Anda di halaman 1dari 4

RESUME LAPORAN PRAKTIKUM

KEPERAWATAN KRITIS

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEMESTER 6

DOSEN PEMBIMBING :

Ainur Rusdi, S.Kep.,Ns

PENYUSUN :

Gita Risky Oktavia 1130015006

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2018
Praktikum 3

DC Shock atau ALS

1. Defenisi:
Suatu cara memberikan renjatan arus listrik langsung ke jantung lewat sepasang
elektroda yang diletakkan pada dinding toraks untuk menghentikan takikardia
ventricular dan supraventrikuler. Pemberian renjatan sinkron gelombang
R(Kompleks QRS). Renjatan listrik mendepolarisasi sel pemacu jantung
automatic dan sel miokardial serta menghilangkan atritmia. Nodus sinoatrial,
nodus atrioventrikular dan system purkinje mengambil alih irama jantung.
2. Indikasi
Kardioversi darurat,
1. Takikardi supraventrikular, fluter atrial, dan fibrilasi atrial dengan
hipotensi, hipoperfusi sistemik, gagal jantung kongestif, atau iskemia
miokard.
2. Takikardia ventrikel dengan nadi palpasi gagal berubah ke irama sinus
dengan lidokain atau amiodaron.
Kardioversi elektif.
Kardioversi dilakukan elektif pada takikardia supraventrikuler, fluter atrial, dan
fibrilasi atrial, yang gagal berubah ke irama sinus dengan digitalis, propranolol,
adrofonium, fenilefrin, kuinidin, atau verapanil. Irama sinus lebih baik daripada
aritmia karena curah jantung lebih banyak dan lebih rendah angka embolisme.
3. Kontraindikasi
Kontraindikasi:
1. Intoksikasi digitalis, Fibrilasi ventrikel dapat terjadi walaupun dilakukan
kardioversi sinkron, Stimulasi cepat atrium dengan pemacu
temporer(TPM) dapat merubah atritmia supraventrikular.
2. Penyakit sistem konduksi. Blok atrioventrikular dipasang profilaktik
Temporer Pace Maker (TPM).
3. Pasien dengan tidak mampu bertahan pada irama sinus.
4. Fibrilasi atrial yang telah lama atu bertahun.
5. Kardioversi dengan fibrilasi atrial cepat berulang, dengan dosis kuinidin
profilaktik.
6. Post operasi baru katup jantung, kardioversi ditunda 10-14 hari, TPM
dapat menghentikan takiaritmia.
4. Evaluasi Pasien
Evaluasi tentang hipertiroidisme, intake, digitalis, hipoksemia, stress psikologik,
anemia, hipokalemia, hiperkalemia, hipokalsemia, hipomagnesemia, atau
gangguan metabolic autonom lain yang menyebabkan aritmia.
Persiapan Pasien :
1. Jelaskan prosedur secara penuh kepada pasien, termasuk komplikasi
potensialnya dan dapatkan izin tertulis.
2. Berikan antikoagulan profilaktik, dianjurkan pada pasien atrial fibrilasi
dengan riwayat embolisme, stenosis mitral, gagal jantung kongestif, atau
pembesaran atrium kiri.
3. Hentikan digitalis, 24 jam sebelum kardioversi dan 48-72 jam pada
pasien tua. Digoxin bekerja selama 2-5 hari.
4. Berikan kuinidin(300 mg tiap 6 jam) selama 2 hari sebelum kardioversi,
menurunkan 40% pemulihan ke irama sinus, tetapi kadang pencetus VT
atau VF.
5. Puasakan pasien 6 jam sebelum tindakan kardioversi.
6. Rawat pasien dengan monitor EKG, untuk evaluasi irama dan evaluasi
EKG 12 lead.
7. Letakkan lempeng resusitasi jantung di bawah dada pasien.
5. Persiapan Alat
1. Kardioverter arus searah (DC) dengan monitor osiloskop, modus
sinkronisasi tombol seleksi tingkat energi, pedal elektroda dan jelly
elektroda.
2. Obat sedasi: amnesia atau anastesi selama kardioversi dengan
diazepam(valium), pentothal atau brevithal.
3. Resusitasi: Lempeng dipunggung, section, oksigen, intubasi set(ETT,
lavingoskope, guidel, jelly, spatel) ambubag dan obat atropine serta
antiaritmia.
6. Penatalaksanaan
1. Letakkan pasien terlentang di atas lempeng resusitasi jantung.

2. Pasang elektroda monitor EKG pada dada pasien.

3. Nyalakan tombol kardioversi dan sinkronisasi.

4. Singkirkan oksigen atau peralatan atau bahan yang mudah terbakar.

5. Berikan obat sedative perlahan, pantau frekuensi jantung, respirasi dan tekanan darah.

6. Berikan jelly pada pedal elektroda kardioversi, bantalan kasa larutan garam tidak dipakai
karena menyebabkan lengkungan arus.

7. Tipe kardioverter anteroapikal, elektroda pertama diletakkan di bawah klavikula kanan


tepat lateral sternum dan elektroda kedua diletakkan di bawah putting susu anterior
aksilaris.

8. Pilih tingkatan energi 100 joule.

9. Pastikan tidak ada kontak operator, orang lain dan pasien terhadap bahan
konduktor(logam, air, ventrikulator).

10. Berikan renjatan listrik bila sedasi pasien memadai dengan tekanan mantap 11,25 kg
pada pedal elktroda.

11. Periksa nadi pasien, EKG, dan jalan napas segera setelah renjatan listrik kardioversi.
Reaksi kardiovaskuler setelah renjatan listrik tampak vagal dengan bradikardia disusul
takikardia 30 detik reaksi simpatis. Aritmia ventrikel atau kelainan gelombang ST dapat
menunjukkan kerusakan miokard akibat renjatan atau interaksi obat denga renjatan
listrik.

12. Bila renjatan gagal, tingkatkan dosis energi secara bertahap 100, 200, 300, 360 joules
sampai aritmia dikonversi atau sampai 360mjoules gagal,
Biarkan 2 menit di antara renjatan listrik untuk supraventrikular takikardia, karena lambat
berkonversi.

7. Komplikasi
1. Luka baker kulit. Kontak elektroda tidak memadai atau renjatan berulang dapat timbul
luka baker derajat I-II.

2. Aritmia. Irama qtrioventrikuler, VES, VT dan VF dapat timbul setelah renjatan.

3. Kerusakan otot jantung. Perubahan gelombang T dan ST terjadi sekitar 1% dan


peningkatan CKMB sekitar 9% pasien.

4. Pembesaran jantung.

5. Edema paru. Diduga paralisis atrial kiri.

6. Embolisasi sistemik, sekitar 0,8% lebih tinggi pada atrium kiri besar, stenosis mitral,
CHF, atau emboli sebelumnya.

7. Hipotensi. Singkat dan berakhir beberapa jam.

8. Pneumonia aspirasi.

Anda mungkin juga menyukai