Anda di halaman 1dari 32

DITJEN HUBLA

DITJEN HUBLA

Selaras dengan visi


pembangunan nasional
sebagaimana tertuang
dalam Undang-Undang
No. 17 tahun2007 Tentang
2045
PDB : USD 15,0 – 17,5 T
Rencana Pembangunan
Pendapatan/Kapita Jangka Panjang Nasional
USD 44.500 – 49.000 2005 – 2025, maka visi
2025
Percepatan danPerluasan
PDB : USD USD 4,0 – 4,5 T Pembangunan Ekonomi
Pendapatan/Kapita Indonesia adalah
USD 14.250 – 15.500 (negara berpendapatan tinggi) “Mewujudkan
2010 Masyarakat Indonesia
PDB : USD 700 Milyar yang Mandiri,Maju, Adil,
Pendapatan/Kapita dan Makmur”
USD 300
DITJEN HUBLA

Misi yang menjadi fokus


utamanya, yaitu:
1) Peningkatan nilai tambah
dan perluasan rantai nilai proses
produksi serta distribusi dari
pengelolaan aset dan akses
(potensi) SDA, geografis wilayah, dan
SDM, melalui penciptaan kegiatan
ekonomi yang terintegrasi dan sinergis
di dalam maupun antar-kawasan pusat-
pusat pertumbuhan ekonomi;
2) Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran serta integrasi
pasar domestik dalam rangka penguatan daya saing dan daya tahan perekonomian
nasional;
3) Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses,
maupun pemasaran untukpenguatan daya saing global yang berkelanjutan, menuju
innovasion-driven economy .
DITJEN HUBLA
UU NO.17 TAHUN 2008

ANGKUTAN LAUT
KEPELABUHANAN
KESELAMATAN DAN
VISI KEAMANAN PELAYARAN
PERLINDUNGAN
MISI
LINGKUNGAN MARITIM

1. Menyelenggarakan kegiatan angkutan di perairan dalam rangka


Terwujudnya memperlancar arus perpindahan orang/dan atau barang melalui
penyelenggaraan perairan dengan selamat, aman, cepat, lancar tertib dan teratur,
transportasi laut nyaman, dan berdaya guna
nasional yang efektif, 2. Menyelenggarakan kegiatan kepelabuhanan yang andal dan
efisien dan berdaya berkemampuan tinggi, menjamin efisiensi, dan mempunyai daya
saing serta memberikan saing global untuk menunjang pembangunan nasional dan
daerah yang berwawasan nusantara;
nilai tambah sebagai
infrastruktur dan tulang 3. Menyelenggarakan keselamatan dan keamanan angkutan perairan
punggung kehidupan dan pelabuhan;
berbangsa dan 4. Menyelenggarakan perlindungan lingkungan maritim di perairan
bernegara nusantara;
5. Melaksanakan konsolidasi peran masyarakat, dunia usaha dan
pemerintah melalui restrukturisasi dan reformasi peraturan;
DITJEN HUBLA

VISI
DITJEN HUBLA
VISI & MISI
6 KORIDOR EKONOMI MP3EI

SUMATERA JAWA KALIMANTAN SULAWESI - BALI - NT PAPUA -


MALUT MALUKU

MISI DITJEN HUBLA


1. Menyelenggarakan kegiatan angkutan di perairan dalam rangka
memperlancar arus perpindahan orang/dan atau barang melalui perairan
dengan selamat, aman, cepat, lancar tertib dan teratur, nyaman, dan
berdaya guna
2. Menyelenggarakan kegiatan kepelabuhanan yang andal dan
berkemampuan tinggi, menjamin efisiensi, dan mempunyai daya saing
DUKUNGAN
global untuk menunjang pembangunan nasional dan daerah yang INFRASTRUKTUR
berwawasan nusantara;
3. Melaksanakan konsolidasi peran masyarakat, dunia usaha dan
pemerintah melalui restrukturisasi dan reformasi peraturan;
DITJEN HUBLA

LATAR BELAKANG TUJUAN PENCAPAIAN KONSEP & LOKASI


GLOBAL HUB DI BARAT
 Lemahnya sistem  Menurunnya beban DAN TIMUR INDONESIA
logistik nasional, logistik yang selama ini
terutama yang terkait terpusat di Pulau Jawa Penetapan dua
dengan pola logistik (inner island) pelabuhan hub
ekspor impor  Mendistribusikan secara internasional sebagai
 Pelabuhan Batam yang merata ke pusat-pusat pintu gerbang laut , satu
belum berfungsi secara hub internasional di Bagian Barat
optimal  Mempercepat Indonesia dan satu di
 Dari 25 pelabuhan utama pemerataan (perluasan Bagian Timur Inonesia :
nasional, tidak ada pembangunan ekonomi)
satupun mempunyai 1) PELABUHAN
 Penerapan azas KUALA TANJUNG
kemampuan sebagai
Cabotage dengan lebih (BARAT)
global hub port
optimal 2) PELABUHAN
 Pelabuhan Laut Tanjung
 Pemanfaatan ekonomis BITUNG (TIMUR)
Priok dan Pelabuhan
Selat Malaka & tiga Arus
Tanjung Perak sudah
Laut Kepulauan
mengalami over-
Indonesia secara lebih
capacity
optimal
DITJEN HUBLA

PELABUHAN KUALA TANJUNG


PELABUHAN BITUNG
DITJEN HUBLA

KENDAL GRESIK
TG. PRIOK

CIREBON
TG. EMAS
TG. PERAK
DITJEN HUBLA
NAMA HIERARKHI
KORIDOR CLUSTER FASILITAS KEGIATAN TA. 2011
PELABUHAN DALAM TKN
Northern Java Jakarta  Pelabuhan D. Breakbulk : 5.910 m‘, D. Drybulk : 1.300 m‘, D. Liquidbulk : 990, Pelabuhan Utama Pembangunan Urgent
corridor Tg. Priok D. Container : 1.180 m‘ , D. UTPK I : 820 m‘, D. UTPK II : Rehabilitation of Tg.
(Jakarta) 360 m‘, D. UTPK III : 450 m‘, D. Ro-Ro : 250 m‘, Gudang (lini I ) : Priok Port, Pagu 214 M
18.108 m2, Gudang (lini II) : 2.911 m2, CFS : .42 Ha, L. Pnpk :
2.599 Ha., L. Pnpk container : 20 ha, L. Pnpk (lini I) : 283.793 m2,
UTEP : 15.000m2, TPK I : 195.000 m2, TPK II : 58.000 m2

 Pelabuhan Dermaga Kolam I : 178.5 m‘, Dermaga Kolam II : 885 m‘, Dermaga Pelabuhan -
Cirebon Pelra : 150 m‘, Gudang : .16.160 m2, Lapangan Penumpukan : Pengumpul
(Cirebon) 38.354 m2
Semarang  Pelabuhan Dermaga I: 605 m’, Dermaga II: 320 m’, Dermaga III: 496 m’, Pelabuhan Utama  Pelabuhan Kendal
Tg. Emas Dermaga IV: 145 m’, Kolam Pelabuhan: 17.800 Ha, Gudang: 41.390
m2, Lapangan Penumpukan: 97.063 m2, Terminal Penumpang:
4.530 m’
 Pelabuhan - Pelabuhan Pembangunan Faspel,
Kendal Pengumpul Pagu 15 M

 Surab  Pelabuhan Dermaga Intan : 100 m‘, D. Mirah : 640 m‘, D. Nilam Timur : 860 m‘, Pelabuhan Utama -
aya Tg. Perak D. Berlian Utara : 140 m‘, D. Berlian Timur : 785 m‘,
(Surabaya) D. Berlian Barat : 700 m‘, Int'l Cont. Berth : 500 m‘, D. Jamrud Utara
: 1.200 m‘, D. Jamrud Selatan : 800 m‘,
D. Jamrud Barat : 160 m‘, D. Kalimas : 2.270 m‘, D. Perak : 140 m‘,
CFS : 4.400 m2, Gudang Mirah : 13.700 m2,
G. Nilam : 18.235 m2, G. Dangerous Cargo : 4.500 m2, G. Berlian
Timur : 8.780 m2, G. Berlian Barat : 9.166 m2, G. Jamrud Tengah :
6.050 m2, G. Jamrud Utara : 22.391 m2, G. Jamrud Selatan :
23.495 m2, G. Jamrud Barat : 2.896 m2,
G. Kalimas : 6.714 m2, G. Perak : 8.788 m2
 Pelabuhan Dermaga Perintis : 865 m’, Dermaga Conv.: 250 m’, Dermaga Pelabuhan -
Gresik Pass.: 290 m’, Bulk Term : 30 m’, Gudang : 1400 m2, Lapangan Pengumpul
Penumpukan : 6.880 m2
DITJEN HUBLA

BELAWAN

BATAM BITUNG
KUALA TANJUNG
GORONTALO

DUMAI PONTIANAK SAMARINDA PANTOLOAN TERNATE MANOKWARI


JAYAPURA
JAMBI BALIKPAPAN
SORONG
PALEMBANG TL. SIGINTUNG BELANG-BELANG KENDARI

PANJANG
TG. PRIOK BANJARMASIN AMBON FAK-FAK

CIREBON KENDAL MAKASSAR POMAKO


MASTERPLAN
MERAUKE/BADE
PEMBANGUNAN LEMBAR
EKONOMI BOJONEGARA TG. EMAS
INDONESIA TG. PERAK
SINKRONISASI
SISTRANAS & BENOA
MASTERPLAN
PEMBANGUNAN TENAU
EKONOMI INDONESIA KUPANG
PERJALANAN PANJANG PENGATURAN ttg KEPELABUHANAN
DITJEN HUBLA

UU 22/1999 UU 21/1992
tentang Tentang
Otonomi Pelayaran

UU 32/2004 UU 17/2009 PP 69/2001


Tentang tentang
Tentang
Otonomi Kepelabuhanan
Pelayaran

PP 61/2009
Tentang
Kepelabuhanan

11
TATANAN KEPELABUHANAN
DITJEN HUBLA
NASIONAL
Rencana Induk
Pelabuhan
Nasional
(RIPN)

Peran, fungsi,
jenis, & hierarki Lokasi pelabuhan
pelabuhan

TKN
merupakan sistem kepelabuhanan Diwujudkan dalam penyelenggaraan
secara nasional yang menggambarkan pelabuhan yg andal & berkemampuan
perencanaan kepelabuhanan tinggi, menjamin efisiensi, & mempunyai
berdasarkan kawasan ekonomi, daya saing global untuk menunjang
geografi, dan keunggulan komparatif pembangunan nasional & daerah yang
wilayah, serta kondisi alam. ber-Wawasan Nusantara
Peran, fungsi, jenis dan hierarki pelabuhan
DITJEN HUBLA

PERAN FUNGSI JENIS HIERARKI


 SIMPUL DALAM MERUPAKAN TEMPAT JENIS PELABUHAN :  PELABUHAN UTAMA
JARINGAN SESUAI KEGIATAN : (HUB INTERNATIONAL
HIRARKI
 PELABUHAN LAUT
 PEMERINTAHAN & INTERNATIONAL);
 PINTU GERBANG  PELABUHAN SUNGAI
 PENGUSAHAAN DAN DANAU  PELABUHAN
PEREKONOMIAN
PENGUMPUL
 TEMPAT KEGIATAN ALIH (NASIONAL); DAN
MODA
 PELABUHAN
 PENUNJANG KEGIATAN
INDUSTRI DAN PENGUMPAN
PERDAGANGAN (REGIONAL & LOKAL)
 TEMPAT DISTRIBUSI,
PRODUKSI, DAN
KONSOLIDASI MUATAN
 MEWUJUDKAN
WAWASAN NUSANTARA
DAN KEDAULATAN
NEGARA
UNDANG-UNDANG NO 17/2008 TENTANG PELAYARAN
DITJEN HUBLA PERUBAHAN DALAM PENGELOLAAN PELABUHAN
1. Pemisahan yang jelas antara fungsi
regulator dan fungsi operator di
pelabuhan
2. Terciptanya efisiensi penyelenggaraan
pelabuhan secara nasional
3. Pemberian kewenangan kepada daerah
dalam rangka pelaksanaan Otonomi
Daerah
4. Menciptakan kesempatan yang lebih
baik untuk investasi di bidang
kepelabuhanan
5. Menghilangkan monopoli dalam
penyelenggaraan pelabuhan, sehingga
tercipta kompetisi yang sehat dan
terjadi peningkatan efisiensi secara
sistemik
DITJEN HUBLA

ADPEL SYAHBANDAR

BID LALA& BID.GAMAT BID.KLK BID.KLK BID.KEPELAUTAN & BID. TIB &
LAIK LAYAR TROL
KEPELABUHAN

OTORITAS
PELABUHAN
PELINDO

BID LALA BID PENGATRN & FUNGSI FUNGSI


BID. PERENC &
PEMB & BINUS WAS OPS PELB REGULATOR OPERATOR
UNDANG-UNDANG NO 17/2008 TENTANG PELAYARAN
PENGATURAN KELEMBAGAAN
PENYELENGGARA PELABUHAN

Syahbandar
Penyelenggara Pelabuhan

OP UPP Bea Cukai, Imigrasi dan


Karantina (CIQ)

Konsesi/
perjanjian

Badan Usaha
Pelabuhan

LANDLORD PORTS

BUMN BUMD BHI PERORANGAN


INSTANSI DI PELABUHAN

1. KESELAMATAN PELY
2. BEA DAN CUKAI
3. IMIGRASI
4. KEKARANTINAAN

INSTANSI
PEMERINTAH OTORITAS PELABUHAN
DIBENTUK PADA PELABH
YG DIUSAHAKAN SCR
KOMERSIAL
PELAKS PENYELENGGARA
KEGIATAN DI PELABUHAN
UNIT PENYELENG PELABH
PELABUHAN
(UPP) DIBENTUK PADA
PELABH YG BLM DIUSAHA-
KAN SCR KOMERSIAL

BADAN HUKUM INDONESIA


BADAN HUKUM YG MELAKS KEGIATAN
DI TERMINAL
DITJEN HUBLA
OTORITAS PELABUHAN
Pasal 1 angka 26
UU NO. 17 Tahun 2008

Pasal 1 angka 10
PP Nomor 61 Tahun 2009

lembaga pemerintah di pelabuhan sebagai


otoritas yang melaksanakan fungsi
pengaturan, pengendalian, dan pengawasan
kegiatan kepelabuhanan yang diusahakan
secara komersial.
PETA UPT DITJEN HUBLA
KANTOR OTORITAS PELABUHAN BERBASIS PADA 4 (EMPAT) KANTOR
OTORITAS PELABUHAN

Kantor Otoritas Pelabuhan Wilayah I (Kantor Pusat di Belawan)


Kantor Otoritas Pelabuhan Wilayah II (Kantor Pusat di Tg. Priok)
Kantor Otoritas Pelabuhan Wilayah III (Kantor Pusat di Tg. Perak)
Kantor Otoritas Pelabuhan Wilayah IV (Kantor Pusat di Makassar)
DASAR HUKUM PEMBENTUKAN OTORITAS PELABUHAN

UU NO. 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN


 Pasal 81 ayat (1) huruf a dan ayat (2)
 Pasal 82 ayat (1) dan ayat (3)

PP NO 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN


 Pasal 38 ayat (2) huruf a dan ayat (3)
 Pasal 42 ayat (1)

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 63 TAHUN 2010


TANGGAL 5 NOVEMBER 2010 TENTANG ORGANISASI DAN
TATA KERJA KANTOR OTORITAS PELABUHAN
DITJEN HUBLA
RENCANA INDUK
PELABUHAN NASIONAL

Merupakan Pedoman dalam penetapan lokasi,


pembangunan, pengoperasian, rencana
pengembangan pelabuhan, dan penyusunan
Rencana Induk Pelabuhan.

Rencana Induk Pelabuhan Nasional memuat :


a. Kebijakan Pelabuhan Nasional ;
b. Rencana Lokasi dan Hirarki Pelabuhan ;

Menteri menetapkan Rencana Induk Pelabuhan Nasional untuk


jangka waktu 20 (dua puluh) tahun. Dan dapat ditinjau kembali 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun. dalam hal terjadi perubahan
kondisi lingkungan strategis akibat bencana Rencana Induk
Pelabuhan Nasional dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali
dalam 5 (lima) tahun.
21
DITJEN HUBLA RENCANA INDUK PELABUHAN

Undang Undang Republik Indonesia


Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
RENCANA INDUK PELABUHAN
DITJEN HUBLA

Wilayah Daratan
(untuk kegiatan fasilitas pokok & penunjang)

DLKr
Wilayah Perairan
(untuk kegiatan alur pelayaran, tempat
labuh, alih muat antar kapal sandar,
RENCANA INDUK pemanduan, perbaikan kapal, dll)
PELABUHAN
(RIP)
disusun oleh
Penyelenggara Wilayah perairan pelabuhan diluar DLKr,
Pelabuhan DLKp untuk alur pelayaran dari/ke pelabuhan ,
keadaan darurat, pengembangan, kapal
mati, percobaan berlayar, dll

Jangka panjang ---Diatas 15 tahun s/d 20 tahun


Jangka waktu
Jangka menengah---diatas 10 tahun s/d 15 tahun
perencanaan 23
Jangka pendek-----5 tahun s/d 10 tahun
23
DITJEN HUBLA PENETAPAN
RENCANA INDUK PELABUHAN

Jenis Pelabuhan Menteri Gubernur Bupati/Walikota

Pelabuhan Utama √

Pelabuhan √
Pengumpul

Pelabuhan
Pengumpan
√ √
Pelabuhan Sungai √
dan Danau

24
RENCANA INDUK PELABUHAN TANJUNG PERAK
DITJEN HUBLA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 54 TAHUN 2006
REVIEW RENCANA INDUK PELABUHAN TG. PERAK
DITJEN HUBLA

Maksud:
1. Sebagai pedoman dalam pembangunan, pengembangan dan operasional
kegiatan kepelabuhanan di pelabuhan Tanjung Perak dan sekitarnya;
2. Mengendalikan tercapainya target pembangunan jangka panjang sesuai
rencana yang tertuang dalam Rencana Induk Pelabuhan yang ditetapkan;
3. Mengidentifikasi pelaksanaan pembangunan jangka pendek dengan
memperhatikan pelaksanaan pembangunan secara optimal;
4. Mengoptimalkan penggunaan fasilitas eksisting pelabuhan dengan
meningkatkan efisiensi pemakaian fasilitas dan operasional pelabuhan;
5. Memperhitungkan kelayakan aspek teknis, ekonomi, finansial dan
lingkungan terhadap rencana pembangunan dan pengembangan pelabuhan
untuk 5 (lima) tahun berikutnya;
6. Mengakomodasi dan memperhatikan perubahan pola kebijakan maupun
strategi pembangunan dengan memperhitungkan kondisi realistis yang
berkembang sehingga memberi pengaruh terhadap arah rencana
pembangunan dan pengembangan pelabuhan.
DITJEN HUBLA

1. Pembentukan Tim Review RIP dengan Surat Keputusan Kepala Kantor


Otoritas Pelabuhan III Tanjung Perak Surabaya Nomor:
HH.496/01/10/OP.SBA-2011 tanggal 02 Maret 2011, yang
beranggotakan instansi terkait :
• Lantamal V TNI-AL
• BAPPEDA Provinsi Jawa Timur
• BAPPEKO Surabaya
• BAPPEDA Kabupaten Gresik
• BAPPEDA Kabupaten Bangkalan
• PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero)

2. Panitia Khusus (Pansus) RTRW DPRD Jawa Timur menyetujui


Rencana Induk Pelabuhan (RIP) yang terintegrasi antara Surabaya,
Gresik dan Bangkalan (tanggal 25 April 2011).

3. Penyusunan Kajian Akademis bersama PT. Pelabuhan Indonesia III


dan Konsultan sampai pada tahap Laporan Akhir untuk dibahas dengan
Kantor Pusat Ditjen Perhubungan Laut.
DITJEN HUBLA

1. Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjung Perak dan sekitar yang


terintegrasi antara Surabaya, Bangkalan dan Gresik.
2. Kejelasan informasi dan acuan bagi instansi terkait, stakeholder
maupun investor.
3. Peningkatan kualitas pelayanan kapal, barang dan penumpang sesuai
standar nasional dan internasional.
4. Tersusun rencana penetapan fungsi kegiatan pokok dan penunjang
pelabuhan jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
5. Tersusun rencana pembangunan dan pengembangan fasilitas dan
utilitas pelabuhan.
6. Tersusun rencana pengelolaan lingkungan dan arahan jenis-jenis
penanganan lingkungan.
7. Tersusun rencana pelaksanaan tahapan pembangunan dan
pengembangan jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
8. Tersusun rencana kebutuhan ruang daratan dan perairan serta
pemanfaatan ruang daratan maupun ruang perairan.
DITJEN HUBLA

(Sumber : JICA)
RENCANA KAWASAN PERAIRAN PELABUHAN TANJUNG PERAK
DITJEN HUBLA

TG. BULU PANDAN

SOCAH

GRESIK

TG. PERAK
DLKR & DLKP PELABUHAN TANJUNG PERAK
DITJEN HUBLA

RIP TAHUN 2006 KONSEP RIP TAHUN 2011


31
DITJEN HUBLA

Anda mungkin juga menyukai