelunasan yang dibuat harian.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
farmasi akan mencatat permintaan obat dan alat kesehatan. Bila pasien telah
selesai dioperasi, maka paket akan dikembalikan ke depo farmasi dan petugas
depo farmasi akan merekapitulasi semua penggunaan obat dan alat kesehatan ke
administrasi perincian. Perincian selanjutnya akan dikirimkan ke depo farmasi di
mana pasien dirawat. Depo Instalasi Bedah Sentral juga menyiapkan Paket Bedah
Prima yang merupakan sistem paket untuk pasien tunai. Sebelum operasi, pasien
tunai harus melunasi pembayaran terlebih dahulu. Pasien tunai dengan Paket
Bedah Prima dapat menjalankan operasi di OK Elektif atau OK Cito. Alur
pelayanan obat dan alat kesehatan di depo instalasi bedah sentral dapat dilihat
Lampiran 13.
SDM yang ada di Depo Instalasi Bedah Sentral berjumlah 1 Penyelia dan
2 Asisten Apoteker. Daftar Paket obat dan alkes OK Cito, Paket Elektif, dan Paket
Bedah Prima dapat dilihat pada Lampiran 14, 15, dan 16. Paket anestesi spinal
terdiri dari Spinocan (spinal and diagnostic puncture) 27G x 3 ”, bupivacain
HCl 5 mg/ml, ondansetron 4 mg/2 ml, klonidin HCl 150 µg/ml, dan ketolorac 3%.
Paket anestesi umum terdiri dari propofol 10 mg/ml, atracurium besilat, fentanyl,
ondansetron 4 mg/2ml, dan ketolorac 3%.
Universitas Indonesia
3.3.1 Tugas pokok dan fungsi Satuan Farmasi Fungsional (SFF) adalah:
1. Tugas Pokok Satuan Farmasi Fungsional (SFF) adalah:
a. Meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Farmasi dengan melaksanakan
pelayanan farmasi klinik di RSUP Fatmawati.
b. Melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan apoteker.
c. Melaksanakan kegiatan penelitian di Instalasi Farmasi.
d. Menyelenggarakan pembinaan kepribadian dan pengembangan tenaga
fungsional profesi apoteker di bidang teknis profesinya.
2. Fungsi Satuan Farmasi Fungsional (SFF) adalah:
a. Melaksanakan pengawasan mutu pelayanan pada pasien sesuai teknis
profesi apoteker kepada seluruh anggota SFF.
b. Mengembangkan pelayanan teknis profesi apoteker berdasarkan
perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
keterangan “Resep / Obat telah di review Farmasi” pada resep pasien. Untuk resep
yang belum dinyatakan memenuhi syarat, dilakukan komunikasi dengan Dokter
Penanggung Jawab Pasien (DPJP) untuk menemukan solusi permasalahan yang
ditemukan terkait dengan pengobatan pasien. Alur pengkajian resep dapat dilihat
pada Lampiran 21.
Prosedur:
1. Penerimaan resep oleh petugas depo farmasi dengan ketentuan:
a. Depo Farmasi Rawat Inap hanya melayani resep pasien rawat inap internal
dari RSUP Fatmawati
b. Depo Farmasi IGD dan Rawat Jalan melayani dari poli rawat jalan RSUP
Fatmawati
2. Pelaksanaan screening resep oleh Apoteker atau Penyelia Instalasi Farmasi
untuk menilai kelengkapan:
a. Persyaratan administrasi resep dengan menilai ada atau tidak:
i. Nama dokter
ii. Tanggal penulisan resep
iii. Tanda tangan / paraf dokter penulis resep
iv. Nomor rekam medik pasien
v. Nama pasien
vi. Umur pasien
vii. Jenis kelamin pasien
viii. Berat badan pasien
ix. Nama obat
x. Jumlah yang diminta dalam resep obat
xi. Instruksi pengerjaan dispensing resep
xii. Aturan pemakaian obat
b. Persyaratan Farmasetis dengan menilai:
i. Bentuk sediaan
ii. Kekuatan sediaan
iii. Kompatibilitas / ketercampuran farmasetis
iv. Stabilitas sediaan
v. Cara penyimpanan obat
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
iv. Isi
v. Penyerahan dan pemeriksaan
c. Untuk resep yang tidak dapat dipenuhi dan tidak dapat diklarifikasi
kebenarannya atau resep tidak setuju dibeli, resep dikembalikan kepada user
(pemilik resep)
Universitas Indonesia
3.3.6.3 Visite
Pelayanan kefarmasian saat ini tidak hanya berfokus pada pengelolaan
obat, namun telah berkembang orientasinya pada pelayanan kepada pasien
(pharmaceutical care). Hal ini juga berlaku bagi apoteker yang berada dalam
lingkup rumah sakit. Apoteker rumah sakit diharapkan mampu memberikan
pelayanan kefarmasian kepada setiap individu pasien untuk memastikan bahwa
pengobatan yang diberikan kepada setiap pasien adalah pengobatan yang rasional.
Salah satu contoh kegiatan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada
Universitas Indonesia
pasien adalah praktek apoteker ruang rawat (ward pharmacist) dengan visite
sebagai salah satu aktivitasnya.
Visite pasien oleh apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan
apoteker kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi yang
lebih baik. Aktivitas ini dapat dilakukan secara mandiri atau kolaborasi secara
aktif dengan tim dokter dan profesi kesehatan lainnya dalam proses penetapan
keputusan terkait terapi obat pasien. Praktek visite yang dilakukan oleh apoteker
bertujuan untuk:
a. Meningkatkan pemahaman mengenai riwayat pengobatan pasien,
perkembangan kondisi klinik , dan rencana terapi secara komprehensif;
b. Memberikan informasi mengenai farmakologi, farmakokinetika, bentuk
sediaan obat, rejimen dosis, dan aspek lain terkait terapi obat pasien;
c. Memberikan rekomendasi sebelum keputusan klinik ditetapkan dalam
pemilihan terapi, implementasi dan monitoring terapi;
d. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah terkait penggunaan obat
akibat keputusan klinik yang sudah ditetapkan sebelumnya;
Sebelum memulai praktek visite di ruang rawat, seorang apoteker perlu
membekali diri dengan berbagai pengetahuan minimal: patofisiologi, terminologi
medik, farmakokinetika, farmakologi, farmakoterapi, farmakoekonomi,
farmakoepidemiologi, interpretasi data laboratorium, dan data penunjang
diagnostik lainnya.
Di dalam melakukan pelayanan visite maka hal lain yang harus
dipertimbangkan adalah jumlah sumber daya manusia (apoteker). Terkait
keterbatasan jumlah apoteker, maka dilakukan pembatasan pasien yang menerima
pelayanan visite oleh apoteker. Beberapa kriteria pasien yang dapat menerima
pelayanan visite oleh apoteker adalah sebagai berikut:
a. Pasien baru (dalam 24 jam pertama);
b. Pasien dalam perawatan intensif;
c. Pasien yang menerima ≥ 5 macam obat;
d. Pasien yang mengalami penurunan fungsi organ terutama organ hati dan ginjal;
e. Pasien yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya mencapai nilai kritis (critical
value), misalnya: ketidakseimbangan elektrolit, penurunan kadar albumin;
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Efek samping tidak
mungkin dihindari / dihilangkan sama sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah
seminimal mungkin dengan menghindari faktor - faktor risiko. Masalah efek
samping obat dalam klinik tidak dapat dikesampingkan begitu saja oleh karena
kemungkinan dampak negatif yang terjadi. Adanya efek samping obat dapat
meningkatkan morbiditas sehingga meningkatkan penderitaan, meningkatkan
perawatan / perpanjangan masa perawatan, dan dapat menyebabkan kematian.
Alur pemantauan efek samping obat dapat dilihat pada Lampiran 17.
MESO dapat berguna bagi beberapa pihak, diantaranya bagi badan
pengawas obat, perusahaan obat, dan bagi akademisi. Beberapa tujuan
diadakannya MESO diantaranya adalah :
a. Menemukan efek samping obat sedini mungkin, terutama yang berat, tidak
dikenal dan frekuensinya jarang
b. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat baik yang sudah
dikenal dan yang baru saja ditemukan
c. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan / mempengaruhi
timbulnya efek samping obat atau mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya
efek samping obat
d. Memberi umpan balik adanya interaksi pada petugas kesehatan
e. Membuat peraturan yang sesuai
f. Memberi peringatan pada umum bila dibutuhkan
g. Membuat data esensial yang tersedia sesuai sistem yang dipakai WHO
Universitas Indonesia
Data yang diperoleh untuk laporan ini berasal dari data yang terkumpul
kelompok tim di rumah sakit (dokter, perawat, ahli farmasi, dan lain - lain).
Data yang terkumpul selanjutnya dianalisa oleh tim.
d. Laporan wajib
Ada peraturan yang mewajibkan setiap petugas kesehatan melaporkan efek
samping obat di tempat tugas / praktek sehari - hari.
e. Laporan lewat catatan medik
Data yang dikumpul melalui riwayat penyakit serta pengobatan yang diterima.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5. Melaksanakan edukasi pada staf farmasi, profesi lainnya tentang obat dan
perbekalan kesehatan lainnya .
Formularium Obat RSUP Fatmawati adalah daftar dari seluruh item obat
yang ada di RSUP Fatmawati dalam periode waktu tertentu, yaitu maksimal 3
tahun. Daftar obat di Formularium Obat disusun berdasarkan kelas terapi dan
berisi nama generik produk (1 item), nama merek original dari pabrik tertentu (1
item), nama merek dagang dari pabrik tertentu (2 item), serta keterangan
mengenai bentuk sediaan, kekuatan produk dalam kemasan, dan nama pabrik
pembuat. Formularium Obat RSUP Fatmawati dibuat pertama kali pada tahun
1990, kemudian dilakukan revisi dan pembaruan terus menerus yang terjadi pada
tahun 1995, 2003, 2007, 2010, dan terakhir pada tahun 2012. Pembuatan revisi
formularium RSUP Fatmawati tidak dilakukan setiap tahun, dikarenakan kendala
biaya untuk mencetak formularium baru dan kesulitan untuk mengumpulkan
anggota TFT.
Universitas Indonesia
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi untuk
melakukan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan rujukan dan/atau upaya
kesehatan penunjang, salah satunya RSUP Fatmawati. Dalam upaya memberikan
pelayanan kesehatan, RS tidak dapat dipisahkan dari pelayanan kefarmasian yang
berorientasi pada pasien. Untuk menunjang hal tersebut maka dibentuk suatu
badan organisasi yaitu IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit). IFRS dipimpin oleh
seorang Kepala IFRS yaitu Apoteker dan bertanggung jawab terhadap segala
aspek hukum dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan
distribusi maupun administrasi barang farmasi.
Salah satu tugas Tim Farmasi dan Terapi (TFT) RSUP Fatmawati adalah
menyusun Formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat dan alkes
habis pakai di Rumah Sakit. Salah satu cara untuk mengetahui berjalan atau
tidaknya TFT rumah sakit adalah dengan melihat Formularium yang disusunnya.
Pada tiap 6 bulan atau maksimal 1 tahun dilakukan evaluasi atau review untuk
penyempurnaan Formularium. Di RSUP Fatmawati, formularium obat tidak dapat
direvisi tiap setahun sekali karena masalah biaya untuk mencetak Formularium
terbaru dan kesulitan untuk mengumpulkan anggota TFT. Revisi formularium
obat yang dilakukan oleh TFT RSUP Fatmawati adalah setiap 3 tahun sekali.
Formularium obat RSUP Fatmawati dibuat pertama kali pada tahun 1990,
kemudian dilakukan revisi dan pembaruan terus menerus yang terjadi pada tahun
1995, 2003, 2007, 2010, dan terakhir pada tahun 2012. Dengan adanya
kesinambungan proses revisi, dapat dikatakan bahwa TFT RSUP Fatmawati sudah
berjalan dengan baik.
Salah satu tugas pokok Satuan Farmasi Fungsional RSUP Fatmawati ialah
meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Farmasi dengan melaksanakan pelayanan
farmasi klinik. Berikut ini merupakan pembahasan dari pelaksanaan kegiatan
pelayanan farmasi klinik.
58 Universitas Indonesia
1. Pengkajian Resep
Pengkajian resep merupakan kegiatan yang perlu dilakukan untuk
mencegah terjadinya kesalahan dalam pelayanan obat pasien. Selain itu,
pengkajian resep juga dilakukan agar tercapainya rasionalisasi penggunaan obat.
Kegiatan dalam pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetis, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan. Di RSUP Fatmawati, pengkajian resep tidak sepenuhnya
dilakukan. Hal ini terlihat dari masih adanya resep yang tidak lengkap. Misalnya
pada resep untuk pasien bayi atau anak, berat badan dan umur pasien sering kali
tidak tertera pada lembar resep padahal hal tersebut diperlukan terutama untuk
menghitung dosis maksimal pada pasien bayi atau anak. Sering kali hanya nama
pasien yang tertera pada lembar resep. Pada lembar intruksi pemberian obat pada
pasien rawat inap, terkadang tidak semua lembar ada penanda berupa stempel
keterangan “Resep telah di review Farmasi”.
Pengkajian resep yang tidak sepenuhnya dilakukan disebabkan oleh
banyaknya resep / pasien yang harus dilayani oleh petugas farmasi di RSUP
Fatmawati. Selain itu, untuk melakukan pengkajian resep secara keseluruhan
cukup membutuhkan waktu sementara pelayanan obat pasien harus dilakukan
secara cepat karena banyaknya pasien yang harus dilayani terutama untuk pasien
rawat jalan.
Universitas Indonesia
3. Visite
Visite pasien oleh apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan
apoteker kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi yang
lebih baik. Apoteker melakukan praktik di ruang rawat sesuai dengan kompetensi
dan kemampuan farmasi klinik yang dikuasai. Visite pasien yang dilakukan di
RSUP Fatmawati diaplikasikan kepada pasien yang berada dalam perawatan
intensif dan memiliki resiko mengalami terjadinya kesalahan obat (medication
errors). Beberapa tempat dilakukannya praktik apoteker ruang rawat di RSUP
Fatmawati contohnya pada ruang perawatan pasien Intensive Care Unit (ICU),
Neonatal Intensive Care Unit (NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU),
Intensive Cardiac Care Unit (ICCU), High Care Unit (HCU), dan ruang
perawatan pasien pra operasi dan post operasi.
Kegiatan visite yang dilakukan apoteker di RSUP Fatmawati dilakukan
secara kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dan disesuaikan dengan situasi
dan kondisi. Tipe visite ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah dapat
memperoleh informasi terkini dan komprehensif, dapat dijadikan sebagai fasilitas
pembelajaran, serta dapat langsung dikomunikasikan masalah terkait penggunaan
obat dan mengimplementasikan rekomendasi yang dibuat. Namun, kegiatan visite
ini juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah jadwal visite harus
dilakukan dengan jadwal tim dan waktu pelaksanaan terbatas sehingga diskusi dan
penyampaian informasinya kurang lengkap.
Visite yang dilakukan di RSUP Fatmawati sebagian besar terjadwalkan
dan umumnya dilakukan setiap seminggu sekali contohnya pada ruang perawatan
pasien High Care Unit (HCU), dan ruang perawatan pasien pra operasi dan post
operasi. Sedangkan untuk pasien Intensive Care Unit (ICU) umumnya dilakukan
3-4 kali dalam seminggu, hal ini disebabkan karena kondisi pasien pada ruang
perawatan tersebut merupakan pasien yang menderita penyakit komplikasi
sehingga memungkinkan pasien menerima bermacam-macam jenis obat. Hal ini
memungkinkan terjadinya masalah terkait obat yang dapat mempengaruhi
outcome pasien sehingga diperlukan visite yang lebih sering untuk memastikan
terapi obat yang diterima oleh pasien.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
7. Konsultasi Obat
Konsultasi obat diawali dengan memperkenalkan diri kepada pasien.
Kemudian apoteker mulai menanyakan masalah yang dihadapi pasien terkait
penggunaan obatnya. Apoteker mulai menjelaskan obat-obat yang diterima pasien
dengan memberitahukan nama obat dan indikasi obat. Dalam menjelaskan atau
memecahkan masalah pasien, apoteker menggunakan alat tulis untuk
memudahkan pasien dalam memahami penjelasan dari apoteker, misalnya
masalah waktu dan frekuensi penggunaan obat pada pasien yang mendapat
polifarmasi. Pasien yang mendapat polifarmasi sering mengalami kesulitan dalam
hal waktu penggunaan obat. Pasien sering menanyakan apakah semua obat yang
diberikan harus diminum bersamaan ataukah harus diberi jarak waktu. Pasien juga
menanyakan obat mana saja yang harus diminum sebelum dan sesudah makan.
Setelah pasien mendapat penjelasan tentang obatnya, apoteker akan meminta
pasien untuk mengulangi penjelasan yang dipaparkan tadi untuk menguji
pemahaman pasien. Jika pasien masih kurang jelas dengan penjelasan yang
diberikan maka apoteker akan mengulangi penjelasan tersebut dan meminta
pasien untuk mengulangi penjelasan dari apoteker tersebut. Setelah pasien
memahami yang dijelaskan apoteker, apoteker akan menanyakan masalah apa lagi
yang dialami pasien dan apakah ada yang dapat apoteker bantu.
Dalam melakukan konsultasi obat, apoteker kurang menggali informasi
dari pasien seperti obat, vitamin, atau jamu apa saja yang pernah atau sedang
dikonsumsi pasien. Apoteker juga tidak menanyakan apakah pasien memiliki
riwayat alergi. Apoteker hanya memberikan informasi tentang obat yang
ditanyakan oleh pasien, informasi lain seperti cara kerja obat, efek samping yang
mungkin terjadi dan cara mengatasinya, interaksi yang mungkin terjadi antara
obat dengan obat lain termasuk vitamin dan jamu ataupun interaksi antara obat
dengan makanan.
8. Edukasi Farmasi
Program edukasi farmasi dilakukan dengan mengumpulkan sejumlah
orang dalam ruangan tertentu guna mendengarkan penjelasan dari apoteker
mengenai tema tertentu misalnya tema tentang penggunaan dan penyimpanan obat
Universitas Indonesia
yang benar. Kegiatan tersebut dilaksanakan kurang lebih satu jam, dimulai dengan
presentasi dari apoteker kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Peserta
diperkenankan bertanya mengenai masalah mengenai obat, baik tentang cara
pakai, penyimpanan obat, dan masalah-masalah terkait obat lainnya. Untuk
melakukan kegiatan program edukasi farmasi di rumah sakit diperlukan fasilitas
penunjang seperti infocus, layar, laptop, microphone, dan lain-lain. Pada saat
kegiatan, dilakukan pembagian questioner mengenai tanggapan peserta terhadap
kegiatan tersebut. Hasil questioner tersebut berguna untuk perbaikan dan koreksi
terhadap kegiatan edukasi selanjutnya. Peserta program edukasi banyak yang
tidak mengisi questioner dikarenakan tidak membawa alat tulis. Saat dilaksanakan
program edukasi di Depo Askes dan Jaminan, perhatian peserta edukasi terbagi
antara mendengarkan pemaparan presentator dengan mendengarkan panggilan
petugas depo farmasi yang akan memberikan obat.
Dalam melaksanakan kegiatannya, Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati
dibagi menjadi beberapa sub bagian, antara lain:
1. Gudang Farmasi
Perbekalan farmasi disimpan pada tempat yang terpisah sesuai dengan
pengelompokannya, yaitu dikelompokan berdasarkan bentuk sediaan serta
jenisnya dan disusun secara alfabetis. Perbekalan farmasi juga disusun dengan
metode FIFO (First In First Out) atau FEFO (First Expired First Out). Obat yang
termasuk kategori LASA diselingi dengan 2 obat non kategori LASA di antaranya
dan pada rak / tempat obat diberikan stiker LASA. Narkotika dan psikotropika
ditempatkan pada lemari double lock (kunci ganda) pada dua pintu dengan
susunan berlapis. Obat high alert disimpan di lemari penyimpanan obat yang
bertanda khusus (stiker high alert) dan tidak tercampur dengan obat lainnya.
Perbekalan farmasi dalam kemasan besar ditempatkan di atas pallet. Suhu dan
kelembaban dipantau di setiap ruang penyimpanan perbekalan farmasi. Obat yang
memerlukan suhu dingin disimpan dalam pharmaceutical refrigerator.
Penyimpanan perbekalan farmasi berada dalam ruangan yang tidak terkena cahaya
matahari secara langsung. Bahan berbahaya mudah terbakar atau mudah meledak
disimpan pada ruang khusus tidak disimpan pada gudang tahan api. Saat ini
gudang tahan api masih berada satu gedung dengan gedung farmasi dan
Universitas Indonesia
digunakan untuk menyimpan stok obat yang berlebih, yaitu cairan infus. Tempat
dan sarana penyimpanan bersih. Petugas melaksanakan pencatatan pemasukan,
pengeluaran, dan stok perbekalan farmasi ke dalam kartu persediaan dan dalam
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIRS).
3. Produksi
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,
yang dimaksud dengan produksi adalah kegiatan untuk membuat, merubah
bentuk, dan mengemas kembali sediaan farmasi, baik steril maupun non steril
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di sebuah rumah sakit dengan
kriteria obat yang diproduksi sebagai berikut:
a. Sediaan farmasi dengan formula khusus.
b. Sediaan farmasi dengan harga murah.
c. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil.
d. Sediaan farmasi yang tidak tersedia di pasaran.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
6. Depo Askes
Pasien Askes merupakan pasien yang paling banyak di RSUP Fatmawati.
Mulai tanggal 1 April 2013, pasien Askes yang semula dilayani di lantai 2 dan 3
gedung Instalasi Rawat Jalan, sekarang dilayani di Depo Askes. Selain melayani
pasien Askes, Depo Askes juga melayani pasien Jamkesda Bogor. Terdapat
beberapa acuan yang dapat digunakan dalam melayani pasien-pasien tersebut,
antara lain DPHO untuk pasien peserta Askes, Daftar Obat Inhealth, Formularium
Jamkesmas, Formularium Rumah Sakit, dll. Acuan tersebut digunakan untuk
mengetahui obat-obat apa saja yang dapat diberikan kepada pasien beserta batasan
jumlah maksimal yang dapat diberikan.
Alur pelayanan resep dimulai dari pasien membawa resep beserta berkas-
berkas yang diperlukan sebagai persyaratan dan diberikan kepada petugas.
Petugas akan melakukan pengecekan kelengkapan berkas dan pengecekan obat-
obat dalam resep (apakah obat-obat tersebut sesuai dengan pedoman dan dapat
diserahkan kepada pasien). Resep kemudian di input untuk pemotongan stok obat,
lalu dilakukan pembuatan etiket, penyiapan obat, dan penyerahan. Masing-masing
Universitas Indonesia
tahap dikerjakan oleh orang yang berbeda. Pada masing-masing tahap akan
dilakukan pemberian stempel HETIP (Harga Etiket Timbang Isi Penyerahan).
Pemberian stempel tersebut dimaksudkan agar dapat dilakukan pengecekan
kembali apabila terjadi kesalahan.
Sebelum pembuatan etiket, petugas terlebih dahulu memeriksa kartu
rujukan dan menuliskan keterangan tanggal dan obat-obat yang diberikan pada
tanggal tersebut. Hal tersebut dilakukan agar dapat dilakukan pengecekan apabila
pasien sebelumnya telah mendapatkan obat yang sama atau pasien sebelumnya
telah menebus obat tersebut dengan jumlah maksimal. Pada bagian ini, petugas
akan membuatkan salinan resep untuk obat-obat yang tidak terdapat di Depo
Askes sehingga pasien dapat menebusnya di apotek lain.
Setelah etiket dibuat, selanjutnya petugas akan melakukan penyiapan obat,
baik obat jadi maupun obat racikan. Penyiapan obat jadi dilakukan dengan
memasukkan obat ke dalam etiket sesuai dengan jumlah yang tertera di etiket.
Untuk mempermudah penyiapan, obat-obat fast moving diletakkan di meja
tersendiri sehingga petugas akan lebih cepat dalam mengambil obat yang
dibutuhkan. Untuk obat yang tidak dikemas dalam kemasan blister, obat
dimasukkan ke dalam etiket dengan menggunakan peralatan seadanya karena
tidak tersedia alat hitung tablet. Hal ini dapat mengakibatkan kontaminasi obat
apalagi jika obat dimasukkan ke dalam etiket menggunakan tangan.
Setelah obat disiapkan, obat dibawa oleh petugas ke bagian penyerahan.
Alur penyerahan obat meliputi verifikasi nomor pasien, verifikasi identitas pasien,
pemberian informasi singkat mengenai penggunaan obat, kemudian petugas
meminta nomor telepon pasien yang dapat dihubungi, dan meminta tanda tangan
pasien. Pemberian informasi obat dilakukan secara singkat. Informasi yang
diberikan kepada pasien hanyalah informasi mengenai indikasi dan aturan pakai
obat. Hal tersebut dikarenakan banyaknya jumlah pasien yang dilayani sehingga
waktu pemberian informasi obat menjadi sangat singkat.
Jumlah resep yang dilayani Depo Askes lebih kurang 200-300 resep/hari.
Dengan jumlah tersebut, terkadang tidak semua pasien dapat terlayani. Terkadang
masih terdapat pasien yang belum dilayani meskipun jam pelayanan telah selesai.
Hal ini dikarenakan kurangnya SDM yang terdapat di Depo Askes. Selain itu,
Universitas Indonesia
seringkali pekerjaan yang berbeda dilakukan oleh orang yang sama, misalnya
selain melakukan penyerahan obat, petugas tersebut juga melakukan penyiapan
obat.
Obat yang sering diresepkan di Depo Askes adalah obat - obat jantung.
Selain itu, terdapat obat spesifik yang dilayani di Depo Askes yaitu obat-obat
kemoterapi. Namun, untuk obat-obat kemoterapi, yang dilayani di Depo Askes
hanya berkas-berkasnya saja sedangkan obatnya dititipkan di ruang produksi steril
di Instalasi Farmasi. Hal ini dikarenakan hanya gudang farmasi dan produksi
farmasi steril yang boleh menyimpan obat - obat kemoterapi. Obat akan diberikan
kepada pasien setelah direkonstitusi dan diantarkan ke ruang kemoterapi pada saat
kemoterapi akan dilakukan. Selain melayani obat DPHO Askes, Depo Askes juga
melayani obat non DPHO Askes tetapi untuk obat-obat tersebut pasien dikenakan
biaya. Untuk obat non DPHO Askes, pembayaran dilakukan setelah penyerahan
obat. Sedangkan untuk pasien peserta Askes yang mendapatkan obat-obat DPHO
Askes, pembayaran dilakukan dengan cara melakukan klaim ke PT. ASKES.
Setelah selesai pelayanan, dilakukan penginputan kembali menggunakan program
yang terhubung dengan PT. ASKES. Klaim Askes dilakukan oleh Instalasi
Penagihan Pasien (IPP). Oleh karena itu, di Depo Askes disediakan komputer
yang digunakan untuk klaim Askes.
Pembayaran untuk pasien peserta Jamkesda menggunakan sistem INA
CBG’s yaitu pembayaran berdasarkan paket-paket yang telah ditentukan. Apabila
tagihan pasien melebihi biaya paket yang diberikan, selebihnya akan menjadi
beban rumah sakit. Sedangkan bila tagihan pasien kurang dari paketnya, kelebihan
tersebut akan menjadi keuntungan rumah sakit yang dapat digunakan untuk
menutupi tagihan pasien yang menjadi beban rumah sakit. Dengan demikian
terjadi subsidi silang antara pasien yang tagihannya melebihi paket dengan pasien
yang tagihannya kurang dari paket.
Penyimpanan barang di Depo Askes dilakukan berdasarkan jenis
sediaannya, suhu penyimpanan, dan disusun secara alfabetis. Obat narkotika dan
psikotropika disimpan di lemari khusus (double lock). Pelaporan yang dibuat oleh
Depo Askes antara lain laporan analisa penjualan, obat generik dan non generik,
narkotika dan psikotropika, jumlah resep dan jumlah R/. Penghitungan jumlah
Universitas Indonesia
resep dan jumlah R/ dilakukan untuk mengetahui jumlah pasien yang dilayani dan
mengetahui beban kerja pegawai di Depo Askes.
Universitas Indonesia
pecahnya obat. Sediaan nutrisi juga disimpan rapi terlindung dari cahaya, dengan
tujuan untuk menjaga kestabilan sediaan tersebut.
Depo Farmasi Teratai memiliki beberapa unit lemari - lemari emergency
yang berisi obat dan alat kesehatan life saving. Lemari-lemari ini disediakan di
ruang HCU (High Care Unit) lantai 4 utara, 5 selatan dan 6 selatan. Obat dan
alkes yang terdapat dalam lemari emergency dapat langsung digunakan tanpa
harus menunggu penyediaan dari depo farmasi. Setiap petugas mengambil obat
dan alkes dari lemari emergency harus mencatat di lembar insidentil per pasien
guna dimasukkan ke dalam tagihan pasien. Isi dari lemari emergency memiliki
standar baku. Setiap harinya petugas depo farmasi memiliki tugas untuk
mengecek persediaan obat dan alkes dalam lemari emergency, mencatat pasien
yang menggunakan dan mengisi kembali jika terdapat kekurangan sesuai dengan
standar baku.
Di depo farmasi rawat inap juga menyediakan menyediakan paket-paket
kebidanan yang digunakan di lantai satu gedung teratai (emergency kebidanan).
Paket-paket ini disediakan agar mempercepat pelayanan obat dan alkes sampai
kepada pasien tanpa harus menunggu penyediaan dari depo farmasi. Paket - paket
ini berisi obat dan alkes yang dibutuhkan untuk pasien yang membutuhkan
tindakan penanganan yang cepat karena berhubungan dengan nyawa. Terdapat
delapan jenis paket yang tersedia, diantaranya : Paket Kehamilan Ektopik
Terganggu (KET), Paket Ketuban Pecah Dini (KPD), Paket Hamil Kontraksi,
Paket Partus Sectio, Paket Abortus Curetage, Paket Haemorogic Post Partum
(HPP), Paket PreEklampsia Berat (PEB) dan Paket Partus Normal.
Sistem distribusi yang digunakan cukup beragam diantaranya resep
individual, floor stock serta dosis unit. Sistem distribusi resep individual adalah
sistem order / resep yang ditulis dokter untuk tiap penderita. melalui perawat ke
ruang penderita tersebut. Dalam sistem ini, resep orisinil oleh perawat dikirim ke
depo farmasi kemudian resep diproses sesuai kaidah dispensing yang baik dan
obat disiapkan untuk didistribusikan kepada pasien. Sistem ini diterapkan di lantai
tiga untuk pasien anak-anak yang masih mendapatkan puyer dan lantai 2
kebidanan. Selanjutnya sistem distribusi floor stock merupakan suatu sistem
dengan cara kelompok obat tertentu disimpan di ruang perawatan untuk
Universitas Indonesia
digunakan oleh seluruh pasien, biaya penggunaan obat-obat ini dihitung sebagai
biaya perawatan. Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah obat
penggunaan umum yang terdiri atas obat yang tertera dalam daftar yang telah
ditetapkan oleh TFT dan IFRS yang tersedia di ruang perawat. Apoteker
bertanggung jawab dan bekerja sama dengan bidang keperawatan untuk
menyediakan obat dan meningkatkan pelayanan. Sistem distribusi terakhir adalah
sistem distribusi dosis unit, yaitu sistem distribusi obat yang diresepkan oleh
dokter untuk penderita selama 24 jam atau beberapa jenis obat yang masing-
masing dalam kemasan dosis unit tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup
untuk suatu waktu tertentu. Untuk penyediaan dosis unit, satu petugas depo
farmasi bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien yang dirawat pada bagian
utara dan selatan Teratai di tiap lantai yang menerapkan sistem ini. Proses
penyiapan dosis unit oleh petugas dimulai dari pagi hari, dimulai dari pemilahan
obat, penyiapan obat ke dalam kemasan dosis unit, pengecekan kembali hingga
peletakkan di dalam troley dosis unit sesuai dengan nama pasien). Selanjutnya
sore harinya petugas depo farmasi yang bertanggung jawab mengantarkan obat
dengan menggunakan troley dosis unit ke ruangan perawat untuk selanjutnya
dilakukan serah terima dan dilakukan pengecekan kembali. Hal ini sangat efektif
untuk memastikan bahwa obat yang diterima oleh pasien adalah obat yang sesuai
dengan yang diresepkan.
Di antara sistem distribusi yang digunakan di depo farmasi rawat inap,
sistem dosis unit merupakan sistem distribusi yang paling menguntungkan
diantara sistem distribusi lainnya. Sistem ini memiliki beberapa keuntungan
diantaranya adalah penderita menerima pelayanan 24 jam sehari dan penderita
hanya membayar obat yang dikonsumsinya saja, semua dosis yang diperlukan
pada ruang perawat telah disiapkan oleh petugas depo farmasi. Hal ini membuat
perawat mempunyai waktu lebih banyak untuk perawatan langsung penderita,
sistem ini juga menghemat ruangan perawat dengan meniadakan persediaan obat
-obatan dan kemasan dosis unit dapat mengurangi kesempatan salah obat, juga
membantu penelusuran kembali kemasan apabila terjadi penarikan obat. Namun,
sistem ini juga memilki beberapa keterbatasan diantaranya adalah sistem ini
mengharuskan obat harus sudah siap dikonsumsi sebelum jam makan pasien,
Universitas Indonesia
sehingga perlu teknik kerja yang cepat dan tepat, serta kebutuhan tenaga farmasi
lebih banyak.
Pelaporan yang dikerjakan di depo farmasi rawat inap sama halnya dengan
depo-depo farmasi lainnya, diantaranya adalah laporan analisa penjualan dan
laporan tagihan pasien, laporan pemakaian obat – obat narkotika dan psikotropika,
laporan penulisan resep obat generik dan non generik, dan laporan medication
error.
8. Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Instalasi Rawat Intensif (IRI)
Pasien-pasien yang masuk Instalasi Gawat Darurat, dipilih atau dipisahkan
sesuai kondisi dan tingkat keparahan pasien. Pasien yang butuh penanganan
segera atau dalam kondisi parah akan masuk ruangan resusitasi untuk
mendapatkan tindakan medis sesuai yang dibutuhkan pasien. Pasien yang
membutuhkan tindakan bedah akan di bawa ke ruang P2 atau ruang kuning.
Pasien yang masuk ruang triase tidak mendapat tindakan apapun dan hanya
diperiksa tanda-tanda vital dari pasien tersebut. Pasien yang masuk ruang
Intermediate Ward (IW) merupakan pasien rawat inap yang mengantri kamar di
gedung rawat inap. Pendistribusian obat untuk pasien-pasien rawat inap dilakukan
dengan sistem unit dose sedangkan pasien rawat jalan pendistribusiannya
dilakukan dengan sistem individual prescription. Di instalasi gawat darurat
terdapat lemari emergency yang selalu diperiksa setiap pergantian shift sebanyak
tiga kali sehari, sedangkan di ruang rawat inap seperti ruang ICU, NICU, PICU
lemari emergency hanya diperiksa satu kali sehari. Lemari emergency diperiksa
jumlahnya dan siapa yang menggunakan obat tersebut pada lembar insidentil. Jika
terjadi ketidaksesuaian antara jumlah obat yang tersisa di lemari emergency
dengan yang ada di lembar insidentil maka petugas depo farmasi akan
mencatatnya dan mengkonfirmasikan hal tersebut kepada perawat agar perawat
mencari siapa pemakai obat tersebut.
Alur permintaan obat dan alat kesehatan di depo IGD dimulai dengan
pasien masuk IGD kemudian pasien ditempatkan di ruang sesuai kondisi pasien.
Pasien yang masuk ruang P2 akan mendapat paket yang berisi obat maupun alat
kesehatan ke depo farmasi IGD. Pasien yang masuk ruang resusitasi akan
Universitas Indonesia
mendapatkan paket yang telah ada di ruang resusitasi tersebut melalui perawat.
Perawat akan mencatat nama pasien yang menggunakan paket tersebut. Barang
dalam paket yang tidak digunakan oleh pasien akan dikembalikan ke depo farmasi
IGD dan dibuat perincian penagihan untuk obat dan alat yang telah dipakai oleh
pasien.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas, terdapat beberapa kesimpulan yang dapat
diambil, yakni :
a. Peran dan tanggung jawab apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
Fatmawati yaitu melakukan kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi dan
pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan perbekalan farmasi dimulai dari proses
perencanaan, pengadaan, penyimpanan hingga pendistribusian dengan
menggunakan sistem satu pintu.
b. Peran dan tanggung jawab Satuan Farmasi Fungional (SFF) adalah menjamin
berjalannya fungsi farmasi klinik yang profesional, antara lain melakukan
visite pasien, monitoring / review penggunaan obat, monitoring efek samping
obat, pemberian edukasi bagi staf farmasi.
c. Peran dan tanggung jawab Tim Farmasi dan Terapi (TFT) adalah menyusun
formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat dan alkes habis pakai
di Rumah Sakit, melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi
penggunaan obat dan alkes, serta melaksanakan edukasi bagi staf farmasi dan
profesi lain tentang perbekalan farmasi.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melakukan praktek kerja di
RSUP Fatmawati Jakarta, terdapat beberapa saran yang dapat menjadi
pertimbangan dalam mengelola dan mengembangkan kegiatan farmasi di RSUP
Fatmawati Jakarta ke depannya, diantaranya adalah :
a. Pelayanan Informasi Obat
1. Penambahan jumlah literatur yang terkini.
2. Peran aktif apoteker dalam membuat dan menyebarkan bulletin / leaflet
obat sehingga keberadaan kegiatan pelayanan informasi obat semakin
diketahui oleh banyak pihak.
79 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Kesehatan RI. (2006).
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Siregar, Charles J.P. (2004). Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan.
Jakarta: EGC.
82 Universitas Indonesia
83
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
84
Direktur Utama
Koordinator Koordinator
Bidang Pendidikan dan Penelitian Bidang Pelayanan
Apoteker
86
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
87
Serah terima Tim Penerima Barang Medik dan Petugas Gudang Farmasi.
Cek: faktur; SP/SPK; kondisi; jumlah; tanggal kedaluwarsa (minimal 2 tahun);
Certificate of analysis (bahan baku obat), Certificate of origin (alkes), MSDS
(bahan berbahaya) bila diperlukan atau dicurigai.
88
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
89
Lampiran 8. Alur pelayanan obat sitostatika rawat jalan dan rawat inap
Rawat Jalan
Rawat Inap
Pembuatan billing
Pelaksanaan pelayanan
Penerimaan resep dari Pelaksanaan skrining Pemeriksaan berkas transaksi untuk resep
obat pasien yang telah
dokter/perawat resep untuk menilai kelengkapan resep yang telah memenuhi
memenuhi persyaratan
ruangan oleh petugas kesesuaian penulisan untuk pasien persyaratan dari
pada skrining
farmasi resep jaminan/asuransi skrining dan kajian
peresepan
peresepan obat
Pemanggilan nama
Pembuatan etiket obat
pasien dengan pengeras Pengecekan obat
dan copy resep bagi Pelaksanaan Pembayaran resep
suara dan penyerahan tentang kebenaran
obat yang tidak jadi permohonan ijin berdasarkan billing
obat kepada pasien oleh obat yang sudah
dibeli pasien ataupun prinsip untuk pasien resep untuk pasien
tenaga kefarmasian disiapkan dengan
tidak terlayani oleh jaminan tunai
dengan verifikasi dan klarifikasi 5 benar
depo farmasi
klarifikasi 7 benar
Pendokumentasian
Pelaksanaan konseling
resep dan bukti print
obat apabila pasien
out dalam file sesuai
membutuhkan
dengan status
penjelasan lebih lanjut
pembiayaan pasien
93
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
94
Penerimaan Resep
Pemeriksaan
kelengkapan berkas
Pasien mendapatkan
nomor
Input data ke
komputer
Penulisan etiket
Penyiapan Obat
Penyerahan +
informasi singkat
Lampiran 12. Alur distribusi obat secara dosis unit di Instalasi Farmasi RSUP
Fatmawati
OK Cito
Petugas Depo IBS menyiapkan Depo IBS melakukan perincian Lembar Pemakaian
kembali Paket Obat dan Alkes biaya pasien dan mengirimkan dimasukkan ke dalam Paket
dan OK Cito, serta melengkapi ke depo farmasi di mana Obat dan Alkes OK Cito yang
lemari emergensi. pasien dirawat telah terpakai oleh pasien
96
96
OK Elektif
97
97
Lampiran 16. Daftar paket obat dan alkes Paket Bedah Prima
User (pasien/lainnya)
Menyampaikan pertanyaan secara lisan/tertulis
Apoteker
1. Menerima pertanyaan
2. Penilaian penanya dan pertanyaan sesungguhnya
Tidak Ok
Ok
Apoteker
1. Pencatatan pertanyaan pada formulir pelayanan informasi obat.
2. Penelusuran jawaban atas pertanyaan dalam literatur.
3. Penyusunan jawaban dalam formulir pelayanan informasi obat.
4. Penyampaian jawaban kepada user.
User
1. Menerima jawaban pertanyaan
2. Memberi respon atas informasi yang telah diberikan.
Tidak Ok
Ok
Selesai
Apoteker
1. Entry data pasien dalam software interaksi obat.
2. Entry data pengobatan pasien dalam software
interaksi obat.
3. Penilaian informasi data interaksi obat dari
software (penilaian level signifikansi)
Apoteker
1. Penyusunan rekomendasi dalam formulir
rekomendasi farmasi klinik untuk
penanganan interaksi obat.
2. Penyampaian rekomendasi pada tenaga
kesehatan.
Dokter/SMF
Instruksi perbaikan terapi
Ok
Tidak Ok
Apoteker/Asisten Apoteker
Perubahan instruksi terapi
Selesai
Mulai
Belum
Lengkap?
Ya
Selesai
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ iii
1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ......................................................................................................... 2
5. KESIMPULAN .............................................................................................. 10
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 10
ii Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
a. Mengetahui biaya dan persentase obat dan alat kesehatan yang dikeluarkan
Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati yang merupakan bagian dari tarif tindakan
medis operatif bedah orthopedi PT Askes.
b. Mengetahui rata - rata total biaya obat dan alat kesehatan per pasien pada
tindakan bedah orthopedi, dengan rincian sebagai berikut:
i. Rata - rata total biaya obat dan alat kesehatan per pasien yang bayar tunai
oleh pasien.
ii. Rata - rata total biaya obat dan alat kesehatan per pasien yang ditagihkan ke
PT Askes.
iii. Rata -rata total biaya obat dan alat kesehatan per pasien yang ditagihkan ke
pihak rumah sakit dan persentasenya bila dibandingkan dengan tarif yang
diberikan oleh PT Askes.
iv. Rata - rata total biaya jasa pelayanan farmasi per pasien yang ditagihkan ke
pihak rumah sakit dan persentasenya bila dibandingkan dengan tarif yang
diberikan oleh PT Askes.
Universitas Indonesia
beroperasi, yaitu pada tanggal 1 Januari 2014 (Dewan Perwakilan Rakyat dan
Presiden Republik Indonesia, 2011).
kesehatan. Tarif paket tindakan medis operatif meliputi tarif atas jasa sarana dan
jasa pelayanan. Tarif atas jasa sarana meliputi biaya penggunaan sarana dan
fasilitas operasi, serta bahan dan alat kesehatan habis pakai yang digunakan dalam
tindakan operasi. Tarif atas jasa pelayanan meliputi biaya jasa bagi tim medis.
Universitas Indonesia
6 Universitas Indonesia
7 Universitas Indonesia
menjadi beban rumah sakit. Biaya yang menjadi beban rumah sakit ditagihkan ke
pihak rumah sakit. Total biaya merupakan penjumlahan dari subtotal biaya dan
jasa pelayanan.
Tarif paket bedah orthopedi yang merupakan tindakan medis operatif
Kelompok I yang diberikan untuk Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati sebagai
Rumah Sakit kelas A adalah sebesar Rp 3.125.000, tindakan medis operatif
Kelompok II yang diberikan untuk Rumah Sakit kelas A adalah sebesar Rp
4.375.000, dan tindakan medis operatif Kelompok III yang diberikan untuk
Rumah Sakit kelas A adalah sebesar Rp 5.625.000. Pasien yang mendapat
tindakan medis operatif bedah orthopedi Kelompok I berjumlah 26 orang yang
memiliki jenis tindakan terbanyak yaitu Dekompresi (unilateral/bilateral)
ekstremitas atas, pada Kelompok II berjumlah 23 orang yang memiliki jenis
tindakan terbanyak yaitu Removal of implants (plate, nail, screw), dan pada
Kelompok III berjumlah 21 orang yang memiliki jenis tindakan terbanyak yaitu
Debridement and anterior fusion in TB spine sehingga total tarif tindakan medis
operatif bedah orthopedi yang dijamin PT Askes sebesar Rp 300.000.000. Total
tarif tindakan medis operatif bedah orthopedi per pasien sebesar Rp 4.285.714,29.
Total biaya obat dan alat kesehatan yang dikeluarkan oleh IFRS dan ditagihkan ke
pihak rumah sakit sebesar Rp 147.927.700 sehingga persentase total biaya obat
dan alat kesehatan yang ditagihkan ke pihak Rumah Sakit yang merupakan bagian
dari tarif tindakan medis operatif bedah orthopedi PT Askes yaitu sebesar 49,31%.
Perhitungan biaya pasien Askes dengan tindakan medis operatif bedah orthopedi
dapat dilihat pada lampiran 6.
Rata-rata total biaya obat dan alat kesehatan yang digunakan dalam bedah
orthopedi periode Oktober hingga Desember 2012 per pasien adalah Rp
2.442.523,91. Rata-rata ini didapatkan dari total biaya obat dan alat kesehatan
seluruh pasien dibagi dengan jumlah pasien, yaitu 70 pasien. Rata-rata total biaya
obat dan alat kesehatan per pasien merupakan penjumlahan dari rata-rata total
biaya yang dibayar tunai oleh pasien, rata-rata total biaya yang dijamin oleh PT
Askes, rata-rata total biaya yang menjadi beban rumah sakit, dan rata-rata total
biaya jasa pelayanan farmasi.
Universitas Indonesia
Jasa pelayanan farmasi adalah sebesar Rp 800 per jenis obat atau alat
kesehatan yang digunakan oleh pasien. Rata-rata total biaya jasa pelayanan
farmasi per pasien yang ditagihkan ke pihak rumah sakit sebesar Rp 25.862,46.
Bila rata-rata ini dibandingkan dengan tarif yang diberikan oleh PT Askes, yaitu
Kelompok I sebesar Rp 3.125.000 maka persentasenya sebesar 0,83%, Kelompok
II sebesar Rp 4.375.000 maka persentasenya sebesar 0,59%, dan Kelompok III
sebesar Rp 5.625.000 maka persentasenya sebesar 0,46%.
Total biaya obat dan alat kesehatan tertinggi untuk tindakan bedah
orthopedi terdapat adalah sebesar Rp 25.741.900. Total biaya obat dan alat
kesehatan ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata total biaya obat
dan alat kesehatan per pasien sebesar Rp2.442.523,91 tetapi tidak menjadi
masalah karena adanya subsidi silang antar pasien.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 029
Tahun 2012 tentang Perubahan atas Tarif Pelayanan Kesehatan bagi Peserta PT
Askes, tarif paket tindakan medis operatif meliputi tarif atas jasa sarana dan jasa
pelayanan. Biaya obat dan alat kesehatan serta biaya jasa pelayanan farmasi yang
telah dihitung dapat menjadi bahan evaluasi bagi pihak rumah sakit untuk
pembagian tarif atas jasa sarana dan jasa pelayanan.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
a. Biaya obat dan alat kesehatan yang dikeluarkan Instalasi Farmasi RSUP
Fatmawati sebesar Rp 147.927.700 yang merupakan bagian dari tarif tindakan
medis operatif bedah orthopedi PT Askes sebesar Rp 300.000.000 sehingga
memiliki persentase sebesar 49,31%.
b. Rata-rata total biaya obat dan alat kesehatan per pasien pada tindakan bedah
orthopedi adalah Rp 2.442.523,91
dengan rincian sebagai berikut:
i. Rata-rata total biaya obat dan alat kesehatan per pasien yang bayar tunai
oleh pasien adalah Rp 263.708,06
ii. Rata-rata total biaya obat dan alat kesehatan per pasien yang ditagihkan ke
PT Askes adalah Rp 212.486,06
iii. Rata-rata total biaya obat dan alat kesehatan per pasien yang ditagihkan ke
pihak rumah sakit adalah Rp 2.113.252,86 dan persentasenya bila
dibandingkan dengan tarif yang diberikan oleh PT Askes yaitu:
- Tindakan medis operatif kelompok I : 67,62%
- Tindakan medis operatif kelompok II : 48,30%
- Tindakan medis operatif kelompok III : 37,57%
iv. Rata-rata total biaya jasa pelayanan farmasi per pasien yang ditagihkan ke
pihak rumah sakit adalah Rp 25.862,46 dan persentasenya bila dibandingkan
dengan tarif yang diberikan oleh PT Askes yaitu:
- Tindakan medis operatif kelompok I : 0,83%
- Tindakan medis operatif kelompok II : 0,59%
- Tindakan medis operatif kelompok III : 0,46%
10 Universitas Indonesia
11 Universitas Indonesia
12
spondilitis posterior
13
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
1073387 Sukarni 30/11/2012 CTS bilateral Release CTS dex (lokal)
224073 Siti Komariah 30/11/2012 Fr collum femur dex Pro bipolar hemiarthioplasty
Desember 1164893 Puji Rizka 5/12/2012 Spondilitis TB L1-L2 Deb + dekom + stab posterior
1188987 Ruliah Lestari 5/12/2012 OA genu bilateral Pro TKR dextra
61530 Bertha Lena 5/12/2012 Trigger thumb dextra Release trigger thumb (lokal)
1183923 Nurhayati Fedlandy Y. 5/12/2012 Spondilitis TB Th X11-L1 Deb + dekom + stabilisasi
posterior
937477 Hairul Cafry 7/12/2012 Spondilitis TB Vth X11-L1 Dekom + deb + sab posterior
1188474 Rikayanti Nurhasan 7/12/2012 Ulkus DM ankle pedis sin Pro debridement
405367 Helena Erika 7/12/2012 CTS sin Release (lokal)
1190149 Nurani A Dahlan 11/12/2012 Smith fraktur dextra ORIF plate screw
279637 Afrida jalius 12/12/2012 OA genu dextra TKR dextra
983652 Sunarti Supriyanto 12/12/2012 Trigger thumb dextra Release (lokal)
1185513 Rosmani 12/12/2012 Canal steno L4-L5, L5-S1 Dekompresi + ISD
1088261 Sunardi Supomo 12/12/2012 Union fr supra condyler femur sin Remove implant
596676 Wachjono Supatria 13/12/2012 Skin loss regio orbital sin + close fr Tutup defek + skin graft + close
distal radius dex reduction (Under C Arm)
1183932 Nurhayati Fedlandy 14/12/2012 Spondilitis TB Th 12-L1 post dekom Anterior debridemet
+ deb + stab posterior
108435 Arviandi Restyo 14/12/2012 Union + cruris sinitra Remove impant
005829 Saqiq Hafid 14/12/2012 Fraktur radius ulna dextra ORIF plate screw
1164893 Puji Rizka 19/12/2012 Spondilitis Tb L1-L2 post posterior Anterior debridement
stabilisasi
1190071 Adhitia Putra 19/12/2012 Neglected fraktur right shaft femur Pro ORIF broad locking plate
1090976 Rini Hendrastuti 19/12/2012 Union fr right metatarsal V pedis Remove implant
1191024 I wayan Subawa 21/12/2012 Cts bilateral, ganglion dorsialis Release CTs (lokal)
dextra
14
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
843400 Suwarni Rajiyo 21/12/2012 Trigger thumb kiri Pulley release
1112856 Ilham Maulana 21/12/2012 Union femur + tibia sinitra Remove implant P/S
1014203 Theresia Sri Roesdinah 22/12/2012 Dislokasi shoulder dextra Reposisi tertutup dengan GA
141877 Rokiyah Salam 26/12/2012 Spondilitis TB lumbal IV Deb + dekompresi + stabilisasi
posterior
1189333 Sunarto Parmoditio 26/12/2012 Close fr distal fibula dextra Pro ORIF
001122 Yudistira Ardi Nugraha 28/12/2012 CF clovicula dx ORIF
91526 Fitra Rama H. 28/12/2012 Torsometatarsal joint dislocation dx Open reposition + ORIF
217752 Sri Murtini 28/12/2012 Trigger thumb Pulley release
1097610 Ahmad Sayuti 28/12/2012 Union fr distal radius Remove implant
15
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Lampiran 2. Rincian Beban Biaya Obat dan Alat Kesehatan Bulan Oktober 2012
No Rincian Beban Biaya Obat dan Alat Kesehatan Berdasarkan penjaminan (Rupiah)
Nama Tanggal
No Rekam Diagnosa Tindakan Pasien Bayar Tunai ASKES Beban Rumah Sakit
Pasien Pengobatan
Medik Nama Jml Biaya Nama Jml Biaya Nama Jml Biaya
Subtotal 296.488,50 221.977 2.956.647,86
Jasa Pelayanan 1.611,50 5.623,28 28.052,14
Total 298.100,00 227.680,00 2.984.700,00
1. Bachrudin 197175 03/10/2012 Cervical Pro close Actimove 1 108.251,00 Daryantull 1 13.565,00 Surgical 1 68.640,00
Salimin myelopathy reduction cervical e 1% 10 connecting
C5-C6 collar m cm x 10 tube 2
cm)-ask funnel
Fosmicin 1 188.237,50 Ketorolac 1 9.600,00 Mata pisau 1 2.912,01
2 gr inj 3% no 11
Fentanil 5 115.850,0 Mata pisau 1 4.290,00
inj 0,05 0 no 24
mg/ml 2
ml
Ondansetr 1 2.130,00 Opsite 45 1 194.594,00
on 4mg/2 x 55 cm
ml inj
Ecosol 2 13.467,74 Urine bag 1 5.474,04
ringer T valve w/
lactate hanger
Nidanes 1 30.375,60 Foley 1 17.160,00
catheter ch
16
Aqua for 1 1.865,00 Xylocaine 1 67.009,66
inj 25 ml 2% jelly
10 g
Celemex 5 20.377,50
film putih
(Apron-
AP-88)
Tip 1 36.300,00
Catheter
16
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
50 cc
Vicryl 1 2 240.335,33
W9431
R8/IP
Vicryl 2/0 2 260.180,56
J869M
Rev
Cutting
Prolene 1 108.044,44
2/0 8685H
Rev
Cutting
Ecosol 1 9.295,00
NaCl 0,9%
100 ml
Polyvac 1 228.800,00
set 600 ml
12 FG
Handshcoe 2 62.920,00
n
Orthopedi
no 7,5
(non pow)
Underpads 1 5.445,00
60x90 cm
Handschoe 2 62.920,00
n
Orthopedi
no 7 (non
powde)
Adult Rem 0,2 42.900,00
polyhesive
II E7507
Button 0,2 37.180,00
Switch
pencil
E2516M
17
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Hypafix 0,25 31.649,48
10 cmx5
Recofol 10 1 115.772,80
mg
Roculax 1 128.700,00
50 mg/5ml
Reinforced 1 511.225,00
tracheal
cuff 7,5
Suction 1 7.865,00
catheter ch
12
O2 cair 600 2.546,88
N2O 25 kg 500 121.179,50
Isofluran 50 443.300,00
Vasofix 1 36.300,00
Safety G
18
IV 1 19.446,57
Chateter
with inj
port no 20
Blood set 1 23.958,00
Infus set 1 12.342,00
dewasa
Disp.Syrin 3 2.745,00
ge 3 cc
Elektroda 3 11.325,60
ECG red
dot 5,5
mm
Veca-c 1 11.707,50
Pastik 4 1.716,00
isopropil
alkohol
18
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Lampiran 3. Rincian Beban Biaya Obat dan Alat Kesehatan Bulan November 2012
No Rincian Beban Biaya Obat dan Alat Kesehatan Berdasarkan penjaminan (Rupiah)
Tanggal
No Nama Pasien Rekam Diagnosa Tindakan Pasien Bayar Tunai ASKES Beban Rumah Sakit
Pengobatan
Medik Nama Jml Biaya Nama Jml Biaya Nama Jml Biaya
Subtotal 188.237,50 155.227,09 1.431.198,86
Jasa Pelayanan 862,5 5.672,91 25.601,14
Total 189.100,00 160.900,00 1.456.800,00
1. Punjabi 1134459 01/11/2012 CF right ORIF tibia Fosmicin 1 188.237,50 Ketorolac 2 19.200,00 Underpad 1 5.445,00
P.Wicaksono distal tibia fibula 2 gr inj 3% s
sin II + 60x90cm
CF right Ecosol 2 13.467,74 Spinocan 1 45.760,00
distal ringer no 27
fibula lactate
Venofund 1 67.925,00 Marcain 2 101.175,28
in 6% inf spinal
500 ml 0,5%
heavy 4
ml
Ondansetr 1 7.150,00 Epinefrin 1 15.100,80
on HCl inj
4mg/2ml 50 mg
inj
Catapres 1 38.125,00 Handscho 1 20.020,00
1 ml en steril
no
7,5(non
powder)
Ecosol 1 9.359,35 Nasal 1 10.010,00
NaCl cannula
1000 ml adult
Ecosol 1 9.295,00
NaCl
0.9% 100
ml
Mata 2 8.580,00
19
pisau no
20
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Sofband 1 34.646,04
6"
(2,7mx15
cm)
O2 cair 300 1.273,44
Blood set 1 23.958,00
Disp.syri 3 14.157,00
nge 10cc
Disp.syri 3 7.936,50
nge 5cc
Disp.syri 3 2.745,00
nge 3cc
Elektroda 5 11.325,00
ECG red
dot
5,5mm
Veca-c 1 11.797,50
(iv
dressing
transpara
n)
Hypafix 0,05 3.327,25
3cmx5m
Aqua for 1 1.969,00
inj 25 ml
Wippy 1 423,00
(kapas
isopropil
alkohol)
Nurse cap 1 1.452,00
(green)
Surgeon 4 6.292,00
cap
(green)
21
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Lampiran 4. Rincian Beban Biaya Obat dan Alat Kesehatan Bulan Desember 2012
No Rincian Beban Biaya Obat dan Alat Kesehatan Berdasarkan penjaminan (Rupiah)
Nama Tanggal
No Rekam Diagnosa Tindakan Pasien Bayar Tunai ASKES Beban Rumah Sakit
Pasien Pengobatan
Medik Nama Jml Biaya Nama Jml Biaya Nama Jml Biaya
Subtotal 188.237,50 373.500,56 3.742.227,90
Jasa Pelayanan 862,5 8.899,44 22.472,10
Total 189.100,00 382.400,00 3.764.700,00
1. Puji 1164893 05/12/2012 Spondiliti Deb+dekom Fosmicin 1 188.237,50 Fentanyl 3 115.830,00 Reinforce 1 511.225,00
Rizka s TB L1- +stab 2 gr inj d tracheal
Parimara L2 posterior 0,05mg/m cuff 7.5
ni S. l 2 ml
Ecosol 3 20.201,61 Recofol 1 115.772,80
ringer 10 mg
lactate
Voluven 1 60.375,00 Suction 1 7.865,00
inj 500 ml catheter
ch 12
Ondansetr 1 7.150,00 O2 cair 20 848,96
on 0
4mg/2ml
inj
Ketorolac 1 9.600,00 N2O 25 20 48.471,80
inj 3% kg 0
Atracuriu 1 51.999,95 Aerrane 60 480.480,00
m-hameln 250 ml
1mg/ml
5ml
Venofundi 1 67.925,00 Vasofix 1 36.300,00
n 6% inf safety G
500 ml 18
Sedacum 1 8.640,00 Blood set 1 23.958,00
inj
5mg/5ml
22
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Aqua for 1 1.969,00 Disp.syrin 3 2.745,60
inj 25ml ge 3 cc
Ecosol 3 17.160,00 Disp.syrin 3 17.803,50
NaCl 500 ge 10 cc
ml
Streptomy 2 12.650,00 Disp.syrin 3 9.801,00
cin inj 1g ge 5 cc
Elektrode 3 10.982,40
ECG
Veca-c (iv 1 11.797,50
dressing
transparan
)
Wippy 2 858,00
(kapas
isopropil
alkohol)
Mata 1 4.290,00
Pisau no
24
Opsite 1 194.594,40
45x55 cm
Urine 1 10.010,00
drainage
bag
aximed tv
w/ hange
Xylocaine 1 67.009,66
2% jelly
10 gr
23
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Foley 1 17.160,00
catheter
ch 16
Tip 1 36.300,00
catheter
50 cc
Yankaur 1 71.500,00
suction set
Polyvac 1 228.800,00
set 600 ml
12 fg
Vicryl 1 8 914.342,00
W9421
rev cutting
Vicryl 2/0 2 214.500,00
W9121
RB/TP
Prolene 5 651.682,78
2/0 8833H
RB/TP
Ecosol 1 9.295,00
NaCl
0,9%
100ml
Hypafix 0,1 6.654,51
5cmx5m
Button 0,2 37.180,00
switch
pencil
E2516H
24
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
25
40. Reduksi terbuka dan fiksasi interna Jari. Carpus. fracture/ dislocation
41. Rekonstruksi Jari. Defect/contracture (single/multiple)
42. Rekontruksi Limb Leg Inequality - Bone Lengthening Transport
43. Rekontruksi Neglected Case – Bone
44. Rekontruksi Instability Joint Infection
45. Rekontruksi Pulley Tendon (ekstremitas atas). Bowstringing/ entrapment
46. Removal of implants (Plate. Nail. Screw)
47. Repair Nerve-digital. injury. (microsurgical)
48. Repair Tendon-extensor (extremitas atas) /nail bed/nerve digital
49. Reposisi Fraktur / Dislokasi Dalam Narkose
50. Reposisi terbuka & Fiksasi Interna pada kasus fraktur Salter Harris III – IV
51. Reposisi terbuka dan fiksasi interna fraktur tulang panjang pada anak
52. Reposisi terbuka dan fiksasi interna kasus fraktur intra Artikular pada anak
53. Revisi Jari/Digit. Stump. Osteotomy
54. Revisi Total Knee/ Shoulder replacement
55. Tendon transfer ekstremitas bawah pada kasus Neuromuskular anak
56. Total Knee/ Shoulder Replacement
57. Total Patellectomy dan rekonstruksi
58. Transfer Jari. deformity. instrinsic muscle